Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis, karena jasa

konstruksi menghasilkan produksi akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik

berupa sarana maupun prasarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan

perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, sosial, dan budaya untuk

mewujudukan masyarakat adil dan makmur yang merata secara materiil dan spiritual

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.i Selain berperan dalam

mendukung berbagai bidang pembangunan, jasa konstruksi berperan pula untuk

mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa yang

diperlukan dalam penyelenggaran pekerjaan konstruksi.ii Salah satu bentuk realisasi dari

pembangunan konstruksi yang dilaksanakan berupa pembangunan proyekproyek

sarana, prasarana, yang berwujud pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan, jembatan,

pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air, perumahan rakyat maupun perkantoran-

perkantoran dan sebagainya.

Sejak awal pertumbuhannya sebagai perusahaan/industri, maka harus disadari

bahwa proses-proses konstruksi memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan

produksiproduksi pabrik pada umumnya. Dalam jasa konstruksi tumpuan utamanya

terletak pada kualitas dan kemampuan sumber daya manusia, para pengelola maupun

tenaga kerjanya, sedangkan dalam industri pabrik tumpuan utamanya terletak pada

kualitas mesin-mesinnya.
Pengembangan jasa konstruksi menjadi agenda publik yang penting dan strategis

bila melihat perkembangan yang terjadi secara cepat dalam konteks globalisasi dan

liberalisasi, kemiskinan dan kesenjangan, demokratisasi dan otonomi daerah, serta

kerusakan dan bencana alam. Selain itu, perkembangan jasa konstruksi juga tidak bisa

dilepaskan dari konteks proses transformasi politik, budaya, ekonomi, dan birokrasi

yang sedang terjadi. Terdapat 10 faktor yang mempengaruhi daya saing sektor jasa

konstruksi yaitu: kapasitas manajemen; kapasitas sumber daya manusia; struktur biaya;

penguasaan kontrak; tekanan impor; akses permodalan; akses penjaminan; akses

informasi; akses teknologi; dan sistem logistik.

Adanya industri jasa konstruksi akan memberikan peluang yang besar bagi

penyerapan tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang industri jasa konstruksi dan

bangunan, dengan tersedianya lapangan pekerjaan maka akan menciptakan pendapatan

bagi tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran. Secara prospektif keberadaan

industri jasa konstruksi baik skala kecil, menengah, maupun skala besar mempunyai

nilai strategik bagi Indonesia, mengingat proporsi perannya cukup besar dan

menyangkut banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan suatu

proyek dan pembangunanan.

Berdasarkan pernyataan diatas jelas bahwa perusahaan jasa konstruksi memberi

dampak positif terhadap perkembangan perekonomian, namun dalam kenyataannya

pelaksanaan usaha perusahaan jasa konstruksi memiliki hambatan dan masalah yang

dihadapi yang menjadi fenomena umum yang menjadi gambaran bahwa setiap sektor

usaha tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi banyak kekurangan yang ada dalam

menjalankan usahanya.
Salah satu permasalahan yang terjadi pada tahap pelaksanaa konstruksi yaitu

keterlambatan kedatangan material dan alat. Keterlambatan pemesanan material akan

berdampak kepada perubahan waktu dan biaya dari yang sudah direncanakan. Jika

material terlambat dipesan, maka selama material belum datang tenaga kerja tidak akan

bekerja di lokasi padahal sudah dibayar sesuai waktu bekerjanya. Ini akan menambah

biaya tenaga kerja. Selain itu, waktu juga akan bertambah karena tidak sesuai dengan

waktu yang sudah diperkirakan.

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh

rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata.

Berhasilnya pembangunan tergantung partisipasi seluruh rakyat, yang berarti

pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat.iii

Masyarakat Indonesia menganut paham kesejahteraan, disini fungsi pemerintah

bukan sekedar pemberi ketertiban dan keamanan, melainkan sebagai penyelenggara

kesejahteraan umum dan keadilan sosial yang mana dapat dicapai melalui usaha-usaha

pembangunan. Artinya, pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam pengadaan dan

pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Bentuk-bentuk pembangunan infrastruktur

adalah seperti pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana, rehabilitasi jalan,

jembatan, perkantoran, perumahan dan sebagainya.

Pelaksanaan pembangunan infrastruktur ini akan melibatkan berbagai pihak

seperti pemberi pekerjaan (bouwheer), pemborong (annemer), perencana, pengawas

serta melibatkan tenaga kerja sehingga pemerintah tidak dapat melaksanakan dengan

sendirinya tanpa bantuan dari pihak yang lain.iv Untuk itu sangat diharapkan peran serta

pihak swasta baik sebagai investor maupun sebagai kontraktor. Di samping itu, dalam
pelaksanaan pembangunan tersebut dihadapkan pada peralatan-peralatan yang mutakhir

dan canggih.v Dengan demikan banyak pihak yang menawarkan jasa untuk melakukan

pekerjaan pembangunan yang sering disebut dengan jasa pemborongan atau jasa

konstruksi. Jasa konstruksi dapat meliputi pekerjaan yang secara keseluruhan atau

sebagian mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata

lingkungan guna mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik.

