Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR DAN

MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS
TERBUKA DI SMP NEGERI 2 WONOSARI
KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN
2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

Kurnia Aprianto
NIM. K 6405023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
PENGAJUAN

PENGARUH KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR DAN


MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS
TERBUKA DI SMP NEGERI 2 WONOSARI
KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN
2009/2010

Oleh :

Kurnia Aprianto
NIM. K 6405023

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hassan Suryono, SH, MPd, MH Drs. Suyatno, MPd


NIP. 19560515 198503 1 002 NIP. 19470312 198003 1 001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :


Ketua : Drs. Machmud A.R, MPd

Sekretaris : Drs. E.S. Ardinarto, MPd

Anggota I : Drs. Hassan Suryono, SH, MPd, MH ................

Anggota II : Drs. Suyatno, MPd ..................

Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd


NIP. 19600727 198702 1 001

iv
= 3,15
>F
tabel

ABSTRAK

KURNIA APRIANTO. Pengaruh Kelengkapan Fasilitas Belajar dan


Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun
Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember. 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh


yang signifikan antara kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas terbuka di SMP Negeri
2 Wonosari Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif
kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten tahun pelajaran
2009/2010, yang terdiri dari 3 kelas sebanyak 93 siswa. Sampel yang diambil
untuk penelitian sebanyak 63 siswa sedangkan 30 siswa lainnya digunakan untuk

try out. Teknik pengumpulan data untuk variabel fasilitas belajar (X1) dan

motivasi belajar (X2) menggunakan metode angket yang bersifat tertutup,


sedangkan data untuk variabel Y diperoleh dengan menggunakan metode test.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda.
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh Fhitung = 3,97 dan Ftabel

karena Fhitung maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar (X1) dan

motivasi belajar (X2) mempunyai regresi atau pengaruh yang berarti atau
signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari (Y). Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada pengaruh
kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima. Adapun

Sumbangan Relatif (SR) variabel X1 dan X2 terhadap Y masing-masing sebesar

56,09% dan 43,91%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel X1 dan X2


terhadap Y masing-masing sebesar 6,56% dan 5,13%. Hal ini berarti bahwa
fasilitas belajar dan motivasi belajar dapat memberikan dampak bagi baik

v
buruknya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa antara fasilitas
belajar dan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas terbuka di SMP Negeri
2 Wonosari Kabupaten Klaten.

vi
ABSTRACK

KURNIA APRIANTO. Influence of Facility Equipment Learn and Motivate to


Learn to Achievement Learn The Education of Open Class Student Civic in
SMP Negeri 2 Wonosari Sub-Province of Klaten School Year 2009/2010.
Skripsi, Surakarta: Faculty of Teachership and Science of University
Education Universitas Sebelas Maret. December. 2009.

The Purpose of this research is to know whether or not the significance of


facility equipment learn and motivate to learn with the achievement learn the
Education of Civic of class student opened in SMP Negeri 2 Wonosari Sub-
Province of Klaten school year 2009 / 2010.
This research conducted by using quantitative discriptive. Population used
in this research is entire class student opened in SMP Negeri 2 Wonosari Sub-
Province of Klaten school year 2009 / 2010, consisted of 3 class counted 93
student. Sampel taken for research is counted 63 student of while 30 other student
have been used for the try of out. Technique of data collecting for the variable of
facility learn the ( X1) and motivate to learn the ( X2) use the enquette method
having the character of closed, while data for the variable of Y obtained by using
method test the. Technique analyse the data used by technique analyse the double
regresi.
Pursuant to enumeration result obtained and because hence inferential
that facility learn the ( X1) and motivate to learn the ( X2) have the regresi or
influence meaning or signifikan with the achievement learn the Civic Education
of class student opened SMP Negeri 2 Wonosari ( Y). On that account, research
hypothesis sounding " There is influence of facility equipment learn and motivate
to learn to achievement learn the Education of Open Class student Civic in SMP
Negeri 2 Wonosari Sub-Province of Klaten School Year 2009 / 2010", expressed
to be accepted. As For Contribution Relative ( SR) of Variable of X1 and X2 to Y
each of 56,09% and 43,91%, while Effective Contribution ( SE) of Variable of X1
and X2 to Y each of 6,56% and 5,13%. Matter this means that facility learn and
motivate to learn can give the impact to pros and cons achievement learn the
student specially at subject of Civic Education.

vii
Pursuant to boldness above inferential that between facility learn and
motivate to learn to have the influence which signifikan to achievement learn the
Civic Education of class student opened in SMP Negeri 2 Wonosari of Sub-
Province Klaten.

viii
MOTTO

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam segala urusannya”. ( Q.S. Ath- Tholaq: 4 )

“Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus


(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak
dapat melintasinya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”.
( Q.S. Ar Rohman: 33)

ix
PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk:


Ø Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan
kasih sayangnya selama ini, semoga Allah SWT
memberikan kebaikan dan kemuliaan kepada
ibu dan bapak di dunia dan akhirat
Ø Adik tersayang Ninuk Setyaningsih yang selalu
memberikan keceriaan di rumah
Ø Siswanti, S.TP yang selalu memberikan
motivasi
Ø Almamater

x
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi
persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Penulis mengalami berbagai hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun
atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, MPd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, MPd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sri Haryati, MPd, Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang
telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini dan
Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
4. Drs. Hassan Suryono, SH, MPd, MH, Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
penyusunannya.
5. Drs. Suyatno, MPd, Pembimbing II yang selalu sabar dalam memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
penyusunannya.
6. Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
7. Sugiyanto, SPd, MACE, Kepala sekolah SMP Negeri 2 Wonosari Klaten yang
telah memberikan ijin untuk mengadakan try out dan penelitian.
8. Slamirun, SPd, Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2
Wonosari Klaten yang telah membantu untuk kelancaran dalam penelitian ini.

xi
9. Almamater PKn angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi
ini.
Skripsi ini telah disusun dengan semaksimal mungkin, akan tetapi penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab
itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki skripsi ini. Di samping itu penulis tetap berharap bahwa semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar
kita khususnya bagi kemajuan Pendidikan Kewarganegaraan.

Surakarta, Desember 2009

Penulis

xii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN.....................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................iv
HALAMAN ABSTRAK...........................................................................................................v
HALAMAN ABSTRACK.......................................................................................................vii
HALAMAN MOTTO...............................................................................................................ix
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................................x
KATA PENGANTAR...............................................................................................................xi
DAFTAR ISI.............................................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 6
D. Perumusan Masalah 7
E. Tujuan Penelitian 7
F. Manfaat Penelitian 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 9
1. Tinjauan tentang Fasilitas
Belajar 9
2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar 16
3. Tinjauan tentang Prestasi Belajar PKn 23
4. Tinjauan tentang Kelas Terbuka 31
B. Kerangka Berpikir 32
C. Hipotesis 35

xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 36
B. Metode Penelitian 37
C. Populasi dan Sampel 41
D. Teknik Pengumpulan Data 42
E.Uji Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 63
1. Deskripsi Data Kelengkapan Fasilitas Belajar 63
2. Deskripsi Data Motivasi Belajar 65
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar 66
B. Pengujian Prasyarat Analisis 68
1. Uji Normalitas 68
2. Uji Independensi 69
3. Uji Linieritas……………………………………………….. 70
C. Pengujian Hipotesis 71
D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis……………………………… 73
E.Penafsiran Hasil Analisis Data 75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan 80
B. Implikasi 80
C. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................84
LAMPIRAN................................................................................................................................86

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Waktu dan kegiatan penelitian..............................................................................36
Tabel 2. Distribusi frekuensi skor kelengkapan fasilitas belajar.................................64
Tabel 3. Distribusi frekuensi skor motivasi belajar.........................................................65
Tabel 4. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar..........................................................67
Tabel 5. Rangkuman uji linieritas X1 dengan Y...............................................................70
Tabel 6. Rangkuman uji linieritas X2 dengan Y...............................................................71

xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan alur kerangka permikiran.....................................................................35
Gambar 2. Histogram distribusi variabel fasilitas belajar.............................................64
Gambar 3. Histogram distribusi variabel motivasi belajar...........................................66
Gambar 4. Histogram distribusi variabel prestasi belajar mata pelajaran PKn.. 68

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat pengantar angket try out dan penelitian..........................................86
Lampiran 2. Daftar nama siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari yang
mengikuti try out................................................................................................87
Lampiran 3. Kisi-kisi angket try out fasilitas belajar dan kunci jawaban................88
Lampiran 4. Kisi-kisi angket try out motivasi belajar dan kunci jawaban..............92
Lampiran 5. Kisi-kisi angket try out prestasi belajar PKn dan kunci jawaban. 97
Lampiran 6. Hasil rekapitulasi variabel fasilitas belajar.............................................112
Lampiran 7. Contoh penghitungan item fasilitas belajar yang valid.......................114
Lampiran 8. Hasil rekapitulasi variabel motivasi belajar...........................................116
Lampiran 9. Contoh penghitungan item motivasi belajar yang valid.....................118
Lampiran 10. Hasil rekapitulasi variabel prestasi belajar...........................................120
Lampiran 11. Contoh penghitungan item prestasi belajar yang valid.....................126
Lampiran 12. Daftar nama siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari
sebagai penelitian populasi........................................................................128
Lampiran 13. Kisi-kisi angket penelitian fasilitas belajar dan kunci jawaban. 130
Lampiran 14. Kisi-kisi angket penelitian motivasi belajar dan kunci jawaban. 134
Lampiran 15. Kisi-kisi angket penelitian prestasi belajar dan kunci jawaban. 138
Lampiran 16. Rekapitulasi data penelitian......................................................................151
Lampiran 17. Rangkuman penghitungan distribusi skor fasilitas belajar..............154
Lampiran 18. Rangkuman penghitungan distribusi skor motivasi belajar............156
Lampiran 19. Rangkuman penghitungan distribusi skor prestasi belajar..............158
Lampiran 20. Uji normalitas fasilitas belajar (X1)........................................................160
Lampiran 21. Uji normalitas motivasi belajar (X2)......................................................163
Lampiran 22. Uji normalitas prestasi belajar (Y)..........................................................166
Lampiran 23. Penghitungan uji independensi antara X1 dengan X2.......................168
Lampiran 24. Penghitungan uji linieritas X1 dengan Y...............................................169
Lampiran 25. Penghitungan uji linieritas X2 dengan Y...............................................174
Lampiran 26. Penghitungan koefisian korelasi sederhana dan uji signifikasi
X1 dengan Y...................................................................................................179

xvii
Lampiran 27. Penghitungan koefisien korelasi sederhana dan uji signifikasi
X2 dengan Y 180
Lampiran 28. Garis regresi ganda......................................................................................181
Lampiran 29. Uji keberartian regresi ganda...................................................................183
Lampiran 30. Penghitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif................184
Lampiran 31. Permohonan ijin penelitian / try out kepada rektor
UNS di Surakarta 185
Lampiran 32. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q
pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta 186
Lampiran 33. Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan
skripsi/ makalah 187
Lampiran 34. Surat kepada kepala sekolah SMP N 2 Wonosari Klaten untuk
mengadakan try out dan penelitian di SMP N 2 Wonosari
Klaten 188
Lampiran 35. Surat keterangan telah mengadakan try out dan penelitian di
SMP N 2 Wonosari Klaten 189

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan telah dilakukan manusia dari masa ke masa kepada generasi
berikutnya sejak dahulu sampai sekarang. Nilai kehidupan yang luhur selalu
diwariskan kepada anak cucu, agar kelak dapat mencapai kebahagiaan hidup yang
didambakan. Nilai-nilai kehidupan yang luhur itu dapat diwariskan kepada
generasi penerus melalui pendidikan yang tetap berjalan sepanjang sejarah.
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia sepanjang
hayat. Manusia berkembang menjadi sempurna melalui pendidikan. Berbagai
ilmu pengetahuan dan teknologi muncul dari adanya pendidikan, sehingga dapat
dikatakan bahwa pendidikan merupakan pintu gerbang menuju kemajuan. Seperti
pendapat yang diungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:3) yaitu
“education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect changes
in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups or communities”. Artinya
bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, dan sikap dari individu,
kelompok atau komunitas.
Pendidikan dapat dilakukan di dalam keluarga, masyarakat dan sekolah.
Ketiga pusat pendidikan tersebut akan saling mendukung dalam pencapaian tujuan
pendidikan seorang anak. Dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Pendidikan di keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama bagi anak-anak. Menurut Johan Amos Comenius yang dikutip oleh

xix
Muchjiddin Dimjati (2001 : 7) mengemukakan bahwa “Anak bukanlah manusia
yang berukuran kecil, melainkan manusia yang sedang tumbuh”.
Dalam pendidikan terlihat suatu proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar ini menunjukkan suatu rangkaian kegiatan yang menyeluruh dan
menyangkut berbagai faktor dan situasi di sekitarnya, sehingga berhasil atau
tidaknya kegiatan belajar mengajar tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Ngalim Purwanto (1997 : 102) bahwa “Proses
pembelajaran untuk meraih prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari luar dirinya”.
Faktor yang berasal dari diri siswa disebut dengan faktor individual, sedangkan
faktor yang berasal dari luar individu disebut dengan faktor sosial.
Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan, maka nilai belajar atau prestasi belajar dijadikan tolak ukurnya.
Pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan formal yang berhasil akan
memperlihatkan prestasi belajar siswa di atas rata-rata, apabila dibandingkan
dengan lembaga pendidikan nonformal yang belum memenuhi standar yang telah
ditentukan oleh pemerintah.
Keberhasilan siswa dalam memperoleh nilai atau prestasi yang baik dapat
dipengaruhi oleh faktor kelengkapan fasilitas yang ada di sekolah, yaitu alat-alat
yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang termasuk dalam faktor
sosial, seperti yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto di atas. Penyediaan
fasilitas yang ada di sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam meraih
prestasi belajar siswa yang baik. Semakin lengkap fasilitas yang diberikan sekolah
kepada siswa, maka siswa diharapkan dapat pula meningkatkan prestasinya.
Fasilitas belajar ini dapat berupa benda dan yang dibendakan, dimana
fungsi dan wujud dari fasilitas belajar tersebut berbeda satu dengan yang lainnya,
akan tetapi semuanya memiliki peranan yang sama yaitu mempermudah dan
memperlancar kegiatan belajar. Fasilitas belajar dapat berupa alat tulis menulis,
ruangan atau tempat belajar dan praktek, perpustakaan, waktu dan kesempatan,
buku, uang atau biaya, dan masih banyak lagi.

xx
Keberhasilan siswa bukan hanya tergantung pada fasilitas belajar yang
memadai dan guru yang berpengalaman saja, akan tetapi juga disebabkan oleh
aspek lainnya. Satu diantaranya adalah aspek motivasi belajar, seperti yang
diungkapkan Ngalim Purwanto yang termasuk faktor individual, karena motivasi
belajar merupakan dorongan atau pemberi semangat bagi siswa yang kuat dalam
melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dimaksudkan sebagai satu kondisi
psikis yang mendorong seorang siswa untuk melakukan aktivitas guna mencapai
tujuan, yaitu hasil belajar yang maksimal. Karena siswa merasa lebih
mendapatkan bekal pengalaman pendidikan, maka keinginan tersebut semakin
berkembang, dengan kata lain bahwa siswa yang mempunyai keinginan dan
motivasi untuk berhasil tentu cenderung mempunyai sifat yang positif, keinginan
tersebut diharapkan dapat memacu siswa untuk meraih hasil yang baik dalam
belajarnya.
Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang dalam
kegiatan belajar. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, dua
diantaranya adalah faktor fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar siswa.
Dimana faktor fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar siswa berperan
penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk dapat mengetahui
berhasil tidaknya siswa dalam belajar atau mengikuti proses balajar, dengan
menggunakan fasilitas ataupun tidak serta memiliki motivasi yang tinggi atau
tidak, maka dilakukan suatu evaluasi yang kemudian hasilnya dituangkan dalam
bentuk angka yang digunakan untuk menyatakan prestasi belajar siswa.
Belajar merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas kehidupan
seseorang. Oleh karena itu kesempatan belajar seharusnya dapat dimiliki oleh
siapapun, di manapun dan kapanpun. Konsep pendidikan sepanjang hayat (life-
long education) dan pendidikan untuk semua (education for all) yang dicetuskan
oleh UNESCO merupakan suatu gagasan yang harus dapat diwujudkan di
Indonesia. Namun upaya ke arah itu ternyata masih banyak menemui kendala.
Hingga saat ini problem pemerataan kesempatan belajar masih menjadi masalah
besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.

xxi
Dalam wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis
dan demografis yang begitu beragam, sangat sulit memberikan layanan
pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat terutama anak-anak yang
memiliki berbagai kendala ekonomi, geografis dan waktu. Bahkan sekalipun di
lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah reguler, belum tentu kelompok anak
yang memiliki kendala tersebut sempat mengikuti pendidikan karena
kesibukannya bekerja membantu orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok anak
seperti ini, pergi ke sekolah setiap hari dengan segala konsekwensinya,
merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Anak-anak tersebut berada di
luar jangkauan pendidikan konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif
program pendidikan non-konvensional untuk dapat menjangkau mereka. Sistem
pendidikan terbuka dapat dijadikan alternatif untuk memberikan layanan
pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala semacam itu. Untuk
pendidikan tingkat SLTP, salah satu bentuk pendidikan terbuka yang telah
dilaksanakan saat ini adalah Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka).

Sistem pembelajaran SMP Terbuka didesain sedemikian rupa sehingga


siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan terbatas dari orang lain.
Sebagian besar kegiatan belajar di SMP Terbuka dilakukan siswa secara mandiri.
Dalam kegiatan belajar, siswa tidak selalu tergantung kepada guru, karena
memang tidak setiap hari mereka dapat bertatap muka dengan guru seperti halnya
pada sekolah konvensional. Siswa SMP Terbuka dapat belajar pada waktu dan
tempat yang diatur sesuai kondisi siswa. Dengan cara demikian, maka anak-anak
yang bermasalah tersebut akan terbuka kesempatannya untuk bersekolah. Sistem
pembelajaran mandiri sebagaimana diterapkan di SMP Terbuka masih dirasakan
sebagai sesuatu yang baru bagi sebagian besar anak seusia SMP.
Seiring dengan perkembangan SMP Terbuka yang saat ini telah tersebar di
seluruh Indonesia, makin banyak pula fenomena yang bisa diamati terhadap
penyelenggaraan SMP Terbuka. Oleh karena itu, mengkaji sikap para siswa
terhadap SMP Terbuka adalah menjadi penting dan menarik. Berhubung SMP
Terbuka menerapkan sistem pembelajaran mandiri, maka upaya meningkatkan

xxii
kemandirian belajar siswa merupakan sesuatu yang amat penting. Sebab tanpa
adanya kemandirian belajar yang memadai, proses pembelajaran di SMP Terbuka
tidak akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan. Salah satu ciri yang
paling pokok dalam sistem pendidikan terbuka adalah adanya komitmen untuk
membantu siswa agar memiliki kemandirian belajar.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten
merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan sistem
SMP Terbuka dengan konsep mengadakan sistem Kelas Terbuka. Sehingga
disamping memiliki Kelas Reguler, Sekolah ini juga memiliki Kelas Terbuka yang
dapat menjangkau anak-anak yang belum bisa menimba ilmu di tingkat sekolah
menengah karena berbagai kendala tertentu. Fasilitas yang ada di dalam Kelas
Terbuka tentu sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam Kelas Reguler.
Begitu juga dengan motivasi belajar siswa Kelas Terbuka akan berbeda dengan
motivasi siswa Kelas Reguler, karena berbagai kendala yang banyak dihadapi
oleh siswa Kelas Terbuka dalam kehidupan kesehariannya. Oleh karena itu, SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten diharapkan dapat mengembangkan sistem
pendidikan Terbuka ke arah yang lebih baik dalam menentukan masa depan anak-
anak yang dipandang kurang mampu.
Dari uraian di atas, maka penulis mengambil judul: ”PENGARUH
KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SISWA KELAS TERBUKA DI SMP NEGERI 2 WONOSARI KABUPATEN
KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
tersebut sebagai berikut :
1. Kelengkapan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah membuat siswa dapat
mencapai prestasi yang baik.
2. Motivasi dan dorongan belajar yang dimiliki siswa kemungkinan
mempengaruhi hasil belajar siswa.

xxiii
3. Fasilitas belajar sekolah serta motivasi belajar yang dimiliki siswa berpengaruh
dalam peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

C. Pembatasan Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan
masalah agar permasalahan yang diteliti tidak meluas. Untuk itulah penulis
membatasi masalah yang akan dirinci sebagai berikut :
1. Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar adalah segala sesuatu (alat peraga, ruang/tempat, waktu,
kesempatan, alat-alat praktek dan lain sebagainya) yang memudahkan atau
memperlancar pelaksanaan kegiatan yang mengakibatkan perubahan diri pada
siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten dalam
bertingkah laku. Ruang lingkup fasilitas berupa kelengkapan belajar,
ruang/tempat belajar, waktu, kesempatan, buku acuan dan perpustakaan.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya
penggerak psikis yang ada di dalam diri siswa, yang menimbulkan suatu
kegiatan belajar pada siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten
Klaten, yang dirangsang oleh kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan. Ruang lingkup motivasi dibatasi oleh minat untuk belajar, perilaku
siswa dan tujuan siswa dalam belajar.
3. Prestasi Balajar Pendidikan Kewarganegaraan
Prestasi Belajar dalam penelitian ini adalah penilaian hasil usaha kegiatan atau
belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten Klaten pada semester Ganjil tahun pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :

xxiv
1. Adakah pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010?
2. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten
Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010?
3. Adakah pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kelengkapan fasilitas belajar
terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di
SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2
Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa
Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran
2009/2010.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khasanah penelitian dibidang pendidikan khususnya Sekolah
Menengah Pertama.
b. Sebagai pembanding, pertimbangan dan pengembangan pada penelitian
sejenis pada masa yang akan datang.

xxv
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru maupun pihak sekolah
penyelenggara Kelas Terbuka dalam memberikan pengarahan dan motivasi
kepada siswa Kelas Terbuka.
b. Sebagai masukan yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan mutu
siswa Kelas Terbuka.
c. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan
tentang model Kelas Terbuka.

xxvi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan variabel yang diteliti, maka pada bagian ini akan dikaji
secara teoritik terutama tentang kelengkapan fasilitas belajar, motivasi belajar dan
prestasi belajar. Adapun pembahasan lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Tentang Fasititas Belajar


a. Pengertian Fasilitas
Setiap manusia yang sedang melakukan kegiatan belajar tentu tidak
mungkin dapat lepas dari sarana dan prasarana atau alat penunjang kelancaran
kegiatan belajar. Menyadari akan hal ini, maka di setiap sekolah sudah pasti
harus memiliki fasilitas belajar yang rnemadai agar kelancaran dalam kegiatan
belajar mengajar dapat tercapai.
Menurut Y. B. Suparlan, Rahmat Wijoyopranoto dan S. Pardiman
(1983:32) bahwa “Fasilitas adalah segala keperluan untuk memudahkan
pelaksanaan atau kegiatan tcrtentu”. Sedangkan Menurut Suradji (1994 : 142)
“Fasilitas dalam proses belajar mengajar antara lain alat peraga, ruang, waktu,
kesempatan, tempat, alat-alat praktek, buku-buku dan perpustakaan”.
Berdasarkan pengertian fasilitas dan para ahli di atas, maka yang
dimaksud dengan fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk
mempermudah dan memperlancar pelaksanaan kegiatan tertentu yang dapat
berupa benda atau yang dibendakan. Dalam penelitian ini fasilitas belajar
dibatasi pada alat-alat kelengkapan belajar, ruang/tempat belajar, waktu,
kesempatan, buku acuan dan perpustakaan.

b. Pengertian Belajar
Masalah belajar merupakan masalah inti dari seluruh proses dan
kegiatan pendidikan. Belajar merupakan hal yang penting bagi peserta didik,

xxvii
sebab dengan belajar mereka akan memperoleh ilmu pengetahuan,
peningkatan atau perkembangan tingkah laku, memperoleh kecakapan serta
memperoleh pengalaman.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1990: 21) “Belajar adalah sesuatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil)
pengalaman yang lalu”. Sedangkan Menurut Slameto (1995: 2) yang
dimaksud dengan belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungannya”. Pendapat yang lain menyatakan “learning is the
process by which an organism changes its behaviour as a result of
experience”. (Maltby, 1995:219). Artinya bahwa belajar adalah suatu proses
dari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Herbert
J. Klausmeier (1975:11) menyebutkan bahwa “learning is a process or
operation inferred from relatively permanent changes in behaviour that result
from practice”. Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa belajar adalah
sebuah proses atau disimpulkan sebagai operasi dari perubahan secara relatif
dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, yang dimaksud dengan belajar
adalah suatu proses usaha yang di1akukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman
individu dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Dari definisi di atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang
penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
1) Be1ajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-peruhahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.

xxviii
3) Perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu
periode waktu yang cukup panjang.
4) Perubahan tingkah laku, karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
c. Pengertian Fasilitas Belajar
Menurut Suharsmi Arikunto (1996: 6) bahwa “Fasilitas belajar adalah
segala sesuatu yang dapat rnemudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu
usaha. Yang dapat memudahkan dan memperlancar usaha ini dapat berupa
benda-benda maupun uang. Jadi, dalam hal ini fasilitas dapat disamakan
dengan benda”.
Jadi, yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah segala sesuatu (alat
peraga, ruang/tempat, waktu, kesempatan, alat-alat praktek atau yang lain)
yang memudahkän atau memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang mengakibatkan perubahan diri seseorang dalam berfikir dan bertingkah
laku berkat penga1aman.
d. Macam-macam Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar di sekolah merupakan penunjang kelancaran dalam
proses pembelajaran. Dengan adanya failitas belajar yang memadai, maka
kelancaran dalam belajar akan dapat terwujud. Macam-macam fasilitas
belajar, Slameto (1995: 85) mengemukakan:
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan, kesehatan dan lain-
lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar
itu hanya terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Fasilitas belajar erat sekali hubungannya dengan kemampuan ekonomi


orang tua. Biasanya pada tingkat ekonomi orang tua yang tinggi akan
cenderung untuk memenuhi fasilitas belajar anaknya yang dibutuhkan. Lain
halnya, jika tingkat ekonomi orang tua yang pas-pasan. ini cenderung untuk

xxix
memenuhi fasilitas belajar anaknya hanya seadanya saja. asal dapat membayar
uang sekolah anaknya itu sudah merasa cukup.
Begitu juga dengan pemenuhan kelengkapan fasilitas di sekolah, jika
sekolah memiliki keuangan yang cukup, maka kelengkapan fasilitas sekolah
akan dapat terpenuhi dan siswa dapat belajar dengan lebih baik. Semakin
lengkap fasilitas belajar, semakin mempermudah dalam melakukan kegiatan
belajar Dengan adanya fasilitas yang lengkap diharapkan terjadi perubahan,
misalnya dengan fasilitas belajar siswa akan lebih bersernangat dalam belajar,
siswa tidak perlu meminjam atau menggantungkan pekerjaan pada teman,
sebab pekerjaan yang diberikan dapat dikerjakan sendiri dengan bantuan
fasilitas yang telah ada.
Kurang lengkapnya fasilitas belajar akan menghambat kegiatan belajar
mengajar di sekolah, dengan kata lain harapan yang diinginkan, yakni untuk
membuat siswa lebih baik tidak akan terwujud dan akan terus terhambat serta
prestasi siswa yang tidak dapat meningkat.
Untuk itulah akan diuraikan sebagian dari sekian banyak fasilitas
belajar, yang mungkin bisa membantu memberikan batasan-batasan fasilitas
belajar, antara lain:

1) Alat Tulis Menulis


Setiap siswa harus mempunyai alat tulis menulis sendiri, baik
untuk belajar di sekolah maupun di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh
The Liang Gie (1988: 53) berikut:
Belajar tidak dapat pula dilakukan tanpa memakai alat-alat
belajar secukupnya, semakin lengkap alat-alat itu semakin dapat
seseorang siswa belajar dengan tidak terganggu. Di samping buku
pelajaran, alat-alat yang harus dimiliki sendiri oleh setiap pelajar
ialah bolpoint, tinta, pensil hitam, bolpoint berwarna, mistar, karet
penghapus, kertas tulis, buku notes, busur derajat dan lain
sebagainya.

xxx
Jadi, dengan melengkapi alat tulis menulis, seperti pensil, pulpen,
karet penghapus, penggaris, spidol berwarna, buku tulis dan buku notes,
maka seorang siswa dalam mengikuti pelajaran atau belajar di rumah tidak
mengalami kesulitan yang berarti. Di samping itu, perabot belajar seperti
meja belajar, kursi, rak buku, tempat sampah juga akan mempengaruhi
kegiatan belajar siswa.
2) Tempat atau Ruang Belajar
Bila bahan yang akan dipelajari itu telah berada di tangan, yang
mana bahan tersebut dapat berupa catatan maupun bacaan, maka siswa
perlu menentukan tempat belajarnya. Jika kegiatan belajar itu dilakukan di
perpustakaan, biasanya siswa akan cenderung memilih tempat duduk yang
menurutnya strategis, tenang dan dapat lebih berkonsentrasi, sehingga
bahan pelajaran yang akan dipelajari akan mudah untuk dipahami dan
dimengerti.
Dalam mengatur tempat atau ruangan untuk belajar lebih baik
jauhkan dan hal-hal yang tidak diperlukan. Sedangkan untuk perlengkapan
yang diperlukan secepat mungkin dapat disediakan, karena hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi siswa di dalam proses belajar. Tata ruang
hendaknya dapat memberikan serta membuat suasana yang menyenangkan
bagi penghuninya dan memberikan ketenangan dalam melakukan suatu
kegiatan belajar.
Di setiap kelas sebagai ruang belajar hendaknya sudah tersedia
perabot-perabot, seperti meja, kursi, rak buku atau tempat peralatan tulis
menulis. Meja belajar hendaknya bersih dari benda-henda apapun yang
tidak langsung diperlukan untuk belajar, seperti buku-buku pelajaran yang
sedang tidak dipelajari.
Syarat lain untuk tempat belajar yang baik ialah penerangan cahaya
yang cukup. Menurut The Liang Gie (1988: 34) yang menggolongkan
penerangan cahaya lampu menjadi 4 (empat) golongan, yaitu: 1)
Penerangan tak langsung; 2) Penerangan setengah langsung; 3)
Penerangan setengah tak langsung; 4) Penerangan langsung.

xxxi
Bagi siswa yang terbiasa belajar pada malam hari, The Liang Gie
menyarankan untuk menggunakan penerangan tak langsung, karena
cahaya pemantulannya tersebar keseluruh ruangan sehingga sifatnya
merata dan tidak menimbulkan bayangan yang mencolok.
Selain itu, syarat yang perlu diperhatikan adalah ventilasi atau
tempat peredaran udara. VentiIasi ini harus cukup, sehingga udara yang
keluar masuk dapat berganti dengan lancar dan siswa yang belajar di
ruangan tersebut merasa nyaman dan tenang. Fentilasi dapat berupa pintu,
jendela dan kisi-kisinya serta Iainnya yang sejenis.
3) Waktu Belajar
Jika ingin memperoleh prestasi belajar yang tinggi, siswa harus
dapat mengatur waktu sebaik-baiknya. Waktu yang digunakan untuk
memahami suatu mata pelajaran antara siswa satu dengan yang lain dapat
berbeda-beda. Untuk memahami suatu mata pelajaran ada seorang siswa
yang hanya memerlukan waktu singkat, namun ada siswa yang
membutuhkan waktu lama untuk memahami suatu pelajaran. Belajar yang
baik adalah dengan membuat jadwal yang rutin. Setiap siswa hendaknya
mempunyai jadwal harian, sehingga tahu apa yang akan dilakukan.
Menurut The Liang Gie (1988: 35) pembagian waktu dapat
dibedakan dan digolongkan untuk keperluan sebagai berikut: “Tidur tiap
harinya 8 jam, makan, mandi dan senam 3 jam, urusan pribadi (misalnya
menulis surat atau rekreasi) 2 jam, sisanya untuk belajar 11 jam”.
Dengan demikian setiap siswa umumnya memiliki waktu yang
kurang lebih 11 jam setiap harinya untuk belajar. Waktu belajar adalah
waktu terjadinya proses belajar mengajar baik yang terjadi di sekolah
maupun di rumah. Waktu tersebut dapat pagi, siang, sore atau malam hari.
4) Kesempatan
Untuk memperoleh prestasi yang baik, seorang siswa harus dapat
melihat dan mengetahui kesempatan yang baik untuk belajar. Guru yang
baik, lingkungan sekolah yang mendukung dan menyenangkan belum
tentu dapat membuat seorang siswa belajar dengan baik. Ada faktor lain

xxxii
yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor tersebut adalah
kesempatan. Banyak siswa yang tidak dapat belajar sebaik mungkin, oleh
karena tidak ada atau kurang adanya kesempatan untuk belajar.
Kesempatan ini tidak ada, disebabkan oleh karena siswa tersebut
terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, baik itu membantu pekerjaan
orang tua di rumah atau membantu mencari nafkah atau hal-hal lain. Jadi,
waktu untuk belajarnya tidak dipikirkan secara matang dan terperinci,
karena hal itulah baru disadari bahwa kesempatan juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
5) Buku dan Perpustakaan
Penggunaan buku teks dapat menolong siswa untuk memperoleh
kecakapan memahami dan menelaah kenyataan dan pengertian-pengertian
tentang segala macam disiplin ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan. Di
dalam hal yang bersifat lisan mungkin hanya memerlukan kuatnya daya
mengingat. Sedang, membaca sendiri memerlukan kecakapan menarik
kesimpulan, membandingkan dan menilai secara kritis dan cermat. Untuk
mengembangkan kecakapan berpikir haruslah banyak membaca buku.
Penjelasan guru serta bahan bacaan yang baik juga menunjang kecakapan
siswa.
Melihat kenyataan tersebut, tak jarang apabila di lembaga atau
suatu instansi mempunyai atau menyediakan semacam perpustakaan.
Perpustakaan merupakan sarana yang paling penting di sekolah, karena
tanpa perpustakaan tidaklah lengkap fasilitas suatu sekolah. Perpustakaan
sekolah mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting bagi
pengembangan minat dan prestasi seorang siswa terhadap ilmu
pengetahuan dan merupakan sumber penelitian. Hasrat membaca dapat
dipertinggi bila mernpunyai keinginan yang besar terhadap membaca.
Koleksi buku perpustakaan hendaknya adalah buku-buku baru dan
mutakhir (mengikuti perkembangan zaman), karena para siswa dapat
memperoleh ilmu pengetahuan yang baru pula serta dapat menambah
kualitas dan wawasan dan juga meningkatkan prestasi yang baik.

xxxiii
2. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Untuk berbuat sesuatu harus ada suatu daya penggerak, harus ada
sesuatu yang mendorong. Aspek yang mendorong seseorang untuk dapat
belajar dengan baik harus diperhatikan. Perbedaan motivasi dapat dilihat dari
perbedaan tingkah laku siswa dalam kegiatan be1ajarnya sehari-hari.
Dalam kegiatan pendidikan, pendidik harus senantiasa memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan peserta didik, karena sangat penting untuk memberikan
motivasi terhadap peserta didik dalam rangka membantu mengembangkan
dirinya, baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai rnakhluk sosial.
Menurut Suradji (1994: 2), “Motivasi adalah suatu tenaga (dorongan,
alasan, kemauan) dan dalam yang rnenyebabkan kita berbuat atau bertindak
yang tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai”.
Sedangkan J. Gino, Suwarni, Suripto H.S, Muryanto, Sutijan (1996:
82) berpendapat, “Motivasi merupakan tenaga atau faktor yang ada dalam diri
seseorang yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya”.
Ngalim Purwanto (2002: 71) mengemukakan bahwa:
Motivasi adalah pendorongan, suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar Ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor pendorong yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk berbuat sesuatu dengan hatinya,
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan timbulnya reaksi untuk melakukan suatu usaha guna
mencapai usaha yang diharapkan. Motivasi yang dimiliki seorang siswa dapat
diketahui dengan melihat adanya ciri-ciri motivasi pada diri siswa tersebut.

xxxiv
Motivasi yang ada pada diri siswa tersebut memiliki ciri-ciri seperti yang
diungkapkan oleh Sardiman A.M (2001: 81), sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas;
2) Ulet menghadapi kesulitan;
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah;
4) Lebih senang bekerja mandiri;
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin;
6) Dapat mempertahankan pendapatnya;
7) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini;
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar,


yaitu:
1) Motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik
dalam kegiatan-kegiatan belajarnya.
2) Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.
Kebutuhan dalam belajar berawal dari motivasi belajar siswa itu sendiri.
Sardiman A.M (2001: 87-89) menggolongkan motivasi menjadi 2 (dua), yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam
diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.
Motivasi intrinsik pada umumnya lebih efektif dalam mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu daripada motivasi ekstrinsik. Hal ini
tentu memberi informasi yang sangat berharga bagi pendidikan
profesianal. Motivasi ini merupakan dorongan yang datang dari dalan diri
siswa, motivasi ini juga disebut motivasi murni, yang termasuk dalam
motivasi intrinsik antara lain:
a) Sikap
Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan dalam
menghadapi situasi tertentu. Tiap orang mempunyai sikap yang
berbeda-beda terhadap suatu perangsang, ini disebabkan oleh berbagai
faktor yang ada pada individu yang juga berbeda-beda, misalnya
bakat, pengalaman, pengetahuan, lingkungan.

xxxv
b) Kebiasaan
Kebiasaan merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
seseorang secara tepat dan seragam. Perbuatan ini diperoleh atau
dibentuk melalui proses belajar yang berangsur-angsur. Pada tahap
permulaan kebiasaan sulit dilakukan, tetapi melalui proses belajar,
kebiasaan akan terbentuk sedemikian rupa, sehingga tanpa disadari
apabila ada suatu rangsangan tertentu.

c) Minat
Suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat atau
motif itu akan bangkit jika ada minat yang besar. Minat itu dapat
ditimbulkan dengan berbagai cara antara lain: Memperluas
pengetahuan, memperdalam pengetahuan, melengkapi buku-buku
pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang menunjang belajar siswa. Hal
ini dilakukan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.
d) Kebutuhan
Seorang anak akan terdorong untuk belajar apabila ia merasa
bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan. Kebutuhan ini akan
menimbulkan keadaan untuk pemenuhan dan keinginan tersebut.
Dalam kegiatan belajar banyak hal yang dapat dilakukan siswa apabila
ia merasa bila belajar itu merupakan kebutuhan yang sangat penting.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan
dari luar. Satu hal yang langsung berkaitan dengan motivasi adalah taraf
harapan. Orang yang menetapkan harapan terlalu tinggi mungkin akan
mengalami kekecewaan bila mengalami kegagalan, yang selanjutnya akan
mematahkan. semangat dan menghilangkan motivasi untuk berbuat
sesuatu lagi. Berhubungan dengan hal ini, maka suatu motivasi dari orang
lain dibutuhkan.
Motivasi ekstrinsik yang datangnya dari luar siswa dapat berupa:
angka, hadiah, persaingan, hukurnan dan lain-lain. Agar suatu kegiatan

xxxvi
memberikan hasil yang efektif, maka perlu adanya motif yang kuat dan
motif yang kuat tersebut dilakukan dengan usaha-usaha untuk
membangkitkannya. Jadi, motivasi merupakan usaha-usaha untuk
menyediakan kondisi dan situasi, sehingga individu melakukan kegiatan
yang dapat dilakukan sesuai keinginan dan tujuan yang hendak dicapai.

Bentuk motivasi ekstrinsik itu antara lain:


a) Nilai Ulangan
Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
Pengetahuan atas hasil usaha suatu pekerjaan merupakan cara untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang memperoleh nilai
basil belajar yang baik, akan meningkatkan motivasi belajar siswa
tersebut dengan lebih baik lagi. Kegagalan siswa dalam mengerjakan
ulangan kadang juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
belajarnya, yang mana kegagalan belajar itu dapat menjadi cambuk
untuk belajar lebih baik lagi.
b) Kompetisi atau Persaingan
Kompetisi ada dua macam. Pertama, kompetisi dengan prestasi
diri, dalam pengertian bahwa individu mengetahuai prestasi yang
dicapainya. kemudian berusaha untuk meningkatkan prestasi tersebut.
Kedua, kompetisi dengan orang lain, siswa membandingkan prestasi
yang telah dicapai dengan orang lain, sehingga usaha untuk mencapai
tujuan makin kuat.
c) Penghargaan
Pernyataan penghargaan secara verbal terhadap perilaku atau
hasil kerja yang baik merupakan cara yang paling mudah dan efektif
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju hasil belajar yang
lebih baik lagi. Pernyataan pujian, disamping akan menyenangkan
siswa yang bersangkutan, pernyataan verbal tersebut mengandung
makna interaktif dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa
dan guru.

xxxvii
d) Hukuman
Hukuman digunakan untuk memperbaiki anak yang
mempunyai kesalahan, yang malas dan berkelakuan tidak baik.
e) Arahan Guru
Adanya arahan dari guru dalam upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa, guru rnempunyai peranan yang sangat kuat dalam
menciptakan interaksi yang menyenangkan untuk membuat suasana
yang sehat dalam kelas. Suasana yang sehat dan menyenangkan itu
akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terciptanya proses
belajar, dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi Iebih baik.
f) Perhatian Orang Tua
Situasi dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar anak di sekolah. Situasi keluarga yang harmonis
di mana orang tua dapat merangsang anak untuk belajar dengan baik,
akan mendukung prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, keluarga yang
brokenhome akan sangat mengharnbat anak dalam mencapai prestasi
yang baik.
g) Nasehat Sahabat
Anak yang tidak diperhatikan orang tua. cenderung akan
berusaha mencari tempat lain dimana mereka bisa memperoleh
perhatian dan tempat, apabila mereka masuk ke dalam kelompok yang
baik, niscaya akan membuahkan hasil yang baik pula.
h) Penguatan (Reinforcement)
Penguatan adalah respon terhadap tingkah laku, yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar, bisa dilakukan
dengan cara yang sederhana, baik dalam organisasi maupun
penerapannya. Umpamanya tanda persetujuan guru terhadap tingkah
laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan,
pujian, dan senyuman.

xxxviii
Secara umurn dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Tindakan memotivasi
akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang
dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,
kebutuhan dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
motivasi adalah keadaan serta psikologis yang dapat mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan sehingga
memperoleh pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
b. Pengertian Belajar
Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat dan pengalaman individu dalam
interaksinya dengan lingkungannya.
c. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut W.S Winkcl (1996: 50) bahwa “Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. Sedangkan
Sardiman A.M (2001: 73) mengatakan bahwa “Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah keseluruhan dan daya penggerak psikis yang ada di dalam diri siswa,

xxxix
yang menimbulkan suatu kegiatan belajar, yang dirangsang oleh kebutuhan
untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan


a. Pengertian Prestasi
Semua bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
pada akhirnya selalu ingin diketahui hasilnya. Aspek penilaian merupakan
salah satu aspek yang hakiki dari suatu kegiatan atau usaha. Hasil dan
kegiatan ini biasanya disebut sebagai prestasi.
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia’ (1996: 1088) dituliskan
bahwa “Prestasi adalah hasil yang dicapai dan apa yang dikerjakan atau yang
sudah diusahakan”. Kemudian Chasiyah (1988: 35) berpendapat bahwa
“Prestasi adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti pendidikan atau
latihan tertentu yang hasilnya bisa ditentukan dengan memberi tes pada akhir
pendidikan”. Sedangkan Nana Sudjana dan ibrahim (1989: 100) mengatakan
bahwa “Prestasi adalah hasil yang dicapai individu dan proses belajar’.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang/individu dan apa yang telah
dikerjakan atau diusahakan dengan mengikuti pendidikan atau latihan tertentu,
dimana hasilnya ditentukan dengan memberi tes pada akhir pendidikan.
b. Pengertian Belajar
Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman individu dalam
interaksinya dengan lingkungannya.

c. Pengertian Prestasi Belajar

xl
Dari uraian yang telah dikemukakan didepan tentang prestasi dan
belajar, maka dapat diambil pengertian tentang prestasi belajar yang
dikemukakan oleh para ahli.
Menurut W. S. Winkel yang dikutip kembali oleh Sutratinah
Tirtonegoro (1984: 35) dalam bukunya “Anak Supernormal dan Program
Pendidikannya” bahwa:
“Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan atau belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu”.

Sedangkan Singgih D. Gunarsa (1990: 57) berpendapat bahwa


“Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah
melakukan usaha belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha yang diperoleh seorang siswa dan
kegiatan belajar atau usaha lainnya, yang dapat dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun ucapan verbal berupa pujian yang dicapai dalam
periode tertentu.
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan hasil dan
interaksi berbagai faktor yang saling berpengaruh baik dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal) siswa.
Menurut Surya Muhammad dan Amin Muhammad (1980: 16),
Secara umum prestasi helajar dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu faktor-faktor dalam diri pelajar dan faktor eksternal, yaitu fator-
faktor yang berada di luar diri pelajar.
Sedangkan yang tergolong di dalam faktor internal dan faktor
eksternal adalah:
1) Yang Tergolong Faktor Internal
a) Faktor jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya,
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Faktor ini terdiri atas:
1)) Faktor intelektif, yang meliputi: Faktor potensial dan bakat,
faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.

xli
2)) Faktor noninte1ektif, yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu, seperti sikap, minat, kebutuhan, motivasi, emosi
dan penyesuaian diri.
2) Yang Tergolong Faktor Eksternal
a) Faktor sosial, yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya, seperti adat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas
belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
e) Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung
ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

d. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pada hakekatnya bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
adalah Pendidikan moral yang bersumber dan berlandaskan Pancasila.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang studi yang
sangat penting dan mutlak harus diberikan pada sernua tingkat pendidikan
formal. Karena pendidikan kewarganegaraan mengandung nilai-nilai
moral yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku anak,
baik yang berhubungan dengan dirinya maupun orang lain.
Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran wajib, yang mana mata pelajaran ini harus dimuat dalam
kurikulum, baik itu kurikulum pendidikan dasar, yaitu dari tingkat Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan tingkat pendidikan Menengah Atas, serta
dalam kurikulum Perguruan Tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral. Nilai luhur dan moral tersebut
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
siswa, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dan
makhluk ciptaan Tuhan.

xlii
Perilaku-perilaku yang dimaksud di atas berupa perilaku yang
memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa oleh
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama. Perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan, sehingga perbedaan pemikiran,
pendapat dan mufakat serta perilaku yang mendukung dan mewujudkan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di samping itu, Pendidikan kewarganegaraan juga dimaksudkan
membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemanusiaan
bekenaan dengan hubungan dengan antara warga negara dengan negara
serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Depdiknas
KBK 2003: 2) bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45).

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang


diberikan kepada para siswa dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan
tinggi, yang mana mata pelajaran ini wajib ada dalam setiap kurikulum
pendidikan, untuk pembentukan diri, mengernbangkan dan melestarikan
nilai-nilai Pancasila serta memancarkan perilaku yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka pengertian Prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah hasil maksimal yang telah
dicapai setiap siswa setelah melakukan usaha belajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang dinyatakan dalam bentuk nilai, simbol,
angka, huruf maupun ucapan verbal berupa pujian berdasarkan
pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

xliii
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
mempunyai tujuan dan fungsi, sebagai berikut:
a) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:
1)) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2)) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab serta
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3)) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter masyarakat lndonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4)) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
b) Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai
wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan
berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45)
(Depdiknas KBK 2003: 2-3).
3) Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Kompetensi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kurikulum 2004 adalah kemampuan mamahami dan menginteralisasi
sistem berbangsa dan bernegara dan menerapkannya untuk:
a) Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45).
b) Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum
dan menjalankan peraturan.

xliv
c) Berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintahan
yang demokratis, menjunjung tinggi, melaksanakan dan menghargai
Hak Asasi Manusia (HAM) (Depdiknas KBK 2003: 4)
4) Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan kewarganegaraan perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
a) Tingkat perkembangan/kemampuan belajar siswa,
b) Sikap dan perilaku serta pengertian siswa,
c) Target perolehan belajar yang dinyatakan dalam garis-garis program
pengajaran,
d) Kondisi lingkungan belajar dan polkitik, ekonomi, sosial dan budaya
(poleksosbudhankam) siswa dan atau sekolah,
e) Aspirasi siswa dan masyarakat yang bersangkutan,
f) Proyek harapan siswa dan kehidupannya,
g) Kemampuan, pengalaman, kreatif, persiapan, metode, pendekatan
yang bersangkutan,
h) Kegiatan/proses belajar mengajar yang menuntut siswa lebih aktif,
i) Bahan kondisi fisik dan kondisi emosional guru merupakan materi
yang harus dikaji dan diserap oleh siswa,
j) Penyampaian suatu pokok bahasan, dapat berdiri sendiri yang dapat
dikaitkan antara beberapa pokok bahasan pada satu semester yang
sama.
5) Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan
merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar
kontekstual untuk meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan,
keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Pendekatan belajar
kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: a)
Kooperatif

xlv
Metode pembelajaran PKn dengan cara kooperatif yaitu saling
bekerja sama dalam melakukan pembelajaran, yang dilakukan antara
siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru.
b) Penemuan
Metode ini dilakukan agar para siswa dapat menemukan hal-hal
baru yang berkaitan dengan pembelajaran PKn, agar proses belajar
PKn dapat semakin baik dan meningkat.
c) Inkuiri
Metode ini adalah metode yang membuat para siswa agar
mandiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan dimana guru
memberikan suatu masalah agar para siswa dapat mencari
penyelesaian dari masalah tersebut, dengan mengumpulkan data-data
dari masalah yang diberikan oleh guru, kemudian guru memberikan
penilaian dari cara mereka menyelesaikan masalah. Setelah diberi
penilaian apakah penyelesaian cocok atau tidak, maka para siswa
menarik kesimpulan dari semua yang telah dilakukan.
d) Interaktif
Metode ini adalah suatu metode diskusi atau tanya jawab agar
para siswa dapat saling megemukakan pendapat mereka masing-
masing dan dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran PKn.
e) Eksploratif
Metode ini merupakan metode yang membuat para siswa dapat
menemukan cara untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi di
masyarakat.
f) Berpikir Kritis
Metode ini dapat membuat para siswa untuk berpikir kritis
dalam menanggapi permasalahan yang ada di masyarakat, dengan
menuliskan analisa-analisa kritis mereka serta membuat suatu
pemecahan masalahnya.
g) Pemecahan Masalah

xlvi
Metode ini merupakan metode yang diberikan kepada siswa
agar para siswa peka terhadap masalah-masalah yang timbul di
masyarakat dan berusaha mencari penyelesaiannya sehingga
permasalahan yang timbul dapat terselesaikan (Depdiknas KBK 2003 :
5).
6) Evaluasi Pendidikan kewarganegaraan (PKn)
a) Evalusai Kognitif
Caranya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berbentuk
pilihan ganda atau esai yang menuntut siswa agar melakukan
identifikasi tentang fakta definisi dan contoh-contoh yang benar.
Evaluasi kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
penggunaan/penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b) Evaluasi Afektif
Caranya dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka-tertutup
langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik. Evaluasi
afektif meliputi : menerima respon, menilai, mengorganisasi dan
karakterisasi.
c) Evaluasi Psikomotor
Caranya dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut
identifikasi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang betul dan yang
keliru, kesimpulan atau klasifikasi, dengan daftar pertanyaan
menjodohkan yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan,
penerapan, langkah dan urutan, dengan pertanyaan berbentuk esai
yang menghendaki uraian, perumusan kembali dengan kata-kata
sendiri dan contoh-contoh.

4. Tinjauan tentang Kelas Terbuka


a. Pengertian Kelas
Kelas merupakan suatu kumpulan atau kelompok yang dihuni
beberapa individu dan mempunyai persamaan serta tujuan tertentu. Dalam hal
ini kelas merupakan tempat yang digunakan siswa untuk menimba ilmu di

xlvii
sekolah. Sehingga kelas merupakan kumpulan atau kelompok siswa yang
mempunyai jenjang atau tingkat yang sama. Biasannya dalam pendidikan
sekolah menengah tiap kelas dibatasi maksimal 40 siswa. Hal tersebut guna
mencapai keefektifan dan keefisian dalam belajar. Apabila dalam satu kelas
jumlah siswa yang ada terlalu banyak, maka suasana kelas tidak kondusif
untuk belajar.
b. Pengertian Kelas Terbuka
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 32 menyatakan bahwa pendidikan layanan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat terpencil atau menglami bencana alam, bencana social, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.
Sistem pelaksanaan pendidikan layanan khusus dapat dilakukan
melalui sistem persekolahan dengan membuka kelas kecil, SD kecil, SMP
terbuka, SMA terbuka bagi masyarakat kelompok sasaran usia sekolah, yang
ditambah dengan pemberian keterampilan-keterampilan hidup tertentu sesuai
keunggulan daerahnya sebagai bekal mereka untuk mengembangkan potensi
diri dan alamnya.
Sistem kelas terbuka merupakan bagian dari pendidikan layanan khusus
yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Meningkatkan keterampilan dan kecerdasan peserta didik dari masyarakat
miskin atau marjinal secara integrative sesuai dengan potensi dan
keunggulan daerah.
2) Mengoptimalkan sarana dan prasarana di pusat keterampilan dan
laboratorium kerja di sekolah pendidikan luar biasa dan satuan pendidikan
lainnya untuk pemberdayaan masyarakat marjinal.
3) Mengembangkan peserta didik agar menjadi tenaga terampil atau
membuka usaha sendiri, sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidupnya.

xlviii
4) Membangun sinergi antar lembaga terkait dan kemitraan mengembangkan
pendidikan layanan khusus dan atau perintisan usaha bagi peserta didik
pasca program. (Depdiknas PLK 2007 : 26)
Di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, sistem kelas terbuka
dilaksanakan seperti pelaksanaan kelas regular lainnya, hanya saja dalam kelas
terbuka ini, siswa bebas dari uang SPP. Siswa kelas terbuka mempunyai
ruangan khusus yang berbeda dengan kelas regular, tetapi mata pelajaran dan
waktu belajar mereka disamakan dengan mata pelajaran dan waktu di kelas
regular. Di sekitar SMP Negeri 2 Wonosari masih banyak anak usia sekolah
yang mengalami putus sekolah karena berbagai faktor, terutama faktor
ekonomi. Atas dasar itulah SMP ini membuka kelas terbuka sebagai sarana
anak putus sekolah, untuk bisa melaksanakan wajib belajar 9 tahun.

B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan
alur pikiran peneliti, dalam memberikan penjelasan kepada orang lain. Kerangka
berfikir itu juga merupakan alur penalaran yang didasarkan pada tema masalah
penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempelajari teori yang mendukung judul penelitian.
Berkaitan kajian teori/landasan teori yang telah dikemukakan di muka,
maka penulis dapat menyusun kerangka berfikir sebagai berikut :
1. Pengaruh Fasilitas Belajar Sekolah terhadap Prestasi Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
Untuk suatu keterampilan dan pengalaman dari proses belajar
mengajar tentunya dibutuhkan adanya sarana dan prasarana belajar, yakni
fasilitas belajar sekolah yang memadai, seperti ruang belajar yang nyaman,
tenaga guru yang berpengalaman, perpustakaan yang lengkap, lingkungan
sekolah yang menjual alat-alat belajar guna mendukung kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Kelengkapan fasilitas belajar ini diharapkan dapat mempermuah dan
memperlancar suatu kegiatan belajar mengajar guna memberi perubahan

xlix
tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang
telah didapatkan. Dengan terpenuhinya kebutuhan fasilitas belajar siswa di
sekolah, maka hal ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi lebih
baik lagi.
Adanya fasilitas belajar yang lengkap akan mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Siswa akan mudah dan lancar belajarnya dengan
menggunakan fasilitas belajar sekolah. Sebaliknya, jika fasilitas belajar
sekolah kurang atau tidak lengkap, maka siswa akan menemiu hambatan
dalam belajarnya dan prestasinya pun kurang.
Siswa juga harus pandai dalam menggunakan waktu dan
kesempatan yang ada, sehingga tidak terjadi benturan antara kepentingan
belajar dengan kepentingan lainnya. Semakin banyak waktu dan kesempatan
belajar yang dimiliki siswa, dan pandai memanfaatkannya, maka siswa
tersebut akan mendapatkan hasil atau prestasi yang baik dalam pelajaran.
2. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
Seperti yang telah dikatakan di atas, motivasi belajar siswa juga
turut mendukung dalam peningkatan prestasi belajar siswa, karena tanpa
motivasi belajar yang kuat dari diri siswa, maka prestasi belajar yang baik
akan sulit untuk tercapai. Motivasi belajar yang tinggi dari siswa dapat
membuat siswa itu mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu menuju apa
yang telah menjadi tujuannya. Sebaliknya, jika motivasi belajar dari siswa itu
rendah, maka siswa tidak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu menuju
apa yang telah menjadi tujuannya serta prestasi belajar yang dicapai juga akan
rendah dan menjadi kurang memuaskan atau bahkan tidak memuaskan.
Motivasi belajar perlu dipupuk dan dikembangkan pada diri siswa, karena
motivasi akan mengacu siswa lebih bersemangat dalam belajar guna mencapai
prestasi yang baik.
3. Pengaruh Fasilitas Belajar Sekolah dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar Pendidikan kewarganegaraan (PKn)

l
Dari uraian di atas, dapat diduga bahwa kelengkapan fasilitas
belajar sekolah dan motivasi belajar siswa dapat memberikan suatu pengaruh
yang besar dalam prestasi belajar Pendidikan kewarganegaraan siswa. Dengan
fasilitas belajar sekolah yang lengkap dan motivasi belajar siswa yang tinggi,
maka keberhasilan siswa dalam belajar akan dapat tercapai dan terwujud serta
memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai. Sebaliknya, dengan
fasilitas belajar sekolah yang kurang lengkap atau bahkan tidak lengkap dan
motivasi belajar siswa yang rendah, maka keberhasilan siswa dalam belajar
tidak akan tercapai dan terwujud serta tidak memiliki kemampuan dan
keterampilan yang memadai.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah
dikemukakan, maka untuk lebih memperjelas dapat dibuat suatu paradigma
penelitian sebagai berikut :

Fasilitas Belajar Sekolah

Prestasi Belajar PKn

Motifasi Belajar

Dimana :
Tanda : Menunjukkan arah pengaruh
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris
(hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti
kebenaran) (Iqbal Hasan, 2004 : 31). Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan
pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan
variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Berdasarkan landasan

li
teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis yang dapat
diajukan adalah :
1. Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten
Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.

lii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Suatu penelitian memerlukan tempat yang akan dijadikan obyek untuk
memperoleh data yang berguna dan mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten,
dengan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Ingin mengetahui pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di
SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten.
b. Penulis berdomisili di dekat SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten,
sehingga dapat memudahkan penulis dalam mencari data-data yang
diperlukan.
2. Waktu Penelitian
Dalam Penelitian ini, direncanakan dimulai bulan Juni 2009 sampai
dengan bulan November 2009. Adapun rencana penelitian, secara rincinya
sebagai berikut:
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Tahun 2009
Juni Juli Agust Sept Okt Nov
1. Pengajuan Judul

2. Proposal Penelitian

3. Perijinan
4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

liii
B. Metode Penelitian
1. Pengertian Metode Penelitian
Metode berasal dari bahasa Yunani "methods" yang berarti cara atau jalan
(Iqbal Hasan, 2002: 21). Menurut Winarno Surachmad (1994 : 75) "Metode
adalah cara yang di dalamnya merupakan alat untuk mencapai tujuan".
Menurut Sudjarwo (1998 : 16) "Metode adalah prosedur atau cara yang
ditempuh dalam mencapai suatu tujuan". Sedangkan menurut Husaini Usman
(2000 : 42) bahwa "Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis".
Kemudian Iqbal Hasan (2004: 4) mengemukakan:
Penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap
sesuatu/masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut,
menelaah dan mempelajari secara cermat dan sungguh-sungguh), sehingga
diperoleh sesuatu (seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban atas
masalah, pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya ).

Jadi Iqbal Hasan (2002: 20) mengemukakan bahwa "Metode penelitian


adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang
dilakukan yang memiliki langkah yang sistematis".
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan
memiliki langkah-langkah yang sistematis.
2. Jenis - Jenis Metode Penelitian
Menurut Iqbal Hasan (2002: 22) "Jenis-jenis metode penelitian terkait
dengan jenis penelitiannya dihagi menjadi 5 (lima)". Dari 5 (lima) jenis penelitian
tersebut antara lain:
a. Metode Historis
Historis artinya berhubungan dengan sejarah. Sejarah adalah studi
tentang masa lalu dengan menggunakan paparan dan penjelasan. Metode
historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan
obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memferivikasi dan mensintesiskan
bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat

liv
dipertahankan, seringkali dalam hipotesis tertentu. Dengan demikian,
penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis terhadap
keadaan-keadaan, perkembangan serta pengalaman di masa lampau dan
menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber
sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
b. Metode Deskriptif
Deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu.
Metode deskriptif bertujuan untuk:
1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada,
2) rnengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku,
3) membuat perbandingan atau evaluasi,
4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Dengan demikian, metode deskriptif ini digunakan untuk melukiskan
secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu,
dalam hal ini bidang secara cermat dan aktual. Metode deskriptif bukan saja
menjabarkan (analistis), tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan
klasifikasi, tetapi juga organisasi.
Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada
masa sekarang. Pada umumnya metode deskriptif ialah menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu
hubungan, kegiatan, pandangan, skap yang menampak atau tentang suatu
proses yang sedang berlangsung dan sebagainya. Pelaksanaan metode
deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan dan penyususnan data, tetapi
meliputi analisa dan arti data itu. Alat untuk mengukur suatu dimensi tersebut
adalah dengan menggunakan angket, tes dan interview.
c. Metode Korelasional
Metode korelasional sebenarnya adalah kelanjutan metode deskriptif.

lv
Pada metode deskriptif, data dihimpun, disusun secara sistematis, faktual dan
cermat, namun tidak dijelaskan hubungan di antara variabel, tidak melakukan
uji hipotesis atau prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel
diteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi
metode korelasional mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti.
Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu
faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Jika pada metode ini hanya
dua variabel yang dihubungkan, maka disebut korelasi sederhana (simple
correlation) dan jika lebih dari dua variabel dihubungkan disebut korelasi
berganda (multiple correlation).
d. Metode Eksperimental
Metode eksperimental merupakan metode penelitian yang
memungkinkan peneliti memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya.
Pada metode ini, variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa, sehingga
variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan. Metode
eksperimental ditujukan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan
memanipulasikan satu alau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok
eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang
tidak mengalami manipulasi. Manipulasi berarti mengubah secara sistematis
sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas. Setelah dimanipulasi, variabel disebut
garapan.
e. Metode Kuasi Eksperimental
Metode kuasi eksperimental hampir menyerupai metode eksperimental,
hanya pada metode ini, peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel
bebasnya. Metode kuasi eksperimental mempunyai 2 (dua) ciri, yaitu sebagai
berikut:
1) Peneliti tidak mampu meletakkan subjek secara random pada kelompok
eksperimental atau kelompok kontrol. Yang dapat dilakukan peneliti adalah
mencari kelompok subjek yang diterpa variabel bebas, dan kelompok lain
yang tidak mengalami variabel bebas.
2) Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja

lvi
yang dikehendakinya.
Sedangkan menurut Consuelo edisi terjemahan oleh Alimuddin Tuwu
(1993: 40) mengatakan bahwa "Terdapat lima metode penelitian, yaitu:
1) metode penelitian sejarah (historis),
2) metode penelitian deskriptif,
3) metode penelitian eksperimen,
4) metode penelitian ex post facto (juga biasa disebut kausal komparatif) dan
5) metode penelitian partisipatori.
3. Metode Penelitian Yang Digunakan
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif. Alasan penulis menggunakan metode ini adalah
karena penulis berusaha untuk memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang
berdasarkan analisa dari data atau fakta dan mencari pengaruh antara fasilitas
belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar PKn.
4. Variabel Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
pengaruh antara variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Menurut Suharsimi
Arikunto (1998: 93) "Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
variabel penyebab yang sering diberi kode (X). Sedangkan variabel terikat ialah
variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi/variabel tergantung yang sering
diberi kode (Y).
Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah fasilitas belajar sekolah
dan motivasi belajar. Sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan. Data yang dikumpulkan dari ketiga variabel dalam
penelitian ini berupa skor atau angka. Dengan demikian penelitian ini termasuk
penelitian kuantitatif.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
a. Pengertian Populasi
Suharsimi Arikunto (1998: 102) mengatakan bahwa "Populasi adalah

lvii
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat
yang sama". Sedangkan Iqbal Hasan (2002: 58) mengatakan "Populasi adalah
totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu,
jelas, dan lengkap yang akan diteliti"
Dari beterapa definisi populasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah sejumlah individu yang diselidiki atau diteliti kemudian
digeneralisasi dan paling sedikit memiliki satu sifat yang sama.
b. Pengambilan Populasi
Populasi dalam penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas terbuka
SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, terdiri dari tiga kelas yaitu Kelas I,
Kelas II, dan Kelas III yang berjumlah 93 siswa.
2. Sampel Penelitian
a. Pengertian Sampel
Menurut Ferguson (1967) yang dikutip oleh Consuelo (1993: 160)
"Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari
populasi". Sedangkan menurul Iqbal Hasan (2002: 58) bahwa "Sampel adalah
bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili
populasi".
Dari definisi sampel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel
adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan dari populasi yang diambil melalui
cara-cara tertentu yang dianggap bisa mewakili populasi.

b. Pengambilan Sampel
Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rumus Slovin dalam Consuelo (1993:161) sebagai berikut:
n= N
1 + Ne2
Keterangan :
n : ukuran sampel
N: ukuran populasi

lviii
e : nilai kritis (batas ketelitian) sebesar 0,075
Dalam penelitian ini populasi sejumlah 93 siswa-siswi dan nilai kritis (batas ketelitian
yang diinginkan) adalah 0,075 perhitungannya sebagai berikut:

n= N = 93 = 93 = 97 = 61,06
1 + Ne 2 1 + 93´ 0,0752 1 + 0,523 1,523
Jadi jumlah sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah
61 siswa. Dikarenakan jumlah siswa keseluruhan dikurangi siswa yang
mengikuti try out adalah 63 siswa, maka peneliti mengambil semua siswa yang
tidak mengikuti try out sebagai sampel yaitu sebanyak 63 siswa atau 67,74%
dari jumlah populasi. Consuelo (1993: 163) mengatakan bahwa “Gay (1976)
menawarkan beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe
penelitian deskriptif untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20
persen dari populasi”.
c. Teknik Sampling
Riduan (2003:11) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel atau
teknik sampling adalah “Suatu cara mengambil sampel yang representatif dari
populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya”.
Teknik sampling dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Teknik random sampling


Dalam random sampling semua individu dalam populasi baik secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Menurut Husaini Usman dan R. Purnomo
S.A (1995:183) Sampling Random adalah “pengambilan contoh secara acak
(random) yang dilakukan dengan cara undian, ordinal atau tabel bilangan
random atau dengan komputer”. Adapun pembagian teknik random
sampling menurut Husaini Usman dan R. Purnomo S.A (1995:183) adalah
sebagai berikut:

lix
a) Sampling Random Sederhana (simple random sampling)
Ciri utama sampling ini adalah setiap unsur dari keseluruhan
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya
adalah dengan menggunakan undian, ordinal, tabel bilangan random,
atau komputer. Keuntungannya adalah anggota sampel mudah dan cepat
diperoleh. Kelemahannya adalah kadang-kadang tidak mendapatkan data
yang lengkap dari populasinya.
b) Teknik Sampling Bertingkat (startified sampling)
Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling
berlapis, berjenjang dan berkala. Teknik ini digunakan apabila
populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang
bertingkat. Keuntungan menggunakan cara ini adalah anggota sampel
yang diambil lebih representatif. Kelemahannya adalah lebih banyak
memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya.
c) Teknik Sampling Kluster (cluster sampling)
Teknik ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah,
conditional sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar
dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya.

d) Teknik Sampling Sistematis (systematical sampling)


Merupakan teknik random sampling sederhana yang dilakukan
secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan urutan
tertentu.
e) Teknik Sampling Proporsional (propotional sampling)
Teknik sampling proporsional adalah sampel yang dihitung
berdasarkan perbandingan.
2) Teknik nonrandom sampling
Dalam sampling ini tidak semua individu diberi peluang yang sama
untuk ditugaskan menjadi anggota sampel (Sutrisno Hadi, 2001: 75-80).
Husaini Usman dan R. Purnomo S.A (1995:183) menambahkan bahwa

lx
“sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu
pengambilan contoh secara tidak acak”.
Penelitian ini menggunakan teknik random sampling bentuk
proporsional yaitu pengambilan sampel yang memungkinkan setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk digunakan sebagai sampel
penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dimaksud disini adalah teknik yang
digunakan untuk memperoleh data yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data menggunakan angket dan test. Adapun perinciannya
adalah sebagai berikut :
1. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu pengetahuan tentang fasilitas belajar sekolah dan
motivasi belajar (X).
Untuk mendapatkan data tentang variabel X maka dalam penelitian ini akan
menggunakan angket.

b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y). Untuk
mendapatkan data tentang variabel Y maka dalam penelitian ini akan
menggunakan test.
2. Penyusunan Instrumen
Teknik penyusunan instrumen untuk memperoleh data dengan angket dan
test. Angket digunakan untuk mengukur variabel bebas yaitu fasilitas belajar dan
motivasi belajar, sedangkan test digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu
prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan.
a. Angket
1) Pengertian Angket

lxi
Riduan (2003:52-53) “angket (questionnaire) adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan
respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:151) “kuisioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.
2) Macam-macam angket
Suharsimi Arikunto (2006:152) tentang macam kuisioner (angket),
dapat ditinjau dari berbagai segi:
a) Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
(1) Kuisioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden
untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
(2) Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
b) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
(1) Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
(2) Kuisioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang
orang lain.
c) Dipandang dari bentuknya maka ada:
(1) Kuisinoner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan
kuisioner tertutup.
(2) Kuisioner isian, yang dimaksud adalah kuisoner terbuka.
(3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan
tanda centang (P) pada kolom yang sesuai.
(4) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan,
misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup
dengan bentuk check list dan rating scale. Siswa diberi pertanyaan atau
pernyataan dengan jawaban yang sudah peneliti sediakan dalam bentuk
skala bertingkat yaitu mulai dari selalu sampai tidak pernah untuk angket

lxii
fasilitas belajar dan sangat setuju sampai sangat tidak setuju untuk angket
motivasi belajar. Siswa memilih jawaban yang sesuai dengan pilihannya
dengan memberikan tanda pada jawaban yang dipilih. Tanda yang
dimaksud adalah tanda centang (P) untuk angket fasilitas belajar dan
tanda silang (X) untuk angket motivasi belajar. Adapun langkah-langkah
penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1) Menentukan konsep variabel penelitian.
2) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel
penelitian.
3) Menyusun kisi-kisi angket.
4) Menyusun butir-butir pertanyaan.
5) Menentukan kunci jawaban.
6) Melakukan uji coba angket.
Cara pemberian skor tiap item pernyataan sesuai dengan skala
likert. Adapun penilaian angket fasilitas belajar dan motivasi belajar siswa
adalah sebagai berikut:
i. Pernyataan Positif
(1) Untuk jawaban SS atau A skor 4
(2) Untuk jawaban S atau B skor 3
(3) Untuk jawaban TS atau C skor 2
(4) Untuk jawaban STS atau D skor 1
ii. Pernyataan Negatif
(1) Untuk jawaban SS atau A skor 1
(2) Untuk jawaban S atau B skor 2
(3) Untuk jawaban TS atau C skor 3
(4) Untuk jawaban STS atau D skor 4
Kisi-kisi angket dan kunci jawaban angket variabel X1 dan X2
dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.
Sebelum data dianalisis lebih lanjut, instrumen dievaluasi terlebih dahulu
untuk mengetahui bahwa angket yang akan digunakan dalam penelitian ini

lxiii
valid dan reliabel atau tidak. Adapun persyaratan pengujian angket adalah
sebagai berikut:
1) Uji coba angket atau try out
Sebelum angket digunakan dalam penelitian maka perlu diuji
cobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen ini diberikan kepada siswa-
siswi di luar sampel yaitu kelas terbuka SMP N 2 Wonosari Klaten yang
terdiri dari 10 siswa kelas VII, 10 siswa kelas VIII, dan 10 siswa kelas IX.
Uji coba angket di kelas tersebut dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus
2009. Adapun daftar nama siswa-siswi kelas terbuka yang menjadi
responden try out atau uji coba angket dapat dilihat pada lampiran 2.
2) Uji validitas angket
Setelah instrumen diuji cobakan kemudian dihitung tingkat
validitasnya, dengan tujuan untuk mengetahui apakah butir-butir yang
diuji cobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya atau
tidak. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) “validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen”.
Jadi suatu instrumen yang valid atau sahih adalah instrumen yang
mempunyai nilai hitung yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai
tabel yang telah ditentukan, sedangkan instrumen yang tidak valid adalah
instrumen yang nilai hitungnya lebih rendah daripada nilai pada tabel yang
telah ditentukan.
Untuk mengetahui valid tidaknya butir angket maka diuji dengan
rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi
Arikunto (2006:170):

r = N.å X1Y - (å X1)(åY )


xy
{N.å X1 - (å X1) }{N.åY 2 - (åY )2}
2 2
1

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

lxiv
∑X : Skor masing-masing item
∑Y : Skor total
∑XY : Jumlah penelitian X dan Y
2 :Jumlah kuadrat dari X
∑X

∑Y
2 : Jumlah kuadrat dari Y

N : Jumlah subjek

Dari perhitungan yang telah dilakukan dan kemudian


dikonsultasikan dengan rtabel yang mempunyai taraf signifikansi 0,05%
dan N=38 maka jika r hitung > 0,320 berarti butir pertanyaan tersebut valid.
Dan jika rhitung < 0,320 berarti butir pertanyaan tersebut tidak valid.
Hasil uji coba dari item angket fasilitas belajar, diketahui bahwa
dari 20 item angket tersebut ada 16 item yang valid, sedangkan 4 item
lainnya dinyatakan tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor 1,
4, 12, dan 16 (lihat pada lampiran 6). Adapun 20 item motivasi belajar
terdapat 4 item soal yang tidak valid. Item yang tidak valid adalah item
nomor 2, 5, 10, dan 12 (lihat pada lampiran 8). Item pernyataan variabel

X1 dan X2 yang valid dapat di lihat pada lampiran 6 dan 8. Contoh


perhitungan uji validitas angket salah satu item disajikan dalam lampiran 7
dan lampiran 9.
3) Uji reliabilitas angket
Dari hasil pengujian validitas dapat diketahui item yang valid dan
tidak valid dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Untuk item yang tidak valid harus dibuang sedangkan item yang valid
dilakukan uji reliabilitas. Adapun cara menghitung reliabilitas angket
menurut Suharsimi Arikunto (2006:180) adalah (1) dengan rumus
Spearman Brown, (2) dengan rumus Flanagan, (3) dengan rumus Rulon,
(4) dengan rumus K-R.21, (5) dengan rumus Hoyt, dan (6) dengan rumus
Alpha. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Spearman Brown. Rumus Spearman Brown yang
diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 180) yaitu:

lxv
2´r11
r11 = 22
æ +r 11ö
ç1 ÷
è 22ø
Dengan keterangan:
r : Reliabilitas instrumen
11

r 1 21 2 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan


instrumen.
Adapun mengenai interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat
menggunakan ketentuan sebagai berikut :
0.800 – 1.000 = reliabilitas sangat tinggi
0.600 – 0.800 = reliabilitas tinggi
0.400 – 0.600 = reliabilitas cukup
0.200 – 0.400 = reliabilitas rendah
0.000 – 0.200 = reliabilitas sangat rendah
(Suharsimi Arikunto,2006:276)
Dari item yang valid dan telah dilakukan uji reliabilitas maka

diperoleh r11 =0,754 untuk angket fasilitas belajar (lihat pada lampiran 6
dan contoh perhitungan lampiran 7), dan r11 =0,701 untuk angket motivasi
belajar (lihat pada lampiran 8 dan contoh perhitungan lampiran 9).
Sehingga item yang valid mempunyai reliabilitas tinggi.
b. Test
1) Pengertian Tes
Menurut Anas Sudijuno (2005: 66) "Tes adalah alat atau prosedur
yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian". Sedangkan Anne
Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing yang
dikutip oleh Anas Sudijono (2005: 66) mengatakan bahwa "Tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang objektif", sehingga dapat digunakan
secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu".
Jadi tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur dan

lxvi
menilai serta membandingkan hasil belajar antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
2) Macam-macam Tes
Ada 2 (dua) macam tes, yaitu:
a) Obyektif Test
Yaitu, tes yang menuntut kepada tester untuk memilih beberapa
kemungkinan jawaban singkat atau mengisi titik yang telah tersedia.
Bentuk tes obyektif:
1)) True-False test (tes benar salah)
2)) Multiple choice test (tes pilihan ganda)
3)) Macthing test (tes menjodohkan)
4)) Completion test (tes isian)
b) Essey Test
Yaitu tes yang diberikan dengan bentuk soal uraian yang menuntut
kemampuan penjawab untuk dapat mengerjakan, mengorganisir dan
merumuskan jawaban dengan kata-kata sendiri.
3) Langkah-langkah Penyusunan Tes
Adapun langkah-langkah penyusunan tes adalah sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan mengadakan tes
b) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d) Menyusun dan mengidentifikasi tingkah laku yang dikehendaki
berdasarkan tujuan
e) Instruksional khusus yang telah disusun.
f) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
g) Menulis butir-butir soal, didasarkan atas tujuan instruksional khusus dan
aspek tingkah laku yang telah disusun (Suharsimi Arikunto, 2002: 153).
4) Tes Yang Digunakan

lxvii
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan semester Ganjil tahun ajaran 2009/2010 dengan Materi :
a) Kelas VII : Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
b) Kelas VII : Ideologi negara dan Pancasila sebagai dasar negara.
c) Kelas IX : Unsur-unsur Negara serta hak dan kewajiban warga
negara.

Kisi-kisi tes dapat dilihat pada lampiran 5. Bentuk tes yang digunakan
adalah tes obyektif (multiple choice test/tes pilihan ganda).

5) Uji CobaTes
a) Uji Validitas Tes
Menurut Saifuddin Azwar (2002: 173) “Validitas berasal dan kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya”. Kata
“valid” sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, absah; jadi kata
validitas dapat diartikan dengan ketepatan,. kebenaran, keshahihan atau
keabsahan (Anas Sudijono 2005: 93). Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi, apabila tes tersebut menjalankan fungsi
ukunnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan
maksud digunakannya tes tersebut.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis
dan validitas empiris.
1)) Validitas Logis
lstilah validitas logis mengandung kata “logis” berasal dan kata
“logika”, yang berarti penalaran. Dengan arti yang demikian, maka
validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam validitas logis
yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: pertama, validitas isi
dan kedua, validitas konstrak. Validitas isi bagi sebuah instrurnen

lxviii
menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan
isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya, validitas konstrak
sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrurnen yang
disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya
dievaluasi.
2)) Validitas Empiris
lstilah vailiditas empiris memuat kata “empiris”, yang artinya
pengalaman. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas
empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Ada dua macam
validitas empiris, yaitu: pertama, validitas ada sekarang dan kedua,
validitas prediksi. Validitas ada sekarang sebuah instrumen yang
kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudab tersedia/sudah ada.
Selanjutnya validitas prediksi bagi sebuah instrumen jika kondisinya
sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi.
Pengujian validitas tes menggunakan uji validitas item dengan
teknik analisis butir soal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)) Menghitung Besarnya korelasi
Dalam pengujian validitas, yang dipakai adalah Rumus Korelasi
Point Biserial (Rpb). Penggunaan rumus ini karena variabelnya
dikotomi, yaitu hanya memiliki dua macam angka saja. Seperti tes ini
yang menjawab benar diberi angka 1 dan yang menjawab salah diberi
angka 0.
Rumus Korelasi Point Biserial (Rpb) adalah:

R pb = [(M i - M t )/ St ] [ (P / Q)]

(Saiffuddin Azwar, 2002: 50)


Keterangan:
Mi : Mien skor Variabel interval bagi subjek yang mendapat
skor 1 pada variabel dikotomi.
Mt : Mien skor variabel interval bagi selurub subjek

lxix
St : Deviasi Standar variabel interval bagi seluruh subjek
P : Banyaknya skor 1 pada variabel dikotomi dibagi n
Q :1-P
2)) Pernyataan Valid
Suatu butir tes dinyatakan valid apabila mempunyai harga
positif dan koefisien mendekati angka satu (r = 1,00) dan apabila item
dinyatakan invalid, maka untuk penelitian selanjutnya item harus
diganti dan di ujicobakan kembali. Berdasarkan hasil uji validitas tes
dengan menggunakan rumus point biseral, maka diketahui bahwa:
a)) 20 soal untuk kelas VII terdapat 16 item yang valid dan 4 item
yang invalid yang kemudian untuk penelitian selanjutnya dibuang.
Item yang valid 16 nomor, yaitu nomor : 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12,13, 14, 15, 16, 19, dan 20
ltem yang invalid 4 nornor, yaitu nomor : 1, 3, 17, dan 18
b)) 20 soal untuk kelas VIII terdapat 15 item yang valid dan 5 item
yang invalid yang kemudian untuk penelitian selanjutnya dibuang.
Item yang valid 16 nomor, yaitu nomor : 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11,
12, 14, 15, 16, 17, 18, dan 20
ltem yang invalid 4 nornor, yaitu nomor : 1, 7, 9, 13 dan 19
c)) 20 soal untuk kelas IX terdapat 16 item yang valid dan 4 item
yang invalid yang kemudian untuk penelitian selanjutnya dibuang.
Item yang valid 16 nomor, yaitu nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,
11,13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19
ltem yang invalid 4 nornor, yaitu nomor : 6, 10, 12, dan 20
Hasil uji validitas tes prestasi belajar Pendidikan Kcwarganegaraan
dapat dilihat pada lampiran 10 dan contoh perhitungan pada lampiran 11.
b) Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas diterjemahkan dan kata reliability. Reliabilitas
memiliki nama lain seperti: keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
konsistensi, kestabilan dan sebagainya, namun intinya dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

lxx
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalarn beberapa kali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum
berubah.
Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 90) “reliabilitas adalah
ketetapan suatu tes apabila diteskan pada subjek yang sama”. Metode
yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada beberapa macam, yaitu:

1)) Metode Bentuk Pararel (equivalent)


Tes paralel atau ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir
soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-form
method (pararel form). Dalam menggunakan metode tes pararel ini
pengetes harus menyiapkan dua buah tes dan masing-masing
diujicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu, ada
orang yang menyebutnya sebagai double test-double trial method.
Kelemehan dan metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya
berat, karena harus menyusun dua seri tes. Kemudian harus tersedia
waktu yang lama untuk mengujicobakan dua kali tes.
2)) Metode Tes Ulang (test-retest method)
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari
penyusunan dua seri tes. Dalam rnenggunakan metode ini pengetes
hanya memiliki satu seri tes, tetapi di ujicobakan dua kali. Oleh
karena tesnya hanya satu dan di ujicobakan dua kali, maka metode ini
dapat disebut single test-double trial method. Kemudian hasil dan dua
kali tes tersebut dihitung korelasinya. Pada umumnya hasil tes yang
kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes yang pertama. Dalam
hal ini yang terpenting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan
hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi. Metode ini
juga disebut self correlation method (korelasi diri sendiri), karena
mengkorelasikan hasil dan tes yang sama.

lxxi
3)) Metode Belah Dua (Split-half method)
Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan
sebuah tes yang diujicobakan satu kali. OIeh karena itu, metode ini
disebut juga single test-single trial method. Berbeda dengan metode
pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi
langsung ditafsirkan itulah reliabilitasnya, tetapi metode yang ketiga
tidak demikian. Pada waktu rnembelah dua dan mengkorelasikan dua
belahan baru diketahui reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui
reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-Brown. Ada
dua cara membelah butir soal, yaitu:
a)) membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang
selanjutnya disebut belahan ganjil-genap, dan
b)) membelah atas item-item awal dan item-item akhir, yaitu separo
jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor
akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
Untuk uji reliabilitas tes digunakan rumus:
1)) Rumus Belah Dua (Ganjil-genap)
rxy = NSXY - (SX )(SY )

{NSX
- (SX )2
2 NSY 2 - (SY )2 }
}{
Dan hasil perhitungan korelasi belahan ganjil genap di peroleh: Kelas VII
: 0,98; kelas VIII : 0,84; dan kelas IX : 0,86 (lihat Iampiran
10). 2)) Dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown
2 (r )
r = ( + y1 y 2 )
1 r
xy y1 y 2

(Saifuddin Azwar, 2002: 184)


Keterangan:
ry1y2 = Koefisien korelasi antara skor belahan Yl dan skor belahan Y2.
Dari hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,99 untuk
kelas VII, 0,91 untuk kelas VIII, dan 0,92 untuk kelas IX yang kemudian
hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi,

lxxii
sehingga didapatkan bahwa item pertanyaan tes prestasi ini reliabilitasnya
tinggi.

E. Uji Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis


Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah menganalisis data. Adapun langkah-langkah analisis
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil
dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji
Lilliefors dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan simpangan
baku. Adapun langkah-langkah dalam uji Lilliefors adalah sebagai berikut:

1) zi = (Xi - X )
S
zi = Angka baku
X = Rata-rata
X
å i

N
S = Simpangan baku
N
= (å X i
2
-
(å )2
Xi
)
N (N -1)

2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku,


hitung peluang: F (zi) = P(z £ zi)
Banyaknyaz , z ,....z yang £ zi
3) S (zi) = i 2 n

N
4) Hitung selisih F (zi)- S (zi) tentukan harga mutlaknya

5) Cari nilai yang terbesar dari selisih F (zi)- S (zi) jadikan Lhitung
atau Lhit

lxxiii
6) Kesimpulannya:
a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak
normal
b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal.
(Hassan Suryono,2005:79)

b. Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dengan variabel terikatnya terdapat hubungan linier. Pengujian linieritas
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Nilai X i yang sama disusun beserta pasangannya.
2) a) JK (E) = é - åYi2 ù
Yi2
ê N
ê ú

ú
ë û
b) JKTC = Jkres – JK (E)
3) a) dFE = N – K atau dFres - dFTC
K = banyaknya kelompok X
b) dFTC = K – 2
4)

a)

JK (E)
RJK (E) =
dF (E)
b)

JK (TC)
RJK (TC) =
dF (TC)
RJK (TC)
5) Fhitung =
RJK (E)
6) Ftabel (1-α) (K-2, N-k)
a) Jika Fhitung > Ftabel tolak Ho berarti tidak linier.
b) Jika Fhitung £ Ftabel terima Ho berarti linier.
(Hassan Suryono, 2005:86)

c. Uji Independensi
lxxiv
r
x1 x2

X1

X2

r
x1 y

Uji independensi antar variabel X dilakukan untuk mengetahui bahwa


antara variabel bebas (X) saling lepas atau tidak terjadi korelasi, rumus
korelasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
r = N(åX1X2)- (åX1)(åX2 )
x 1 x2

}
{N (åX )- (åX ) }{N(åX )- (åX )
12 1
2
22 2 2

Keterangan:
= Koefisien korelasi antar prediktor

= Jumlah skor variabel X1

= Jumlah skor variabel X 2


N = Banyaknya sampel
Kriteria uji, jika rhitung < rtabel maka antar variabel bebas tidak tergantung atau
independen.
2. Uji Hipotesis
Uji analisis dapat bertujuan untuk mengkaji hipotesis yang telah
dirumuskan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan. Teknik analisis regresi dan
korelasi dilaksanakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun rumus-
rumus yang digunakan untuk teknik analisis regresi adalah :
a. Hipotesis Pertama
1) Menghitung koefisien korelasi sederhana (X1 dengan Y)
r = N.åX1Y - (åX1 )(åY )
x1 y

}
{N.åX 12 - (åX1 )2 }{N.åY 2 - (åY )2
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara X1 dengan Y

N = Jumlah subyek penelitian


å X 1 = Jumlah skor X1
å Y = Jumlah skor Y

lxxv
Kriteria pengujian, jika rhitung > r tabel maka terdapat hubungan antara X1
dengan Y dan jika rhitung £ rtabel maka tidak ada hubungan antara X1
dengan Y.
(Sudjana, 2005: 369)
2) Menguji signifikansi dengan rumus :
RJK
F = reg (b / a )
hitung
RJK res

Kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel maka hubungan antara X1 dengan Y
adalah signifikan/berarti.
(Sudjana, 2005: 380)
b. Hipotesis Kedua
1) Menghitung koefisien korelasi sederhana (X2 dengan Y)
r = N.åX21Y -(åX2)(åY)
x2 y

}
{N.åX 22 - (åX 2 )2 }{N.åY 2 - (åY )2
Keterangan :
r = Koefisien korelasi antara X2 dengan Y
x2 y

N = Jumlah subyek penelitian


å X 2 = Jumlah skor X2
å Y = Jumlah skor Y
Kriteria pengujian, jika rhitung > r tabel maka terdapat hubungan antara X2
dengan Y dan jika rhitung £ rtabel maka tidak ada hubungan antara X2
dengan Y.
(Sudjana, 2005: 369)
2) Menguji signifikansi dengan rumus :
RJK
F = reg (b / a )
hitung
RJK res

Kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel maka hubungan antara X2 dengan Y
adalah signifikan/berarti.
(Sudjana, 2005: 380)

lxxvi
c. Menguji hipotesis ketiga
Pengujian hipotesis ketiga menggunakan teknik analisis regresi ganda
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan persamaan regresi ganda: Y

= b0 + b1 X1 + b2 X 2 + ... + bk X k

(Sudjana,2001:69)
2) Pengujian keberartian regresi ganda:
F= JKreg / k
JKres /(n - k -1)
Keterangan :
F : Harga bilangan untuk keberartian regresi
ganda k : Jumlah variabel bebas
n : Jumlah sampel
(Sudjana,2001:91)
Freg > Ftabel = Signifikasi dan H0 diterima.

Freg < Ftabel = Tidak Signifikasi dan H0 ditolak.

d. Sumbangan Relatif

a1 å X 1Y
Untuk prediktor X1 = SR% = ´100%
JKreg
a2 å X 21Y
Untuk prediktor X2 = SR% = ´100%
JKreg
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
e. Sumbangan Efektif
2
Untuk prediktor X1 = SE% = SR%X1 x R
2
Untuk prediktor X2 = SE% = SR%X2 x R
SE%X1X2 = SE%X1 + SE%X2
(Sutrisno Hadi, 2001: 46)

lxxvii
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Kelengkapan Fasilitas Belajar


Kelengkapan fasilitas belajar merupakan variabel bebas pertama (X1) pada
penelitian ini. Data Variabel ini diperoleh dengan menggunakan teknik angket
dalam bentuk tertutup. Angket kelengkapan fasilitas belajar terdiri atas 2 item
yaitu item pernyataan positif dan item pernyataan negatif. Item positif mempunyai
jumlah kemungkinan skor antara 1- 4 yaitu untuk jawaban sangat setuju (skor 4),
setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1). Adapun untuk
Item pernyataan negatif: sangat setuju (skor 1), setuju (skor 2), tidak setuju (skor
3), sangat tidak setuju (skor 4). Angket kelengkapan fasilitas belajar yang terdiri
atas 16 pernyataan disebarkan pada 63 siswa-siswi kelas terbuka di SMP Negeri 2
Wonosari, Klaten. Jawaban dari tiap siswa dikomulasikan dari semua item
pernyataan yang disediakan, kemudian berdasarkan data yang telah dikumpulkan
dapat diketahui:
Jumlah skor tertinggi : 62 Mean : 51,9
Jumlah skor terendah : 41 Median : 59,08
Modus : 54,89 SB : 5,26
SR : 4,4

Distribusi frekuensi skor tentang kelengkapan fasilitas belajar siswa kelas


terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Klaten dapat disajikan dalam tabel berikut:

lxxviii
Tabel 2. Distribusi frekuensi Skor Kelengkapan Fasilitas Belajar
Jumlah fi xi fi.xi xi- x fi. xi - x fi(xi - x )2
Skor
41,0 – 44,0 5 42,5 212,5 -9,4 47 441,8
44,1 – 47,1 9 45,6 410,4 -6,3 56,7 357,21
47,2 – 50,2 12 48,7 584,4 -3,2 38,4 122,88
50,3 – 53,3 10 51,8 518 -0,1 1 0,1
53,4 – 56,4 15 54,9 823,5 3 45 135
56,5 – 59,5 7 58,0 406 6,1 42,7 260,47
59,6 – 62,6 5 61,1 305,5 9,2 46 423,3
å fi å fi.xi = å fi. xi - x = å fi(xi - x )2
63 3260,4 276,8 1740,76

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel fasilitas belajar (X 1) di atas,


dapat diketahui bahwa frekuensi jumlah skor variabel fasilitas belajar terbanyak
berada pada rentangan 53,4 – 56,4 yaitu ada 15 siswa. Frekuensi jumlah skor variabel
fasilitas belajar yang sedikit berada pada rentangan 41,0 – 44,0 dan 59,6
– 62,6 yaitu hanya ada 5 siswa. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran
12 halaman 177.
Untuk penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada data histogram sebagai
berikut:

F
R
E
K
U
E
N
S
I

NILAI TENGAH

Gambar 2. Histogram Distribusi Variabel Fasilitas Belajar


2. Deskripsi Data Motivasi Belajar

lxxix
Motivasi belajar merupakan varibel bebas kedua (X2) pada penelitian ini.
Data variabel ini diperoleh dengan menggunakan teknik angket dalam bentuk
tertutup. Angket motivasi belajar terdiri atas 2 item, yaitu item pernyataan positif
dan item pernyataan negatif. Item positif terdiri atas 11 pernyataan yang
mempunyai jumlah kemungkinan skor antara 1-4 yaitu untuk jawaban selalu (skor
4), kadang-kadang (skor 3), Jarang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Adapun untuk
item pernyataan negatif selalu (skor 1), kadang-kadang (skor 2), Jarang (skor 3),
tidak pernah (skor 4). Angket motivasi belajar berjumlah 16 pernyataan dan
disebarkan pada 63 siswa-siswi kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari. Jawaban
dari tiap siswa dikomulasikan dari semua item pernyataan yang disediakan,
kemudian berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat diketahui:
Jumlah skor tertinggi : 64 Mean : 56,64
Jumlah skor terendah : 40 Median : 58,19
Modus : 58,57 SB : 4,80
SR : 3,82
Distribusi frekuensi skor tentang motivasi belajar siswa kelas terbuka SMP
Negeri 2 Wonosari disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar

Jumlah fi xi fi.xi xi- x fi. xi - x fi(xi - x )2

Skor
40,0 – 43,4 1 41,7 41,7 -14,94 14,94 223,20
43,5 – 46,9 2 45,2 90,4 -11,44 22,88 261,75
47,0 – 50,4 4 48,7 194,8 -7,94 31,76 252,17
50,5 – 53,9 8 52,2 417,6 -4,44 35,52 157,71
54,0 – 57,4 16 55,7 891,2 -0,94 15,04 14,14
57,5 – 60,9 21 59,2 1243,2 2,56 53,76 137,63
61,0 – 64,4 11 62,7 689,7 6,06 66,66 403,96
å fi å fi.xi = å fi. xi - x = å fi(xi - x )2
63 3568,6 240,56 1450,56

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar (X 2) di


atas, dapat diketahui bahwa frekuensi jumlah skor variabel motivasi belajar
terbanyak berada pada rentangan 57,5 – 60,9 yaitu ada 21 siswa. Frekuensi jumlah

lxxx
skor variabel motivasi belajar yang sedikit berada pada rentangan 40,0 – 43,4
yaitu hanya ada 1 siswa. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 13
halaman 179.
Untuk penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada data histogram sebagai
berikut:

F
R
E
K
U
E
N
S
I

Gambar 3. Histogram Distribusi Variabel Motivasi Belajar

3. Deskripsi Data Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan variabel terikat (Y) pada penelitian ini. Data
variabel ini diperoleh melalui tes prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
semester Ganjil tahun ajaran 2009/2010 dengan Kompetensi Dasar :
d) Kelas VII :Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat,
peraturan yang berlaku dalam masyarakat.
e) Kelas VII :Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Negara.
f) Kelas IX :Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan Negara
Prestasi balajar siswa-siswi pada mata pelajaran PKn tersebut dapat dilihat
melalui nilai dari hasil tes yang telah dibagikan kepada para siswa. Dari data yang
terkumpul dapat diketahui:
Nilai tertinggi : 100 Mean : 70,16
Nilai terendah : 31 Median : 62,31

lxxxi
Modus : 68,39 SB : 16,58
SR : 13,62

Distribusi frekuensi data tentang prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar

Jumlah Skor fi xi fi.xi xi- x fi. xi -x fi(xi - x )2


31,0 – 40,8 4 35,9 143,6 -34,26 137,04 4694,99
40,9 – 50,7 6 45,8 274,8 -24,36 146,16 3560,46
50,8 – 60,6 5 55,7 278,5 -14,46 72,3 1045,46
60,7 – 70,5 16 65,6 1049,6 -4,56 72,96 332,70
70,6 – 80,4 13 75,5 981,5 5,45 70,85 386,13
80,5 – 90,3 12 85,4 1024,8 15,24 182,88 2787,09
90,4 – 100,2 7 95,3 667,1 25,14 175,98 4424,14
åf å fi.xi = å fi. xi - = å fi(xi - )2 =
x x
63 4419,9 858,17 17320,96

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel prestasi belajar (Y), dapat


diketahui bahwa frekuensi nilai terbanyak yang diperoleh siswa terletak pada
interval 60,7 – 70,5 yaitu sebanyak 16 siswa. Frekuensi nilai yang sedikit
diperoleh siswa terletak pada interval 31,0 – 40,8 yaitu 4 siswa. Penghitungan
selengkapnya lihat pada lampiran 14 halaman 181.
Untuk penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada data histogram sebagai
berikut:

lxxxii
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

F
R
E
K
U
E
N
S
I

NILAI TENGAH

Gambar 4. Histogram Distribusi Variabel Prestasi Belajar Siswa


Pada Mata Pelajaran PKn

B. Uji Persyaratan Analisis

Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran
12, selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.
Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi
data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel
terikat. Hasil uji persyaratan data dapat diperinci antara lain sebagai berikut:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
distribusi normal atau tidak. Apabila Lhit < Ltabel maka sampel diambil dari
distribusi normal, sedangkan apabila Lhit > Ltabel maka sampel diambil dari
distribusi tidak normal.

a. Uji Normalitas Variabel Fasilitas Belajar (X1)

lxxxiii
Pada uji normalitas variabel X1 (fasilitas belajar), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1. Tabel dan
penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 183.
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
Lhitung < Ltabel yaitu 0,1056 < 0,1116. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
sampel variabel X1 berasal dari sampel berdistribusi normal karena L hit < Ltabel.
b. Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar (X 2)
Pada uji normalitas variabel X2 (motivasi belajar), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2. Tabel dan
penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 186.
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa Lhitung<Ltabel yaitu 0,0862<0,1116. Oleh sebab itu dapat disimpulkan
bahwa sampel variabel X2 berasal dari sampel berdistribusi normal karena
Lhitung<Ltabel.
c. Uji Normalitas Variabel Prestasi Belajar (Y)
Pada uji normalitas variabel Y (prestasi belajar), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y. Tabel dan
penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 189.
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa Lhitung < Ltabel yaitu 0,0937 < 0,1116. Oleh sebab itu dapat disimpulkan
bahwa sampel variabel Y berasal dari sampel berdistribusi normal karena
Lhitung < Ltabel.

2. Uji Independensi
Uji independensi dilakukan untuk membuktikan, bahwa antar variabel bebas
tidak berhubungan atau independen. Jika r hitung < rtabel maka tidak ada hubungan
antara X1 dengan X2. Akan tetapi jika rhitung > rtabel maka antar variabel terdapat
suatu hubungan. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa nilai rhitung=0,1868. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai
rtabel dengan N = 63 dan taraf signifikansi sebesar 5% diperoleh nilai r tabel sebesar
0,248. Karena rhitung < rtabel atau 0,1868 < 0,248 maka

lxxxiv
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2. Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 192.
3. Uji Linieritas
Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara
variabel X1 dan X2 terhadap Y. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka terima H0 berarti linier,
namun apabila Fhitung ≥ Ftabel maka tolak H0 berarti tidak linier.

a. Uji Linieritas Variabel X1 dengan Y


Langkah yang dilakukan untuk mengetahui uji linieritas X1 dengan Y
adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y
Sumber Variasi db Jk Rk F hitung F tabel
Koefisien (a) 1 313055.25 313055.25
Regresi (b/a) 1 1362.55 1362.55
5.03 4.00
Residu 61 16533.20 271.04
Tuna Cocok 19 4194.60 220.77 0.75 1.85
Error 42 12338.60 293.78

Berdasarkan tabel rangkuman uji linieritas variabel X1 terhadap variabel Y


dapat diketahui bahwa dari df penyebut 63 diperoleh F tabel=4,00, karena Freg >
Ftabel yaitu 5,03 > 4,00 maka persamaan yang diperoleh adalah berarti atau
signifikan, dan pada taraf signifikansi 5% dengan df pembilang 19 dan df
penyebut 42 diperoleh Ftabel 1,85, Karena Fhitung < Ftabel yaitu 0,75 < 1,85 maka
dapat disimpulkan bahwa antara variabel X1 dengan variabel Y terdapat hubungan
yang linier dan H0 diterima. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 19
halaman 193.

b. Uji Linieritas Variabel X2 dengan Y


Untuk mengetahui uji linieritas X2 dengan Y maka langkah yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Uji Linieritas Variabel X2 dengan Y

lxxxv
II. Sumber db Jk Rk F hitung F tabel

Variasi
Koefisien (a) 1 313055.25 313055.25
Regresi (b/a) 1 1116.89 1116.89 4.06 4.00
Residu 61 16778.86 275.06
Tuna Cocok 19 5865.19 308.69 1.19 1.85
Error 42 10913.67 259.85

Berdasarkan tabel rangkuman uji linieritas variabel X2 terhadap variabel Y


dapat diketahui bahwa dari df penyebut 63 diperoleh F tabel=4,00, karena Freg >
Ftabel yaitu 4,06 > 4,00 maka persamaan yang diperoleh adalah berarti, dan pada
taraf signifikansi 5% dengan df pembilang 19 dan df penyebut 42 diperoleh F tabel
1,85, karena Fhitung < Ftabel yaitu 1,19 < 1,85 maka dapat disimpulkan bahwa
antara variabel X2 dengan variabel Y terdapat hubungan yang linier dan H0
diterima. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 20 halaman 198.

C Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya setelah melakukan uji persyaratan analisis adalah
menganalisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda. Berdasarkan
penghitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil penghitungan koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2
dengan Y.

a. Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y


Setelah membuat tabel kerja langkah selanjutnya adalah melakukan
penghitungan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan sebelumnya.
Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 21 halaman 203.
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus Product
moment diketahui hasil sebagai berikut:

lxxxvi
rx1 y = 0,2759 dan rtabel = 0,2480

Karena rx1 y > rtabel yaitu rx1 y = 0,2759 > rtabel = 0,2480 maka dapat
dibuat kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara X 1
dengan Y (H0 ditolak sedangkan Ha diterima).
b. Koefisien korelasi sederhana antara X 2 dengan Y
Setelah membuat tabel kerja selanjutnya dilakukan penghitungan
sesuai dengan rumus yang telah ditentukan sebelumnya. Penghitungan
selengkapnya lihat pada lampiran 22 halaman 204.
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus Product
moment diketahui hasil sebagai berikut:
rx2 y = 0,2498 dan rtabel = 0,2480

Karena rx2 y > rtabel yaitu rx 2 y = 0,2498 > rtabel = 0,2480 maka dapat
dibuat kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara X 2
dengan Y (H0 ditolak sedangkan Ha diterima).
2. Hasil penghitungan regresi ganda antara X 1 dan X2 dengan Y
Setelah membuat tabel kerja kemudian dilakukan penghitungan (lihat pada
lampiran 24 halaman 205). Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan maka diperoleh
hasil sebagai berikut:

F = 3,97 dan F = 3,15


hitung tabel

Karena Fhitung > Ftabel yaitu Fhitung = 3,97 > Ftabel = 3,15 maka dapat

dikatakan regresinya berarti atau signifikan (H0 ditolak dan Ha diterima).


3. Hasil penghitungan sumbangan masing-masing variabel X1 dan X2 dengan Y
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh sumbangan determinasi
yaitu sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) dari masing-masing
prediktor yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sumbangan Relatif (SR) variabel Fasilitas Belajar (X1) terhadap Prestasi
belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah sebesar
56,09%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel Fasilitas Belajar (X 1)

lxxxvii
terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari
adalah sebesar 6,56%.
b. Sumbangan Relatif (SR) variabel motivasi belajar (X 2) terhadap Prestasi
belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah
sebesar 43,91%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel motivasi
belajar (X2) terhadap Prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari adalah sebesar 5,13%.
c. Sumbangan Relatif (SR) variabel fasilitas belajar (X1) dan variabel
motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka
SMP Negeri 2 Wonosari (Y) sebesar 100%, sedangkan Sumbangan Efektif
(SE) variabel fasilitas belajar (X1) dan variabel motivasi belajar (X2)
terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari
(Y) sebesar 11,69%. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 25 halaman 208.

D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji hipotesis maka peneliti dapat mengambil


kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil penghitungan
diperoleh rx 1 y = 0,2759 dan rtabel = 0,2480 , karena rx 1
y
> rtabel maka dapat

disimpulkan bahwa fasilitas belajar (X1) mempunyai hubungan yang


signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari (Y). Kemudian dilihat dari Sumbangan Relatif (SR) maupun

Sumbangan Efektif (SE), variabel fasilitas belajar (X1) terhadap prestasi


belajar (Y) sebesar 62,65%. Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi
“Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima.

lxxxviii
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil penghitungan
diperoleh rx 2 y = 0,2498 dan rtabel = 0,2480 , karena rx 1 y > rtabel maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar (X2) mempunyai hubungan yang
signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari (Y). Kemudian dilihat dari Sumbangan Relatif (SR) maupun

Sumbangan Efektif (SE), variabel motivasi belajar (X1) terhadap prestasi


belajar (Y) sebesar 49,04%. Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi
“Ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten
Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh F = 3,97 dan
hitung

Ftabel = 3,15
karena F >F maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar (X ) dan
hitung tabel 1

motivasi belajar (X2) mempunyai regresi atau pengaruh yang berarti atau
signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari (Y). Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada
pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2
Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan
diterima.

E. Penafsiran Hasil analisis Data

Setelah melakukan analisis data untuk pengujian hipotesis, maka langkah


selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil analisis data.
Pembahasan analisis data adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel fasilitas belajar (X1) terhadap prestasi belajar

(Y) lxxxix
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar
terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka
di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”,
dinyatakan diterima. Hal ini disebabkan karena r x 1 y >r tabel , yaitu rx1 y =
0,2759 > rtabel = 0,2480 . Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara variabel fasilitas belajar (X1) dengan variabel prestasi
belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari tahun ajaran 2009-2010
(Y).
Fasilitas belajar sekolah merupakan segala sesuatu yang memudahkan
atau memperlancar pelaksanaan kegiatan yang mengakibatkan perubahan
pada diri siswa dalam bertingkah laku berkat pengalaman. Pada umumnya,
sekolah yang memiliki fasilitas belajar lengkap akan membuat siswanya
menjadi semakin baik dibandingkan dengan sekolah yang mempunyai
fasilitas belajar yang tidak lengkap. Hal ini dikarenakan, dengan lengkapnya
fasilitas belajar di sekolah, maka dapat memberikan perubahan tingkah laku
siswa ke arah yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan.
Kemudian dengan terpenuhinya kebutuhan fasilitas belajar siswa di sekolah,
maka juga dapat membuat siswa cerdas serta dapat membangkitkan semangat
siswa dalam belajar, sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik dan
meningkat dalam setiap pelajaran di sekolah, termasuk mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebaliknya sekolah yang memiliki fasilitas belajar yang tidak lengkap,
maka siswanya akan menemui hambatan dalam belajarnya. Hal ini
mengakibatkan siswa akan menjadi malas belajar yang akhirnya
mengakibatkan setiap kali diberi tes siswa tidak mampu mengerjakan dan
nilainya akan berada di bawah rata-rata kelas serta prestasi belajarnya
menjadi tidak baik. Jadi sekolah yang memiliki fasilitas belajar tidak lengkap,
anak didiknya cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah.
Hal tersebut didasarkan kepada hasil dari penyebaran angket tersebut
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara fasilitas belajar siswa dengan

xc
prestasi belajar siswa di sekolah. Keterkaitan tersebut ditunjukkan dengan
adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel fasilitas belajar
(X1) dengan prestasi belajar (Y) pada pengolahan data.
2. Hubungan antara variabel motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”,
> rtabel

r
dinyatakan diterima. Hal ini disebabkan karena , yaitu

x2 y

0,2498>0,2480. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang


signifikan antara variabel motivasi belajar (X2) dengan variabel prestasi
belajar siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari (Y).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan bahwa tinggi
rendahnya motivasi belajar siswa dapat memberikan dampak bagi prestasi
belajar siswa di sekolah. Apabila motivasi belajar siswa tinggi maka prestasi
belajar siswa pun akan tinggi begitu pula sebaliknya. Motivasi belajar terdiri
atas motivasi yang berasal dari dalam individu (intrinsik) dan motivasi belajar
yang berasal dari luar individu (ekstrinsik). Kedua motivasi tersebut
mempunyai aspek yang dapat menandakan apakah siswa mempunyai motivasi
yang tinggi atau rendah dalam belajar. Aspek-aspek tersebut telah peneliti
tanyakan kepada siswa melalui angket yang disebarkan pada tanggal 10
Agustus 2009 kepada siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten klaten. Hasil dari penyebaran angket tersebut menunjukkan bahwa
ada keterkaitan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa di
sekolah. Keterkaitan tersebut ditunjukkan dengan adanya pengaruh yang

positif dan signifikan antara variabel motivasi belajar (X 1) dengan prestasi


belajar (Y) pada pengolahan data.
3. Hubungan antara variabel fasilitas belajar dan motivasi belajar (X1, X2)
dengan prestasi belajar (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun

xci
Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima karena Fhitung > Ftabel yaitu Fhitung =
3,97 dan Ftabel = 3,15 . Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel fasilitas belajar (X1) dan motivasi
belajar (X2) dengan variabel prestasi belajar siswa kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari (Y).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa
prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor fasilitas belajar dan motivasi
belajar. Prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik apabila didukung oleh
fasilitas belajar yang baik dan mendukung siswa untuk mendapatkan prestasi
belajar yang lebih baik lagi. Selain fasilitas belajar, prestasi belajar siswa juga
dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa itu sendiri. Motivasi belajar siswa
yang tinggi akan menyebabkan siswa bersemangat dalam belajar dan hal ini
akan memebrikan dampak yang positif terhadap perkembangan prestasi
belajar siswa di sekolah.
Sumbangan Relatif (SR) variabel Fasilitas Belajar (X1) terhadap
Prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah
sebesar 56,09%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel Fasilitas Belajar
(X1) terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2
Wonosari adalah sebesar 6,56%. Sedabgkan Sumbangan Relatif (SR) variabel
motivasi belajar (X2) terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP
Negeri 2 Wonosari (Y) adalah sebesar 43,91%, sedangkan Sumbangan Efektif
(SE) variabel motivasi belajar (X2) terhadap Prestasi belajar siswa kelas
terbuka SMP Negeri 2 Wonosari adalah sebesar 5,13%.
Sumbangan Efektif (SE) fasilitas belajar dan motivasi belajar variabel

(X1, X2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sumbangan Efektif kedua variabel
tersebut tidak sepenuhnya 100% yaitu hanya 11,69% yang berarti bahwa
masih ada faktor lain yang dapat mempengarui prestasi belajar siswa yang
tidak peneliti teliti. Menurut Muhibbin Syah (1995:132) secara global, faktor-

xcii
faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor internal meliputi aspek fisologis dan psikologis. Aspek
fisiologis adalah seperti keadaan fisik seseorang, sedangkan aspek psikologis
meliputi Intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan
motivasi siswa. Adapun faktor eksternal merupakan faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari lingkungan sekitar
siswa. Menurut Slameto (1995:60) “faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat”. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
menurut Muhibbin Syah (1995:132) adalah faktor pendekatan belajar yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran metri-materi pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat
banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang tidak peneliti
teliti. Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap beberapa faktor saja yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Adapun
hasil penelitian ini menyatakan bahwa prestasi belajar itu dipengaruhi oleh
fasilitas belajar dan motivasi belajar. Jadi teori yang telah peneliti uraikan
pada bab II itu dapat dibuktikan kebenarannya.

xciii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi hasil penelitian serta


pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan kelengkapan fasilitas belajar terhadap
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Diketahui rx1

y = 0,2759 > rtabel = 0,2480 .

2. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar


Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari
Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Diketahui rx 2 y = 0,2498 > rtabel
= 0,2480 .

3. Terdapat pengaruh yang signifikan kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi


belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas
Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran
2009/2010. Diketahui Fhitung = 3,97 > Ftabel = 3,15 .

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi yang dapat diberikan


adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya pengaruh yang signifikan fasilitas belajar terhadap prestasi
belajar, maka fasilitas belajar mempunyai peran yang penting dalam
pencapaian peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. Adanya fasilitas belajar yang lengkap
dan memadai dalam arti dapat memberikan dukungan positif bagi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya maka siswa-siswi dapat dengan mudah
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik lagi.

xciv
2. Dengan adanya pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadapprestasi
belajar, maka motivasi belajar mempunyai peran yang penting dalam
pencapaian peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. Adanya motivasi belajar yang tinggi
dari luar siswa dan dari dalam diri siswa maka hal ini dapat membantu siswa
untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di sekolah.
3. Dengan adanya pengaruh yang signifikan fasilitas belajar dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar siswa, maka fasilitas belajar dan motivasi belajar
yang ada pada siswa tersebut mempunyai peranan yang penting dalam
pencapaian peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas Terbuka di SMP
Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. Adanya fasilitas belajar yang
mendukung siswa untuk dapat memperoleh pretasi belajar yang lebih baik
ditambah dengan motivasi belajar yang tinggi dari para siswa maka siswa-
siswi dapat dengan mudah untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik di
sekolah.

C. Saran

Dalam rangka untuk ikut serta dalam menyumbangkan pemikiran dalam


peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaran (PKn), maka berdasarkan implikasi di atas terdapat beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Keluarga
Keluarga dapat memberikan dampak bagi baik buruknya prestasi anak di
sekolah, karena keluarga merupakan salah satu sumber motivasi belajar yang
dapat memberikan dukungan kepada anak agar selalu rajin belajar. Agar anak
dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah, keluarga harus dapat
memberikan motivasi belajar kepada anak di rumah agar kegiatan belajar anak
dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu disarankan kepada keluarga untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk memberikan motivasi belajar anak di rumah maka keluarga
diharapkan:

xcv
1) Menjaga hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar anak
merasa nyaman sehingga anak dapat berkonsentrasi terhadap
belajarnya dan prestasi anak akan meningkat.
2) Menjaga kondisi rumah agar selalu dalam keadaan tenang. Hal ini
perlu dilakukan agar anak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam
belajarnya di rumah.
3) Dapat mencukupi kebutuhan sekolah anak guna menunjang prestasi
belajar anak di sekolah seperti perlengkapan alat tulis, ruang belajar
dengan penerangan yang cukup serta pemenuhan dalam hal
pembiayaan sekolah.
b. Untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar maka orang tua dan
keluarga diharapkan:
1) Selalu mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan komunikatif.
Sebagai contoh apabila anak mendapatkan prestasi yang baik di
sekolah diharapkan orang tua mau memberikan hadiah kepada anak,
baik itu berupa pujian atau barang yang disenangi anak. Akan tetapi
apabila anak mendapatkan prestasi yang tidak baik di sekolah
diharapkan agar orang tua tidak langsung memarahinya melainkan
orang tua harus memberikan nasihat dan dukungan terhadap anak
untuk memperbaiki prestasinya. Hal ini diharapkan dilakukan oleh
orang tua agar anak tidak merasa tertekan karena telah mendapatkan
nilai yang jelek.
2) Selalu memberikan perhatian dan bimbingan kepada anak ketika anak
sedang belajar.
2. Bagi Siswa
Siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk mendapatkan prestasi
belajar yang lebih baik di sekolah. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri. Untuk menjaga agar motivasi siswa tetap tinggi dalam
belajar maka disarankan agar siswa mempunyai:
a. Keinginan untuk mendapatkan prestasi belajar atau nilai yang baik di
sekolah

xcvi
b. Harapan untuk memperoleh masa depan yang cerah
3. Bagi Sekolah
Agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik pihak sekolah
harus dapat memberikan fasilitas belajar di sekolah yang memadai serta dapat
memberikan dukungan atau motivasi kepada siswa untuk mendapatkan
prestasi belajar yang baik. Oleh sebab itu disarankan kepada pihak sekolah
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk memberikan fasilitas belajar siswa di sekolah yang memadai dan
berguna bagi siswa, maka sekolah diharapkan:
1) Menyediakan ruang belajar yang nyaman beserta perlengkapannya
bagi siswa untuk belajar.
2) Menyediakan sarana penunjang seperti buku dan perpustakaan yang
memadai agar siswa lebih giat belajar.
3) Menempatkan jam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di pagi
hari dimana stamina siswa masih baik.
b. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, pihak sekolah dan
guru hendaknya:
1) Meningkatkan disiplin sekolah.
2) Memberikan hadiah berupa pujian atau barang kepada siswa yang
mendapatkan prestasi yang baik di kelas atau di sekolah, serta
memberikan bimbingan yang lebih kepada siswa yang prestasinya
buruk di kelas.

xcvii
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Badudu Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Chosiyah, dkk. 1988. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Surakarta: FKIP
UNS.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus
(PLK).
Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hassan Suryono. 2005. Statistik, Pedoman, Teori, dan Aplikasi. Surakarta: UNS
Herbert J. Klausmeier dan William Goodwin. 1975. Learning and Human
Abilities: Educational Psycology. London: Harper & Row Publishers.

Husaini Usman dan R Purnomo S.A. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta:


Bumi Aksara.
Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
J. Gino; Suwarni; Suripto HS; Muryanto; Sutijan. 1996. Belajar Pembelajaran
Siswa
I. Surakarta: UNS Press.
Kevin Carmody And Zane Berge. 2005. “Elemenal Analysis Of The Online
Learning Experience”. International Journal of Education and
Development Using ICT. Vol 1 No 3.
Maltby, dkk. 1995. Educational psychology An Australian and New Zealand
Perspective. New york: John Wiley & Sons

Muchjiddin Dimjati. 2001. Psikologi Anak dan Remaja. Yogyakarta: Aksara


Indonesia.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Ngalim Purwanto. 1997. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja
Rosda Karya.

xcviii
Riduan.2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Saifuddin Azwar.2002. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sevilla, Consuelo G; Ochave; Jesus A; Punsalan, Twila G; Regala Bella P; Uriarte
Gabriel G. 1993. Pengantar Metode Penelitian (edisi terjemahan
oleh
Alimuddin Tuwu). Jakarta: Universitas Indonesia

Singgih D. Gunarso. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT BPK


Gunung Mulia.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka
Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjarwo. 1998. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta.
________________. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta.
________________. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bina
Aksara.
________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Cetakan
Ke 13. Yogyakarta : Bina Aksara.
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode
Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi
Offset.
Suradji. 1994. Interaksi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Surya Muhammad dan Amin Muhammad. 1980. Pengajaran Remidian untuk
SPG.
Jakarta: Andromeda.
Sutrisno Hadi. 2001. Statistik II. Yogyakarta: Andi Offset.
The Liang Gie. 1988. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Lembaga Bina
Prestasi
Sukses.

xcix
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Bandung:
Tarsito.
Winkel, WS. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Y. B. Suparlan; Rahmat Wijoyopranoto; S. Pardiman. 1983. Kamus Istilah
Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Sarasin.

Anda mungkin juga menyukai