Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pertama membahas tentang pokok pikiran yang menjadi landasan utama

dari penelitian. Pikiran utama penelitian ini dijabarkan dalam beberapa sub bab, di

antaranya: latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan definisi operasional variabel.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual (keagamaan), pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta kemampuan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan pada zaman era globalisasi saat ini

mengalalami banyak kendala yang menghambat perkembangannya. Dampak yang

ditimbulkan ialah menurunnya kualitas dari segala aspek dari pendidkan. Oleh karena

itu perlu peninjauan kembali kebijakan-kebijakan yang dirasa kurang memberi

kontribusi dalam mengembangkan pendidikan yang lebih baik. Menyadari hal

tersebut diharapkan pendidikan akan jauh lebih baik pada abad 21 mendatang.

Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dan menyiapkan

peserta didik untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Pelaksanaan pendidikan

dilakukan dalam bentuk bimbingan kepada peserta didik untuk memberikan motivasi

dan arahan-arahan yang dibutuhkan sehingga mencapai tujuan pendidikan yang


sebenarnya. Hal penting yang tidak dapat lepas dalam pendidikan adalah proses

pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri berasal dari kata belajar. Belajar adalah suatu

perilaku, artinya bahwa seseorang yang mengalami proses belajar akan mengalami

perubahan perilaku, yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa

menjadi bisa dan dari ragu-ragu menjadi yakin. Pembelajaran pada hakekatnya adalah

suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannnya baik antar anak dengan

anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Kegiatan

pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan

yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan

kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan (Isjoni, 2009).

David Ausubel (1963) seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa

bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ (meaningfull). Pembelajaran

bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep

relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-

fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat

siswa. Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan proses mengaitkan

informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur

kognitif. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kebermaknaan dalam suatu

pembelajaran, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan

dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sehubungan dengan hal
ini, Dahar (1996) mengemukakan dua prasyarat terjadinya belajar bermakna, yaitu

materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial dan anak yang akan

belajar harus bertujuan belajar bermakna. Di samping itu, kebermaknaan potensial

materi pelajaran bergantung kepada dua faktor yaitu materi itu harus memiliki

kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur

kognitif peserta didik.

Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti

di SMA Negeri 1 Jonggat diketahui bahwa kemampuan penguasaan konsep awal

masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi. Terutama dalam pelajaran fisika yang dapat

mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik menjadi rendah. Hal

ini dapat diamati ketika guru memberikan suatu permasalahan peserta didik belum

mampu menyelesaikan dengan baik dan sistematis. Guru juga menjadi faktor

penyebab menurunnya penguasaan konsep karena guru masih langsung memberikan

suatu persamaan tanpa diberitahukan terlebih dahulu asal mula persamaan tersebut.

Penguasaan konsep yang rendah juga mengakibatkan peserta didik menjadi kesulitan

memahami persamaan-persamaan fisika yang ada. Peserta didik cenderung hanya

menghafal dan mengerjakan soal cenderung terpaku pada contoh soal yang ada tanpa

memahami pengembangannya. Metode yang digunakan guru kebanyakan adalah

pembelajaran langsung (Direct Interaction) yang membuat pembelajaran hanya

terpusat pada guru yang mengakibatkan peserta didik menjadi pasif dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran langsung kurang efektif untuk meningkatkan


kemampuan pserta didik terutama dalam pelajaran fisika yang membutuhkan

penalaran dan analisis dalam penyelesaian suatu permaslahan. Menurut Redish tujuan

pembelajaran fisika baik ditingkat sekolah menengah maupun tingkat universitas

adalah meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah.

Dalam proses pembelajaran kemampuan pemecahan masalah dapat dikembangkan

melalui model pembelajaran berbasis masalah.

Dewi, et al (2016:123) menyatakan bahwa upaya untuk mengatasi

permasalahan pembelajaran ialah diperlukan suatu inovasi model pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan ialah model yang mampu memberikan peluang

peserta didik dalam memahami konsep fisika, mampu mendorong guru untuk

menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta

didik serta mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menawarkan suatu model pembelajaran

yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik. Model pembelajaran tersebut adalah problem solving. Model problem

solving merupakan suatu model yang mengkolaborasikan antara problem solving dan

pemahaman konsep fisika. Model pembelajaran problem solving terdiri atas enam

langkah pembelajaran, yaitu merumuskan masalah, menelaah masalah, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai pembuktian hipotesis,

pembuktian hipotesis serta menentukan penyelesaian masalah. Tahapan di dalam


model problem solving sangat mendukung untuk pencapaian kemampuan pemecahan

masalah serta penguasaan konsep yang merupakan tujuan utama dari suatu

pembelajaran. Dalam menggunakan model problem solving maka penguasaan konsep

fisika adalah sebagai bekal untuk pemecahan masalah. Karakteristik pengetahuan

fisika yang saling berhubungan antara konsep fisika yang satu dengan yang lain

menjadi salah satu permasalahan bagi siswa dalam menguasai konsep-konsep fisika,

misalnya pada materi momentum dan impuls. Berdasarkan hasil penelitian Lawson

dan McDermott menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan dalam memahami

teori momentum dan impuls, misalnya mengaitkan hubungan antara konsep

momentum dan konsep impuls dalam penyelesaian soal. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Close dan Heron melaporkan bahwa siswa cenderung meninjau

hukum kekekalan momentum sebagai hukum kekekalan besaran skalar, bukan

sebagai besaran vector.

Beberapa penelitian yang mendukung peneliti terkait model problem solving

adalah yang dilakukan oleh Mahilda Wiwit Handayani, et al (2018:36-41) yang

menyimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving ini berpengaruh terhadap

penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Kemampuan

penguasaan konsep dan pemecahan masalah peserta didik mengalami peningkatan

setelah diberlakukan model pembelajaran problem splving yang dilakukan di SMA

Negeri 4 Bengkulu. Hal ini dapat terlihat dari hasil yang diperoleh bahwa rata-rata

posttest kelas eksperimin dan kelas kontrol berbeda secara signifikan yang berada
dikategori sedang. Tiara Veronica et al(2018:31-39) juga menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang kuat dari model pembelajaran problem solving terhadap

kemampuan pemecahan masalah peserta didik setelah diberikan perlakuan dari pada

model pembelajaran langsung.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terkait “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Kemampuan

Penguasaan konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika SMA Negeri 1

Jonggat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini, yaitu: Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran problem

solving terhadap kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan

masalah fisika SMA Negeri 1 Jonggat?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran problem solving terhadap kemampuan penguasaan

konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika SMA Negeri 1 Jonggat,

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini bertujuan untuk menghindari luasnya

ruang lingkup penelitian. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah:

1. Subjek penelitian adalah peserta didik SMA Negeri 1 Jonggat.


2. Materi pembelajaran yang diajarkan yaitu momentum dan impuls.

3. Keberhasilan penguasaan konsep akan di ukur pada ranah kognitif yang

mencakup C1 sampai C6.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah yang akan diteliti mengacu pada indikator-

indikator kemampuan pemecahan masalah Indentify, Set Up, Execute, Evaluate

(I-SEE) yang dikembangkan oleh Young dan Freedman.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, dapat menjadi pengalaman yang berharga dan menjadi pelajaran

untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik dan dapat mengetahui secara

langsung pengaruh model pembelajaran problem solving terhadap kemampuan

penguasan konsep dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

2. Bagi peserta didik, dengan menerapkan model pembelajaran problem solving di

kelas peserta didik diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penguasaan

konsep dan kemampuan pemecahan masalah sehinmgga peserta didik menjadi

lebih baik dalam menyelesaikan suatu persoalan fisika.

3. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan memilih model pembelajaran yang

sesaui untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat melibatkan peserta

didik dalam proses pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan

kemampuam penguasaan konsep dan pemecahan masalah peserta didik.


4. Bagi sekolah, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan tentang

pentingnya penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

sehingga dapat mengembangkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan

masalah fisika peserta didik.

5. Bagi mahasiswa, sebagai calon guru diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan mengajar baik dalam mengelola kelas maupun memilih startegi

yang tepat dalam pembelajaran sehingga menciptakan generasi penerus bangsa

yang aktif, kreatif dan memiliki pemikiran kritis.

1.6 Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Problem Solving

Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan

dengan cara melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan

sendiri atau secara bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Menurut N.Sudirman

(1987:146) model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian

bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk

dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh

siswa.

2. Kemampuan Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep menurut Winkel (1991) adalah pemahaman dengan

menggunakan konsep, kaidah dan prinsip. Bloom (dalam Rustaman et al., 2005)

penguasaan konsep yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti


mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih

dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan berpikir tingkat

tinggi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan baru yang

diperoleh dari pengalaman belajar yang diperoleh sebelumnya mengacu pada empat

indikator kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Young dan

Freedman, yaitu mengenali masalah (identify), merencanakan strategi (set up),

menerapkan strategi (execute), dan mengevaluasi solusi (evaluate).

Anda mungkin juga menyukai