Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari sebuah
reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia.
Pemanfaatan sel elektrokimia banyak digunakan untuk menghasilkan teknologi
terbarukan. Sel elektrolisis dan sel Volta merupakan hasil terapan dari sel
elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan larutan elektrolit. Sampai saat
ini, sel elektrokimia masih memiliki peranan penting di dalam kemajuan teknologi
modern mulai industry otomotif maupun rumah tangga.
Metode elektrokimia merupakan salah satu hal yang penting dalam bidang kimia.
Pengukuran secara elektrokimia dilakukan dengan menggunakan sel elektrokimia.
Terdiri dari dua atau lebih elektroda dan elektronik untuk mengontrol serta
menentukan arus dan potensial. Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari hubunganan tara reaksi kimia dengan arus listrik. Elektrokimia dapat
diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti keperluan sehari-hari dalam
skala rumah tangga dan industri-industri besar seperti industri yang memproduksi
bahan-bahan kimia baik organic maupun anorganik, farmasi, polimer, otomotif,
perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah dan bidang analisis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sel volta?
2. Apa itu notasi sel?
3. Bagaimana aspek-aspek kuantitatif elektrolisi?
4. Bagaimana efisiensi arus?
5. Apa itu korosi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu sel volta
2. Untuk mengetahui notasi sel

1
3. Untuk mengetahui bagimana aspek-aspek kuantitatif elektrolisis
4. Untuk mengetahui efisiensi arus
5. Untuk mengetahui korosi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEL VOLTA
1. Pengertian Sel Volta
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat
menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. reaksi
redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh
Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta.
2. Cara kerja sel volta
Sel volta terdiri dari elektrode-elektrode logam di anode dan katode. Kedua
elektrode dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang mengandung masing-masing
logam. Kedua larutan dihubungkan oleh jembatan garam, sehingga kedua elektrode
dihubungkan dengan voltmeter menggunakan kawat. Jembatan garam berisi garam
dalam gelatin, yang berfungsi menjaga kenetralan listrik dari kedua larutan sehingga
aliran listrik tidak terputus.
Setiap elektrode mengalami reaksi setengah sel. Anode mengalami reaksi oksidasi
sedangkan katode mengalami reaksi reduksi. Elektron yang dihasilkan dari reaksi
oksidasi mengalir melalui kawat menuju larutan yang dicelupi katode. Kemudian
elektron tersebut digunakan untuk menghasilkan reaksi membentuk logam. Aliran
elektron melalui kawat inilah yang menghasilkan sumber energi listrik.
Logam seng dicelupkan ke dalam
ZnSO4 sedangkan logam
tembaga dicelupkan ke dalam
larutan CuSO4. Kedua larutan
dihubungkan oleh jembatan
garam Na2SO4. Logam seng dan
tembaga dihubungkan dengan
voltmeter melalui kawat. Logam
Zn akan mengalami oksidasi,

3
sedangkan logam Cu mengalami
reduksi.

Anode : Zn (s)  Zn2+ (aq) + 2e-


Katode : Cu2+ (aq) + 2e-  Cu (s)
Zn (s) + Cu2+ (aq)  Zn2+ (aq) + Cu (s)
Elektron yang dihasilkan dari hasil reaksi oksidasi seng mengalir melalui kawat
menuju larutan CuSO4. Selanjutnya, elektron tersebut ditangkap oleh ion Cu2+
sehingga mengalami reduksi membentuk logam tembaga. energi listrik dihasilkan
oleh aliran elektron.
Aliran listrik mengalir dari kutub negatif ke kutub positif. Karena elektron mengalir
dari seng ke tembaga sehingga seng merupakan elektrode negatif (anode) sedangkan
tembaga merupakan elektrode positif (katode).
Jenis-jenis sel volta dan kegunaannya
Sel volta dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sel volta primer, sel volta
sekunder, dan sel volta bahan bakar. Sel volta primer adalah sel volta yang tidak
dapat diperbaharui (sekali pakai). Contohnya, yaitu sel kering (baterai biasa), baterai
alkalin, baterai merkuri oksida, dan baterai perak oksida. Baterai merkuri oksida dan
perak bayak digunakan pada arloji, kalkulator, dan berbagai jenis alat elektronik
lainnya.
Sel volta sekunder adalah sel volta yang dapat diperbaharui (dapat digunakan kembali
dengan cara di charge). Contohnya accumulator atau aki, baterai Ni-Cd, baterai Ni-
logam hidrida. Aki digunakan sebagai sumber listrik pada kendaran bermotor, baterai
Ni-Cd dan Ni-logam hidrida digunakan dalam alat bor dan flash kamera, sedangkan
baterai ion litium digunalan dalam laptop dan telepon seluler.
Sel volta bahan bakar adalah sel volta yang tidak dapat diperbaharui tetapi juga tidak
habis. Pada sel bahan bakar, elektrodenya berupa gas-gas yang ditambahkan terus-
menerus selama sel itu bekerja. Contohnya, yaitu sel campuran hidrogen dan oksigen
yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat luar angkasa.

4
Potensial standar
Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh adanya beda
potensial antara kedua elektrode yang disebut juga dengan potensial sel (Esel) ataupun
gaya gerak listrik (ggl) atau electromotive force (emf). Potensial sel yang diukur pada
keadaan standar (suhu 25°C dengan konsentrasi setiap produk dan reaktan dalam
larutan 1 M dan tekanan gas setiap produk dan reaktan 1 atm) disebut potensial sel
standar (E°sel). Nilai potensial sel sama dengan selisih potensial kedua elektrode.
Menurut kesepakatan, potensial elektrode standar mengacu pada potensial reaksi
reduksi.
E°sel = E°katode – E°anode
Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif), sedangkan
anode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil (negatif).
Data nilai potensial elektrode standar dapat dilihat pada tabel berikut.

B. NOTASI SEL
Penulisan reaksi kimia dalam sel volta menggunakan diagram sel. Reaksi di
anode ditulis di sebelah kiri, sedangkan reaksi di katode ditulis di sebelah kanan.
Diagram sel untuk reaksi Zn dan Cu pada sel volta dapat dituliskan sebagai berikut.

5
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
atau
Zn | ZnSO4 || CuSO4 | Cu
Diagram sel tersebut mengandung arti bahwa di anode terjadi reaksi oksidasi Zn
menjadi Zn2+, sedangkan di katode terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Dua garis
sejajar (||) menyatakan jembatan garam.
C. SEL ELEKTROLISIS
1. Pengertian sel elektrolisis
Sel elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh
arus listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan
spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi
listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari sel volta/galvani
yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam keadaan normal tidak
akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi dengan energi listrik
dari luar.
2. Reaksi-reaksi Sel Elektrolisis
a) Reaksi pada Katoda ( Reduksi Kation)
 Bila kation dari golongan Alkali/ IA (Li+, Na+, K+), Alkali tanah/ IIA (Mg2+, Ca2+,
Sr2+, Ba2+), Al3+ atau Mn2+ maka kation tersebut tidak direduksi namun air (H2O)
yang direduksi. hal ini karena E°red H2O lebih besar dari ion-ion teraebut. Reaksi
yang terjadi :
2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
 H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen (H2). Reaksi yang terjadi
2H+(aq) + 2e- → H2(g)
 Ion-ion logam lainnya yang tidak termasuk kelompok di atas direduksi lalu
mengendap pada katoda.
Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(aq)

6
Ag+(aq) + e- → Ag(s)
 Ion-ion lelehan atau leburan dari golongan alkali dan alkali tanah direduksi lalu
mengendap pada katoda (karena lelehan/leburan tidak mengandung air).

Li+(aq) + e- → Li(s)
Ca2+(aq) + 2e- → Ca(s)
b) Reaksi pada Anoda (Oksidasi Anion)
 Bila elektrodanya non inert ( Ni, Cu, Ag dll) maka elektrodanya yang
dioksidasi. contoh reaksinya :
Ni(s) → Ni2+(aq) + 2e-
Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-
Ag(s) → Ag+(aq) + e-
 Bila elektrodanya inert ( C, Pt atau Au) maka elektrodanya tidak bereaksi dan
bila anionnya :
 Ion OH- dari basa maka reaksi yang terjadi :
4OH-(aq) → 2H2O(aq) + O2(g) + 4e-

 Ion sisa asam yang mengandung oksigen (SO42-, NO3-, PO43- dll) tidak
dioksidasi namun air (H2O) yang dioksidasi. karena E°oks H2O lebih besar dari sisa
asam yang mengandung oksigen. Reaksi yang terjadi :
2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-

 ion sisa asam yang tidak mengandung oksigen (Cl- , Br- , I- dll) akan
dioksidasi.

