Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK

MENINGKTKAN SOLIDARITAS SISWA

1. Rasional
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan
orang lain disekitarnya. Multikulturalisme yang ada di Indonesia menyebutkan bahwa
Indonesia mempunyai banyak keragaman dan kekayaan yang sangat membutuhkan
solidaritas antar sesama umat manusia demi tercapainya kehidupan yang harmonis.
Mengacu pada negara Indonesia yang mempunyai budaya beraneka ragam, agama
yang diakui dan suku yang bermacam-macam, berbicara tentang solidaritas antar
umat manusia rasanya sudah biasa. Solidaritas yang pada umumnya adalah kata yang
dipakai untuk mempersatukan dan menyamakan perbedaan disekeliling kita pun,
sudah mulai pudar. Perpecahan diantara umat manusia semakin bertambah banyak
jika tidak ada solidaritas yang dimulai dari dalam diri. Perasaan solidaritas, senasib
seperjuangan, setia, sifat satu rasa yang solider diberbagai macam kalangan, sangat
minim dan banyak dilupakan demi kepuasan diri sendiri atas kepentingan pribadi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya
memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh
aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun
aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan menurut Nasution (1994) adalah
hubungan antar manusia dalam sekolah. Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial
dan struktur masyarakat di sekolah.
Kamanto Sunarto (2004) menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan
hubungan antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui tempaan
Pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah yang timbul dalam
hubungan antar kelompok. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan
menguraikan bagaimana pendidikan dan hubungan antar kelompok itu sebenarnya.
Mencakup jenis-jenis kelompok sosial, struktur dan masalah sekolah sebagai
kelompok sosial, dan hal-hal lain yang relevan dengan pokok masalah diatas.
Perkembangan dialami dan dihayati pula oleh individu siswa. Sedangkan
pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut, pendidik
atau guru yang bertindak mendidik si peserta didik atau siswa. Tindak mendidik
tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri.Untuk dapat berkembang
manjadi mandiri, siswa harus belajar (Dimyati & Mudjiono,2009:5). Skiner
berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya
menurun (Dimyati &Mudjiono, 2009:9). Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu
lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam
lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu
(Dimyati & Mudjiono,2009:252). Dalam hal ini, peneliti mengambil sasaran
penelitian di sebuah lembaga pendidikan dasar yaitu Sekolah SMK Taruna Terpadu
Lembang pada tahun pembelajaran 2017/2018.
Pemgambilan sasaran ini dilakukan dengan alasan karena pada usia reaja
SMK merupakan awal dalam pemberian dasar-dasar perilaku yang akan menjadi
bekal kelak saat sudah dewasa. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh
peneliti berkaitan dengan dinamika lingkungan sosial peserta didik di SMK Taruna
Terpadu Lembang, memberikan informasi atau gambaran tentang perilaku sehari-hari
peserta didik dalam melakukan sosialisasi antar teman maupun kepada gurunya. Dari
observasi tersebut, peneliti mengambil pokok permasalahan yang berkaitan dengan
solidaritas antar teman, dengan alasan karena para siswa memiliki latar belakang
kehidupan keluarga, sosial,ekonomi yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya
peningkatan rasa kesetia kawanan antar siswa. Hal ini dibuktikan dengan masih
adanya perasaan saling meremehkan, menggunjing, menghinadan sejenisnya. Maka
untuk meningkatkan solidaritas antar teman peneliti menerapkan bimbingan
kelompok sebagai sebuah konsep untuk menekan adanya perbedaan yang
melatarbelakangi semua siswa di SMK Taruna Terpadu Lembang semester genap
tahun pembelajaran 2017/2018. Sehingga dengan ditekannya perbedaan tersebut dan
dibarengi dengan pemberian pemahaman tentang perbedaan diantara mereka melalui
bimbingan kelompok, dapat meningkatkan rasakesetia kawanan atau solidaritas.
Sehingga dengan adanya peningkatan solidaritas antar teman, diharapkan para siswa
akan dapat mengubah lingkungan sosial mereka menjadi lebih baik dan lebih
menghargai perbedaan antar teman. Kemudian akan tercipta proses pembelajaran
aktif, komunikatif, dan interaktif.

