Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HEMATOLOGI

LAJU ENDAP DARAH

(Erythrocyte Sedimentation Rate = ESR)

(Blood Bezinking Znelheid = BBS)

OLEH :

Nama : I Putu Krisna Dinata

NIM : P07134018 045

Kelas : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2019
I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan Laju Endap Darah
pada darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan Laju Endap Darah
pada darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan Laju Endap Darah
pada darah probandus metode wintrobe.
2. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan Laju Endap Darah
pada darah probandus metode westergreen.
3. Mahasiswa dapat mengetahui keceatan pengendapan eritrosit dalam
mm/jam I
4. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil penetapan Laju Endap
Darah pada darah probandus.

II. METODE
 Westergreen
 Wintrobe

III. PRINSIP
Spesimen darah dengan antikoagulan yang telah dicampur dengan baik
dituangkan ke dalam tabung Westergreen dan diletakkan pad arak
Westergreen atau dituangkan dalam tabung Wintrobe dan ditunggu selama
1 jam itu adalah LED nya.

IV. DASAR TEORI


Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate
(ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der
erythrocyten (BSE) adalah kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di dalam
tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam.
Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan pengendapan sel-sel
eritrosit dalam plasma Hasil pemeriksaan LED digunakan sebagai penanda
non spesifik perjalanan penyakit, khususnya memantau proses inflamasi dan
aktivitas penyakit akut Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses
inflamasi dalam tubuh seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau
adanya kerusakan jaringan (Arianda, 2013).
Hasil pemeriksaan LED walaupun tidak dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis etiologik, tetapi secara praktis masih rutin digunakan
di klinik, karena selain prosedurnya sederhana dan mudah, juga ekonomis,
praktis, dan dapat sebagai pemeriksaan point-of-care (dekat pasien), dan
tetap mempunyai arti klinis yang penting (Riswanto, 2013).

V. ALAT, SPESIMEN DAN BAHAN


a. Alat
 Tabung / pipet westergreen
 Tabung reaksi 5ml atau tabung serologis
 Rak westergreen
 Push ball

b. Bahan :
 Darah vena dengan anticoagulan EDTA.
1 mg untuk tiap 1 ml darah. Perlu diencerkan dengan
NaCl 0,9% (4 volume darah : 1 volume NaCl 0,9%)
 Na Citrat 3,8% : 0,2 ml Na Citrat 3,8% untuk tiap 0,8
ml darah
VI. PROSEDUR KERJA
a. Menurut Wintrobe
1. Disiapkan darah vena yang dicampurkan dengan campuran EDTA
ditambahkan saline ( 4 : 1 )
2. Digunakan pipet Wintrobe, dimasukkan darah itu kedalam tabung
Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm, jagalah jangan sampai terjadi
gelembung udara.
3. Dibiarkan tabung itu dalam sikap lurus pada satu tempat yang tidak
banyak angin selama 1 jam
4. Bacalah tinggi lapisan plasma dengan millimeter dan dilaporkan
angaka tersebut sebagai LED
b. Menurut Westergreen

Jika menggunakan Antikoagulan Na Citrat :

1. Isaplah dalam semprit (spuit inject) 0,4 ml larutan Natrium sitrat


3.8%.
2. Lakukan puncti vena dengan semprit itu dan isaplah 1.6 ml
darah sehingga mendapat 2 ml campuran.
3. Masukkan campuran itu kedalam tabung dan campurlah baik –
baik.
4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai garis tanda
0 mm kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam
rak Westergreen selama 60 menit.
5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan
laporkan angka itu sebagai LED.

Jika menggunakan Antikoagulan EDTA :

1. Pipet NaCl 0,9% dengan pipet Westergreen sampai skala 150,


kemudian masukkan ke dalam tabung Westergreen atau tabung
serologis.
2. Sampel darah dengan antikoagulan EDTA dihisap dengan pipet
Westergreen yang telah berisi NaCl 0,9% tadi.
3. Campur isi tabung Westergreen dengan cara menyedot dan
meniup beberapa kali sehingga tercampur dengan baik.
4. Campuran larutan dalam tabung Westergreen sampai skala 0,
kemudian letakkan pipet Westergreen tegak lurus pada rak
Westergreen.
5. Baca tingginya pengendapan pada 1 jam dan 2 jam.

VII. NILAI RUJUKAN


a. Westergreen laki – laki : s/d 10 mm/jam I
Perempuan : s/d 15 mm/jam I

b. Wintrobe laki – laki : s/d 10 mm/jam I


Perempuan : s/d 20 mm/jam I

VIII. HASIL PENGAMATAN


 Nama probandus : Ni Luh Putu Yunita Andarini
 Umur : 19 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Hasil LED : 8 mm / jam I

IX. PEMBAHASAN
Laju endap darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya erythrocyte
sedimentation rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk
darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur
dengan memasukkan darah ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin
banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap
darahnya. Tinggi ringannya nilai pada laju endap darah memang sangat
dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang.
Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan lansia memiliki
nilai laju endap darah yang tinggi. Jadi orang normal juga bisa memiliki laju
endap darah yang tinggi, dan sebaliknya bila laju endap darah normal juga
belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan laju endap darah masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan
anamnesis dari dokter.
Pada praktikum pemeriksaan LED kali ini dilakukan dengan metode
westergreen. Pada metode westergreen ini digunakan perbandingan volume
darah yang telah dicampur antikoagulan EDTA dengan volume NaCl 0,9%
yaitu 200 ml : 50 ml ( 4:1 ) .Pencampuran darah dengan EDTA bertujuan
menghindari lisisnya darah karena EDTA mencegah pembekuan darah
namun tidak memberikan pengaruh besar terhadap bentuk dan jumlah
eritrosit, leukosit serta mencegah menggumpalnya trombosit dalam darah.
NaCl tersebut digunakan untuk pengenceran tanpa mempengaruhi
komposisi darah. Kemudian campuran darah dan NaCl ini di pipet ke dalam
pipet westergreen dengan volume 200 ml dan di posisikan tegak lurus di rak
westergreen selama 60 menit. Setelah 1 jam, barulah dibaca skala pipet
westergreen tersebut dengan melihat tinggi plasma yang terpisah dengan sel
darah. Batas pembacaannya yaitu mulai dari skala nol (atas) tingginya
plasma hingga batas pertemuan sel darah yang mengendap.
Pada praktikum pemeriksaan nilai LED, didapatkan nilai LED dari
probandus atas nama Ni Luh Putu Yunita Andarini dengan umur 19 tahun
dan berjenis kelamin perempuan sebesar 8 mm/jam. Hasil yang didapatkan
ini sudah dapat digolongkan sebagai nilai LED yang normal, karena pada
nilai LED probandus berada pada rentangan nilai normal, yaitu 0 s/d 15 mm
/ jam I.
Namun hasil yang ada belum dapat dijadikan sebagai hasil pasti sebab
pemeriksaan LED yang relatif tidak spesifik karena dipengaruhi oleh banyak
faktor teknis dan faktor fisiologis yang menyebabkan hasil tidak akurat.
Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan LED
yaitu :
1. Faktor sel darah merah
a. Pembentukan rouleaux
Makin besar rouleaux yang terbentuk, makin cepat
pengendapannya sebab makin besar pula tarikan
gravitasinya.
b. Bentuk sel darah merah
Bentuk sel darah merah yang sferis atau seperti bulan sabit
mempersulit pembentukan rouleaux sehingga laju endap
darah akan menurun. Penurunan laju endap darah juga dapat
disebabkan oleh permukaan sel relatif lebih luas dibanding
berat sel.
c. Ukuran sel darah merah
Makrosit lebih cepat mengaendap sehingga LED meningkat.
d. Jumlah sel darah merah
Jumlah sel darah merah yang rendah (anemia) merupakan
faktor penyebab LED meningkat.
2. Faktor Komposis Plasma
Komposisi plasma merupakan faktor terpenting yang
menentukan kecepatan pengendapan. Protein plasma dan koloid
mempengaruhi tingkat pembentukan agregat dan rouleaux, yang
akan mempengaruhi LED. Sejumlah studi menyatakan bahwa
peningkatan fraksi protein penting yaitu fibrinogen,alpha-2 globulin,
dan alpha-1 globulin menimbulkan peningkatan LED.
Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh
adanya peningkatan kadar makromlekul dalam plasma, peningkatan
perbandingan globulin terhadap albumin dan peningkatan kadar
fibrinogen. Peningkatan kadar globulin atau globulin dan fibrinogen
dapat mengurangi gaya saling tolak menolak antara sel darah merah
sehingga sel-sel tersebut lebih mudah berdekatan satu dengan yang
lain. Disamping itu, peningkatan viskositas plasma dapat
menetralkan gaya tarik kebawah sehingga LED lebih rendah. Pada
penyakit infeksi , kadar globulin dan fibrinogen meningkat sehingga
LED meningkat.
3. Faktor teknis
Laju endap darah menurun disebabkan oleh : diameter tabung
LED lebih kecil, darah tidak segera diperiksa lebih dari 2 jam,
antikoagulan yang digunakan berlebihan sehingga terjadi degenerasi
sel darah merah dan mengkerut, sebagian darah beku, darah
disimpan sehingga bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk
rouleaux.
Selain itu hasil LED juga dipengaruhi oleh kualitas dan panjang tabung.
Nilai-nilai normal yang berbeda untuk beberapa metode disebabkan oleh
variasi-variasi mutu tabung dan tinggi kolom darah. Semakin tinggi kolom
darah, semakin cepat fase pengendapan pertama akibat tertundanya
pengisian sel-sel darah pada dasar tabung. Pengendapan cepat terjadi pada
tabung dengan ukuran besar. Kedua, hasil LED juga dipengaruhi oleh factor
posisi tabung. Pada semua metode penting untuk menjaga tabung tetap tegak
lurus. Derajat kemiringan kecil menimbulkan efek percepatan laju endap
darah . ini disebabkan penempatan sel-sel pada satu sisi tabung sehingga
mempermudah plasma bergeser keluar. Apapun alasannya, kesalahan teknis
yang lebih besar terjadi melalui inklinasi tabung daripada dari faktor lain.
Penggunaan rak khusus yang menjaga tabung tetap vertikal sangat penting.
Ketiga, hasil LED juga dipengaruhi oleh factor antikoagulan yang dipakai.
Antikoagulan yang mungkin mempengaruhi ukuran sel sehingga mengubah
laju endap darah, tetapi antikoagulan yang sering dipakai menghasilkan
variasi kecil jika konsentrasinya terkontrol dengan baik.
X. SIMPULAN
Pada praktikum kali ini yaitu pemeriksaan laju endap darah (LED) pada
probandus atas nama Ni Luh Putu Yunita Andarini dengan umur 19 Tahun
dan berjenis kelamin perempuan, mendapatkan hasil 8 mm/jam. Jadi dapat
disimpulkan bahwa nilai LED probandus normal, karena hasil nilai LED
probandus berada diantara rentangan nilai rujukan, yaitu 0 s/d 15 mm/jam I.
DAFTAR PUSTAKA

Arianda Dedy, 2013. Buku Saku Analis Kesehatan Revisi ke-3. Bekasi: Analis Muslim
Publisher.

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia &


Kanal Medika.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 2011. Buku Panduan Praktikum


Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Penyakit Infeksi.YogyaKarta : FK-UI.

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Hiru, D. 2013. Live Blood Analysis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kiswari Rukman. 2014. Hematologi & Transfusi .Jakarta : Erlangga.

Komandoko, Gamal. 2013. Donor Darah terbukti Turunkan Risiko Penyakit Jantung
& Stroke. Yogyakarta: Media Presindo.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta

Anda mungkin juga menyukai