k3 Campak
k3 Campak
PENDAHULUAN
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau
tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar
oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama
dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda.
Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu,
menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin DPT
(Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan
pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit
tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit
Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles
Dalam bahasa Inggris. Campak, pada masa lalu dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami
oleh setiap anak, mereka beranggapan, bahwa penyakit Campak dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar, sehingga anak yang sakit Campak tidak perlu diobati. Ada anggapan bahwa
mempercepat keluarnya ruam, dan ada pula kepercayaan bahwa penyakit Campak akan
berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain seperti
dalam tenggorokan, paru-paru, perut atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak napas
Penyakit Campak adalah yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah, penyakit ini dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi Campak. Tanpa imunisasi, 90% dari mereka yang
mencapai usia 20 tahun pernah menderita Campak. Dengan cakupan Campak yang mencapai
lebih dari 90% dan merata sampai ke tingkat desa diharapkan jumlah kasus Campak akan
Untuk megetahui etiologi, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahan, askep untuk
penyakit Difteria.
PEMBAHASAN
A. DIFTERI
1. Definisi
Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang di sebabkan oleh kuman
bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan di lepaskannya eksotoksin
2. Etiologi
lakukan dengan biru metilen atau biru toluidin.basil ini dapat di temukan dengan langsung dari
lesi
3. Sifat-sifat kuman
selama 10 menit,tahan sampai beberapa minggu dalam es,air,susu dan lender yang telah
mongering.terdapat 3jenis basil yaitu bentuk gravis,mitis dan intermedius atas dasar perbedaan
yang meliputi daerah yang terkena terdiri dari fibrin,leukosit,jaringan nekrotik dan basil.
2. eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam di absorbs
dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung,ginjal dan
jaringan saraf.satu perlima puluh ml toksin dapat membunuh marmut dan lebih kurang 1/50
-Schick tes
Tes kulit ini digunakan untuk menetukan status imunitas penderita.tes ini tidak berguna untuk
penderita tidak ada antitoksin,terjadi pembengkakan,eritema dan sakit yang terjadi 3-5 hari
setelah suntikan.bila pada tubuh penderita terdapat antitoksin maka toksin akan dinetralisir
4. patogenesis
Basil hidup dan berkembang pada traktus respitarius bagian atas terlebih-lebih bila terdapat
peradangan kronis pada tonsil,sinus dan lain-lain.tetapi walaupun jarang basil dapat pula hidup
pada daerah vulva,telinga dan kulit.pada tempat ini basil membentuk pseudomembran dan
melepaskan eksotoksin.pseudomembran dapat timbul local atau kemudian menyebar dari faring
atau tonsil ke laring dan seluruh traktus respiratorius bagian atas sehingga menimbulkan gejala
yang lebih berat .kelenjar getah bening sekitarnya akan mengalami hyperplasia dan mengandung
toksin.eksotoksin dapat mengenai jantung dan menyebabkan miokarditis toksik atau mengenai
menimbulkan nekrosis fokal pada hati dan ginjal,malahan dapat timbul nefritis
bronkopneumonia.
5. Epidemiologi
Penularan umumnya melalui udara,berupa infeksi droplet selain itu dapat pula melalui benda
6. Klasifikasi
Biasanya pembagian di buat menurut tempat atau lokalisasi jaringan yang terkena
infeksi.pembagian berdasarkan berat ringannya penyakit jug di ajukan oleh beach dkk.(1950)
sebagai berikut:
1. infeksi ringan
2. Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung atau fausial dengan gejala hanya nyeri
menelan.
3. infeksi sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas sampai ke dinding posterior faring dengan edema
4. infeksi berat
menyertainya.
5. Gejala klinis
Masa tunas 2-7 hari.selanjutnya gejala klinis dapat di bagi dalam gejala umum dan gejala
lokal serta gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena gejala umum yang timbul
berupa demam tidak terlalu tinggi,lesu,pucat,nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak
penderita sangat lemah sekali.gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap
bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan serak dan
Difteri hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%).mula-mula hanya tampak
pilek,tetapi kemudian sekeret yang kluar tercampur darah sedikit yang berasal dari
neck).membran dapat berwarna putih,abu-abu kotor,atau abu kehijauan dengan tepi yang
Lebih sering sebagai jalaran difteri faring dan tonsil (3 kali lebih banyak )dari pada
primer mengenai laring.gejala gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stiridor
inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas berat,sianosis,demam sampai
sekeret dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran.bila anak terlihat sesak dan payah
sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trakeostomi sebagai pertolongan
pertama.
Difteri kutaneus
Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapatan eng tie (1965) mendapatkan
30% infeksi kulit yang diperiksanya mengandung kuman difteri.dapat pula timbul di
7. Diagnosis
Diagnosis dini difteri sangat penting karena keterlambatan pemberian antitoksin sangat
membran di tenggorok tidak terlalu spesifik untuk difteri,karena beberapa penyakit lain
membran penyakit lain,warna membran pada difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan
disertai dengan lebih banyak fibrin dan melekat dengan mukosa dibawahnya.bila
Diagnosa banding
Pada difteri nasal perdarahan yang timbul Harus dibedakan dengan perdarahan akibat
terutama bila membran masih berupa bintik-bintik putih.anak harus dianggap sebagai
penderita difteri bila panas tidak terlalu tinggi tetapi anak tampak lemah dan terdapat
membran putih kelabu dan mudah berdarah bila diangkat.tonsilitis lakunaris biasanya
disertai panas yang tinggi sedangkan anak tampak tidak terlampau lemah,faring dan
penyakit ini juga membentuk membran yang rapuh,tebal,berbau dan tidak mudah
f) mungkin pula ditemukan ulkus membranusa pada faring dan tonsil.difteri laring harus
membran rapuh yang tidak berdarah)atau benda asing pada laring,yang semuanyaakan
8. Pengobatan
a. Pengobatan umum
pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG
setiap minggu.
b. Pengobatan spesifik
1. Anti diphtheria serum(ADS) diberikan sebanyak 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-
turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata.bila ternyata penderita peka terhadap
prokain 50.000 U/kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas.pada pederita yang dilkukan
9. Komplikasi
1.Saluran pernafasan
2. Kardiovaskuler
3. Urogenital
4. Susunan saraf
kira-kira 10% penderita difteri akan mengalami komplikasi yang mengenai sistem susunan saraf
10. Pencegahan
1. Isolasi
penderita penderita difteri harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah
berturut-turut.
