Anda di halaman 1dari 15

Kode Kegiatan : F1 UPAYA KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT
Uraian Kegiatan : PENYULUHAN Diabetes Melitus PADA LANSIA

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM
merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk
penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik
dan katarak (Tjokroprawiro, 2001).
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman
utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa
pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150
juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu
akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe
II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II
mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM (Anonim,2005).

B. Bentuk Kegiatan

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Jumat, 30 November 2018
Pukul : 09.00 – selesai
Tempat : Puskesmas Abepantai

2. Sasaran Penyuluhan
Seluru Pengunjung Puskesmas Abepantai pada hari tersebut.

3. Media Yang Digunakan


Media yang digunakan adalah leaflet.

1
4. Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan penyuluhan dengan metode ceramah dan tanyajawab.

C. Laporan Kegiatan
Penyuluhan dibuka dengan dengan memperkenalkan narasumber dan
menjelaskan maksud diadakannya penyuluhan. Sebelum penyuluhan dilaksanakan
dilakukan pembagian leaflet kepada peserta kemudian peserta diberikan
kesempatan sejenak untuk membaca. Penyuluhan yang menggunakan media
berupa leaflet ini lebih berbentuk bincang santai. Setelah penyampaian materi
selesai dilakukan diskusi tanya jawab. Sesi tanya jawab diwarnai dengan
pertanyaan seputar masalah diabetes, bagaimana cara mengetahui diabetes, kapan
harus memeriksakan diri, jika sudah terdiagnosis apa yang harus dilakukan serta
bagaimana cara agak diabetes bisa sembuh.

2
Kode Kegiatan : F2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
Uraian Kegiatan : PENYULUHAN PHBS di Sekolah

A. Latar Belakang
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang
sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak
permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari.
Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan,
gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada
umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik disekolah
(Dermawan, 2012). Pada siswa sekolah dasar (SD), masalah kesehatan yang
dihadapi terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang belum
diterapkan dengan baik, sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan, seperti
masalah cacingan, diare dan saluran pernafasan akut (ISPA). Menurut data dari
Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa diantara 1000 penduduk terdapat 300
orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun dan berdasarkan Badan
Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) setiap tahunnya ada 100.000
anak di Indonesia meninggal akibat diare. (Depkes RI, 2007).
Pendidikan kesehatan di sekolah sangat efektif dilakukan karena sebagian
besar waktu anak-anak berada di sekolah. Selain berfungsi sebagai tempat
pembelajaran, sekolah harus menjadi suatu tempat yang dapat meningkatkan
derajat kesehatan peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) serta menciptakan lingkungan yang sehat. Anak sekolah merupakan
kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena
kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga
mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
termasuk kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat (Notoatmodjo, 2005).

3
B. Bentuk Kegiatan

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Jumat, 15 Februari 2019
Pukul : 09.00 – selesai
Tempat : SDN Entrop

2. Sasaran Penyuluhan
Siswa _ siswi kelas 1,2, dan 3 SDN Entrop

3. Media Yang Digunakan


Media yang digunakan adalah leaflet.

4. Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan penyuluhan dengan metode ceramah, tanyajawab dan
pergaan cara mencuci tangan yang baik dan benar.

D. Laporan Kegiatan
Penyuluhan dibuka dengan dengan memperkenalkan narasumber dan
menjelaskan maksud diadakannya penyuluhan. Penyuluhan yang menggunakan
media berupa leaflet ini lebih berbentuk bincang santai. Sebelum penyampaian
materi dilakukan tanya jawab dan peragaan cara mencuci tangan yang baik dan
benar setela penyampaian materi. Sesi tanya jawab diwarnai dengan pertanyaan
seputar masalah perilaku hidup bersih dan sehat.

KodeKegiatan : F3 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA


4
KELUARGA BERENCANA
UraianKegiatan : PENYULUHAN Ante Natal Care

A. Latar Belakang
Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu
hamil terpenting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Mufdlilah,
2009). Dengan ANC perkembangan kondisi ibu hamil setiap saat akan terpantau
dengan baik dan pengetahuan tentang persiapan melahirkan akan bertambah.
Cakupan ANC dipantau melalui ANC baru ibu hamil ke-1 sampai kunjungan ke-4
dan pelayanan ANC sesuai standar paling sedikit empat kali (K4). Di jawa tengah
sendiri cakupan (K4) mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar 87,05%
meningkat menjadi 90,14% di tahun 2008, dan 93,39% pada tahun 2009 tetapi
terjadi sedikit penurunan di tahun 2010 yaitu 92,04%, yang mana masih dibawah
target pencapaian tahun 2015 yaitu 95%. Meskipun demikian, cakupan kunjungan
ANC di provinsi Jawa Tengah tahun 2010 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
cakupan nasional yaitu 84% (Dinkesjateng, 2010).
Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia belum
sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung
akan menyulitkan tenaga kesehatan dalam melakukan pembinaan pemeliharaan
kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap
faktor risiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani (Depkes RI, 2010).
Kurangnya pemanfaatan ANC oleh ibu hamil ini berhubungan dengan banyak
faktor.
Salah satu diantaranya adalah pengetahuan ibu hamil (Kuswanti, 2014).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan ANC dapat menyebabkan tidak dapat
diketahuinya berbagai macam kehamilan risiko tinggi yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat
diatasi yang akan mengakibatkan Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat (Marmi,
2014). AKI di Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil laporan SDKI pada tahun
2012, terdapat 359 per 100.000 kelahiran hidup yang jauh dari target MDGs 2015
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). AKI yang diperoleh dari
dinas kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2016 terdapat 33 kasus kematian ibu,
terjadi peningkatan AKI pada tahun 2015 yang mencapai 40 kasus (Dinkes
Kab.Tegal, 2016). AKI yang diperoleh dari Puskesmas Talang Kabupaten Tegal

5
tahun 2016 terdapat 3 kasus kematian ibu, sedangkan pada tahun 2017 terdapat 3
kasus kematian ibu. Data terbaru untuk tahun 2018 terdapat 1 kasus kematian ibu.
Dampak kurangnya kunjungan ANC pada ibu hamil yaitu tidak terdeteksi secara
dini adanya kondisi ibu hamil yang tergolong dalam kriteria 4 “terlalu”, yaitu
terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan
(<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<
2 tahun) yang akibatnya terjadi komplikasi pada ibu hamil tidak dapat dicegah
ataupun diobati (Dwi et al., 2017).
Pada saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan
pengendalian risiko. Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik
atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang dapat
membahayakan kehidupan ibu dan janinnya (Saifuddin, 2009).

B. Bentuk Kegiatan

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Rabu, 9 Januari 2019
Pukul : 09.00 – selesai
Tempat : Puskesmas Elly Uyo

2. Sasaran Penyuluhan
Seluruh pengunjung Puskesmas Elly Uyo.

3. Media Yang Digunakan


Media yang digunakan adalah leaflet.

4. Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan penyuluhan dengan metode ceramah dan tanya jawab.

E. Laporan Kegiatan
Penyuluhan dibuka dengan dengan memperkenalkan narasumber dan
menjelaskan maksud diadakannya penyuluhan. Sebelum penyuluhan dilaksanakan
dilakukan pembagian leaflet kepada peserta kemudian peserta diberikan
kesempatan sejenak untuk membaca. Penyuluhan yang menggunakan media
6
berupa leaflet ini lebih berbentuk bincang santai. Setelah penyampaian materi
selesai dilakukan diskusi tanya jawab. Sesi tanya jawab diwarnai dengan
pertanyaan seputar masalah kehamilan, berapa kali harus melakukan anc, kapan
harus memeriksakan diri di dokter spesialis kandungan, asupan gizi pada ibu
hamil.
.

Kode Kegiatan : F4 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Uraian Kegiatan : PEMBERIAN Vitamin A
7
A. Latar Belakang
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan
konsumsi makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus
dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan
dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru,
pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius dari
kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun senja yaitu betuk lain dari
xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan. Vitamin A
bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian, karena vitamin A
dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak,
diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier,2009). Kelompok
umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok
bayi usia 6 – 11 bulan dan kelompok anak balita usia 12 – 59 bulan (1 – 5 tahun)
(Pediatrik, 2006).
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan
gigi yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang
sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari
kuman penyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita juga berfungsi untuk
mengatur system kekebalan (immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini
membantu mencegah atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih
yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih serius dari
kekurangan vitamin A adalah buta senja dan xeropthalmia karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata. Upaya perbaikan
status vitamin A harus dimulai pada balita terutama pada anak yang menderita
kekurangan vitamin A (Depkes RI, 2009).
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh dengan
cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 – 11 bulan) kapsul biru
yang mengandung vitamin A 100.000 SI diberikan sebanyak satu kali pada bulan
Februari atau Agustus, balita (1 – 5 tahun) kapsul merah yang mengandung
vitamin A 200.000 SI diberikan setiap bulan Februari dan Agustus (Depkes, 2009).
Menurut UNICEF (2013), bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-
hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita diseluruh dunia
menderita penyakit mata tingkat berat (Xeropthalmia) seperempat diantaranya

8
menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan.
Kekurangan vitamin A menyebabkan anak dalam resiko besar mengalami
kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan
angka kematian sebesar 30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan
vitamin A dengan rekanrekannya yang tidak kekurangan vitamin A (Mirnawati,
2010).

B. Bentuk Kegiatan

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Kamis, 17 Januari 2019
Pukul : 09.00 – selesai
Tempat : TK Permata Hati

2. Sasaran Pemberian
Seluruh murid yang belum pernah mendapatkan Vitamin A.

C. Laporan Kegiatan
Pemberian Vitamin A dibuka dengan dengan memperkenalkan tenaga
medis. Kemudian dilanjutkan dengan mendata murid yang belum dan sudah
pernah mendapatkan Vitamin A. Bagi murid yang suda mendapatkan Vitamin A,
tidak diberikan lagi.

Kode Kegiatan : F5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


PENYAKIT MENULAR
Uraian Kegiatan : PENYULUHAN Tuberculosis Paru

9
A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar
penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi
terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90%
kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia
(Depkes RI, 2012). Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga
Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban
meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun
2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal
(WHO Tuberculosis Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina
dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di
dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang
setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan
adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000
penduduk (Riskesdas, 2013).

B. Bentuk Kegiatan

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Kamis, 17 Januari 2019
Pukul : 09.00 – selesai
Tempat : Puskesmas Elly Uyo

2. Sasaran Penyuluhan
Seluruh pengunjung Puskesmas Elly Uyo.

3. Media Yang Digunakan


Media yang digunakan adalah leaflet.

4. Metode Yang Digunakan

10
Metode yang digunakan penyuluhan dengan metode ceramah dan tanya jawab.

D. Laporan Kegiatan
Penyuluhan dibuka dengan dengan memperkenalkan narasumber dan
menjelaskan maksud diadakannya penyuluhan. Sebelum penyuluhan dilaksanakan
dilakukan pembagian leaflet kepada peserta kemudian peserta diberikan
kesempatan sejenak untuk membaca. Penyuluhan yang menggunakan media
berupa leaflet ini lebih berbentuk bincang santai. Setelah penyampaian materi
selesai dilakukan diskusi tanya jawab. Sesi tanya jawab diwarnai dengan
pertanyaan seputar masalah gejala awal tb, kapan harus memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan, cara menghindari penularan tb, apakah tb bisa sembuh.

Kode Kegiatan : F6 UPAYA PENGOBATAN DASAR


Uraian Kegiatan : PRESENTASI LAPORAN KASUS……….

A. Latar Belakang
11
B. Resume Pasien

Kode Kegiatan : F7 MINI PROJECT


Uraian Kegiatan : PENELITIAN DAN PRESENTASI HASIL

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Malaria dengan Kejadian Malaria di


