Anda di halaman 1dari 52

PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA

INDONESIA DARI WAKTU


KEWAKTU, PUEBI, IMPLEMENTASI
EJAAN BAHASA INDONESIA DALAM
PENULISAN KTI
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah
Dosen : Ibu Chyndy Febrindasari, S.Pd.,
M.A.

Oleh :
Nabila Nurul Kaunaini (1803016052)
Rohmatul Hadi (1803016055)
Tsania Kamilatun Naimah (1803016072)
Milatul Ulya (1803016096)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Ejaan merupakan keseluruhan aturan atau tata cara tuntuk menulis


suatu bahasa baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata,
penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa
Indonesia yang kita pakai sekarang ini adalah menganut sistem tulisan
fonemis. Yang dimaksud dengan sistem tulisan fonemis adalah bentuk
suatu ejaan yang menginginkan serta berusaha untuk melambangkan
sebuah fonem itu hanya dengan satu huruf saja. Namun demikian dalam
kenyataan masih kita dapatkan satu huruf untuk melambangkan dengan
dua huruf.
Jika berbicara tentang ejaan, tentu ruang lingkup kita adalah ragam
bahasa tulis. Dalam hal ini, sesuatu yang dapat kita lakukan dalam
penggunaan bahasa secara lisan tidak selalu dapat kita realisasikan dalam
ragam bahasa tulis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Waktu ke
Waktu ?
2. Apa Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)?
3. Apa Implementasi Ejaan Bahasa Indonesia Dalam Penulisan KTI?

2
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Waktu ke
Waktu
2. Menjelaskan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
3. Menjelaskan Implementasi Ejaan Bahasa Indonesia Dalam
Penulisan KTI

D. Manfaat Pembahasan
Manfaat yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan bagi penulis dan pembaca serta memberikan dan
menambah pengetahuan tentang beberapa hal yang menyangkut Ejaan
Bahasa Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Waktu ke


Waktu
Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan yang terjadi mempunyai tujuan
untuk penyempurnaan. Beberapa perubahan yang terjadi yaitu :
1. Ejaan van Ophuysen
Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai
Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947.
Disebut Ejaan van Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya
dari Ch. A. van Ophuysen yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan
ini dimuat dalam KitabLogat Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai
Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu
lembaga yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam
sejarah perkembangan bahasa Indonesia.Beberapa hal yang cukup
menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
a. Huruf y ditulis dengan j. Contoh : Yakin Jakin
b. Huruf u ditlus dengan oe. Contoh : Surat Soerat
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda
koma di atas. Contoh : Rakyat Ra’yat
d. Huruf j di tulis dengan dj. Contoh : Raja Radja
e. Huruf c ditulis dengan tj. Contoh : Cara Tjara
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch. Contoh : Akhir
Achir
2. Ejaan Republik / Ejaan Suwandi
Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari pada
Ejaan van Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19
4
Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi,
maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan
Suwandi.
Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres
Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun
1938 dan yang menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus
istilah.Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik
dengan ejaan Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah
ini:
a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u
dalam Ejaan Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k
dalam Ejaan Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e.Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam
Ejaan Republik.

3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pembaharuan merupakan suatu ejaan yang direncanakan
untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh
Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu
dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah
mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan
patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak

5
pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah
diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan
ialah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan
dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah
ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim
disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw,
dan oy.
Misalnya:
EYD Ejaan
Pembaharuan
Santai Santay
Gulai Gulay
Harimau Harimaw
Kalau Kalaw
Amboi Amboy

4. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil
perumusan ejaan Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan
Melindo ini diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia
yang kedua pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan
Ejaan Melindo adalah merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan
6
sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum sempat dipergunakan, karena
pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita Republik
Indonesia dengan pihak Malaysia. Namun konsep ini tidak dipergunakan
karena alasan perkembangan politik yang tidakkondusif pada saat itu.
Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan
konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga
gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama
sekali masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan
itu diganti dengan ts dan ń.
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang
telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di
samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari
Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang
kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19
september 1967. Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan
LBK, antara lain :
1. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.Contoh : Remadja
Remaja
2. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j. Contoh : Batja
Baca
3. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny. Contoh : Njala
Nyala
4. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy. Contoh : Sjukur
Syukur
5. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh. Contoh : Tachta
Takhta
6. Ejaan Yang Disempurnakan

7
Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang
Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17
Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikanejaan baru untuk bahasa
Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil
yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah
dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan
Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan
Maret 1947.Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD,
antara lain:
a. Perubahan Huruf, Misalnya : Djika menjadi Jika
b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa
asing diresmikan pemakaiannya. Misalnya : khilaf, valuta, zakat
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu
pengetahuan tetap digunakan, misalnya Furqan, dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang
merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis sering kali
dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di- sebagai kata
depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh :
Untuk awalan : Dicuci
Untukkata depan : Di Kantor
e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.
Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.
Misalnya : Anak-anak, bukan anak2

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:


1) Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.

8
2) Penulisan kata.
3) Penulisan tanda baca.
4)Penulisan singkatan dan akronim.
5) Penulisan angka dan lambang bilangan.
6) Penulisan unsur serapan.

B. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)


Ruang lingkupPUEBI ada 4, yaitu :
I. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad, Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas 26 huruf.
b. Huruf Vokal, Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf a, i, u, e,dan o.
c. Huruf Konsonan, Huruf yang melambangkan konsonan dalam
bahasa terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong, Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, ei, oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan, Didalam bahasa Indonesia terdapat
empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng,
ny, dan sy.
f. Huruf Kapital
1. Dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
2. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
3. Dipakai pada awal kalimat petikan langsung. Misalnya : “Kemarin
engkau terlambat”

9
4. Dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
dan Tuhan., termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah, Islam, dan Alquran.
5. 1) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Agung
Permana, Sarjana Hukum.
2) Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya: Selamat
datang, Yang Mulia.
6. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang, atau penggantinama orang tertentu, nama
instansi, dan nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Yusuf Kalla.
7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
8. 1) Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
besar atau hari raya.
2) Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya: Perang Dunia II
9. Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10.Dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam negara, lembaga, badan, organisasi,
atau dokumen, kecuali kata tugas. Misalnya: Republik Indonesia.
11.Dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk
ulang sempurna) didalam judul buku, karangan, artikel, dan
makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi
awal. Misalnya: Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan
Sastra.
10
12.Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan. Misalnya : Dr. Doktor
13.Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata
atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
g. Penulisan Huruf Miring
1) Dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau surat
kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: karangan Abdoel
Moeis.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan
kelompokkata dalam kalimat. Misalnya: Buatlah kalimat
dengan kata lapang dada
3) Menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing. Misalnya: Politikdevideet et imperapernah
merajalela di Indonesia.
h. Huruf Tebal
1) Dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
2) Dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti
judul buku, bab, atau subbab.
II. Penulisan Kata
a. Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b. Kata Berimbuhan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkaian dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
berjalan.
2) Bentuk terikat ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya: infrastruktur

11
c. Bentuk Ulang, Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya: anak-anak, biri-biri,
dan cumi-cumi.
d. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya: kambing hitam
2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan menumbuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah
jika mendapat awalan atau akhiran.
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus
ditulis serangkai.
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
e. Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata dasar dilakukan sbb:
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata
itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal,
pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
d. Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu.
e. Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih yang
masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.

12
2) Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara
bentuk dasar dan unsur pembentukan.
3) Jika suatu kata terdiri atas lebih datri satu unsur dan salah satu
unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu
dipenggal seperti pada kata dasar.
4) Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antara unsur-unsurnya.
5) Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidak dipenggal.

f. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya :
Di mana ia sekarang ?
Mari kita berangkat ke kantor.
g. Partikel
1) Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat
mengatasinya dengan bijaksana.
Catatan : Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung
ditulis serangkai. Misalnya :
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat
waktu.

13
3) Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya :
Mereka masuk ke ruang rapat satu per satu.

h. Singkatan dan Akronim


1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diiluti dengan tanda titik pada setiap umsur singkatan itu.
Misalnya :
A.H.Nasution Abdul Hamid Nasution
H.Hamid Haji Hamid
Sdr. Saudara
Kol. Darmawati Kolonel Darmawati
2) a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya :
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan
nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya :
PT Perseroan Terbatas
KTP Kartu Tanda Penduduk
3) Singkatan yang terdiri atas tiga hurufatau lebih diikuti dengan
tanda titik. Misalnya :
hlm. halaman
dll. dan lain-lain

14
4) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya :
a.n atas nama
u.p untuk perhatian

5) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,


dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya :
Cu kuprum
cm sentimeter
6) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya :
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelejen Negara
7) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital. Misalnya :
Bulog Badan Urusan Logistik
Kalteng Kalimantan Tengah
8) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal
dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya :
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim rapat pimpinan
i. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.

15
1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian. Misalnya :
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15
orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
2) a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
Catatan : Penulisan berikut dihindari.
50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat
dinuatakan dengan satu atau dua kata, susunan
kalimatnya diubah. Misalnya :
Panitia mengundang 250 peserta.
Catatan : Penulisan berikut ini dihindari :
250 orang peserta diundang panitia.
3) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya :
Dia mendapatkan uang 250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
4) Angka dipakai untuk menyatakan: a) ukuran panjang, berat,
luas, isi, dan waktu, serta b) nilai uang. Misalnya :
0,5 sentimeter
5 kilogram
Rp 5.000,00

16
5) Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar. Misalnya :
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah Abang I/5
6) Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci. Misalnya :
Bab X, Pasal 5, halaman 252,
Surah Yasin: 9
7) Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
a. Bilangan utuh, misalnya :
Dua belas (12)
Tiga puluh (30)
b. Bilangan pecahan, misalnya :
setengah atau seperdua (½)
tiga perempat (¾)
8) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya :
abad XX
abad ke-20
abad kedua puluh
9) Penulisan angka yang mendapat akhiran –an dilakukan
dengan cara berikut. Misalnya :
lima lembar uang 1.000-an
tahun 1950-an
10) Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus
dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi. Misalnya :

17
Telah diterima uang sebanyak Rp 2.950.000,00 (dua
juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
pembayaran satu unit televisi.
11) Penulisan bilangan yang dilambangkandengan angka dan
diikuti huruf dilakukan sebagai berikut. Misalnya :
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp
900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus upiah lima
puluh sen).
12) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Misalnya :
Kelapadua, Rajaampat, Simpanglima.
j. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan –ku, -mu, dan –nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya :
Rumah itu sudah kujual.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
k. Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya :
Nama si pengirim durat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
III. Pemakaian Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
1) Akhir kalimat pernyataan.
Contoh : Mereka berdua duduk disana.
2) Didunakan di belakang angka atau huruf dalam satu
bagan, ikhtisar, atau daftar.

18
Contoh :
I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
3) Memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Contoh :
- Pukul 01.35.21 (Pukul 1 lewat 35 menit 21 detik,
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
- 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
4) Dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis,
tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru), dan tempat terbit. Contoh :
- Pusat Bahasa, departemen Pendidikan Nasional.2008.
Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Jakarta.
5) Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah. Contoh :
- Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
b. Tanda Koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :

19
1) Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Contoh :
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan
barang asing lagi.
2) Dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
setara. Contoh :
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup.
3) Memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya. Contoh :
Kalau diundang, saya akan datang.
4) Dipakai di belakang kata atau ungkapan pennghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti :
Oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dll.
Contoh :
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu,
dia memperoleh beasiswa belajar di luar negri.
5) Dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o,
ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Contoh :
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
6) Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Contoh :
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup
ini”.

20
7) Digunakan dinatara: (a) nama dan alamat, (b) bagian-
bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, (d) nama tempat
yang ditulis secara berurutan. Contoh :
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, kecamatan Matraman, Jakarta 13130
8) Digunakan diantara bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Contoh :
Gunawan, Ilham.1984.Kamus Politik Internasional
.Jakarta:Restu Agung
9) Dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki atau
catatn akhir. Contoh :
Sultan Tkdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustakaa Rakyat,1950),
hlm.25
10) Digunakan antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh :
Bambang Irawan, M.Hum
11) Dipakai sebelum angka desimal atau diantara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh :
12,5 m
Rp 500,00
12) Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
aposisi. Contoh :
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan
tambang yang belum diolah.
13) Dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat untuk menghindari salah baca/ salah
pengertian. Contoh :

21
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terimakasih.
c. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk :
1) Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat
majemuksebagai pengganti kata penghubung.
Contoh :
- Hari sudah malam; anak- anak masih
membaca buku.
2) Dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Contoh :
- Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini
adalah
1. berkewarganegaraan Indonesia;
2. berijazah sarjana S-1;
3. berbadan sehat; dan
4. bersedia ditempatkan diseluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
3) Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma. Contoh :
- Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju,
celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
d. Tanda Titik Dua (:)
1) Dipakai pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila
diikuti pemrincian atau penjelasan.
Contoh :
- Mereka memerlukan perabot rumah tangga:
kursi, meja, dan lemari.

22
2) Tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan. Contoh :
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
3) Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Contoh :
- Ketua Kelas : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
4) Di dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh :
- Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”
Amir : “Baik, Bu.”
5) Diantara (a) jilid/nomor halaman, (b) surah dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul
suatu karangan, (d) nama kota dan penerbit dalam
daftar pustaka. Contoh :
- Surah Al-Baqarah; 2-5
e. Tanda Hubung (-)
1) Dipakai untuk menandai bagian kata yang
terpenggal oleh pergantian baris. Contoh :
- Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru.
2) Dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Contoh :
- Berulang-ulang
3) Dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan
tahun yang dinyatakan dengan angka, atau
menyambung huruf dalam kata yang dieja.

23
Contoh :
- 11-03-2012
- p-a-n-i-t-i-a
4) Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata
atau ungkapan. Contoh :
- ber-evolusi
- dua-puluh-lima-ribuan (25x1.000)
5) Dipakai untuk merangkai :
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital;
b. ke- dengan angka;
c. angka dengan an-;
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang
berupa huruf kapital;
e. kata dengan kata ganti Tuhan;
f. huruf dan angka;
g. kata ganti –ku, -mu, dan –nya dengan singkatan
yang berupa huruf kapital.
Contoh :
- BNP2TKI (Badan Nasional Penenmpatan
dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia).
6) Dipakai untuk merangkai unsur bahas Indonesia
dengan unsur bahasa daerah atau asing. Contoh :
- di-back up
7) Dipakai untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan. Contoh :
- Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
f. Tanda Pisah (-)

24
1) Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atu
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat. Contoh :
- Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan
tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
2) Dipakai untuk menegaskan adanya aposisi atau
keterangan yang lain. Contoh :
- Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan
RI—diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional.
3) Dipakai diantara dua bilangan, tanggal, atau tempat
yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh :
- Tahun 2010 – 2013
g. Tanda Tanya (?)
1) Dipakai pada akhir kalimat tanya,
Contoh :
- Kapan Hari pendidikan Nasional diperingati?
2) Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat
dibuktikan kebenarannya. Contoh :
- Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun
1961 (?)
h. Tanda Seru (!)
Dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pertanyaan
yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat. Contoh :

25
- Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
- Merdeka!
i. Tanda Elipsis (....)
1) Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
petikan ada bagian yang dihilangkan. Contoh :
- Penyebab kemerosotan...akan diteliti lebih
lanjut.
2) Digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai
dalam dialog. Contoh :
- “Menurut saya... seperti... bagaimana, Bu?”
j. Tanda Petik (“....”)
1) Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain. Contoh :
- “Merdeka atau mati!”, seru Bung Tomo dalam
pidatonya.
2) Dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film,
sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang
digunakan dalam kalimat. Contoh :
- Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman
125 buku itu.
3) Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus,
Contoh :
- “Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
k. Tanda Petik Tunggal (‘....’)
Tanda petik tunggal digunakan :
1) Mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Contoh :

26
- Tanya dia, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’
tadi?”
2) Mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata
atau ungkapan asing. Contoh :
- tergugat ‘yang digugat’
- retina ‘dinding mata sebelah kanan’
l. Tanda Kurung ((.....))
Tanda kurung dipakai untuk :
1) Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh :
- Dia memperpanjang Surat Izin Mengemudi
(SIM).
2) Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat. Contoh :
- Sajak Tranggono tang berjudul “Ubud” (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962.
3) Mengapit huruf atau kata yang keberadaannya
dalam teks dapat dimunculkan/dihilangkan.
Contoh :
- Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus)
Transjakarta.
4) Mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda perincian. Contoh :
- Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku,
(b)biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
m. Tanda Kurung Siku ([....])
Tanda kurung siku dipakai untuk :

27
1) Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau
kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang
lain. Contoh :
- Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
- Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus
sesuai [dengan] kaidah Bahasa Indonesia.
2) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung. Contoh :
- Persamaan kedua proses itu (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35
– 38]) perlu dibentangkan disini.
n. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring dipakai :
1) Dalam nomor surat, nomor alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim. Contoh :
- Nomor: 7/PK/II/2003
2) Sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Contoh :
- Mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan
mahasiswi’
- Dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirim lewat
darat atau laut’
3) Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau
kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang
lain. Contoh :

28
- Buku Pengantar
Ling/g/uistik karya
Verhaar dicetak beberapa
kali
o. Tanda penyingkat atau Apostrof (‘)
Dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Contoh :
- Dia ‘kan kusurati. (‘kan
=akan)
C. Implementasi Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan KTI
A. Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah
Etika dan kode etik yang lazim ditumbuhbudayakan dalam
penulisan karya ilmiah harus diikuti.Hak cipta dan paten dari segi hukum
harus diikuti dan difahami dengan baik.Penulis harus memahami etika
penulisan karya ilmiah secara baik. Kode etik adalah norma-norma yang
telah diterima dan diakui oleh masyarakat dan citivitas akademik perlu
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan
pengutipan, perujukan, perijinan terhadap bahan yang digunakan, dan
penyebutan sumber data ataupun informan.
B. Bahasa dan Tanda Baca
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat
yang telah ditulis sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa
tersebut. Tanda baca berperan penting dalam bahasa tulisan. Tanda baca
yang tidak lengkap dapat menyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh
karena itu dalam bab ini dibahas aturan-aturan penulisan tanda baca, kata-
kata serta judul-judul yang menjadi materi dalam tulisan tersebut.
Penulisan Tanda Baca
Penulisan tanda baca, kata, dan huruf mengikuti Pedoman Umum Ejaan
29
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah,
dan Kamus (Keputusan Mendikbud, Nomor 0543a/U/487, tanggal 9
September 1987). Berikut ini beberapa kaidah penting yang perlu
diperhatikan.
- titik (.)
- koma (,)

- titik dua (:)

- tanda seru (!)

- tanda tanya (?)

- tanda persen (%)


semua yang di atas harus diketik rapat dengan huruf yang
mendahuluinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Sampel dipilih secara rambang . Sampel dipilih secara rambang.
Data dianalisis dengan teknik korelasi Data
, dianalisis dengan teknik korelasi,
Anova ,dan regresi Anova, dan regresi ganda.
ganda. ... dengan teori; kemudian ...
... dengan teori ; kemudian ... ... sebagai berikut:
... sebagai berikut : Hal itu tidak benar!
Hal itu tidak benar ! Benarkah hal itu?
Benarkah hal itu ? Jumlahnya sekitar 20%.
Jumlahnya sekitar 20 %.
Tanda kutip ("...") dan tanda kurung () diketik rapat dengan huruf dari
kata atau frasa yang diapit.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Kelima kelompok " sepadan ". Kelima kelompok "sepadan".

30
Tes tersebut dianggap baku Tes
( tersebut dianggap baku
standardized ). (standardized).

Tanda hubung (-), tanda pisah (—), dan garis miring (/) diketik rapat
dengan huruf yang mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Tidak berbelit - belit. Tidak berbelit-belit.
Ini terjadi selama tahun 1942 -1945. Ini terjadi selama tahun 1942-1945.
Semua teknik analisis yang dipakai di
Semua teknik analisis yang dipakai di
sini — kuantitatif dan kualitatif — sini—kuantitatif dan kualitatif—
perlu ditinjau. perlu ditinjau.
Dia tidak / belum mengaku. Dia tidak/belum mengaku.

Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+),
kurang (-), kali (x), dan bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan
sebelum dan sesudahnya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
p=0,05 p = 0,05
p>0,01 p > 0,01
p<0,01 p < 0,01
a+b=c a+b=c
a:b=d a:b=d

Akan tetapi, tanda bagi () yang dipakai untuk memisahkan tahun


penerbitan dengan nomor halaman pada rujukan diketik rapat dengan
angka yang mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku

31
Sadtono (1980 : 10) Sadtono (1980:10)
menyatakan menyatakan

Pemenggalan kata pada akhir baris (-) disesuaikan dengan suku katanya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Masalah ini perlu ditegas kan. Masalah ini perlu ditegas- kan.
Tidak dilakukan dengan mem-mbabi-
Tidak dilakukan dengan mem-babi-
buta. buta.

Penggunaan Huruf
Ejaan bahasa Indonesia menggunakan aksara Latin, yang terdiri dari 26
huruf. Setiap huruf digunakan untuk melambangkan satu bunyi atau satu
fonem, kecuali gabungan huruf kh, ng, ny, dan sy yang juga digunakan
untuk melambangkan satu bunyi, serta huruf e yang digunakan untuk
melambangkan dua buah bunyi. Sementara huruf qdan x hanya digunakan
pada kata serapan tertentu.
Secara ortografi[1], kita kenal adanya empat macam huruf, yaitu (1) huruf
kapital, (2) huruf biasa atau huruf kecil, (3) huruf miring, dan (4) huruf
tebal (bold, fat).

Penggunaan Huruf Kapital

Huruf kapital atau sering juga disebut huruf besar digunakan pada :

(a) huruf pertama kata awal kalimat. Misalnya,

Pada satu proses


Apa maksudnya ?

32
Kita tidak tahu maksudnya

(b) huruf pertama pada kata pertama pada petikan langsung atau
kalimat langsung,

Hakim bertanya, “Nama Saudara siapa ?”


Poltak berseru, "Diam kau!"
Petugas polantas berkata, " Tolong tunjukkan SIM dan STNK!"

(c) huruf pertama kata atau ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, nama kitab suci, nama agama, termasuk kata
gantinya. Misalnya :

Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih; Quran, Weda, Islam,


Kristen, Katolik.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau ridhoi.
Mohon ampunlah kepada-Nya.

(d) huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan


yang diikuti nama diri. Misalnya :

Mahaputera Yamin; Sultan Hasanudin; Haji Agus Salim; Imam


Syafi'i; Nabi Muhammad.

Namun, kalau tidak diikuti nama diri, huruf kapital itu tidak digunakan.
Misalnya,

Tahun ini ia pergi naik haji.

33
Beliau baru dinobatkan jadi sultan.
Banyak orang mengaku nabi pada awal abad ke-21 ini.

(e) huruf pertama unsur nama jabatan dan nama pangkat yang diikuti
nama diri, atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Misalnya :

Wakil Presiden Budiono.


Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
Gubernur DKI Jaya.
Profesor Doktor Bejo Suyanto.

Namun, kalau tidak diikuti nama diri, nama jabatan, nama orang,
nama instansi atau nama tempat, huruf kapital itu tidak dipakai.
Misalnya :

Siapa gubernur yang baru dilantik itu.


Beberapa orang jenderal hadir di situ.
Kemarin Letnan Jenderal Ahmad dilantik menjadi jenderal.

(f) huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contohnya :


Halim Perdana Kusuma.
Wage Rudolf Supratman.
Helvy Tiara Rosa.

34
Namun, kalau nama orang itu digunakan sebagai nama benda,
nama jenis, dan nama ukuran, maka huruf kapital tidak digunakan.
Contohnya :

mesin diesel
10 volt
5 ampere

(g) huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Contohnya :

bangsa Indonesia
suku Batak
bahasa Inggris

Namun, kalau nama bangsa, nama suku bangsa dan nama bahasa
itu digunakan sebagai bentuk dasar sebuah kata turunan, huruf kapital itu
tidak digunakan. Contohnya :

mengindonesiakan kata asing


agak kejawa-jawaan
wanita yang kebelanda-belandaan

(h) huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya,
dan nama peristiwa sejarah. Contohnya :

tahun Hijriah
bulan Agustus

35
hari Jumat
hari Natal
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

(i) huruf pertama nama geografi. Contohnya :

- Asia Tenggara - Bukit Barisan


- Gorontalo - Danau Limboto
- Gunung Salak - Selat Sunda
- Teluk Jakarta - Kali Brantas

Namun, pada istilah geografi yang bukan merupakan nama diri, huruf
kapital tidak digunakan. Contohnya :

berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
menuju arah utara

Pada nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis, huruf kapital
juga tidak digunakan. Contohnya :

- garam inggris - gulajawa


- salak bali - dodol garut
- sate madura - pisang ambon

36
(j) huruf pertama unsur-unsur nama negara, nama lembaga
pemerintahan, dan nama dokumen resmi; kecuali kata seperti, dan,
atau, ataupun kepada. Contoh :

Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departeman Pendidikan Nasional
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972
Namun, simak contoh berikut !

menurut undang-undang yang berlaku


menjadi sebuah negara republik
beberapa badan hukum

(k) huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama lembaga pemerintahan, dan dokumen resmi. Contoh :

Undang-Undang Dasar 1945


Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
(1) huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan; kecuali kata di, ke, dan, yang untuk; yang
tidak terletak pada posisi awal. Contohnya :

Bukunya berjudul Membongkar Gurita Cikeas


Dia agen surat kabar Media Indonesia
Bacalah majalah Tempo minggu lalu

37
(m) huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contohnya :

Dr. → doktor
M.A. → master of art
Prof. → profesor

Tn. → tuan
Sdr. → saudara

(n) huruf pertama kata perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak,


saudara, dan adik yang dipakai sebagai kata ganti, kata sapaan, atau kata
sebutan (pengacuan). Contoh :

"Kapan Bapak berangkat ?" tanya Hasan

Adik bertanya, "Itu apa, Bu ?"


"Silakan duduk, Kak " kata Adi
Besok Paman akan datang

Namun, bila kata perkerabatan dipakai sebagai istilah perkerabatan,


huruf kapital tidak digunakan.

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita


Semua kakak dan adik saya sudah menikah

(o) huruf pertama kata ganti Anda. Contoh :

Apakah Anda sudah berkeluarga ?

38
Surat Anda sudah kami terima

Penggunaan Huruf Kecil

Huruf kecil digunakan pada tempat yang tidak menggunakan huruf


kapital.

Penggunaan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk :

(a) menuliskan nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip
dalam tulisan. Contoh :

Bukunya berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang


Setiap pagi dia membaca koran Kompas
Majalah Bahasa dan Sastra terbitan Pusat Bahasa

(b) menuliskan istilah ilmiah, dan kata atau ungkapan asing yang ejaannya
belum disesuaikan. Contoh :
Nama ilmiah nyamuk penyebab deman berdarah adalah aedes agypti

Politik devide et empera pernah merajalela di negara kita


Bailout pada Bank Century menjadi topik pembicaraan di DPR

(c) menuliskan kata-kata yang dianggap belum baku. Contoh :


Beliau memang nggak tahu

Keadaan semakin semrawut

39
Di sini kamu jangan berlaku neko-neko

(d) menuliskan kata atau huruf yang dianggap penting dalam sebuah teks.
Contoh :
Buatlah kalimat dengan kata apalagi dan kata lagi pula

Dalam bab ini tidak dibicarakan penulisan huruf kapital


Dia bukan menipu, melainkan ditipu

Penggunaan Huruf Tebal (bold, fat)

Penggunaan huruf tebal belum atau tidak diatur dalam pedoman EYD
(ejaan yang disempurnakan); tetapi tampaknya huruf tebal digunakan
pada kata-kata yang dianggap penting. Dalam tulisan tangan atau ketikan
manual kata-kata yang akan dicetak tebal diberi dua garis bawah.

Penggunaan Tanda Baca

Dalam bahasa tulis, tanda baca ini sangat penting karena dengan adanya
tanda baca itu kita akan terbantu untuk dapat memahami suatu tulisan.
Dalam sistem ejaan dikenal adanya tanda baca titik (.), koma (,), titik
koma (;), titik dua (:), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda petik ("......"),
tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda kurung ([......]), tanda garis
miring (/), dan tanda penyingkat ('). Bagaimana menggunakan tanda baca
itu, dijelaskan di bawah.

40
Penggunaan Tanda Titik ( . )

(a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan.
Misalnya :

Ayahku mantan anggota DPR.


KPK menahan Anggodo Widjoyo kemarin.
Partai koalisi mulai retak.

(b) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :

pukul 3.15.10 (pukul 3 lewat 15 menit 20 detik)

(c) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :

5.35.20 jam (5 jam, 35 menit, 20 detik)


0.25.30 jam (25 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

(d) Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya.
Misalnya :

Penduduk di desa itu ada 25.325 orang

41
Harganya Rp 4.850.000,-
Gempa di sana menelan 1.274 jiwa tewas

(e) Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.Misalnya :
Dia lahir tahun 1951 di Surabaya

Nomor teleponnya adalah 8657712


Nomor pendaftarannya adalah 2657718

(f) Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul berita, judul karangan, judul
tabel, dan sebagainya. Misalnya :
Tabrakan Beruntun di Jalan Tol

Habis Gelap Terbitlah Terang


Masalah Kawin Siri-di Indonesia

(g) Tanda titik tidak digunakan di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat; dan (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya :
Jalan Taman Malaka Utara 5
Jakarta Timur

25 Februari 2015

Penggunaan Tanda Koma ( , )

Tanda baca koma ( , ) digunakan dengan aturan sebagai berikut :

42
(a) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :

Yang hadir anggota fraksi Golkar, fraksi PDIP, fraksi PKS, dan fraksi
Demokrasi
Yang salah jawaban nomor 8, 9, 12, 13, dan 15

(b) digunakan untuk memisahkan bagian kalimat setara yang satu dari bagian
kalimat setara lainnya yang didahului oleh konjungsi
seperti tetapi dan melainkan. Misalnya :

Saya ingin hadir, tetapi tidak diundang


Yang menyusahkan rakyat bukan hanya penjahat, melainkan juga
pejabat

(c) digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak
kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya :
Karena sakit, dia tidak jadi datang

Kalau diundang, saya tentu datang

D. Catatan :
Kalau anak kalimat berada di belakang induk kalimat, maka tanda
koma itu tidak digunakan.
Misalnya :

Dia tidak jadi datang karena sakit


Saya tentu datang kalau diundang

43
(d) digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar-
kalimat yang terdapat pada awal kalimat seperti jadi, oleh karena itu,
akan tetapi, maka dan sebagainya.
Misalnya :

Jadi, utangmu semua menjadi 10 juta rupiah


Oleh karena itu, kita harus selalu waspada
Akan tetapi, saya masih akan mencoba lagi tahun depan

(e) digunakan di belakang kata seruan seperti oh, nah, aduh, ya,
alangkah, dan kasihan di dalam sebuah kalimat.
Misalnya :

Oh, begitu ?
Wah, bukan main besarnya!
Hati-hati, ya, nanti jatuh

(f) digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain


dalam kalimat.

Misalnya :

Kata ibu, "Saya senang sekali."


"Saya gembira sekali", kata bapak, "karena terpilih jadi anggota
DPR."

(g) digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang


mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, nama
keluarga atau marga.

44
Misalnya :

Dr. Ahmad Dimyati, S.H


Ny. Komala Sari, MA.
Abdul Aziz, M. Hum.

(h) digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka. Misalnya :

12,5 Cm
Rp 1.255,25

(i) digunakan untuk mengapit keterangan tambahan (aposisi) yang sifatnya


tidak membatasi. Misalnya :

Ruhut Sitompul, anggota pansus dari partai Demokrat, sering


membuat ulah
Sukarno, presiden pertama RI, dimakamkan di Blitar
Banyak anggota DPR, dari fraksi mana pun, disinyalir sering bolos
dari sidang

(j) dapat digunakan untuk menghindari salah baca dan salah paham di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya :

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap


yang sungguh-sungguh
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan banyak terima kasih
Menurut keterangan bapak, Iskandar adalah anggota DPRD yang baru
dilantik

45
(k) tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru. Misalnya :

"Saudara bekerja di mana?" tanya ayah


"Ayo kita serang !" teriaknya keras-keras

Penggunaan Tanda Koma ( ; )

Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian


kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya :
Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga; aku jadi bingung
Ayah membaca koran di ruang tamu; ibu sibuk di dapur; adik
mengerjakan PR; saya sendiri asyik menonton televisi

Catatan :

Jika kita lihat contoh di atas, sebenarnya tanda titik koma itu bisa diganti
dengan tanda koma.

Penggunaan Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dapat digunakan :

E. (a) pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.

46
Misalnya :

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan


lemari
Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati

Namun, bila rangkaian kata itu merupakan pelengkap (objek) yang


mengakhiri pernyataan, tanda titik dua itu tidak perlu digunakan.

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari


Fakultas ini memiliki jurusan pendidikan anak terbelakang dan anak
usia dini

(b) sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.


Misalnya :

Ketua : Abdul Aziz


Sekretaris : Ny. Sarbini
Bendahara : Ny. Waluyo
Tempat sidang : Gedung A, ruang 208
dst.

Penulisan Kata
Penulisan kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan, kata
ulang, kata gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.
Contoh:

47
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi
2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan
imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran.Kata dasar tersebut telah
dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu.Dari contoh-contoh ini
diharapkan dapat mengingat kembali aturan- turan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan
berwisata
belajar
beri tahukan
merindukan
pascasarjana
dasawarsa
dwiwarna

3. Kata Ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contoh:
pura-pura, mata-mata, hura-hura, mondar-mandir, sayur-mayur, undang
undang, kupu-kupu, lauk-pauk.

4. Kata Depan

48
Kata depan, di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Ibu pergi ke Bandung
Paman datang dari Bali
Kakak tiba di Singapura

5. Kata Ganti
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata-kata yang
mengikutinya. –ku, –mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: Bukuku dan bukumu tertinggal di meja perpustakaan. Apa pun
yang kaumiliki tidak dapat dipinjam.

Partikel
Partikel –lah, –kah, –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Marilah kita berangkat ke kampus.
Siapkah yang menang dalam pertandingan nanti?

Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya kecuali


untuk kata-kata yang telah dianggap terpadu benar seperti meskipun,
adapun, kendatipun, maupun, sungguhpun, andaipun, biarpun,
bagaimanapun, dan kalaupun.

Contoh: Dia pun mengetahui sindikat tersebut.


Mobil-mobil besar pun diijinkan melewati jalan ini.

49
Penulisan Judul
Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah
sangat penting untuk diuraikan di sini. Dengan demikian keseragaman
dalam tulisan karya ilmiah yang diatur dengan panduan ini dapat
diperoleh. Judul Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul Bagian ditulis
dengan gaya penulisan semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa
baris, maka baris pertama paling panjang dan baris berikutnya lebih
pendek serta ditulis dengan gaya di tengah-tengah

50
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca. EYD (ejaan yang di
sempurnakan) merupakan tata bahasa indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian
dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan.

B. Kritik dan Saran


Demikian makalah ini kami buat, apabila ada
kesalahan dalam pembuatan makalah ini mohon kritik
dan saran yang membangun.

51
DAFTAR PUSTAKA

http://ridiawan.blogspot.com/2012/02/perkembangan-
ejaan-bahasa -indonesia.html

http://bahasaindonesiasmpppgt12uinb.blogspot.com/2015/
05/penggunaan-eyd-dalam-karya-ilmiah.html

Pusat Pengembangan Bahasa. 2016. Bahasa Indonesia


Bahasa Bangsaku. Semarang: Pusat Pengembangan Bahasa UIN
Walisongo Semarang.

52

Anda mungkin juga menyukai