Anda di halaman 1dari 22

Sekilas EKG 21

BAB I
Anatomi dan Fisiologi Jantung

Jantung berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya tepat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea mid clavicular.
Batas atas jantung terdapat pembuluh darah besar (aorta, truncus pulmonalis, dll); bagian bawah
terdapat diafragma; batas belakang terdapat aorta descendens, oesophagus, dan columna
vertebralis; sedangkan di setiap sisi jantung adalah paru.
Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar di belakang sternum.
Darah memasuki atrium kanan melalui :
o Vena cava superior pada ujung atasnya
o Vena cava inferior pada ujung bawahnya
o Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada bagian depan pangkal
aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium lubang atrioventrikular kanan membuka ke
dalam ventrikel kanan.
Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan jantung.
Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis) mengelilingi lubang atrioventrikular kanan, pada sisi
ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung lain, terbentuk dari selapis tipis jaringan fibrosa yang
ditutupi pada setiap sisinya oleh endocardium. Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup.
Basis setiap daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup melekat pada
chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil jaringan otot yang keluar dari
myocardium dan menonjol ke dalam ventrikel. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis
berada pada ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh valva pulmonalis, terdiri dari tiga daun katup
semilunaris.
Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian berlakang jantung. Dua vena
pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari paru. Atrium membuka ke
bawah ke dalam ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular. Auricula sinistra adalah penonjolan
runcing kecil dari atrium, terletak pada sisi kiri pangkal aorta.
Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung. Dindingnya
sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan. Valva atrioventrikular sinistra (mitralis)
mengelilingi lubang atrioventrikular kiri pada bagian samping ventrikel, katup ini memiliki dua
daun katup mendapat nama yang sama dengan topi (mitre uskup), tepinya melekat pada chordae
tendineae, yang melekat pada penonjolan kerucut myocardium dinding ventrikel. Lubang aorta
membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh ketiga daun katup aorta,
sama dengan katup pulmonalis.
Myocardium
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari serat – serat
otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain oleh cabang – cabang
muscular. Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf mencapainya, dan terus
berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak memperoleh inervasi.
Endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua sisinya.
Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan ikat, licin dan mengkilat.
Pericardium
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium merupakan
kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain dengan
bantuan cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan permukaannya. Jumlah cairan yang ada
normal sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh darah besar, limfatik, dan saraf
memasuki jantung) kedua lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak di antara myocardium
dan lapisan pericardium di atasnya.
Arteria Coronaria
Kedua arteria coronaria, kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini keluar
dari aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah masing – masing pada permukaan sisi
kanan dan kiri jantung, memberikan cabang ke dalam untuk myocardium. Arteri ini menyuplai
masing – masing sisi jantung tetapi memiliki variasi individual dan pada beberapa orang, arteria
coronaria dextra menyuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relatif sedikit anastomosis
antara arteria dextra dan sinistra.
Siklus Jantung
Siklus jantung adalah urutan kejadian dalam satu denyut jantung. Siklus ini terjadi dalam dua fase
yaitu :
 Diastole
Diastole adalah periode istirahat yang mengikuti periode kontraksi. Pada awalnya :
1. Darah vena memasuki atrium kanan melalui vena cava superior dan inferior.
2. Darah yang teroksigenasi melewati atrium kiri melalui vena pulmonalis.
3. Kedua katup atrioventikular (tricuspidalis dan mitralis) tertutup dan darah dicegah untuk
memasuki atrium ke dalam ventrikel.
4. Katup pulmonalis dan aorta tertutup, mencegah kembalinnya darah dari arteria pulmonalis ke
dalam ventrikel kanan dan dari aorta ke dalam ventrikel kiri.
5. Dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki kedua atrium, tekanan di dalamnya
meningkat dan ketika tekanan di dalamnya lebih besar dari ventrikel, katup AV terbuka dan darah
mulai mengalir dari atrium ke dalam ventrikel.
 Sistole
Sistole adalah periode kontraksi otot, berlangsung selama 0,3 detik.
1. Dirangsang oleh nodus sino-atrial, dinding atrium berkontraksi, memeras sisa darah dari atrium
ke dalam ventrikel.
2. Ventrikel melebar untuk menerima darah dari atrium dan kemudian mulai berkontraksi.
3. Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam atrium, katup AV menutup, chordae
tendinea mencegah katup terdorong ke dalam atrium.
4. Ventrikel teruss berkontraksi. Katup pulmonalis dan aorta membuka akibat peningkatan tekanan
ini.
5. Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke dalam arteria pulmonalis dan darah dari
ventrikel kiri menyembur ke dalam aorta.
6. Kontraksi otot kemudian berhenti dan dengan dimulainya relaksasi otot, siklus baru dimulai.
Setiap kontraksi diikuti periode refrakter absolut yang singkat saat tidak ada stimulus yang dapat
menghasilkan kontraksi, dan diikuti periode refrakter relatif yang singkat saat kontraksi
membutuhkan stimulus yang kuat.
Denyut Jantung
Nodus sino-atrial (nodua SA atau pacemaker jantung) adalah daerah kecil serat otot dan sel saraf
yang terletak pada dinding jantung di dekat tempat masuk vena cava superior. Pada awalnya
sistole, gelombang kontraksi mulai pada nodus ini dan menyebar melalui dinding kedua atrium,
merangsang atrium untuk berkontraksi, kontraksi atrium ini tidak menyebar ke ventrikel karena
tidak dapat melalui cincin jaringan ikat yang memisahkan atrium dari ventrikel, mencapai dan
merangsang nodus atrioventrikularis.
Nodus atrioventrikularis (nodus AV) adalah daerah kecil jaringan khusus di dalam dinding di
antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Berkas atrioventrikularis (berkas His) adalah pita otot
dan serat saraf yang berjalan pada septum di antara kedua ventrikel, mencapai apeks jantung dan
di bagi menjadi dua cabang utama, satu untuk tiap ventrikel yang terbagi menjadi beberapa cabang
kecil di dalam dinding ventrikel. Gelombang kontraksi menyebar dari nodus AV ke bawah ke
berkas AV dan set off kontraksi kedua ventrikel secara simultan. Gelombang kontraksi yang
dimulai pada nodus SA menyebabkan atrium berkontraksi tepat sebelum ventrikel karena
gelombang segera mencapai atrium dan gelombang yang menuju ventrikel harus melalui berkas
AV.
Curah Jantung
Curah jantung bergantung pada :
 Frekuensi denyut jantung
Saat istirahat biasanya sekitar 70 kali per menit. Frekuensi denyut jantung dikontrol terutama oleh
reduksi dalam stimulasi melalui serat nervus parasimpatis (vagus), pengaruh yang lebih kecil oleh
stimulasi melalui serat nervus simpatis.
 Curah sekuncup
Curah sekuncup adalah jumlah darah yang keluar dari ventrikel pada setiap denyut. Saat istirahat
biasanya sekitar 70 ml. Pada latihan ringan meningkat sampai 125 ml. Pada awal kontraksi
ventrikel, dengan tubuh dalam keadaan istirahat mengandung sekitar 120 ml. Sekitar 50 ml berasal
dari ventrikel kiri pada setiap denyutnya.
Curah sekuncup dikontrol oleh perubahan panjang serat otot jantung. Makin panjang (pada otot
yang salah) makin besar kontraksinya. Ketika lebih banyak darah memasuki jantung (seperti pada
latihan), makin besar kontraksi dan dengan demikian makin besar curah sekuncup.
Curah jantung diukur dengan mengukur jumlah oksigen yang diambil oleh paru per menit, dan
berbagai teknik dilusi dengan zat pewarna, isotop radioaktif, dll.
BAB II

Elektrokardiogram

A. Pengertian
Elektrokardiogram (EKG atau ECG) adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu. Elektrodiografi adalah ilmu yang mempelajari
perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung.
Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan
Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka sekali yang dapat
mencatat perbedaan kecil dari tegangan (milivolt) pada jantung.
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG dapat kegunaan :
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
7. Menilai fungsi pacu jantung.
B. Sistem Konduksi Jantung
Sebelum kita membahas mengenai penggunaan EKG, terlebih dahulu kita mengetahui sistem
konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang terdiri dari :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini
bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi
60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node
dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 -
60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh
SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan
dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
1. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)

Gambar 1. Sistem Penjalaran Konduksi Jantung

2. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )


Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil
yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel
impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga
tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi
20 - 40 kali permenit.
C. Bentuk Gelombang dan Interval EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran
eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium. Gelombang –
gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan voltase vertikal.
Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
1. Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal dari
nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu
kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk melengkung
dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah
bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya,
irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena
arah depolarisasi atrium terbalik.
2. Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup juga
penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus AV. Interval normal
adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya
gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung tingkat pertama.
3. Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot
yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat, normalnya lamanya
komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas
cabang disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks
ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar dan
mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls
melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS
karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa depolarisasi
ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium
yang tercatat pada elektrokardiografi.

Gambar 2. Gelombang Normal pada EKG


4. Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal
repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak
tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium
sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan
menurunkan segmen ST.
5. Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T ini
agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T berkaitan
dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan mempertinggi
dan mempertajam puncak gelombang T.
Gambar 3. Variasi Kompleks QRS
6. Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah 0,36 sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi sesuai
dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat antidisritmia seperti
kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).
D. Sadapan Listrik
Arus listrik yang dihasilkan dalam jantung selama depolarisasi dan repolarisasi akan dihantarkan
ke seluruh permukaan tubuh. Muatan listrik tersebut dapat dicatat menggunakan elektroda yang
ditempelkan pada kulit.
Sesuai perjanjian, maka elektroda pencatat di pasang pada ekstremitas dan dinding dada, dan
sebuah elektroda yang dipasang pada bumi yang bertujuan mengurangi gangguan listrik, dipasang
pada tungkai kanan.
Berbagai kombinasi – kombinasi dari elektroda ini akan menghasilkan 12 sadapan standar. Masing
– masing sadapan mencatat peristiwa listrik dari seluruh siklus jantung, namun masing – amsing
hantaran meninjau jantung dari sudut pandanagn yang agak berbeda. Oleh karena itu, bentuk
gelombang yang dibentuk oleh sadapan yang terbentuk sedikit berbeda. Pada umumnya dirancang
tiga kategori sadapan :
1. Sadapan standar anggota tubuh (sadapan I, II, dan III)
Sadapan ini mengukur opotensial listrik antara dua titik, sehingga sadapan ini bersifat bipolar,
dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif. Elektroda ditempatkan pada lengan kanan, lengan
kiri, dan tungkai kiri. Sadapan I melihat jantung dari sumbu yang menghubungkan lengan kanan
dan lengan kiri, dengan lengan kiri sebagai kutub positif. Sadapan II dari lengan kanan dan tungkai
kiri, dengan tungkai kiri positif. Sedangkan, sadapan III dari lengan kiri dan tungkai kiri dengan
tungkai kiri positif.
2. Sadapan anggota badan yang diperkuat (aVR, aVL, aVF)
Hantaran ini disesuaikan secara elektris untuk mengukur potensial listrik absolut pada satu tempat
pencatatan, yaitu dari elektroda positif yang ditempatkan pada ekstremitas dengan demikian
merupakan suatu sadapan unipolar. Keadaan ini dicapai dengan menghilangkan efek kutub negatif
secara elektris dan membentuk suatu elektroda “indiferen” pada potensial nol.
EKG secara otomatis akan mengadakan penyesuaian untuk menghubungkan elsktroda anggota
badan lainnya sehingga membentuk suatu elektroda indiferen yang pada hekekatnya tidak akan
mempengaruhi elektroda positif. Voltase yang tercatat pada elektroda positif lalu diperkuat atau
diperbesar untuk menghasilkan sadapan ekstremitas unipolar. Terdapat tiga sadapan anggota tubuh
yang diperbesar, aVR mencatat lengan kanan, aVL mencatat lengan kiri, dan aVF memcatat
tungkai kiri (lokasi aVF dapat dengan mudah diingat dengan lokasi huruf F dengan kata foot
(kaki)).
3. Sadapan prekordial atau dada (V1 hinggan V6)
Merupakan sadapan unipolar yang mencatatpotensial listrik absolut pada dinding dada anterior
atau prekordium. Identifikasi petunjuk – petunjuk berikut mempermudah meletakkan prekordial
dengan tepat :
- Sudut Louis yaitu tonjolan tulang dada pada sambungan antara manubrium dan korpus sterni.
- Ruang sela iga kedua, berdekatan dengan sudut Louise.
- Linea midklavikularis kiri
- Linea aksilaris anterior dan midaksilaris
Elektroda di pasang berurutan pasa enam tempat berbeda pada dinding dada :
V1 : pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum
V2 : pada sela iga keempat sebelah kiri dari sternum
V3 : pada pertengan antara V2 dan V4
V4 : pada sela iga kelima di garis mid-klavikularis
V5 : horisontal terhadap V4, pada garis aksilaris anterior
V6 : horisontal terhadap V5, pada garis mid aksilaris.
Sadapan standar anggota badan dan sadapan anggota badan yang diperkuat melihat jantung dari
bidang frontal. Perspektif relatif dari setiap sadapan paling mudah dikonsepkan dengan
menggunakan suatu diagram skematik yang disebut sistem acuam enam sumbu. Sistem acuan ini
diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Hubungkan sumbu dari I, II, dan III sehingga membentuk segitiga sama sisi yang disebut
segitiga einthoven. Jantungnya dianggap sebagai pusat listrik segitiga tersebut.
2. Tempatkan sumbu sadapan sedemikian rupa sehingga masing – masing memancar dari pusat
segitiga dan membetuk diagram kedua yang dikenal dengan sistem acuan tiga sumbu.
3. Gabungkan diagram sistem acuan tiga sumbu dengan represenatsi skematik dari sadapan
anggota badan yang diperkuat, yang emmancar dari pusat listrik dari toraks, dan menghasilkan
sistem acuan enam sumbu.
Sistem acuan enam sumbu merupakan atal bantu yang sangat berharga dalam menginterpretsi hasil
EKG, memungkinkan perhitungan arah rata – rata aktivitas listrik dalam jantung. Arah rata – rata
aktivitas listrik yang dihitung dari EKG dikenal sebagai sumbu listrik jantung.
E. Perjalaran Listrik (Konduksi)
Impuls listrik meninggalkan SA node menuju Atrium kanan dan kiri. hingga kedua atrium bisa
berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat Atrium
kanan dan kiri berkontraksi, ventrikel akan terisi darah Impuls lstrik kemudian kembali mengalir
ke Atrioventricular Node (AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada
disebalah kanan dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di Ventrikel kanan dan kiri
jantung hingga membuat kedua Ventrikel berkontraksi bersamaan.
Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu menghasilkan impuls listrik. Namun SA node
memiliki kemamapuan yang paling besar. Apabila SA node gagal untuk menghasilkan impuls,
maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan lainnya, meskipun impllsnya cenderung lebih
rendah. Pencetus listrik pada jantung memang mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk
mampu berkontraksi terus dalma rentang waktu yang panjang. Terdapat serabut syaraf yang
mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta membuat perbuahan pada kekuatan kontraksi
jantung. Syaraf yang dimaksud adalah bagian dari susunan syaraf otonom. Susunan syaraf otonom
sendiri terdiri dari 2 bagian : Sistim Syaraf Simpatik dan Sistim Syaraf Parasimpatik.
Sistim syaraf simpatik mampu meningkatkan pacu jantung dan kekuatan kontraksi, sementara
sistim syaraf simpatik berfungsi sebaliknya. Seluruh sistim produksi listrik ini bisa kita pantau dan
bisa diukur. Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan Electrocardiogram (EKG) yang
menghasilkan sebuh grafik.
F. Cara Pemeriksaan
1. Persiapan Alat-alat EKG.
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alkohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG) dan kertas tissue
Gambar 4. Lead-lead Bidang Horizontal Prekordial

2. Persiapan Pasien
a. Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman.

G. Cara Menempatkan Elektrode


Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly
kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu
kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
 Merah (RA / R) lengan kanan
 Kuning (LA/ L) lengan kiri
 Hijau (LF / F ) tungkai kiri
 Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR,
aVL, aVF.
3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan
disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 : garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 : garis aksila tengah sejajar dengan V4
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan.
Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I , II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6. Sandapan yang lain dibuat bila perlu. Lokasi
permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :

1. Anterior : V2, V3, V4


2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviasi aksis kanan)
H. Cara Merekam EKG
1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain :
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol
kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
3. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut
yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup
kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG
4. Rapikan pasien dan alat-alat.
a. Catat di pinggir kiri atas kertas EKG
b. Nama pasien
c. Umur
d. Tanggal/Jam
e. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
5. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, perhatian

Perhatian !
1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk
dan lain-lain.
6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.
I. Cara Membaca EKG
Ukuran-Ukuran pada kertas EKG
Pada perekaman EKG standar telah ditetapkan yaitu :
1. Kecepatan rekaman 25 mm/detik (25 kotak kecil)
2. Kekuatan voltage 10 mm = 1 millivolt (10 kotak kecil)
Jadi ini berarti ukuran dikertas EKG adalah
1. Pada garis horisontal
• Tiap satu kotak kecil = 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik
• Tiap satu kotak sedang = 5 mm = 5/25 detik = 0,20 detik
• Tiap satu kotak besar = 25 mm = 25125” = I ,00 detik
2. pada garis vertikal
• 1 kotak kecil = 1 mm =0.1 mv
• 1 kotak sedang = 5 mm = 0,5 mv
• 2 kotak sedang = 10 mm= I milivolt
J. Cara Menghitung EKG
Kecepatan EKG adalah 25 mm / detik. Satu menit = 60 detik, maka kecepatan EKG dalam 1 menit
yaitu 60 x 25 = 1500 mm.
Satu kotak kecil panjangnya = 1mm.
Satu kotak sedang (5 kotak kecil) : 1500 / 5 = 300 mm
Gambar 6. Kertas EKG

Cara menghitung denyut nadi permenit ada 5 cara yaitu :


1. 1500
Jarak 2 RR (kotak kecil)
2. 300
Jarak 2 RR (kotak sedang)
3. 60 (1 menit)
Jarak 2 RR (dalam detik)
4. Jumlah PQRS dalam 6 detik x 10
5. Penggaris EKG.
K. Nilai-Nilai EKG Normal
1. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.
a. Nilai-normal ; lebar <>
b. tinggi <0,25>
c. bentuk (+ ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d. (-) di lead aVR
e. + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
2. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai
akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik
a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
• Tinggi ; tergantung lead.
• Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
• Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
c. Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
a. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
b. (-) di lead aVR.
c. (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan
normal tidak terlihat.
L. Kriteria Interpretasi EKG
1. Frekuensi (Rate)
Frekuensi jantung ( HR ), normal ; 60- 100 x / menit. Adapun cara menentukan jumlah
frekuensi/kecepatan permenit :
1. Untuk irama yang regular yaitu 1500 dibagi jumlah kotak kecil antan R-R (jarak dan R1 ke R2)
= HR / menit
2. Untuk irama irreguler yaitu direkam EKG dalam 6 detik, hitung beberapa banyak kompleks
QRS kemudian dikalikan 10 HR/ menit (jumlah R R dalam 6 detik dikali 10 H R / menit)
CATATAN Setiap EKG irregular (ARITMIA), rekam lead II panjang
2. Irama (Rhythm)
1. Bila teratur (reguler) dan gel. P selalu diikuti gel. QRS-T yakni normal disebut Sinus Ritme
(irama sinus).
2. Bila irama cepat lebih dan 100 kali/menit disebut sinus tachikardi kurang dan 60 kali/menit
disebut sinus bradikardi
3. Selain dan yang tersebut di atas adalah aritmia
3. Gelomibang P (P WAVE)
Diukur dan awal sampai akhir gel. P. Nilai normal ; lebar <0,11>tinggi <0,25>. Digunakan untuk
kepentingan:
1. menandakan adanya aktivitas atrium
2. menunjukkan arah aktivitas atrium
3. menunjukkan tanda-tanda pembesaran atrium
4. P-R Interval
Diukur dan awal gel.P sampai dengan awal gel.QRS Nilai normal ; 0,12 - 0,20 detik. Digunakan
untuk kepentingan:
1. Interval PR >0,20 detik : AV Block
2. Interval PR <0,12>3. Interval PR berubah-ubah : Wandering Pacemaker
5. Kompleks QRS
Pengukuran kompleks QRS ada 3 yang dinilai :
1. Lebar/interval : diukur dan awal sampai dengan akhir gel.QRS
Nilai normal : <0,10>Kepentingan : menandakan adanya Bundle Branch Block:
lebar 0,10 - 0,12 = Incomplete B B B.
Lebar >0,12 detik = Complete B B B.
2. AXIS ( sumbu )
Nilai normal : - 300 sampai + 1100
Cara menentukan axis yaitu dengan melihat 2 lead yang berbeda ekstremitas lead, yang terbaik
adalah lead I & AVF. Kemudian tentukan jumlah aljabar dari amplitudo QRS di lead I dan aVF
tentukan di kwadrant mana vektor QRS berada. Adapun kepentingannya yakni 300 sampai 900
adalah L A D (Left Axis Deviation) dan + 1100 sampai 1800 adalah R A D (Right Axis Deviation)
3. Komfigurasi (bentuk)
Nilai normal :
Positif di lead I, II, aVF, V5, V6 ; Negatif di lead aVR, V1, V2
Bifasik di lead III, aVL, V3, V4, ( + / - ). Kepentingan mengetahui :
a. Q patologis
b. RAD/LAD
c. RVH/LVH

