LP Cairan&Elektrolit Farah
LP Cairan&Elektrolit Farah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Dasar yang diampu
oleh:
Yunita Galih Yudanari, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh:
A. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV)
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri, 2009)
B. Etiologi
1. Ketidakseimbangan volume cairan
a) Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal (seperti diare, muntah dari
fistula atau selang), keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per
oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
b) Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan kadar aldosteron
dan steroid di dalam serum, asupan natrium berlebih.
c) Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka bakar
d) Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidus, interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara
neurologis ketoasidosis diabetic, pemberian cairan hipertonik.
e) Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih.
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a) Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
b) Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c) Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
d) Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
e) Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipo-albuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.
f) Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi dalam
rentang waktu yang lama. (Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)
3. Faktor Predisposisi
a) Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang
diperlukan dan berat badan.
b) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c) Kondisi stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
d) Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.
e) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke intraseluler.
(Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)
C. Manifestasi Klinis
1. Gangguan Keseimbangan Cairan
Tanda dan gejala
Keseimbangan cairan
Kekurangan volume Pemeriksaan fisik: hipotensi postural, takikardia,
cairan – kehilangan air membran mukosa kering, turgor kulit buruk, haus,
dan elektrolit pada konfusi, kehilangan berat badan berlebihan, pengisian
jumlah yang sama atau vena lambat, vena leher datar, letargi, oliguria (<30
isotonik mL/hari), denyut nadi lemah
Hasil laboratorium: berat jenis urine >1.030,
meningkatnya kadar hematokrit >50%, dan
meningkatnya kadar BUN >25 mg/100 ml
(hemokonsentrasi)
Hipokalsemia Pemeriksaan fisik: perasaan mati rasa dan geli pada jari
dan sirkumoral (sekitar mulut), refleks hiperaktif, tanda
Trousseau’s positif (spasme karpopedal disertai
hipoksia), tandan Chvostek’s positif (kontraksi otot wajah
ketika saraf wajah tidak berfungsi), tetanus, kram otot,
dan fraktur patologis (hipokalsemia kronik)
Hasil laboratorium: kadar kalsium serum terionisasi di
bawah 4,5 mEq/L dan total kalsium serum di bawah 8,5
mEq/L
D. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam
jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya
gangguan ini di awali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan intraseluler menuju intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, pendarahan dan
pergerakan cairanke lokasi ketiga ( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan
dapat berpindah dari sisi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum,
pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan ( Faqih,
2011).
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/berat
2. Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberian aliran didasarkan keparahan, kekurangan dan respon
kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk mengurangi
odema dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh ginjal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parentral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
2. Pengukuran klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan : (dilakukan setiap hari di waktu yang sama)
1) ± 2 % : ringan
2) ± 5 % : sedang
3) ± 10 % : berat
b. Keadaan umum
1) Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
2) Tingkat kesadaran.
c. Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral : NGT dan oral.
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV.
3) Makanan yang cenderung mengandung air.
4) Irigasi kateter atau NGT.
d. Pengukuran pengeluaran cairan
1) Urine : volume, kejernihan/ kepekatan.
2) Feses : jumlah dan konsistensi.
3) Muntah.
4) Tube drainage.
5) IWL.
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar ± 200 CC.
Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus:
Intake - output
*Rumus IWL
IWL = (15 x BB
24 jam
24 jam
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :