Anda di halaman 1dari 7

Hakikat (definisi) Tema dalam Arsitektur

Merancang dengan tema berarti mengusulkan salah satu kemungkinan perwujudan dari gagasan
(Ir. Josef Prijotomo, M. Arch, dosen Arsitektur ITS)

Menurut Gunawan Tjahyono, “Tema dalam arti purbanya lebih merupakan pijakan bagi sebuah tajuk. Dari situlah
kita yang terlibat dalam kehadirannya berangkat untuk melakukan bahasan, ulasan, dan tindakan (intelektual).
Dengan demikian, tema melandaskan seluruh olahan berkarya dan tindakan intelektual atau seni. Dari contoh yang
sama, dalam bidang arsitektur, tema dapat melandasi tindakan berarsitektur.” ( Kilas Jurnal FTUI, Januari 2000,
volume 2 nomor 1, halaman 79 )

Arsitektur adalah dunia yang tidak bisa dilepaskan dari tema, karena dengan tema itulah kehadirannya dapat lebih
bermakna. Lebih daripada itu arsitektur adalah dunia yang di dalamnya terdapat semangat untuk teru mencari
sesuatu yang baru dan semangat untuk mencari jawaban.” ( AMI – Arsitek Muda Indonesia, Penjelajahan 1990 –
1995, Subur, Jakarta, 1995 ).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tema adalah :

 Pokok pikiran, dasar cerita ( yang dipercakapkan ) dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan
lain – lain.
 Bertema, berarti mempunyai tema.

Bertemakan, berarti berlandaskan tema.

Tema berasal dari bahasa Yunani yaitu Tithenai yang berarti meletakkan, dan dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Theme yang selanjutnya kita kenal dengan istilah tema yang memiliki arti apa yang diletakkan, dinyatakan
dan memposisikan sesuatu.

Tema terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu :

 Dari unsur teraga, nyata (seperti tema tentang flora, tema hutan, tema fauna dan lain-lain).
 Dari unsur tak teraga, abstrak (seperti tema kemanusiaan, tema budaya, dan lain-lain).

Green Architecture a.k.a Sustainable building


Gagasan utama dari lahirnya green arsitektur adalah semakin meningkatnya global warming, arsitektur
hijau memiliki beberapa prinsip seperti :

Menggunakan material lokal dan dapat diperbarui

Memanfaatkan sumber daya alami untuk meminimalisir penggunaan listrik secara berlebihan

dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama

Tidak mengeksploitasi lingkungan secara besar - besaran

Tema Green Architectur


Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang
minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan
cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah
keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland
memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987
sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan
potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap,
interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa
juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapanarsitektur hijau akan memberi peluang
besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Berikut ini adalah beberapa contoh gambar-gambar bangunan yang menggunakan
konsep Green Architecture.
The Interlace Residential Building di Singapore

The Interlace terdiri dari tiga puluh satu blok apartemen. Setiap blok memiliki enam lantai dan
panjangnya identik. Blok ini ditumpuk dalam susunan heksagonal sekitar delapan halaman
terbuka dan permeable skala besar. Bangunan hunian kontemporer ini terletak di situs delapan
hektar di pegunungan hijau Selatan. Area situs 81.000 m2 untuk program ini: 1.040 asrama di
144.000 m2; clubhouse perumahan / fasilitas 1.500 m2; ritel 500m2; tambahan / core / MEP
24.000 m2; parkir bawah tanah 2.600 ruang. Total area lantai dibangun 170.000 m2. Tinggi blok
perumahan adalah 83m dengan 24 lantai atas dan satu ruang bawah tanah dengan dimensi 16,5 x
70m. OMA Architects telah merancang bangunan tinggi mengingat fitur kesinambungan melalui
analisis mendalam dari matahari, angin, dan kondisi iklim mikro dan integrasi strategi energi
rendah dampak pasif.

Vertical Village -Mix- use Building wiht Solar Panels in Dubai

Vertikal Village adalah bangunan tinggi yang dirancang untuk mengurangi keuntungan dan
memaksimalkan produksi surya surya. Untuk mengurangi penetrasi matahari, di sisi utara dan
pada arah timur-barat bangunan ini menggunakan campuran self-teduh. Agregasi energi matahari
dimaksimalkan oleh kolektor surya di sebelah selatan. Bangunan ini memiliki bentuk sudut
futuristik seperti jaring laba-laba. Gedung ini dimaksudkan untuk mendapatkan Sertifikat Emas
LEED.

Eco-Frendly Tower Design in Singapore

Singapura juga akan memiliki bangunan yang indah tinggi dengan perusahaan EDITT Tower
(Ecological Design in the Tropics). Proyek ini akan dibangun dengan dukungan finansial dari
National University. Desain menara ini terdiri dari 26 lantai dengan panel fotovoltaik. Bangunan
pencakar langit akan menggunakan vegetasi organik untuk membungkus bangunan yang juga
berfungsi sebagai insulator dinding hidup. Proyek ini diambil oleh TRHamzah & Yeang dan
dirancang untuk mengumpulkan air hujan, baik untuk irigasi tanaman dan kebutuhannya.

 Salah Satu Tokoh Arsitek Green Di Indonesia

Budi Pradono (1970....)

Konsep Desain: arsitektur hijau’

Budi Pradono adalah seorang arsitek muda yang memenangkan banyak penghargaan
lewat konsep ‘arsitektur hijau’. Pada tahun 2005 karyanya pernah diliput a+u, majalah arsitektur
dan urbanisme Jepang yang menjadi benchmark bagi para arsitek. Bukan saja karena publikasi
tersebut selalu mengangkat isu terkini dan menampilkan karya spektakuler arsitek dunia, tapi
juga karena penyebarannya yang mendunia.

Menurut Budi profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk
melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi
yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada
Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best
Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global,
penghematan energi, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggungjawab.

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari
desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa
ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana
sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai
kriteria. ‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah
lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran
‘green‘ ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran
untuk menjadi lebih hijau.
Budi Pradono menjelaskan tentang konsep ‘green‘ dalam rancangannya melalui contoh,
misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung
pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang
dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang
merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Tema Green Building Untuk Masa depan Indonesia

Masyarakat Indonesia sudah harus mulai memikirkan pembangunan yang tak hanya
untuk masa kini, namun juga untuk masa depan, serta memperhitungkan pengeluaran energi
bangunan. Jika sebuah bangunan bisa selesai dalam satu sampai dua tahun, biaya
pengoperasiannya pasti membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun. Hal tersebut lantas akan
memakan banyak energi.

Dalam acara ini, ia juga menjelaskan mengenai filosofi green building yang mencakup kesehatan
manusia dan lingkungan yang akan menghasilkan pembangunan ramah lingkungan.

“Tujuan dari menjadi green adalah untuk menjadikan manusia dan bumi ini sehat. Kalau kita
bicara green building atau green movement, kita berbicara mengenai kesehatan,”

Anda mungkin juga menyukai