2. Tujuan Intervensi
Secara umum, tujuan dari intervensi bimbingan kelompok ini adalah untuk
peningkatan solidaritas antar teman melalui penerapan bimbingan kelompok di
Sekolah SMK Taruna Terpadu Lembang khususnya dikelas X Farmasi. Secara
khusus, tujuan intervensi ini adalah untuk mengembangkan solidaritas peserta didik
dalam:
1) Masalah-masalah yang muncul dalam hubungan antar kelompok di sekolah
2) Upaya pendidikan dalam mengatasi masalah yang muncul dalam hubungan
antar kelompok di kelas.

3. Prosedur Pelaksanaan Intervensi


Kegiatan bimbingan kelompok berlangsung dalam beberapa tahap. (Prayitno,
2004: 65) mengemukakan empat tahap yang perlu dilalui dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.
Tahap-tahap itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tahap pembentukan
Tahap ini adalah tahap pengenalan dan perlibatan dari anggota ke dalam
kelompok dengan tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok.
Pemahaman anggota kelompok memungkinkan anggota kelompok aktif berperan
dalam kegiatan bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat menumbuhkan minat
pada diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan
suasana saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu teman-teman yang ada
dalam kelompok.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengungkapkan pengertian
dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan kelompok;
menjelaskan cara-cara dan asas-kegiatan kelompok; anggota kelompok saling
memperkenalkan diri dan mengungkapkan diri; dan melakukan permainan
penagkraban.
2) Tahap peralihan
Tahap ini tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. Dalam
menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pemimpin kelompok dapat
menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas
kegiatan apa yang harus dilakukan maka tidak akan muncul keragu-raguan atau
belumsiapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat yang diperoleh
setiap anggota kelompok.
Tujuan dari tahap ini adalah terbebasnya anggota dari perasaan atau sikap
enggan, ragu, malu, atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya;
makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan; makin mantapnya minat
untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
3) Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok dengan
suasana yang ingin dicapai, yaitu terbahasanya secara tuntas permasalahan yang
dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasan untuk mengembangkan diri,
baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi maupun
menyangkut pendapat yang dikemukakan oleh kelompok.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk topik tugas adalah pemipin
kelompok mengemukakan suatu topik untuk dibahas oleh kelompok; kemudian
terjadi tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang
belum jelas menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin kelompok. Selanjutnya
anggota membahas topik tersebut secara mendalam dan tuntas, serta dilakukan
kegiatan selingan bila diperlukan. Sedangkan untuk bimbingan kelompok topik
bebas, kegiatan yang dilakukan adalah masing-masing anggota secara bebas
mengemukakan topik bahasan; menetapkan topik yang akan dibahas dahulu;
kemudian anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas, serta diakhiri
kegiatan selingan bila perlu.
4) Tahap pengakhiran
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak
lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari serangkaian kegiatan
bimbingan kelompok dengan tujuan telah tuntasnya topik yang dibahas oleh
kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada pembahasan dan
penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menetapkan hal-hal yang
telah diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah diapai oleh kelompok tersebut.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri; pemimpin kelompok dan
anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan; membahas
kegiatan lanjutan; kemudian mengemukakan pesan dan harapan.
Dalam mengembangkan model layanan bimbingan kelompok dengan teknik simulasi
untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa kelas X SMA 2 Bae Kudus ini, peneliti
juga menggunakan keempat tahapan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu terdiri tahap pembentukan, tahap peralihan,
tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

4. Asumsi Intervensi
a. Solidaritas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1 solidaritas merupakan sifat
(perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia v1.1 solidaritas merupakan sifat (perasaan) solider; sifat satu
rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan.Menurut Emile Durkheim, solidaritas sosial
adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu
dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
b. Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995: 61) bahwa “Bimbingan kelompok adalah
memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling,
bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu
melalui kelompok”.
Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa : Layanan bimbingan kelompok
adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau
konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai
pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam
pengambilan keputusan.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi
dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada
sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu
tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif.

5. Sasaran Intervensi
Sasaran intervensi ini diberikan pada peserta didik siswa SMK Taruna
Terpadu Lembang khususnya kelas X Farmasi yang didalam kelasnya terdapat
beberapa kelompok yang berbeda.