6. Segmen ST (ST Segment)


Diukur dari akhir gel.QRS (J Point) sampai awal gel. T
Nilai normal isoelektris (- 0,5 mm sampai + 2,5 mm)
Kepentingan:
Mengetahui kelainan pada otot jantung (iskemia dan infark)
7. Gelombang T (T Wave)
Ukurannya dari awal sampai dengan akhir gel. T. Nilai normal amplitudo (tinggi) : Minimum 1
mm. Adapun kepentingan:
1. Menandakan adanya kelainan otot jantung (iskemia/infark)
2. Menandakan adanya kelainan elektrolit.
Catatan:
1. Konfigurasi Gel. T Positif di lead I,II,aVF,V2-V6
2. Negatif di lead aVR
3. Bifasik di lead III, aVL, V1.Sistim Kelistrikan Pada Jantung

BAB III
Manifestasi Klinik

1. Pembesaran Atrium
Untuk mendiagnosis pembesaran atrium, lihat sadapan II dan V1
Pembesaran atrium kanan ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan amplitudo bagian pertama gelombang P.
b. Tidak ada perubahan durasi gelombang P.
c. Kemungkinan deviasi aksis ke kanan gelombang P.
Pembesaran atrium kiri ditandai dengan hal-hal berikut :
a. Amplitudo komponen terminal (negatif) gelombang P dapat meningkat, dan harus turun
setidaknya 1 mm di bawah garis isoelektrik.
b. Durasi gelombang P meningkat dan lebar bagian terminal (negatif) gelombang P harus
setidaknya 1 kotak kecil (0,04 detik).
c. Tidak ada deviasi aksis yang berarti karena atrium kiri normalnya mendominasi aliran listriknya.
2. Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi ventrikel kanan ditandai oleh hal-hal berikut :
a. Ada deviasi aksis ke kanan dengan aksis QRS melebihi =1000
b. Gelombang R lebih besar daripada gelombang S di V1, sedang gelombang S lebih besar
daripada gelombang R di V6.
Hipertrofi ventrikel kiri ditandai dengan banyak kriteria. Dua yang paling berguna adalah sebagai
berikut :
a. Gelombang R di V5 atau V6 plus gelombang S di V1 atau V2 melebihi 35 mm.
b. Gelombang R di aVL melebihi 13 mm.
3. Gangguan Elektrolit
a. Hiperkalemia : evolusi (1) gelombang T runcing, (2) perpanjangan PR dan gelombang P rata,
serta (3) QRS melebar. Kompleks QRS dan gelombang T menyatu membentuk sebuah gelombang
sinus.
b. Hipokalemia : depresi ST, gelombang T rata, gelombang U.
4. Infark Miokard
a. Secara akut gelombang T meruncing dan kemudian inverse. Perubahan gelombang T
menggambarkan iskemia miokardium.
b. Secara akut segmen ST mengalami elevasi dan menyatu dengan gelombang T. Elevasi segmen
ST menggambarkan jejas miokardium.
c. Gelombang-gelombang Q baru bermunculan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Gelombang ini menandakan infark miokard.

Daftar Pustaka

1. Gibson, Jhon. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat edisi 2. EGC: Jakarta.
2. Harrison.2000.Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13.EGC:Jakarta.
3. Imelda.---.Elektrokardiografi.RS.Husada.
4. Nhlbi.2007.What is an Electrocardiogram?www.nhlbi.nih.gov/health
/dci/Diseases/ekg/ekg_what.html.
5. Noname.2003.Sistem Kelistrikan pada Jantung.
http://72.14.235.104/search?q=cache:mRE1IuKGU9gJ:www.indosiar.com/v2003/pk/pk_read.ht
m%3Fid%3D23+arus+listrik+EKG&hl=id&ct=clnk&cd=19&gl=id
6. Noname.2007.Elektrokardiografi.http://image.google.co.id/image/hl-id&q
7. Noname.2007.Pemeriksaan Elektrokardiogram.http://www.pjnhk.go.id
8. Ogadisca.2007. Elektrokardiogram (EKG) http://ogibadisca.blogspot.com/2007/08/artikel-
keperawatan.html
9. Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia Edisi 2 ;dari Sel ke Sistem.EGC:Jakarta.
10. Thaler,Malcom S.2000.Satu-satunya buku EKG yang Anda Perlukan Edisi 2; Alih Bahasa
Samik Wahab.Hipokrates:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai