Anda di halaman 1dari 20

Indikasi Benda Asing:

- Secara mendadak tidak dapat berbicara.


- Tanda-tanda umum tercekik—rasa leher tercengkeram
- Bunyi berisik selama inspirasi
- Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.
- batuk tidak efektif
- sianosis
- Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau wizing
Kontraindikasi Benda Asing:
- Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera dada,
seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal (Simon & Brenner, 1994).
- Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan chest
thrusts.
Prosedur Abdominal Thrust
1. Jika pasien dalam keadaan berdiri/duduk
a. Anda berdiri di belakang klien
b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang
lengan kanan tsb dg lengan kiri. Posisi lengan anda pd abdomen klien yakni
dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
c. Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah
dalam-atas.
d. Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
e. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini
Prosedur Chest Thrust
1. Jika posisi klien duduk/ berdiri:
a. Anda berdiri di belakang klien
b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal
di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi
jantung luar).
c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini
Prosedur Chest Thrust Untuk Bayi
a. Letakkan bayi tengkurap pada lengan atau paha dengan posisi kepala lebih rendah.
b. Balikkan bayi menjadi terlentang dan berikan 5 pijatan dada dengan menggunakan
2 jari, satu jari di bawah garis yang menghubungkan kedua papila mamae (sama
seperti melakukan pijat jantung).
c. Bila obstruksi masih tetap, evaluasi mulut bayi apakah ada bahan obstruksi yang
bisa dikeluarkan.
d. Bila diperlukan, bisa diulang dengan kembali melakukan pukulan pada bagian
belakang bayi
Prosedur Diambil Untuk Bayi:
- Buka mulut korban Bersihkan benda asing yang ada didalam mulut korban dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik
kain Bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing

Airway Management
Penyebab Sumbatan Jalan Nafas:
- Lidah (karena tidak sadarkan diri)
- Sekret, edema, Sumbatan benda asing, Kanker tenggorokan
- Trauma (fraktur wajah: perdarahan, evulsi gigi, fraktur ramus mandibula: lidah
jatuhh ke belakang, perlukaan daerah leher: risak laring dan trakea, perdarahan
jaringan lunak)
Sumbatan total menyebabkan:
- Dalam 1,5 menit oksigen dalam paru habis
- Dalam 6-8 menit tidak ada oksigen menyebabkan kerusakan otak permanen
1. Pastikan 3A (aman pasien, diri, lingkungan) → pakai handscoon, masker, APD
2. Cek kesadaran pasien → AVPU
- Jika pasien bisa berbicara maka → jalan nafas bebas
3. Pengkajian airway dengan look listen and feel
- Pergerakan dada
- Suara nafas tambahan:
a. Snoring (kayak suara orang ngorok) → benda padat
b. Gargling (kayak orang berkumur) → benda cair
c. Stridor/krowing (suara melengking) → edema diarea laring/spasme
4. Pastikan airway + C.Spine control
Tanda trauma servikal: jejas di atas klavikula, jatuh dari ketinggian (2x dari tinggi
pasien), multiple trauma, adanya penurunan kesadaran pasca trauma.
Jika ada trauma servikal:
- Leher harus di imobilasi
- Pasang colar neck.
Cara memasang colar neck yaitu:
a. Di ukur menggunakan telapak tangan
b. Memasang dengan sapuan dada
c. Jika menggunakan transportasi dipasang head block
d. Jika tidak ada head block, pakai bantalan pasir
Catatan :
- Ada suara tambahan → sumbatan partial
- Tidak ada napas, sianosis → sumbatan total

