Anda di halaman 1dari 2

Telah terbit di Koran Tribun Sumsel, Rabu, 14 November 2018

Sentuhan Nilai-Nilai Budaya Berlandaskan Pancasila untuk Membentuk


Karakter Anak

Tito Nurdiyanto, S.Pd.


Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Bersubsidi
FKIP Universitas Sriwijaya

Pancasila adalah identitas yang menunjukkan jati diri bangsa Indonesia.


Identitas tersebut lahir dari perjuangan, proses yang panjang dan bertahap, serta
dialektika para pendiri bangsa yang menunjukkan jati diri dan kepribadian
bangsa Indonesia.
Salah satu aspek yang diakui sebagai identitas bangsa adalah
kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak dari
kebudayaan-kebudayaan daerah yang memiliki ciri khas dan bermutu dari berbagai suku bangsa Indonesia.
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah Indonesia.
Perwujudan Indonesia Emas berkepribadian Pancasila bukan hanya impian belaka. Hal ini dapat
diwujudkan dengan pembinaan dan pengembangan di bidang kecintaan pada kebudayaan-kebudayaan yang
sudah melekat dalam sanubari bangsa sejak dahulu kala. Usaha tersebut tidak terlepas dari upaya penggalian
sumber-sumber kebudayaan daerah yang ada dengan diperlukannya kerja sama antara semua pihak baik
orang tua, guru, masyarakat serta pemerintah. Usaha pengkajian sastra daerah akan terus berkontribusi dalam
pembentukan karakter bangsa.
Dewasa ini sastra daerah seolah-olah telah terlupakan. Fenomena tersebut didukung anak-anak lebih
senang dengan kebudayaan asing yang menjadikan kewaspadaan untuk terus menumbuhkan kewaspadaan
dalam mengangkat serta melestarikan budaya lokal yang mesti diintegrasikan. Kecintaan pada sastra daerah
mengalami degradasi dan kemerosotan tajam. Anak-anak lebih akrab dengan tayangan televisi, berbagai
informasi dan games di internet yang notabene kurang mendidik dan seolah-olah melupakan produk-produk
kebudayaan Indonesia sesungguhnya, salah satunya adalah cerita rakyat. Padahal keduanya berpotensi dalam
pembentukan karakter, baik dalam hal positif maupun negatif, sebab secara tidak langsung, apa yang dilihat,
didengar, dan dibaca oleh anak-anak dalam hal nilai-nilai yangg terkandung dalam karya sastra itu diresepsi
dan secara tidak sadar merekontruksi sikap dan kepribadian mereka. Terlebih sastra daerah tersebut
merupakan cagar budaya yang banyak mengandung nilai-nilai budaya yang sangat tinggi serta mempunyai
muatan bentuk isi yang perlu diwarisi. Selain itu, cerita rakyat merupakan budaya leluhur dan wahana untuk
berkomunikasi antar masyarakat lama dengan masyarakat sekarang. Sehingga kecintaan dan kelestarian
cerita rakyat harus digalakkan dan ditingkatkan sedini mungkin.
Penanaman karakter melalui cerita rakyat memang dianggap paling efektif sebab cerita rakyat begitu
dekat dengan kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kepribadian dan kebiasaan sehari-hari pula.
Apalagi dengan sikap dan sifat anak-anak yang serba ingin tahu, maka penceritaan melalui lisan maupun
tulisan menjadikan anak-anak terus mencari tahu setiap hal yang terjadi dalam cerita rakyat tersebut. Dunia
cerita rakyat salah satunya yang memiliki nilai-nilai budaya luhur untuk perwujudan Pancasila.
Dunia cerita rakyat yang penuh dengan warna-warni kehidupan akan menciptakan nuansa tersendiri
khususnya bagi anak-anak. Cerita rakyat ini mampu mempengaruhi alam bawah sadar anak-anak. Nilai-nilai
yang terkandung dalam bawah sadar anak-anak akan terbawa hingga mereka dewasa. Contohnya anak-anak
Inggris yang senantiasa disuguhi dengan cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai positif akhirnya tumbuh
menjadi anak yang berkarakter positif. Memiliki semangat tinggi, percaya diri, berkepribadian tanggguh,
sabar, berpikir positif, dermawan, memiliki jiwa tolerasi yang tinggi, adil, saling menghormat, tenggang rasa,
optimis, dan selalu ingin maju. Nah, ketika dilihat di Spayol, cerita rakyat lebih mengangkat hal-hal komedi
yang bernilai kebaikan, tipu daya, dan sebagainya. Akhirnya, hal-hal yang menjadi ciri-ciri anak-anak dari
Inggris sangat jarang ditemukan di Spayol. Sehingga perkembangan selanjutnya yang terjadi pada kedua
negara ini jauh berbeda. Dalam hal ini, bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Indonesia memiliki
kepribadian dan jati diri luhur yang sangat lengkap dan berkembang secara dimanis tanpa mengurangi atau
menghilangkan makna agar dapat hidup yang lebih baik sesuai dengan tuntutan dan keadaan zaman dengan
tetap berlandaskan Pancasila.
Selain itu, cerita rakyat mampu mencetak anak yang gemar membaca, berani berbicara, mampu
mengungkapkan cerita dan bahkan mampu menciptakan suatu cerita lainnya, itu semua karena hasil dari
cerita rakyat yang mereka dengar atau baca. Dari semua ini tentu tidak lepas dari peran orangtua sebagai
orang terdekat bagi anak-anak. Kemudian didukung oleh kegiatan di sekolah, pun kehidupan di
lingkungannya. Namun kendalanya adalah ketika orangtua tidak bisa memiliki cerita atau bahkan tidak bisa
Telah terbit di Koran Tribun Sumsel, Rabu, 14 November 2018