2. Imunisasi
10 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
imunisasi dasar di mulai pada umur 3 bulan di lakukan 3 kali berturut-turut dengan selang
waktu 1 bulan.biasanya di berikan bersama-sama toksoid tetanus dan basil B.pertusis yang telah
di matikan sehingga di sebut tripel vaksin DTP dan diberikan dengan dosis 0,5 ml subcutan atau
intramuskular .vaksinasi ulang dilakukan 1 tahun sesudah suntikan terakhir dari imunisasi dasar
atau kira-kira umur 1 ½ -2 tahun dan pada umur 5 tahun.selanjutnya setiap 5 tahun sampai
dengan usia 15 tahun hanya di berikan vaksin difteri dan tetanus (vaksin DT) atau apabila ada
dilkukan dengan uji schick,yaitu bila hasil negatif (mungkin penderita karier atau pernah
11. Prognosis
Nelson berpendapat kematian penderita difteri sebesar 3-5% dan sangat bergantung pada:
kurang
11 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
B. CAMPAK
1. Definisi
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet
ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak
ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti
dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). 1,7,8 Dampak penyakit campak di kemudian hari
adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom
radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit
campak berat. 2)
paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm,
dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein, didalamnya terdapat
nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat
(RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar
sering menunjukkan tonjolan pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin.
12 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Gambar 1. Virus Campak
2. Sifat Virus
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat, apabila
berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur kamar virus Campak
kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 – 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya
dapat hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu
kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit. Sebelum
dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat
disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8°C; 35,6-46,4°F) secara aman selama setahun
atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang.
Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya reservoir
penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing dan di dalam darah minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi
13 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
melalui udara, kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh
kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan.16
Penularan dapat terjadi antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang
tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6
tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak
14 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Faktor Environment 12
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan
penyakit Campak.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
1. Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang
tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
2. Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
Campak dari pada balita dengan gizi baik.Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor,
anak berumur 9 bulan sampai dengan 6 tahun yang status gizinya kurang mempunyai
risiko 4,6 kali untuk terserang Campak disbanding dengan anak yang status gizinya baik.
b. Faktor Environment
15 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan
penyakit Campak.
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah.
Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa
pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak
putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-kadang
anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3 – 7
hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk,
kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka
bengkak.
hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai normal
16 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh
secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan terjadinya
komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan
5.5 Bronchopneumonia
Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka
Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi
bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.
5.7 Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi pada
hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak,
dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme
5. Enteritis
17 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
a. Pencegahan Primordial
terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih
sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk
penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko,
yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada
pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
Penyuluhan
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota
kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien Campak adalah definisi
penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya Campak dan upaya-
18 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
upaya menekan Campak, pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan
Imunisasi
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin
yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia.
Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin
sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan
penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC,
vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah
adalah
a. Faktor Host
Status Imunisasi
penyakit Campak sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM &
19 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang tidak
Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk
dengan 6 tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali
baik.19
Faktor Environment 12
20 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
b. Pencegahan Sekunder
komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian
dini Campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan
sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak memegang peran penting
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.23,24
Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk
macula popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38ºC atau lebih (terasa
panas) dan disertai salah satu gejala bentuk pilek atau mata merah (WHO).
Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu kriteria yaitu :
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran
21 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang
tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6
tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak
b. Faktor Environment 12
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan
penyakit Campak.
Pemeriksaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer antiantibodi 4 kali)
Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus konfirmasi, dalam periode
waktu 1 – 2 minggu.
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara
langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat tidur, kompres
dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan
22 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan
kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat
malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Dan bila terdapat
komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :
Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan
tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun
antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit Campak. Dalam penyuluhan
23 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu.
Penanggulangan Campak
Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit Campak dapat
dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/reservoir Campak hanya pada manusia serta tersedia
vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85% dan dirperkirakan eradikasi
Word Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya eradikasi
(pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada setiap tahap
yaitu:
a. Tahap Reduksi
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi Campak rutin dan
upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas Campak yang tinggi. Daerah ini
masih merupakan daerah endemis Campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan
kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
24 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata, terjadi penurunan
tajam kasus dan kematian, insidens Campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua,
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi
rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus Campak sudah sangat jarang dan KLB hampir tidak
pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan
imunisasi Campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak ditemukan
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang
tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
25 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6
tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak
b. Faktor Environment
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan
penyakit Campak.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah
adalah :
Faktor Host
Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang
tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
26 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6
tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak
Faktor Environment
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan
penyakit Campak.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak
sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang
tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
27 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6
tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak
b. Faktor Environment
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan
penyakit Campak.
28 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. DIFTERI
Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannyaeksotoksin yang
Tanda dan gejalanya adalah demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala,
2. CAMPAK
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi
penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun
1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan
pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian
29 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
B. SARAN
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap bagi
30 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K
DAFTAR PUSTAKA
Bogo_stevena_DE_G2A009108_BAB II_KTI_(3)(1)-Pdf.
31 | P E N Y A K I T D I F T E R I , C A M P A K