Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya pedoman pelayanan unit kebidanan kandungan dan perinatologi
telah tersusun. Pedoman ini sangatlah penting untuk membantu dalam kelancaran
operasional rumah sakit.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan penyelenggaraan kebidanan kandungan dan perinatologi rumah
sakit.
Dan seperti pedoman pelayanan lainnya, evaluasi berkala terhadap pedoman ini
harus terus dilakukan sesuai perkembangan pelayanan kebidanan kandungan dan
perinatologi rumah sakit.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan pedoman ini sangat kami harapkan.
Terima kasih.
Penyusun
A. Latar Belakang
Definisi kematian maternal menurut WHO (World Health Organization), ialah
kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH. Jika dibandingkan dengan
AKI tahun 2007 sebesar 248 per 100.000 KH, AKI tersebut sudah jauh menurun,
namun masih jauh dari target MDG 2015 (102 per 100.000 KH). Sedangkan untuk
angka kematian bayi (AKB) tahun 2008 sebesar 34/1000 KH, adapun target AKB
pada MDG’s 2015 sebesar 17 per 1000 KH sehingga masih memerlukan kerja keras
dari semua komponen untuk mencapai target tersebut (MDGs dan Badan Pusat
Statistik: 2007).
Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan Pembangunan
Milenium (MDG) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir. Rasio
kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap
tinggi di atas 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini bertentangan dengan negara-
negara miskin di sekitar Indonesia yang menunjukkan peningkatan lebih besar pada
MDG kelima (Unicef, 2012).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko bagi ibu
hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada
umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu setelah
melahirkan. Salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting. Pelayanan
kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus kepada aspek
pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan adalah halpenting
yang dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kesakitan serta
kematian bayi.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari
pelayanan itu sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya meliputikebijakan,
tenaga yang melayani, sarana dan prasarana,standar asuhan kebidanan dan standar
lain atau metode yang di sepakati. Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja
dalam mendayagunakan input yang ada dalam interaksi antara bidan dengan pasien
yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika kebidanan.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di RSIA
MUHAMMADIYAH Kota Probolinggo, maka disusunlah Pedoman Pelayanan
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RSIA MUHAMMADIYAH Kota
Probolinggo dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, kandungan dan
perinatologi untuk membantu menurunkan AKI dan AKB
Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan dalam memberikan pelayan di Unit kebidanan,
kandungan dan perinatologi secara professional.
b. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan
organisasi profesi bidan di Unit kebidanan, kandungan dan perinatologi.
c. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan dan asuhan kebidanan
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
B. Distribusi Ketenagaan
Kebutuhan tenaga bidan dihitung dengan menentukan :
1. Jumlah hari kerja efektif selama 1 tahun
2. Jumlah hari tidak kerja (hari non efektif) dalam 1 tahun
3. Jumlah jam perawatan setiap pasien dalam 24 jam/tingkat ketergantungan pasien
4. Jumlah jam kerja perawat tiap shift
5. Jumlah pasien ruang bersalin tahun 2017 : 2.292 orang
6. Jumlah ibu bersalin tahun 2017 = 1.780 orang
7. Jumlah pasien lain-lain tahun 2017 = 512 orang
8. Jumlah pasien dengan kegawatan tahun 2017 = 92 orang
Penghitungan Kebutuhan Tenaga Sesuai Dengan Beban Kerja Di Kamar
Bersalin:
1) Untuk partus normal menggunakan rumus sebagai berikut:
6 jam X rata-rata pasien/hari
Jam kerja dalam satu hari
Keterangan :
6 jam adalah konstanta : Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan
mencakup
Contoh soal :
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan
6 jam / pasien
Jam efektif kerja bidan = 7 jam / hari
Rata – rata pasien per hari = 6,36
Berapa jumlah bidan yang diperlukan :
6,36 pasien X 6 = 5,5 ( 5,5 0rang + loss day )
7
A. Denah Ruangan
Peralatan medis :
1. Partus set
2. Hecting set
3. Alat vacuum 1 set
4. Alat kuret 2 set
5. Alat resusitasi ibu dan bayi 1 set
6. Infus set 5 set
7. Perlengkapan bayi baru lahir 1 set
8. Bengkok 5
9. Box emergency 3 set
10. Kursi roda 1
11. Lemari obat emergency 1
12. Standar infuse 5
13. Lampu sorot/lampu tindakan 1
14. Troly obat 2
15. Timbangan berat badan/ timbangan badan
16. Timbangan bayi 1
17. Box bayi 1
18. Dopler 1
2. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day Care)
Prosedur yang dilakukan oleh bidan
- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Bidan kamar bersalin melaporkan ke dokter operator dan dokter anastesi
bahwa pasien sudah di kamar bersalin
- Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti mengganti baju
pasien, membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien, observasi
tanda-tanda vital, anjurkan pasien buang air kecil terlebih dahulu dan lain-lain
- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-
tanda vitalnya
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian
dari instansi yang bertugas menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk
kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat
(sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen di proses melalui
fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat
terselenggaranya fungsi logistik. Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan
produksi jasa sehingga logistik dalam rumah sakit bukan logistik pendistribusian
barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta peralatan
yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir
dengan dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses
pengolahan secara strtegis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta
pemantauan persediaan barang (stock, material, supplies, inventory, etc) yang
diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di
rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi:
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam
proses pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen
utama pendapatan rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di
rumah sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat
di rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi adalah
manajemen inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan
yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Food and Baverages
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk pasien
atau untuk karyawan rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah barang hilang
atau berkurang dan mutu proses yang bervariasi.
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
H. Kesalahan Medis
Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai
tujuannya, dapat merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
J. Kejadian Sentinel
Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel
Pedoman pelayanan RSIA MUHAMMADIYAH Probolinggo
21
terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih
tinggi dan berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan
yang lebih mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan
dan penanggulangan secara memadai. Penderita penyakit HIV/AIDS terus
meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi penularan dimasyarakat. Hal
ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan
yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik
dan penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang
keduanya potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan
gejala. Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “Universal Precaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24
jam dengan pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular
penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari
penularan infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan
atau terinfeksi penyakit menular.
KASIR POLI
A. Pengertian
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu.
B. Tujuan
1) Umum : Dapat membantu terselenggaranya pelayanan Kamar bersalin yang
profesional di RSIA Muhammadiyah
2) Khusus :
a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan di
Kamar bersalin
b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
pelayanan di Kamar bersalin
C. Kegiatan Rapat
Rapat dilakukan dan diadakan oleh Kebidanan yang dipimpin oleh Sub Bidang
Pelayanan Keperawatan dan Kepala Ruang (Ka Ru) dan diikuti oleh seluruh stafnya.
Rapat yang diadakan ada 2 macam yaitu :
1) Rapat Terjadwal :
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Sub Bidang
Pelayananan Keperawatan dan kepala ruang di Kamar bersalin setiap bulan 1 kali
dengan perencanaan yang telah dibuat selama 1 tahun dengan agenda rapat yang
telah ditentukan oleh Ka ru.
2) Rapat Tidak Terjadwal :
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan
oleh kepala ruang untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di Kamar
bersalin dikarenakan adanya permasalahan yang ditemukan bersifat insiden.
A. Pengertian
Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala
bentuk kegiatan
yang ada terkait dengan pemberian pelayanan Kamar bersalin.
B. Jenis Laporan
Laporan dibuat oleh kepala ruang Kamar bersalin. Adapun jenis laporan yang
dikerjakan terdiri
dari :
1. Laporan Harian
Laporan yang dibuat oleh Penanggung Jawab Shift dalam bentuk tertulis setiap
hari.
Adapun hal – hal yang dilaporkan adalah :
a. Laporan kunjungan pasien Kamar bersalin
b. Laporan SDM Kamar bersalin
c. Laporan keadaan sarana dan fasilitas Kamar bersalin
d. Laporan mutu pelayanan
2. Laporan Bulanan
Laporan yang dibuat oleh Karu Kamar bersalin dalam bentuk tertulis setiap
bulannya dan diserahkan kepada Sub Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
setiap tanggal 1 - 10. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
a. Laporan kunjungan pasien Kamar bersalin yang meliputi :
1) Jumlah kunjungan pasien Kamar bersalin berdasarkan kasus (Gawat
darurat, gawat tidak darurat/darurat tidak gawat, tidak gawat darurat).
2) Jumlah kunjungan pasien Kamar bersalin berdasarkan kasus (Pulang,
Rawat, Konsul, Rujuk, Observasi dan menolak rawat).
3) Jumlah Pasien Meninggal.
4) Jumlah kasus penyakit terbanyak di Kamar bersalin
5) Jumlah pemeriksaan penunjang pasien Kamar bersalin
b. Laporan SDM Kamar bersalin yang meliputi :
1) Kuantitas SDM (Dokter dan Perawat Kamar bersalin)
2) Kualitas SDM (Dokter dan Perawat Kamar bersalin)
c. Laporan keadaan fasilitas dan sarana Kamar bersalin yang meliputi :
1) Kelengkapan Alat dan Fasilitas.
2) Kondisi alat dan Fasilitas.
d. Laporan Mutu Pelayanan Kamar bersalin meliputi :
1) Sensus harian ruangan (jumlah penderita gawat darurat yang dilayani > 5
menit).
Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari beberapa
profesional pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas
untuk masing masing profesi, namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi
pemberi pelayanan. Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit
yang diberikan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan
tenaga lain di kamar bersalin.
Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan
SDM. Untuk pelayanan rujukan kebidanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh
keberadaan dan kesiapan tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif
dan kompeten dalam penanganan pertama sebelum kedatangan dokter spesialis
kebidanan dan kandungan.
Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan dapat
mendukung keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di kamar
bersalin. Standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat
dikembangkan di masing-masing rumah sakit dengan kondisi dan kebutuhan masing
masing daerah.
Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa tanggung jawab yang tinggi
dari setiap tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk menyebar-luaskan
informasi tentang pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah diuraiakan dalam buku ini.
Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka
membangun sistem pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan
standar dan pembinaan tenaga pelayanan kebidanan.