bercerita. Ditambah lagi di zaman sekarang orang tua lebih disibukkan oleh kegiatan-kegiatan, pekerjaan-
pekerjaan, dan aktivitas yang terkadang malah menomor duakan peran penting orang tua kepada anak.
Disamping itu, sebenarnya tidak semuan orang tua seperti itu, masih banyak juga orang tua yang masih
menjunjung tinggi pentingnya peran orang tua dalam menyampaikan cerita rakyat kepada anak mereka.
Namun terkadang, orang tua belum banyak tahu tentang cerita-cerita rakyat tersebut dan masih kurang
memiliki rasa kejelian dalam memilih cerita rakyat yang akan disampaikan kepada anak. Oleh sebab itu,
sudah semestinya sebagai orangtua juga perlu berhati-hatilah dalam memilih suatu kisah atau cerita, sebab
tidak semua cerita memberikan manfaat kepada anak.
Dalam pelaksanaannya, tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak-anak
mulai diberi cerita rakyat. Untuk anak-anak usia prasekolah, cerita rakyat dapat membantu mengembangkan
kosa kata secara bertahap kepada anak. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan
kerap ditemui anak sehari-hari. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang
mengandung teladan, nilai, dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut
kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, keberhasilan suatu cerita rakyat
tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pencerita untuk
menyajikannya secara menarik. Untuk itu, kita dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau
berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orangtua ataupun pihak lain sebelum bercerita.
Cerita rakyat Indonesia adalah cerita-cerita yang kita warisi turun-temurun dari nenek moyang
terdahulu. Semua bangsa memiliki cerita rakyat masing-masing. Walaupun pada asalnya cerita rakyat
diwariskan dari mulut ke mulut, tetapi banyak cerita rakyat kini sudah banyak dibukukan. Bebagai cerita
rakyat dengan pesan dan amanah moral yang baik semakin dilupakan. Oleh sebab itu, sebagai generasi
penerus bangsa harus mengembalikan kecintaan dan eksistenti cerita rakyat tersebut, sebab jati diri bangsa
Indonesia pun berakar dari nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat.

Anda mungkin juga menyukai