6. Sesi Intervensi
Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan solidaritas siswa ini dilakukan
selama 3 sesi. Adapun rincian sesi tersebut yaitu :
1) Sesi I
Pada sesi pertama misalnya konselor memasuki sebuah kelas, di dalam kelas
itu ada sejumlah orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan berkenaan
dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siswa yang hendaknya memperoleh layanan
bimbingan dan konseling. Semua siswa itu secara keseluruhan ataukah masing-
masing siswa seorang demi seorang? “Orientasi perseorangan” bimbingan dan
konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara
individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian.
Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai
kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan
ditunjukkan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan(kelompok) siswa itu
merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya
terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan. Berkenaan dengan
isu”kelompok” dan “individu”,konselor memilih individu sebagai titk berat
pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai
lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu. Dengan kata
lain, kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kebahagiaan
individu, dan bukan sebaliknya.
Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah
pemeliharaan dan pengembangan. Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling
adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur
perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan
untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam
perkembangannya.
2) Sesi II
Pada sesi ini, konseli diminta untuk perjamuan seminar, lokakarya, diskusi
dan kegiatan kelompok lainnya serta pemberian informasi. Layanan pemberian
informasi diadakan untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data
dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan, dan bidang perkembangan
pribadi sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih
mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Konselor ada siklus II
peneliti lebih menekankan untuk memberikan pemantapan atau motivasi yang
berkaita dengan solidaritas. Namun, diberikan dalam bentuk yang berbeda dari siklus
I.Materi solidaritas yang kedua ini, peneliti memberikan inovasi yang lebih menarik
agar responden tidak merasa bosan dan aktif dalam mengikuti bimbingan kelompok
sehingga penelitian ini akan memberikan hasil yang akan bermanfaat bagi semua
pihak. Pertemuan ini peneliti memberikan materi video tentang rajawali yang salah
paham. Materi ini memberikan pemahaman tentang adanya perbedaan dalam satu
keluarga namun tetap hidup rukun. Kemudian peneliti mengkaitkan makna dari video
tersebut dengan solidaritas. Dengan adanya penjelasan tersebut responden
mendngarkan dan memahami dengan seksama sehingga materi yang diberikan dapat
diserap dengan baik. Selain itu,peneliti juga mengamati perilaku mereka yang
semakin menunjukkan keakraban.
Ada tiga alasan pokok mengapa layanan pemberian informasi merupakan
usaha vital dalam keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi.
Pertama, siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagai masukan dalam
megambil ketentuan mengenai pendidikan lanjutan sebagai persiapan untuk
memangku suatu jabatan dimasyarakat. Kedua, pengetahuan yang tepat dan benar
membantu siswa untuk berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan
tuntutan peyesuaian diri daripada mengikuti sembarang keinginan saja tanpa
memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya. Ketiga, informasi yang
sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan siswa akan hal-hal yang tetap dan
stabil, serta hal-hal yang kan berubah dengan bertambahnya umur dan pengalaman.
Dalam Pelayanan Kelompok
Data dan fakta tentang dunia pekerjaan, dunia pendidikan serta proses
perkembangan orang muda kerap juga diinformasikan kepada kelompok siswa,
misalnya satuan kelas dalam rangka bimbingan kelompok. Pemberian informasi
secara kelompok dapat membantu siswa siswi dalam perencanaan masa depan, antara
lain karena interaksi antar anggota kelompok membuka pikiran mereka terhadap hal-
hal yang belum disadari sebelumnya. Layanan pemberian informasi dapat
diorganisasi dengan pola-pola dasar pelaksanaan bimbingan, yaitu :
a. Dalam rangka pola kurikuler: diberikan suatu kursus bimbingan yang dapat
lebih berorientasi pada ragam bimbingan jabatan atau pada ragam bimbingan
pribadi sosial.
b. Dalam rangka pola generalis: guru beberapa bidang studi dapat menyisipkan
informasi jabatan pada pokok-pokok bahasan tertentu dan
mengintegrasikannya dengan materi serta isi suatu pokok bahasan.
c. Dalam rangka pola spesialis: untuk siswa SLTP dan SLTA diselenggarakan
bimbingan karier secara kelompok dalam kelas, sesuai dengan seri buku
paket nomor 1 s.d nomor v. Dalam rangka bimbingan karier ini dengan
sendirinya diberikan informasi karier yang dibutuhkan.
3) Sesi III
Pertemuan yang ketiga, peneliti memberikan materi dalam bentuk permainan
yang membutuhkan kerjasama kelompok dan pemikiran bersama. Materi ini disadur
dari oraganisasi outbond O2 Ponorogo dengan nama permainan mesin manusia.
Permainan ini memberikan makna yang agar saling membangun kerjasama. Dengan
kerjasama yang terbangun maka otomatis solidarits juga akan terbangun. Penelitian
yang dilakukan selama tiga sesii ini yang mengangkat masalah tentang solidaritas
antar teman melalui bimbingan kelompok di SMK Taruna dapat memberikan hasil
seperti yang diharapkan oleh peneliti, yaitu dapat meningkatkan solidarits antar teman
yang nantinya akan berujung pada peningkatan proses pembelajaran siswa.
Stiuasi konseli dalam tinjauan bimbingan klasikal adalah piket kebersihan di
dalam kelas juga termasuk ke dalam bentuk solidaritas sosial di dalam sebuah
peraturan. Kenapa begitu? Karena suatu jadwal piket itu dibentuk agar mempunyai
tugas yang sama rata untuk membersihkan kelas, ada kerjasama untuk menciptakan
kelas yang bersih dengan cara membagi tugas dan bergantian setiap harinya. Nah
disitu akan tercipta sebuah kesolidaritasan, kekompakan dan kerjasama antar teman.
Disitu jelas terjadi proses sosial dan membuktikan bahwa mereka tidak bisa hidup
sendiri dan saling membutuhkan, dan kegiatan piket kebersihan ini juga sebagai
bentuk dari bentuk gotong-royong dan kerjasama.
Dan jika tidak melaksanakan piket / bersih-bersih maka akan di berlakukan
sebuah denda, semisal jika tidak piket akan di denda 5 ribu rupiah/anak. Jadi ini
adalah sebuah bentuk peraturan dan jika dilanggar atau tidak dilaksanakan maka akan
terkena denda.
Setelah itu konselor menyampaikan makna dari penjelasan tersebut, konseli
mulai memahami keyakinan irrasionalnya, peneliti mengajak konseli untuk fokus
terhadap upaya mengubah keyakinan irrasional tersebut dengan keyakinan yang lebih
rasional yaitu dengan mengungkapkan diri “siap dalam bertanggung jawab dan
gotong royong dengan teman-teman sekalas agar terciptanya usana kelas yang
kondusif dan menyenangkan”. Setelah konseli memahaminya, peneliti meminta
konseli untuk menyusun rencana untuk jadwal piket yang baru dan jika tidk
melaksanakan siap dalam menjalani aturan yang brlaku. Sebelum menutup sesi
konseling ini, konseli disiapkan untuk mempunyai keterampilan mengatasi
permasalahannya dimasa depan yaitu dengan pertanyaan “ketika saya ….. saya akan
…..”.

7. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui hasil dari PTBK ini, maka peneliti mengambil beberapa
indikato rkeberhasilan. Penelitian Tindakan Bimbingan Dan Konseling (PTBK) ini
berhasil apabila:
a. Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan mengemukakan
pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
b. Sebagian besar (70% dari siswa) beranidan mampu untuk bertanya tentang
materi pelajaran pada waktu itu.
c. Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas
kelompoknya.
d. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.(Iskandar,
2012:133) Dengan indicator penelitian sebagai berikut : dermawan,
tolongmenolong, gotong royong, salingmenghormati, keakraban

8. Langkah-Langkah Pelaksanaan Intervensi


Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
a. Membina hubungan baik dengan peserta didik
b. Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling
c. Guru BK menayangkan media slide power point yang berhubungan dengan
materi layanan
d. Peserta didik mengamati slide pp yang berhubungan dengan materi layanan
e. Guru BK mengajak curhat pendapat dan tanya jawab
f. Guru BK membagi kelas menjadi 6 kelompok, 1 kelompok 5- 6 orang
g. Guru BK memberi tugas kepada masing-masing kelompok
h. Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan yang terkait dengan
materi layanan
i. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan salam
PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN
SOLIDARITAS SISWA SMP
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
BK Pribadi Sosial
Dosen :
Siti Fatimah, S. Psi., M.Pd.

Oleh :
Andri Ferdyansyah : 16010023

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

BANDUNG

2018

Anda mungkin juga menyukai