Jenis usaha jasa konstruksi dapat terdiri dari usaha perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan konstruksi. Baik perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas

konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan ataupun badan usaha, serta memiliki

sertifikasi dari ahli yang profesional di bidang masing-masing jenis usaha konstruksi

tersebut.vi

Salah satu tujuan dibuatnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi (selanjutnya disebut UU Jasa Konstruksi) adalah untuk mewujudkan tertib

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara

pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban. Jika dalam pembangunan

suatu proyek mengalami kegagalan konstruksi bangunan maka pengguna jasa dan

penyedia jasa bertanggung jawab atas kegagalan tersebut. Berdasarkan hal tersebut

maka hubungan antara penyedia jasa konstruksi dan pengguna jasa konstruksi tidak

hanya mengenai hak dan kewajiban masing-masing, melainkan juga mengenai tanggung

jawab atas pekerjaan konstruksi itu sendiri. Dalam hal perjanjian kerja konstruksi

dikemukakan bahwa pihak yang satu menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang

disanggupi oleh pihak yang lainnya untuk diserahkannya dalam suatu jangka waktu

yang ditentukan, dengan menerima suatu jumlah uang sebagai harga hasil pekerjaan

tersebut.
Pembangunan suatu bangunan harus sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati

oleh pengguna dan penyedia jasa konstruksi. Namun dalam pelaksanaanya

pembangunan gedung dapat mengalami kegagalan konstruksi dan bangunan, sehingga

menimbulkan kerugian bagi pihak lain yang tidak terikat dalam proyek, kerugian

tersebut dapat dikarenakan adanya perbuatan melawan hukum.

Sebagai salah satu dari bentuk kegagalan dalam pelaksanaan suatu prestasi,

kegagalan bangunan pun masuk kedalam kejadian yang patut diperhitungkan pula

sebagai risiko yang harus ditanggung. UU Jasa Konstruksi yang telah berlaku

diharapkan dapat menertibkan penyelenggaraan jasa konstruksi yang ada, menghindari

kegagalan bangunan serta menyelesaikan semua sengketa yang terjadi khususnya dalam

menentukan subyek yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.

Tetapi dalam menghadapi tantangan persaingan internasional, tampaknya

regulasi-regulasi dalam UU Jasa Konstruksi membutuhkan penyempurnaan, khususnya

terkait upaya penguatan daya saing jasa konstruksi agar dapat bersaing di tingkat

internasional. Dalam hal ini, regulasi-regulasi yang mampu menstimulasi pertumbuhan

konstruksi Indonesia yang kokoh dan berdaya saing tinggi, baik dari sisi kualitas

maupun kuantitas yang dibutuhkan agar mampu menjawab dan merespon tantangan

perkembangan yang terjadi.vii Revisi UU Jasa Konstruksi dilakukan karena peraturan

tersebut dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pasar konstruksi saat ini,

khususnya menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Kegagalan bangunan/konstruksi bisa disebabkan beberapa faktor. Untuk

mendapatkan aspek-aspek penyebab kegagalan bangunan bukan perkara gampang.

Sering sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi berbagai faktor.viii

Faktor penyebabnya dapatlah dikelompokan menjadi : ulah manusia, alam atau


lingkungan, kombinasi ulah manusia dan lingkungan/alam. Oleh sebab itu tinjauannya

akan meliputi : planning, desain arsitektur, enjiniring, ekonomi dan lingkungan seperti

skema di bawah ini:

Bagan 1. Penyebab Kegagalan Bangunan

sumber: Eddy Hermanto dan Frida Kristiyani, Kegagalan Bangunan dari Sisi
Konstruksi, Jurnal Vol. 14 No. 1, Edisi XXXIV, Februari 2006

Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan,

manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan

dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.ix Salah satu asas di

dalam UU Jasa Konstruksi adalah asas keamanan dan keselamatan, yaitu terpenuhinya

tertib penyelengaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja,

serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan

umum.

Asas keamanan dan keselamatan ini merupakan salah satu asas yang paling

penting, karena dengan adanya keamanan dan keselamatan kerja maka mampu

mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi dan menghasilkan bangunan yang


berkualitas. Dengan adanya asas ini pun maka para pihak yang berpartisipasi dalam

pekerjaan konstruksi diharapkan dapat menghindari risiko yang mungkin muncul.

Asas keamanan dan keselamatan ini masih berlanjut pasca penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi yakni dalam hal kegagalan bangunan yang kerap terjadi di dalam

pelaksanaan konstruksi. Banyak sekali kejadian-kejadian dalam pelaksanaan konstruksi

yang tentunya menjadi peringatan bagi kita bahwa ada tanggung jawab yang sangat

besar bagi setiap pihak yang turut campur tangan dalam kegiatan usaha jasa konstruksi

dan tentunya kejadian semacam itu haruslah dimintakan pertanggungjawabannya

kepada pihak-pihak yang oleh karena kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan

gagalnya suatu bangunan memenuhi tugasnya terkait aspek keamanan. Maka dari latar

belakang ini, menjadi hal menarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tanggung

Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan Dalam Pekerjaan Konstruksi Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi”.

Anda mungkin juga menyukai