REJECT ANALYSIS
Teknik Radiofotografi
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya alat yang digunakan dalam
radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil karena ada hambatan pada tegangan. Processing
otomatis yang macet atau roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan
IS yang kotor, marker yang menutupi organ.
Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi kabur. Hal ini dapat terjadi
karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis
pemeriksaan karena tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 – 6 bulan. Selama
itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-masing jenis pemeriksaan, untuk masing-
masing ruangan dan bahkan untuk satu unit radiologi.
Selain faktor – faktor diatas, penolakan film juga dapat terjadi karena adanya kesalahan –
kesalahan pada pengolahan film. Saat pengolahan film dilakukan, adakalanya hasil pengolahan pada film
menghasilkan film yang memiliki tambahan densitas (derajat kehitaman). Penambahan densitas yang
terjadi tadi tidak merata tetapi hanya pada beberapa bagian tertent saja. Penambahan densitas pada film
yang seperti ini dinamakan fog. Jenis – jenis kesalahan tersebut , antara lain :
a. Age fog
Age fog dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang mlebihi waktu kadaluarsa (expired date).
Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date tertentu, biasanya satu than dari wakt
produksi. Film yang digunakan setelah melewati expired date akan menyebabkan film bertambah
densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk ke dalam tempat penyimpanan
film dan suh tempat penyimpanan film. Penambahan densitas ini membuat gambaran pada film tampak
seperti kabut hitam saat film dip roses meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih dahulu.
Untuk mencegah terjadinya age fog sebaiknya digunakan system FIFO (First In First Out) pada
penyimpanan film. System FIFO maksudnya film yang lebih dahulu datang diletakkan dibagian paling
depan sementara film yang kemudian datang diletakkan dibelakang film yang terlebih dahulu datang.
b. Light fog
Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight.
Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film tetapi bagaimanapun juga cahaya safelight akan
mengakibatkan fog jika waktu kontak antara cahaya safelight dengan film tergolong lama. Secara spesifik
penyebb light fog adalah sebagai berikut :
c. Radiation fog
Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi. Radiasi ini
bisa berasal dari sinar-x, bahan – bahan radioaktif dan juga radiasi alam. Radiasi yang berinteraksi
dengan film akan menyebabkan densitas film bertambah. Radiasi bisa berinteraksi dengan film
dikarenakan kurangnya proteksi radiasi pada tempat penyimpanan film. Tempat penyimpanan film
biasanya dekat sekali dengan kamar pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat
sinar-x.
Untuk mencrgah supaya hal ini tidak terjadi, maka box film dalam keadaan rapat sehingga tidak
ada cahaya yang masuk sedikitpun ke dalam box film. Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap
tempat biasa disimpan film, telah dilapisi dengan Pb 2mm sebagai proteksi radiasi.
d. Oxygen fog
Oxygen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas.
Saat dilakukan inspeksi, film akan dinagkat kelar dari tangki developer. Saat keluar dari developer,
permukaan film masih basah oleh cairan developer. Akibatnya developer yang berada di permukaan film
akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oksigen. Oksigen akan mengoksidasi developer yang
menempel pada permukaan film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya dan
film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka saat melakukan kegiatan inspeksi
sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun tidak menggunakan safelight saat melakukan inspeksi,
e. Chemical fog
Chemical fog adalah fog yang dihasilkan karena factor kimia yang berada di dalam cairan
developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik chemical fog diakibatkan oleh
g. Dechroic fog
Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari developer dengan fixer pada film.
Hal ini terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang cukup. Sebagaimana telah
diketahui bahwa cairan developer bersifat basa dan fixer bersifat asam. Untuk menghindari interaksi
langsung antara asam dan basa ini, film di bilas dengan air di tangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan
untuk menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimaasukkan ke dalam fixer yang
bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan mengakibatkan film mengalami fog.
Untuk mencregah supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing dengan waktu yang cukp
sehingga benar – benar yakin bahwa cairan developer sudah tidak ada di permukaan film atau
setidaknya berkurang banyak. Kemudian ntuk menjaga agar prose rinsing berjalan dengan baik, pastikan
air yang berada di dalam tangki tetap bersih.
h. Artefact
Artefact adalah kesalah pengolahan film yang membentk bayangan putih pada film setelah
diproses. Artifact biasanya terjadi karena permukaan IS yang tidak bersih. Permukaan IS mungkin tanpa
sengaja terdapat tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat hal-hal tersebut maka pendaran
yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga sedikit pendaran cahaya yang ampai ke film. Untuk
mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS selalu dirawat dengan frekuensi yang sudah
ditentukan. Namun untuk lebih meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu
permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas yang
menempel pada permukaan IS.
i. Streaking
Streaking adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran streaking bisa berbentuk
jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur seperti berminyak pada permkaan film yang bisa dilihat
saat film dimiringkan. Penyebab streaking adalah sebagai berikut :
* Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer menetes ke bawah.
j. Yellow patch
Yellow patch adalah bercak – bercak kuning yang terdapat pada film setelah film dikeringkan dan
disimpan beberapa saat. Penyebab yellow patch adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah
kadaluarsa. Secara spesifik yellow patch disebabkan oleh :
k. Reticulation
Reticulation adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi. Reticulation terjadi karena suhu yang
tinggi baik pada developer, fixer maupun pengeringan. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka
suhu developer dan fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18°C - 20°C dan suhu pengeringan tidak boleh
melebihi 50°C.
.
l. Frilling
Frilling adalah proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling terjadi jika proses reticulation
berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika suhu yang digunakan baik pada developer, fixer dan pengeringan
melebihi dari suhu yang menyebabkan film mengalami reticulation. Jika frilling terjadi maka film akan
tampak bening karena emulsi sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu
jaga suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.
m. Light patch
Light patch adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab terjadinya light patch adalah :
* Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti tulang.
* Adanya artefact pada IS (Intensifying Screen).
n. Film terbakar
Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana
diketahui bahwa film sangat sensitive terhadap cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai
film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor, dimana di
dalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian
petugas kamar gelap yang lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap.
Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam
kamar gelap dan pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.
Dengan banyaknya factor – factor penyebab reject analysis film maka kita harus lebih berhati –
hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi penolakan bahkan penglangan foto yang dapat merugikan
berbagai pihak.
1. Jumlah film yang belum terekspose di ruang prosesingtermasuk yang ada dalam kaset.
3. Tentukan jumlah dari film yang di reject untk masing – masing kategori , antara lain :
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4. Masing – masing ruang mencatat jumlah film yang dignakan dan jumlah film yang ditolak.
5. Tim analisi melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan seminggu sekali, film yang
ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap
pemeriksaan)
• Idealnya dibawah 2 % , tergantung tidak hanya program teknologis radiografer yang baik tetapi juga
laporan yang ideal diantara radiografer dan radiologist .
• Jika total reject rate > 5% maka diharapkan harus melakukan teknologis radiografer program yg
terbaik.
1. Kualitas radiograf baik, jika tidak memiliki 1 program teknologis radiografer saat ini maka sebaiknya
menginisiatifkan 1 program untuk perbaikan.
.
2. Jika radiologist terbiasa menerima radiograf yang buruk kualitasnya dalam keadaan ini hars bekerja
sama yang baik dengan radiologist untuk set up program teknologis radiografer dan menunjukkan
dengan paket teknologis radiografer ada perbaikan .
* Penyebab tertinggi dari foto yang ditolak dan diulang, seandainya hasil adalah satu faktor ekstrim,
misalnya prosessing fault, maka yang perlu diteliti lebih rinci yakni tentang prosessing sehingga diperoleh
pemecahan masalahnya.
* Kalau ternyata hasil berjenjang, pengkajian difokuskan pada hasil yang dianggap tinggi sampai
tertinggi.
* Kalau hasilnya masing-masing faktor merata maka perlu dikaji keseluruhan atau memperpanjang
waktu penelitian.