Dokter Keluarga
BLOK Kedokteran Keluarga
KELOMPOK A-2
Anggota :
Dokter Keluarga
Tn.M 50 tahun dating ke klinik ‘’Sumber Sehat’’ untuk berobat penyakit diabetes
mellitus yang sudah 3 tahun dideritanya. Tn.M. datang ke klinik ini atas saran temannya.
Menurut temannya, klinik ‘’Sumber Sehat’’ pelayanannya sangatt bagus, baik cara
pendekatannya maupun jenis pelayanan yang tersedia karena dokter yang berpraktek di klinik ini
adalah dokter keluarga yang agak berbedaa dengan dokter umum biasa.
Masih menurut temannyya dokter keluarga ini tidak hanya mengobati pasien di klinik,
tetapi juga dapat memberikan pelayanan kenjungan rumah, peyuluhan kesehatan dan
memberikan binaan kepada keluarga di sekitar klinik tersebut.
Sasaran Belajar
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :2
Memiliki izin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik
vi. Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganya
Setelah mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial
i. Anamnesis
iii.Konseling
iv. Konsultasi
Saat diperlukan, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter yang dianggap lebih
piawai dan atau berpengalaman.
3) Standar pelayanan bersinambung(standard of continuum care)
Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang digunakan untuk
memaastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai
iii.Pendampingan
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa
pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, social dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya
Dokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai
sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai keadaan
dan tindakan terhadap pasien, sehingga memungkin pasien dapat memutuhkan
tindakan yang akan dilakukan terhadapnya
Pada dasarnya kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter keluarga selain harus memiliki
kompetensi dokter menurut Konsil Kedokteran Indonesia, juga harus memiliki tambahan
kompetensi untuk dokter keluarga, diantaranya :
Mampu merencanakan dan menerapkan pendidikan kesehatan yang sesuai bagi pasien,
keluarga dan komunitas yang ada dihadapannya dengan media yang tepat guna
Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter keluarga:
DOKTER PRAKTEK
DOKTER KELUARGA
UMUM
Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas
Menyeluruh, Paripurna,
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan bukan sekedar yang
dikeluhkan
Kasus per kasus dengan
Kasus per kasus dengan
Cara Pelayanan berkesinambungan
pengamatan sesaat
sepanjang hayat
Lebih kearah
pencegahan/preventif,
Lebih kuratif hanya
Jenis Pelayanan tanpa mengabaikan
untuk penyakit tertentu
pengobatan dan
rehabilitasi
Lebih diperhatikan dan
Peran keluarga Kurang dipertimbangkan
dilibatkan
Promotif dan pencegahan Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
Dokter – pasien – teman
Hubungan dokter-pasien Dokter – pasien
sejawat dan konsultan
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
Awal pelayanan Secara individual
komunitas dan
lingkungan
Batasan tentang ilmu kedokteran keluarga di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
(PB IDI, 1983)
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan dokter
keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih responsif dan bertanggung jawab.
(Charmichael, 1973)
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang ditandai
dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang bersifat khusus.
(WONCA, Manila; 1979)
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang dihadapi
serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan perawatan
kesehatan perorangan pada tingkat pertama dan berkelanjutan. (Whinney, 1969)
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu menuju
perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga. (Sargent, 1967)
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian
integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam
jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling
menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi
namun tetap dapat diaudit dan dipertangungjawabkan. Mengobati pasien sesuai
ilmunya
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun
di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya
berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat,
sejahtera, dan bijaksana
Aspek 1 personal
Aspek 2 klinis
Kebiasaaan sehari-hari dan perilaku dalam berobat (kuratif dan sel medication)
Pengaruh genetic, kepribadian, usia, dan gender
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and
specific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability
limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memerhatikan kemampuan sosial
serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.
1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh
dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin
pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.
4. Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala kesempatan
dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat
untuk itu.
5. Kuratif medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk melaksanakan pemulihan kesehatan
dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk
kegawatdaruratan medis, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan/atau dirujuk ke pusat
pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
8. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem yang sesuai dengan medikolegal dan etik
kedokteran.
Patient-centered approach
Memahami kapasitas dunia kehidupan pasien seutuhnya
Memahami nilai-nilai yang dianutnya
Identifikasi persepsi, harapan dan kekhawatiran pasien terhadap sakitnya
Memahami pasien sebagai bagian dari kehidupannya
Memahami masalah yang sedang dihadapi pasien
Mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari pasien (pertanyaan terbuka) termasuk
perasaan pasien dan keluarga terhadap sakitnya
Tidak hanya menegakkan diagnosis dengan baik tapi dapat mengidentifikasi masalah
sebenarnya
Semakin banyak dokter mengetahui informasi tentang pasien semakin memahami
kebutuhan pasien sebenarnya
Dari pemahaman tentang pasien seutuhnya, akan dibuat manajemen pasien dan
masalahnya secara holistik dan komprehensif
Dibutuhkan diskusi antara pasien dan dokter untuk menentukan mana yang terbaik bagi
kedua belah pihak
Jika kedua belah pihak menyetujui rencana manajemen terapinya kepuasan pasien dan
dokter peningkatan kualitas pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI). Standar Profesi Dokter Keluarga. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, 2006
2. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI). Kompetensi Dokter Keluarga : Petunjuk
Teknis Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing
Professional Development) untuk Dokter Keluarga. CetakanPertama. Jakarta 2009.
PerhimpunanDokterKeluarga Indonesia. Hal.7-14
3. http://agungswastika.wordpress.com/program-kb/