Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya semua buku yang telah ditulis oleh para penulis memiliki keunikan
masing-masing, namun ada juga diantara mereka yang masih memiliki kekurangan,
hingga buku tersebut belum begitu sempurna untuk dipelajari, sehingga dibutuhkan buku
lain untuk melengkapi kekurangan buku yang satu tadi. Tapi seharusnya, kita harus
sangat berterimakasih kepada para penulis buku, karena mereka telah memberikan ilmu
mereka untuk kita sehingga kita dapat belajar dari buku-buku mereka.
Oleh karena itu salah satu tujuan Critical Book ini untuk melihat perbedaan dan
persamaan dari masing-masing buku yang berbeda penulisnya tentang suatu materi
pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah metode pengarang dalam memaparkan setiap isi materi dari masing-
masing buku?
2. Bagaimanakah Keunggulan dan Kelemahan dari masing masing buku?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Teori Bilangan
2. Mengetahui cara pemaparan materi pada masing-masing buku
3. Mampu menganalisa kelemahan dan kelebihan pada masing masing buku yang
dibandingkan untuk mengetahui buku yang mana yang paling mudah untuk di pahami

1
1.4 Identitas Buku
 Buku Utama
1. Judul Buku : Teori Bilangan
2. Penulis : Tim dosen
3. Penerbit : UNIMEDPress
4. Tahun Terbit : 2018
5. ISBN :-
6. Jumlah Halaman : 154

(Gambar cover buku utama)


 Buku Pembanding
1. Judul Buku : DISCRETE MATHEMATICS third edition
2. Penulis : Seymour Lipschutz and Marc Lipson
3. Penerbit : McGraw Hill
4. Tahun Terbit : 2007
5. ISBN : 978-0071470384
6. Jumlah Halaman : 485 halaman

(Gambar cover buku pembanding)

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU


2.1 Buku Utama
INDUKSI MATEMATIKA
Induksi matematika adalah salah satu metode pembuktian yang absah dalam
matematika. Induksi matematik banyak digunakan untuk membuktikan kebenaran
teorema-teorema yang berlaku untuk semua bilangan bulat atau lebih khusus untuk
setiap bilangan asli.

1
Misalnya : 1 + 2 + 3 +...+ n = 2 𝑛(𝑛 + 1)

Kesamaan ini selalu benar untuk setiap bilangan asli n.

1
Jika n = 1 diperoleh 1 = 2 1(1 + 1) benar

1
Jika n = 2 diperoleh 1 + 2 = 2 2(2 + 1) benar

1
Jika n = 3 diperoleh 1 + 2 + 3 = 2 3(3 + 1) benar

Dan seterusnya

Bukti dengan cara lain adalah dengan induksi matematik. Langkah-langkah


pembuktian dengan induksi matematik adalag sebagai berikut :

Misalkan p(n) adalah suatu proporsi / pernyataan yang akan dibuktikan


kebenarnya untuk setiap bilangan asli.

Langkah (1) : ditunjukkan bahwa p(n) benar.

Langkah (2) : diasumsikan bahwap(n) benar untuk suatu bilangan asli n dan
ditunjukkan bahwa p(n +1)

Apabila langkah (1) dan (2) telah dilakukan dengan benar, maka dapat
disimpulkan bahwa p(n) benar untuk setiap bilangan asli n. Langkah (1) sering
disebut basis (dasar) untuk induksi. Sedangkan langkah (2) disebut langkah induktif.
Langkah induktif ini dapat dinyatakan sebagai kalimat implikasi sebagai berikut. “
Jika p(n) benar maka p(n+1) “ adalah benar untuk setiap bilangan asli n.

3
Perhatikan bahwa apabila langkah (2) telah terbukti dan langkah (1) telah
ditunjukkan bahwa p(1) benar, maka akan diperoleh rangkaian pernyataan-pernyataan
yang benar, yaitu :

p(1) → p(2) benar, p(2) → p(3) benar, p(3) →p(4) benar, dn seterusnya.

Sehingga diperoleh bahwa p(2) benar, p(3) benar, p(4) benar dan seterusnya.
Jadi p(n) benar untuk setiap bilangan asli n.

1
Sekarang akan dibuktikan bahwa 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 𝑛(𝑛 + 1)

1
Misalkan p(n) menyatakan 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 𝑛(𝑛 + 1)

1
1. P(1) adalah 2 1(1 + 1), jelas benar
1
2. Diasumsikan bahwa p(n) benar, yaitu 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 𝑛(𝑛 + 1) adalah benar.

Selanjutnya harus ditunjukkan bahwa p(n+1) benar, yaitu


1
1 + 2 + 3 + ... + n + (n+1) = 2 𝑛(𝑛 + 1) (n+2)

Hal ini ditunjukkan sebagi berikut :


1 + 2 + 3 + ... + n + (n+1) = (1 + 2 + 3 + ...+ n)(𝑛 + 1)
1
= 2 𝑛(𝑛 + 1) + (n + 1)
1
= (n+1) 2 𝑛(𝑛 + 1)
1
= 2 𝑛(𝑛 + 1) (n+2)
1
Jadi 1 + 2 + 3 + ... + n + (n+1) = 2 𝑛(𝑛 + 1) (n+2), yaitu p(n+1) benar. Dari (1) dan

(2) dapat disimpulkan bahwa p(n) benar untuk setiap bilangan asli n..
Pembuktian dengn induksi matematik nampak harus mengikuti dua langkah
tersebut, yaitu langkah (1) sebagai basis (dasar) untuk induksi dan langkah (2)
sebagai langkah induktif. Kedua langkah ini harus ditaati, apabila pembuktian
menggunakan induksi matematik. Mengabaikan salah satu langkah dari dua langkah
tersebut dapat mengakibatkan hal yang tidak diinginkan, yaitu membuat suatu
kesimpulan yang salah.

4
2.2 Buku Pembanding
INDUKSI MATEMATIKA
A. Set teori
Properti penting dari himpunan N = {1, 2, 3,…} bilangan bulat positif berikut:
1. Prinsip Induksi Matematika I:
Misalkan P adalah proposisi yang didefinisikan pada bilangan bulat positif
N; yaitu, P (n) adalah benar atau salah untuk setiap n ∈ N. Misalkan P memiliki
dua sifat berikut:
(i) P (1) adalah benar.
(ii) P (k + 1) benar setiap kali P (k) benar.
Maka P benar untuk setiap bilangan bulat positif n ∈ N. Sebenarnya, prinsip
ini biasanya diberikan sebagai salah satu aksioma ketika N adalah dikembangkan
secara aksiomatis.
2. Prinsip Induksi Matematika II:
Misalkan P adalah proposisi yang didefinisikan pada bilangan bulat positif
N sehingga:
(i) P (1) adalah benar.
(ii) P (k) benar setiap kali P (j) berlaku untuk semua 1 ≤ j <k.
Maka P benar untuk setiap bilangan bulat positif n ∈ N.
Catatan:
Kadang-kadang seseorang ingin membuktikan bahwa proposisi P benar
untuk himpunan bilangan bulat {a, a + 1, a + 2, a + 3,. . .} di mana a adalah
bilangan bulat apa pun, mungkin nol. Ini dapat dilakukan hanya dengan
mengganti 1 oleh salah satu Prinsip di atas Induksi Matematika.

B. Sifat- sifat bilangan bulat pada induksi matematika


Prinsip induksi matematika yang dinyatakan di bawah ini secara esensial
menegaskan bahwa bilangan bulat positif N mulai dengan nomor 1 dan sisanya
diperoleh dengan menambahkan secara berturut-turut 1. Artinya, kita mulai dengan 1,
lalu 2 = 1 + 1, kemudian 3 = 2 + 1, lalu 4 = 3 + 1, dan seterusnya. Prinsipnya
membuat persis frasa samar "dan seterusnya."
Misalkan S adalah satu set bilangan bulat positif dengan dua sifat berikut:
(i) 1 milik S.

5
(ii) Jika k milik S, maka k + 1 milik S.
Maka S adalah himpunan semua bilangan bulat positif. Sebaliknya, ketika
himpunan N bilangan bulat positif (bilangan asli) adalah dikembangkan secara
aksiomatis, prinsip ini diberikan sebagai salah satu aksioma.
Ada bentuk yang setara dari prinsip di atas yang biasanya digunakan ketika
membuktikan teorema:
Misalkan P adalah proposisi yang didefinisikan pada bilangan bulat n ≥ 1
sehingga:
(i) P (1) adalah benar.
(ii) P (k + 1) benar setiap kali P (k) benar.
Maka P benar untuk setiap bilangan bulat n ≥ 1.
Teorema 11.5:
Misalkan P adalah proposisi yang didefinisikan pada bilangan bulat n ≥ 1
sehingga:
(i) P (1) adalah benar.
(ii) P (k) benar setiap kali P (j) berlaku untuk semua 1 ≤ j <k.
Maka P benar untuk setiap bilangan bulat n ≥ 1.
Catatan:
Teorema di atas benar jika kita mengganti 1 oleh 0 atau dengan bilangan bulat
lainnya a. Prinsip Pengurutan Baik Sebuah sifat dari bilangan bulat positif yang setara
dengan prinsip induksi, meskipun ternyata sangat berbeda, adalah prinsip baik-
memesan Yaitu:
Teorema 11.6 (Prinsip Pengurutan yang Baik):
Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat positif yang tidak kosong. Maka S
berisi a elemen terkecil; artinya, S mengandung elemen sedemikian rupa sehingga ≤ s
untuk setiap s dalam S. Secara umum, set S yang dipesan dikatakan terurut dengan
baik jika setiap bagian S mengandung elemen pertama.
Dengan demikian Teorema 11.6 menyatakan bahwa N diperintahkan dengan
baik. Satu set bilangan bulat dikatakan dibatasi dari bawah jika setiap elemen S lebih
besar dari beberapa bilangan bulat m (yang mungkin negatif). (Angka m disebut batas
bawah S.) Korelasi wajar dari teorema di atas sebagai berikut:
Corollary 11.7:
Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat tidak terikat yang dibatasi dari
bawah. Maka S mengandung sedikit elemen.

6
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
3.1 Kelebihan buku
 buku utama:

kelebihan pada buku ini iyalah menjelaskan pembuktian yang dapat dimengerti dan
banyak melampirkan contoh soal.

 buku pembanding:

kelebihan buku ini iyalah pada buku ini menjelaskan materi yang mudah dipahami
dan menggunakan bahasa yang mempermudah pembaca untuk mengerti dan membahas
berbagai sifat, prinsip serta teorema-teorema pada induksi matematika

3.2 Kelemahan buku


 buku utama:

pada buku ini ini masih menggunakan bahasa yang tidak baku sehingga pembaca
kurang mengerti apa yang disampaikan pada materi dan pada buku ini tidak ada teorema-
teorema.

 buku pembanding:

pada buku ini tidak menjelaskan defenisi dari induksi matematika, langsung masuk ke
sifat, prinsip dan teorema-teorema sehingga pembaca tidak mengetahui apa itu induksi
matematika.

7
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Pada kedua buku menjelaskan materi mengenai induksi matematika dimana
disatu buku menjelaskan mengenai defenisi, pembuktian, dll. Dan pada buku lain
menjelaskan mengenai sifat, prinsip dan teorema-teorema induksi matematika.

4.2 saran
Saran saya adalah untuk para pembaca baik itu mahasiswa ataupun guru
sebaiknya membaca kedua buku ini, karena kedua buku ini saling berkaitan sehingga
dapat menambah wawasan kita.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lipschutz, Seymour & Lipson, Marc., (2007), DISCRETE MATHEMATICS third edition,
McGraw Hill, United States of America.

Tim dosen., (2018), Teori bilangan, UNIMEDpress, Medan

Anda mungkin juga menyukai