Tanpa Alat
Triple Airway Manuver (suara nafas snoring):
1. Head till → jika pasien tidak ada trauma servikal
2. Chin lift → jika pasien tidak ada trauma servikal
3. Jaw Trust (mengangkat mandibula) → pada pasien dengan trauma servikal. Jaw
thrust maneuver digunakan untuk membuka jalan nafas pada pasien tidak sadar
dengan kecurigaan trauma pada kepala, leher, atau spinal.
4. Fingerswab → Jika ada sumbatan cairan (suara nafas gargling). Caranya:
- Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian
buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas
(maneuver emaresi)
- Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu
Dengan Alat :
1. Benda padat → suara nafas snoring (pangkal lidah)
a. Oropharingeal Tube (OPA):
- Tujuan: Membebaskan jalan nafas, Mencegah lidah jatuh atau melekat
pada dinding posterior pharing, Memudahkan penghisapan lender
- Indikasi : Untuk pasien tidak sadar, GCS < 8, Memfasilitasi suction pada
jalan nafas,
- Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar
ataupun semi sadar, Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral, pasien
yang memiliki reflek muntah
Alat-alat: Kassa streril 2 buah, plester & gunting, tongue spatel, handscoon,
Oropharingeal tube sesuai kebutuhan
Cara memasang: (teknik bersih, tidak pakai gel/pelumas)
a) Diukur dari sudut bibir sampai tragus telinga (jika ukuran terlalu
panjang maka akan → obstruksi)
b) Perawat memakai handscoon
c) Membuka mulut pasien, kemudian bersihkan mulut dengan kassa steril
d) Kemudian masukkan sampai palatum mole lalu putar 1800 (pada anak
memakai tongue spatel)
e) Tidak perlu difiksaasi
2. Nasofaringeal Airway (NPA) → Suara nafas Snoring
- Tujuan: digunakan apabila oropharyngeal airway tidak mungkin dilakukan
pada pasien yang mengalami trauma berat di sekitar mulut yang dapat
menimbulkan perdarahan masif atau pada kondisi trauma mulut dengan
gigi mengatup rapat.
- Indikasi: Mengurangi trauma jaringan lunak pada daerah nasotracheal,
Insersi dengan menggunakan oropharyngeal airway yang tidak efektif
- Kontraindikasi → pasien dengan fraktur basis cranii, trauma wajah berat
- Tanda-tanda: bloody orthorea (telinga), bloodyrinorea (hidung), bettle sign
(belakang telinga), rakum eyes (mata panda).
Cara memasang:
a) Di ukur dari hidung sampai tragus telinga, diameter mengguakan jari
kelingking pasien
b) Kemudian diberi gel
c) Lalu masukkan kelubang hidung (perhatikan arah irisan melewati
septum kemudian diputar)
3. Laring Mask Airway (LMA). Sumbatan karena edema → suara nafas
crowing/stridor.
- Indikasi: Operasi yang waktunya pendek, Situasi jalan nafas yang sulit
- Kontraindikasi: Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung (tidak
puasa), Kelainan pada oropharyng, Ventilasi satu paru, Compliance paru
yang rendah.
Cara memasang :
a) Ukuran dengan melihat BB pasien
b) Lalu diberi gel di bagian belakang masker
c) Kemudian kembangkan cuff (untuk mengembangkan cuff lihat di LMA
jumlah udara yang dimasukkan)
d) Kemudian masukkan secara perlahan

Contoh soal:
1. Seorang pasien datang ke IGD tidak sadar, dan terdengar suara melengking.
Jawab: menggunakan LMA
Bu Ninuk Breathing Manajement
PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian primer
Perlu IA (Initial Assessment) A-I
Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exsposure, Folleycateter, Gastrictube,
Hardmonitor, Imaging
Mengkaji AMPLE (Pengkajian sekunder)
A → Alergi
M → Medication
P → Post illnes
L → Last meal
E → Event pre injury untuk menentukan MOI