RT 01 Kampung Buton Januari – Februari 2019

A. Latar Belakang
12
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang memberikan
morbiditas yang cukup tinggi di dunia, dan merupakan infeksi yang ke-3 teratas
dalam jumlah kematian. Walaupun di beberapa Negara sudah maju tidak dijumpai
lagi infeksi malaria, tetapi lebih dari 106 negara di dunia masih menangani infeksi
malaria, khususnya di daerah tropic maupun negara-negara yang sedang
berkembang yaituk di Afrika, sebagian besar Asia, sebagian besar benua Amerika
(Amerika latin) (Harijanto, 2010).
Kawasan Asia Tenggara juga menjadi perhatian kasus malaria. Terdapat
1,4 miliar penduduk beresiko terkena malaria, dan 352 juta pada resiko tinggi.
Kasus malaria di Asia Tenggara dan Selatan terdapat di 10 negara yakni Timor
Leste, Sri Lanka, Bhutan, Bangladesh, Korea Selatan, Nepal, Myanmar, India, dan
Indonesia. Menurut WHO (2014), kasus malaria di kawasan Asia Tenggara dan
Selatan tahun 2013 sebesar 1,5 juta kasus. Proporsi malaria tertinggi dari jumlah
kasus tahun 2013 adalah India (58%), Myanmar (22%) dan Indonesia (16%).
(Mahmudi, 2015).
Di Indonesia sendiri malaria masih merupakan penyakit infeksi yang
menjadi perhatian utama kementrian kesehatan untuk dilakukan eliminasi
disamping infeksi tuberkulosis dan HIV/AIDS. Dalam 10 tahun terakhir ini sudah
terjadi perubahan peta endemisitas infeksi malaria di Indonesia, sebagian daerah
dengan endemisitas tinggi di Papua, dan Kalimantan sudah menurun, walaupun
demikian kehati-hatian terhadap infeksi malaria ditemukan di semua daerah/kota
di Indonesia harus tetap dilakukan. Hal ini disebabkan mobilisasi penduduk yang
cukup tinggi dan transportasi yang semakin cepat memungkinkan terjadinya
kasus-kasus impor di semua daerah yang sudah ter-eliminasi malaria.
Kawasan Indonesia Timur sebagian dilanda penyakit malaria yang sering
terjadi KLB. Provinsi Papua yang terletak paling timur kawasan Indonesia
merupakan daerah endemis malaria, angka kesakitan menempati urutan pertama
dari 10 besar penyakit. Di Papua terdapat 2 spesies nyamuk Anopheles telah
diketahui menyebar di seluruh kabupaten yaitu spesies An.farauti, dan
An.punctulatus. Mobilisasi penduduk luar yang masuk ke daerah ini dalam jumlah
yang besar dan bersamaan seperti transmigrasi terencana dan spontan mempunyai
risiko besar tertular malaria. Adanya perubahan iklim, pembakaran hutan, dan
pesatnya proses pembangunan menyebabkan penyebaran penyakit ini semakin

13
meluas. Lingkungan fisik, kimia dan biologi daerah ini yang terdiri dari rawa-
rawa dan hutan.
Penanggulangan penyakit melalui upaya promotif dan preventif
merupakan salah satu strategi yang diutamakan oleh Kementrian Kesehatan dalam
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu, dan
berkeadilan serta berbasis bukti. Upaya promotif dan preventif yang optimal akan
lebih efisien, proses kuratif dan rehabilitatif yang membutuhkan waktu lebih lama,
biaya yang relatif lebih mahal dan ketergantungan masyarakat terhadap upaya
pemerintah.
Salah satu upaya pencegahan promotif dan preventif adalah dengan cara
mengukur dan memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang cukup terhadap
malaria, baik tentang gejala, pengobatan, dan pencegahan, diharapkan bisa
menekan angka kejadian malaria karena dengan pengetahuan yang cukup, maka
warga dapat memiliki sikap untuk melakukan pencegahan terhadap pencegahan
malaria dan bisa menurunkan angka kejadian malaria di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, adapun rumusan masalah
yang ingin diangkat oleh penulis, yaitu : “ Adakah hubungan tingkat pengetahuan
tentang malaria dengan angka kejadian malaria di rt 01 kampung buton periode
januari – februari 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan angka kejadia malaria di kampung buton.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan warga tentang malaria di
kampung buton.
b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan warga tentang
malaria dengan angka kejadian malaria di kampung buton periode Januari
2019.

14
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas miniproject internsip
dokter di puskesmas.
2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya hasanah ilmu
pengetahuan serta merupakan bacaan bagi peneliti berikutnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait guna lebih memberikan dorongan
dalam pencegahan malaria.
4. Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh serta merupakan pengalaman berharga
bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan.

E. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji spearman correlation diperoleh nilai Sig. = 0,774 (>
0,05), artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang malaria
dengan kejadian malaria di RT 01 Kampung Buton.

Jayapura, 18 November 2019


Pembimbing Internsip Puskesmas

dr. Melva Desinta Sirait, M.Kes


NIP. 19791209 200909 2 001

15

Anda mungkin juga menyukai