Anda di halaman 1dari 6

CHART RECORDER

Unknown June 03, 2013 Instrumentasi

Chart Recorder adalah suatu alat yang bekerja secara elektromekanikal yang merekan sekaligus menyimpan
suatu data berdasarkan masukan sinyal baik secara elektronik, mekanik ataupun pneumatik. Penggunaan
beberapa buah warna yang berbeda pada Pen pencatat memberikan keuntungan dalam mengeffisiensikan
pencatatan dari beberapa sinyal input yang masuk berdasarkan perubahan pada proses.

Chart Recorder sendiri pada umumnya bekerja hampir mirip dengan cara kerja jam elektromekanik, dimana
biasanya kertas pencatatnya dibuat dalam 2 format utama. yaitu yang metode pencatatannya dengan
menggunakan kertas berbentuk persegi panjang yang panjang, kertas yang berbentuk seperti lingkaran (circular
chart)
Gambar 1 circular chart recorder

Bagaimana cara membaca proses value yang tercatat pada paper Chart Recorder?

Gambar 2 Paper Recorder

Sangat mudah sekali, hanya saja dituntut ketelitian dalam pembacaan anda. Pertama tama harus kita lihat
dahulu range dari Paper Chart recorder. Misalnya range chart recorder dari 0 - 100% ekuivalenkan dahulu
dengan range dari proses. misalnya proses pada saat 0 % identik dengan 0 scf dan pada saat 100 % proses
ekuivalen dengan 10000scf. maka pada saat rekaman jejak pada chart recorder 30% maka kita tinggal buat
peritungan sederhana sbb.

PV = 30 %,
Range = 0 = 0 scf dan 100 % = 10000 scf ,

maka PV aktual pada saat 30 % adalah Selisih Range dikalikan %. atau (10000-0)*30% = 3000 scf.

Cara Lain adalah sbb

Gambar 2 Paper Recorder

Perhatikan PV T1, garis rekaman tepat memotong diantara 1000 dan 2000 tepat pada slot ke 3, artinya apabila
range 1 slot/kolom adalah (1000/5 kolom = 200) maka pada PV T1 bacaan proses value dapat kita baca 1600.
coba tebak pada PV T2, berapa bacaan proses valuenya?
Demikian Tips mudah dari saya hari ini untuk bagaimana cara membaca sebuah chart recorder,
pada beberapa praktisi yang sudah sangat ahli bahkan mereka dapat membaca keseluruhan chart
dalam waktu yang sangat singkat..

Tidak ketemu ya mana PVT2? ya iya lah kan tidak ada PVT2 di paper chartnya.
MEMBACA BARTON CHART UNTUK
MENGETAHUI DIFFERENSIAL
PRESSURE & PRESSURE UPSTREAM
Kemarin ada yang bertanya mengenai cara membaca barton chart, yang sering digunakan untuk
mengukur flow fluida dengan alat orifice. Sehubungan waktu pertanyaan ditanyakan dan saya
belum menjawab karena ada tamu yang datang, maka akan saya jawab melalui tulisan ini. Siapa
tahu ada yang menanyakan hal yang sama dengan pertanyaan orang itu.

Di dalam chart barton ada komponen seperti:

 Range alat (Range yang terdapat di alat barton) *Gambarnya di bawah ini*
 Range Chart (Range yang terdapat di kertas barton) *Gambarnya di bawah ini*
 Satuan dari chart itu sendiri (yang sedang dipakai satuannya Psi)

Contoh Soal:
Pembacaan barton chart yang digunakan untuk
mengetahui differensial pressure (Dp) dengan satuan yang diinginkan adalah dalam Ksc.
Informasi yang diketahui: Range (Dp) alat 23, dan range chart 100 (satuan dalam Psi). Pada
saat chart dibaca, hasil pembacaan menunjukkan garis di angka 60.

Maka nilai Dp : (Pembacaan Chart * Range Alat/Range Chart) / (Konversi Psi ke Ksc), maka
nilai Dp = ((60*23/100)/14.22) = 0,97 Ksc

Untuk pressure upstream, (Pu) memiliki cara pembacaan yang sama. Contoh:

Pembacaan barton chart yang digunakan untuk mengetahui Pressure Upstream (Pu) dengan
satuan yang diinginkan adalah dalam Ksc. Informasi yang diketahui: Range alat (Static Pressure)
500, dan range chart 100 (satuan dalam Psi). Pada saat chart dibaca, hasil pembacaan
menunjukkan garis di angka 20.

Maka nilai Pu : (Pembacaan Chart * Range Alat/Range Chart) / (Konversi Psi ke Ksc), maka
nilai Pu = ((20*500/100)/14.22) = 7,03 Ksc

Semoga dengan jawaban ini pertanyaannya terjawab dengan baik.

Pengukuran Differensial pressure dan Presure Upstream digunakan sebagai salah satu dari
parameter untuk menghitung seberapa besar total flow dari fluida (gas, uap, air brine) yang
dihasilkan.

Contoh pengukuran (Dp & Pu) dalam bidang panas bumi, hasil flow yang diperoleh dari hasil
perhitungan akan menggambarkan berapa besar energi listrik yang dibangkitkan setelah dibagi
dengan total uap hasil desain untuk membangkitkan 1 MW listrik. Misalnya, dengan total uap
hasil perhitungan menunjukkan angka 110 ton/jam, dari hasil desain jumlah kebutuhan uap
untuk membangkitkan 1MW listrik adalah 8 ton/jam. Maka nilai 110 ton/jam : 8 ton/jam =
13,75 Mw

Untuk lebih jelasnya, akan saya berikan contoh perhitungan dengan menggunakan file excel.

Ditunggu saja pada postingan berikutnya…


Albert Einstein, said: "Try not to become a man of SUCCESS, but rather try to
become a man of VALUE.." ***

Anda mungkin juga menyukai