- Dalam gawat darurat setelah tindakan, langsung evaluasi


- 1. Mengkaji (interview) dari pasien, keluarga/pengantar
- 2. Melakukan pemfis:
a. Ada/tidak pernafasan cuping hidung
b. Tanda-tanda sianosis dibibir ada/tidak
c. Ada tanda work of breathing yang berat atau tidak (keringat dingin, tampak
kelelahan, gelisah, penampilan secara umum)
d. Di leher
- apakah ada otot aksesoris pernafasan (dalam keadaan normal yang
digunakan yaitu pertama otot diafragma, yang kedua otot pada tulang
muskulus interkostalis internal & eksternal), adakah peningkatan JVP,
apakah ada otot sternocleidomastoid, apakah ada deviasi trakea
Apabila ada obstruksi kita akan bisa melihat pembesaran & peningkatan JVP.
Misalkan JVP sudah ada → harus curiga tension, adanya oclusi → bisa karna
tamponade, pneumotoraks, massive hematoraks..
JVP → mengindikasikan darah tidak bisa kembali ke jantung sehingga terbuntu
- Apakah trakea mengalami deviasi pada tension pneumotoraks → trakea
akan bergeser pada sisi yang sakit.
e. Daerah dada
 Inspeksi daerah dada:
- Apakah ada jejas, tumor, laserasi
- Pergerakan rongga dada → harusnya simetris
- Apakah ada gerakan paradoksal → mengindikasikan ↑ fail chest
 Palpasi dimulai dari yang tidak ada jejas, dimulai dari apeks paru ke basis.
Dilakukan palpasi untuk melihat apakah ada krepitasi, ICS melebar (tension
pneumotoraks), tumor, lesi, dan nyeri
 Perkusi dilakukan gerakan mengular. Suara normalnya sonor, kalau
hipersonor tension pneumotoraks.
 Cara mengukur
 Auskultasi → normal → bronkovesikuler.
Suara nafas kosong mengindikasikan → hematoraks/pneumotoraks
- Kalau saat diperkusi suara hipersonor → pneumotoraks
- Kalau saat diperkusi suara redup → hematoraks
f. Dilihat kuku → perfusi → nadi, tensi (berhubungan dengan kardiorespirasi)

Pemberian oksigen → pasien bernafas → adekuat/spontan → tergantung saturasi oksigen


→ bisa menentukan kebutuhan 02
1. Nasal kanul → 2-4 lpm → boleh 1 lpm untuk pasien kardiovaskuler
2. Simple mask → minimal 5-6 lebih aman 6-8 lpm
3. Menggunakan resevoar 8-12 lpm → rebreathing & non rebreathing .
Non rebreathing pasien membutuhkan CO2 untuk dihirup kembali

Pemberian oksigen → pasien bernafas → tidak adekuat


1. Juction riss → syarat pasien masih bisa bernafas atau terpasang devinitif airway
(jalan nafas buatan →LMA)
2. BVM → dipakai kalau pasien tidak bernafas.
a. Kalau tidak disambungkan ke oksigen, oksigen yang diberikan 21%
b. Kalau diberi oksigen tergantung.
Jadi berapa lpm yang diberikan untuk tahu FiO2 yang masuk ke pasien menggunakan
rumus : FiO2 = (flow atau lpm x 4) + 21%
- Misal diberikan kasal kanul 4 lpm jadi FiO2 = (4 lpm x 4) + 21% = 37%
Saat pemberian BVM / alat oksigen lainnya yang dilihat adalah complience paru.

Bantuan Nafas ada 3:


1. Mouth to mouth
2. Mouth to mask
3. BVM
- Cara menghitungnya : pencet
1 1000
2 1000
3 1000
4 1000
5 1000
6 1000
Pencet
1 1000
Dan seterusnya
Rumus: BB x volume tidal =
Normal volume tidal (6-10)

Tindakan Crichotiroidotomi
- Untuk pasien Crichotiroidotomi → aliran oksigen tinggi 8 lpm → memberi
kesempatan untuk inspirasi dan ekspirasi → inspirasi 1 hitungan, ekspresi 4 hitungan.
- Cricotiroidotomi → maksimal diberikan 30 menit jet insflasi, jika terlalu lama maka
bisa keracunan O2
- Cara menghitung jet inflasi: 1 1000 tutup
1 1000
2 1000
3 1000
4 1000
1 1000 tutup
1 1000
2 1000 dan seterusnya
- Ciri Cricotiroidotomi: sumbatan total, tidak ada nafas, sianosis
- Alat-alat: jet insuflasi, sarung tangan bersih, alkohol swab, needle/jarum, oksigen
- Langkah-langkah:

1. Cari lokasi tiroid, bawah tiroid terdapat membran crichoid


2. Kemudian di swab, lalu tusuk di membran chrihoid, posisi jarum 900
3. Lalu ambil jarum kemudian di fiksasi
4. Lalu pasang jet insuflasi 10-15 lpm. Maksimal diberikan 30 menit jet insflasi,
jika terlalu lama maka bisa keracunan O2

Pasien Pneumotoraks → keringatan, gelisah, kesadaran menurun, sesak luar biasa,


pernapasan cuping hidung, vena jugularis membesar, trakea deviasi, pembesaran otot
sterno cleidomastoid, gerakan dada tertinggal, jejas → harus segera dilakukan dekompresi
jarum.
Ciri Open Pneumotoraks
- Ada jejas, ada luka menghisap
Alatnya: kasa, plastik, plester tiga sisi
Tujuan plester 3 sisi agar udara luar tidak bisa masuk, dan udara di dalam keluar.

Ciri tension pneumotoraks. Tindakannya namanya needle torakosintesis


- Deviasi trakea, peningkatan JVP, pelebaran ICS, hipersonor
Alatnya: spuit 20 cc & 3 cc, jarum, alkohol swab, aquades, betadine, kasa, set
infus,potongan handscoon, duck (yang warnanya hijau).
Ada 2 cara :
1. Cara lama → dilakukan di ICS ke 2 lurus mid clavikula line menempel pada costae
ke 3 atau dari insisura sternalis ditarik garis lurus ke lateral
Pertimbangan karna paru terbagi menjadi 3 zona:
a. Zona ruang rugi → banyak O2 tapi tidak banyak pembuluh darah, ventilasi, perfusi
tidak berjalan sempurna (anatomi dead space)
b. Zona perfusi minimal → paling banyak pembuluh darah
2. Cara baru → menggunakan ICS ke 5 karna setelah dipasang needle torako pasien
harus segera dipasang chest tube / toraks strin. Tempat ICS ke 5 anterior aksilari
line
Langkah-langkah:
- Cuci tangan, pakai handscoon bersih
- Kemudian kasih betadine didaerah yang akan di tusuk
- Taruh duck di atas dada klien yang akan d tusuk
- Lalu taruh spuit, jarum, alkohol swab di atas duck
- Kemudian ganti pakai handscoon steril
- Ambil spuit yang 20 cc, kemudian isi dengan aquades 3-5 cc, lalu tarik kebawah
- Kemudian swab area yang akan di tusuk
- Pasang jarum ke spuit
- Lalu tusuk 900 , kemudian buka penarik spuitnya (jika ada gelembung berarti
tension pneumtoraks/ sudah benar). Jika air meresap segera angkat spuitnya
- Kemudian buka spuit dan jarumnya jadi yang ada di dalam itu cuma jarum yang
lentur
- Lalu di fiksasi
- Kemudian ada 3 cara fiksasi:
1. Tutup dengan potongan handscoon
2. Tutup dengan spuit 3cc
3. Tutup denga set infus. ujung set infus d pasang d jarum yang menempel di
dada, nah ujung satunya di potonh kemudian masukkan ke aquades sedalam 2
cc karna rongga pleura -2 atm

Ada pasien tidak ada nafas, ada nadi


1. 3A → amankan diri, amankan penolong, amankan pasien
GCS 456 RR 22 98 Nasal kanul
RR 25 94 Simple mask
RR 28 90 NRM
RR <90 Juction rees

One Man Carry


Assist To Walk
Lovers Carry

Firemans Carry

Packstrap
Piggyback: Unconscious Victim

Piggyback: Positioning
Piggyback: Consious Victim

Two Man Carry


Four Handed Seat
Two Handed Seat

Assist Two Walk

Carry By Extremities
Three Man Carry
Hammock 1

Hammock 2
Four Man Carry

Six Man Carry


Arm Drag

Shoulder Drag

Fireman Drag
Blanket Drag

Anda mungkin juga menyukai