2Cl-(s) → Cl2(g) + 2e-


2Br-(s) → Br2(g) + 2e-

7
3. ASPEK KUANTITATIF SEL ELEKTROLISIS
Aspek kuantitatif dari elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday, seorang ahli
kimia dan fisika dari Inggris, dalam dua hukum elektrolisis Faraday. Hukum-hukum
elektrolisis Faraday menyatakan hubungan antara massa zat yang dihasilkan di
elektrode dengan muatan listrik yang disuplai pada elektrolisis.
Hukum Faraday I
“Jumlah zat yang dihasilkan di electrode berbanding lurus dengan jumlah arus listrik
yang melalui elektrolisis.”
Secara matematis, hukum Faraday I dapat ditulis dalam persamaan berikut.
𝒆. 𝒊. 𝒕
W = e . F = 𝟗𝟔.𝟓𝟎𝟎

Hukum Faraday II
“Jika arus listrik yang sama dilewatkan pada beberapa sel elektrolisis, maka zat yang
dihasilkan masing-masing sel berbanding lurus dengan berat ekivalen zat it dan tanpa
bergantung pada jenis zat yang terlibat dalam reaksi elektrolisis”
Secara matematis, hukum Faraday II dapat ditulis dalam persamaan berikut.
𝑾𝟏 𝑾𝟐 𝑾𝒏
= =⋯=
𝒆𝟏 𝑾𝟐 𝒆𝒏
Keterangan :
W = jumlah zat yang dihasilkan (g)
e = berat ekivalen
F = jumlah listrik yang dialirkan ke dalam sel elektrolisis untuk mendapatkan 1 mol
elektron (F)
i = arus listrik (A)
t = waktu reaksi (detik)

𝑴𝒓
e = 𝒆𝒍𝒆𝒌𝒕𝒓𝒐𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒃𝒂𝒕

1 faraday = 1 mol elektron = 96.5000 coulomb/ mol electron

8
4. KOROSI
Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.
Korosi ini sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen
yang ada di udara membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan
masalah pada barang-barang yang terbuat dari besi walaupun logam-logam
lain (kecuali logam mulia) dapat juga mengalami korosi. Proses perkaratan
pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi hancur. Hal
ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa awal korosi
akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya. Hal itu
berbeda dengan peristiwa korosi pada logam Al atau Zn.
Logam-logam ini tidak mulia bahkan mempunyai nilai E° lebih kecil dari besi
berarti logam-logam ini lebih cepat teroksidasi. Namun oksida Al atau Zn
yang terbentuk melekat pada logam bagian dalam dan bersifat melindungi
logam dari proses korosi selanjutnya. Oleh sebab itu, logam Al atau Zn tidak
akan hancur karena korosi seperti pada logam besi. 42 KIMIA SMA Jilid 3
Barang-barang yang terbuat dari besi mudah mengalami korosi karena
umumnya bukan terbuat dari besi murni melainkan campuran dengan unsur-
unsur lain. Jika logam pencampurnya lebih mulia dari besi, maka besi akan
menjadi anode yang akan habis teroksidasi secara terus-menerus, sebab
paduan logam ini seolah-olah menjadi suatu sel volta yang mengalami
hubungan pendek (korslet) oleh badan besi itu sendiri. Peristiwa ini akan
lebih cepat terjadi jika barang berada di udara lembap atau terkena air, karena
selain uap air, di udara juga terdapat gas-gas lain seperti CO2 atau SO2 yang
dengan air akan membentuk larutan H2CO3 atau H2SO4 yang bersifat
elektrolit.
Proses korosi
Proses korosi dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika besi bersinggungan
dengan oksigen atau bersinggungan dengan logam lain dalam lingkungan air
akan terjadi sel elektrokimia di mana logam yang memiliki E°red lebih cepat

9
sebagai anode dan E°red yang lebih besar sebagai katode. Logam atau unsur
yang berfungsi sebagai anode, karena mengalami reaksi oksidasi, berarti yang
mengalami korosi. Besi di udara akan berkarat, besi yang dilapisi seng, maka
sengnya yang berkorosi sedangkan besi yang dilapisi timah putih , maka
besinya yang mengalami korosi.
Besi berada di udara
Potensial reduksi dari Fe dan O2:
Fe2+(s) + 2 e– –> Fe(s) E°red = –0,44 volt
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e– —> 2 H2O(l) E°red = +1,23 volt
Karena E°red Fe < E°red O2, maka Fe sebagai anode dan mengalami korosi.

2. Pencegahan terhadap korosi


Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan
elektrokimia.
a. Perlindungan Mekanis
Perlindungan mekanis ialah mencegah agar permukaan logam tidak
bersentuhan langsung dengan udara. Untuk jangka waktu yang pendek, cara
ini dapat dilakukan dengan mengoleskan lemak pada permukaan logam.
Untuk jangka waktu yang agak lama, dapat dilakukan den gan pengecatan.
Salah satu cat pelindung yang baik ialah meni (Pb3O4) karena selain
melindungi secara mekanis juga memberi perlindungan elektrokimia. Selain
pengecatan, perlindungan mekanis dapat pula dilakukan dengan logam lain,
yaitu dengan cara penyepuhan.
Proses penyepuhan untuk perlindungan terhadap korosi harus diperhatikan
harga E° dari logam yang akan dilindungi dan logam pelindungnya. Logam
yang baik sebagai pelindung harus mempunyai E° lebih kecil dari E° logam
yang dilindungi. Sebab bila terjadi goresan pada logam yang dilapisi, maka
logam pelindung akan menjadi anode pada “sel volta mini” yang terjadi,

10
sehingga logam yang dilindungi tidak akan teroksidasi selama logam
pelindung masih ada.
Untuk perlindungan agar barang-barang yang terbuat dari besi tidak cepat
rusak, maka besi (E° = –0,44 volt) lebih baik dilapis dengan seng (E° = –0,76
volt) daripada dilapis dengan timah (E° = –0,14 volt).
1) Besi yang dilapis seng
Apabila terjadi goresan atau lapisan mengelupas, kedua logam akan muncul
di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel -partikel lain,
terjadilah sel volta mini dengan Zn sebagai anodenya dan Fe sebagai
katodenya. Zn akan teroksidasi terlebih dahulu karena harga E° -nya lebih
kecil daripada Fe, sehingga korosi elektrolitik (reaksi elektrokimia yang
mengoksidasi logam) tidak terjadi.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–): Zn(s) —> Zn2+(aq) + 2 e–
Katode (+): 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
2) Besi yang dilapis timah
Apabila terjadi goresan atau lapisan mengelupas kedua logam akan muncul di
permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel -partikel lain
terjadilah sel volta mini. Di sini Fe akan bertindak sebagai anode karena E0
Fe lebih kecil daripada E° Sn, hingga Fe akan teroksidasi lebih dulu. Di sini
akan terjadi proses korosi elektrolitik. Oleh karena itu, pelat besi yang
dilapisi timah akan cepat berlubang-lubang daripada besi Galvani. Hanya dari
segi keindahan, besi yang dilapisi dengan NiCr dan Sn tampak lebih bagus
daripada besi yang dilapisi Zn.
Reaksi yang terjadi:
Anode (–) : Fe(s) —> Fe2+(aq) + 2 e–
Katode (+) : 2 H2O(l) + 2 e– —> H2(g) + 2 OH–(l)
b. Perlindungan elektrokimia

11
Perlindungan elektrokimia ialah mencegah terjadinya korosi elektrolitik
(reaksi elektrokimia yang mengoksidasi logam).Perlindungan elektrok imia ini
disebut juga perlindungan katode (proteksi katodik) atau pengorbanan anode
(anodaising). Cara ini dilakukan dengan menghubungkan logam pelindung,
yaitu logam yang lebih tidak mulia (E°-nya lebih kecil). Logam pelindung ini
ditanam di dalam tanah atau air dekat logam yang akan dilindungi. Di sini
akan terbentuk “sel volta raksasa” dengan logam pelindung bertindak sebagai
anode.
Contoh-contoh proteksi katodik
1) Untuk mencegah korosi pada pipa di dalam tanah, di dekatnya ditanam
logam yang lebih aktif, misalnya Mg,
yang dihubungkan dengan kawat. Batang magnesium akan mengalami
oksidasi dan Mg yang rusak dapat
diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga pipa yang terbuat da ri besi
terlindung dari korosi.
2) Untuk melindungi menara-menara raksasa dari pengkaratan, maka bagian
kaki menara dihubungkan dengan lempeng magnesium yang ditanam dalam
tanah. Dengan demikian menara besi akan menjadi katode magnesium dan
lempeng Mg sebagai anodenya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut :
a. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang
berlangsung dalam larutan pada antar muka konduktor elektron (logam atau
semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan perpindahan
elektron antara elektroda dan elektrolit atau sejenis dalam larutan.
b. Sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan terjadinya energi
listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan.
c. Sel elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh
arus listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan
spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi
listrik.
d. Aspek kuantitatif dari elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday, seorang ahli
kimia dan fisika dari Inggris, dalam dua hukum elektrolisis Faraday.
e. Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan. Korosi ini
sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di
udara membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada
barang-barang yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam
mulia) dapat juga mengalami korosi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini
mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna
lagi. Dan alangkah baiknya jika isi dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen
pengajar agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami materi tentang
Elektrokimia ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi. 2016. Kimia SMA Kelas XII. Bogor: Yudistira


Anonim. 2010. Kimia Dasar. Diakses di halaman http://imc.kimia.undip.ac.id/mata-
kuliah/kimia-dasar-ii/bab-3-sel-elektrokimia/, pada tanggal 28 Oktober 2013
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid I. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai