OLEH
PEMBIMBING
v
MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
KEBUTUHAN GIZI PADA TENAGA KERJA
OLEH
Namira Friliandita
140100147
PEMBIMBING
dr. Ismiralda Siregar, M.Kes
vi
ALUR DOKTER KLINIS DI INDONESIA
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
OLEH
Namira Friliandita
140100147
LEMBAR PENGESAHAN
vii
Judul : KEBUTUHAN GIZI PADA TENAGA KERJA
NIM : 140100147
Pembimbing
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Etiologi”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
dr. Ismiralda Siregar, M.Kes atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran
untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang turut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari
segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini
di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan.
Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ix
Lembar pengesahan.....................................................................................iv
Kata pengantar.............................................................................................v
Daftar Isi.......................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan Makalah.........................................................................2
1.3 Manfaat Makalah.......................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3
2.1 Gizi dan Produktivitas Kerja......................................................4
2.2 Kebutuhan Gizi Pekerja ............................................................4
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Pekerja. 4
2.2.2 Kondisi yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Pekerja5
2.3 Pemenuhan Gizi pada Pekerja..................................................11
2.4 Medote Pengukuran Konsumsi Kalori.....................................13
2.4.1 Metode food recall 24 jam........................................13
2.4.2 Metode food Records................................................16
2.4.3 Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)..17
2.4.4 Metode Penimbangan Makanan................................18
2.4.5 Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)........19
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................23
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebesar 45% atau 3.150 juta jiwa penduduk dunia adalah tenaga kerja.
Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja tersebut, sebesar 35-50% pekerja terpajan bahaya
fisik, kimia, biologi dan juga bekerja dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi
kapasitasnya, termasuk beban psikologis serta stress. Di Indonesia, pada tahun 2010
jumlah tenaga kerjanya mencapai 108,2 juta jiwa) dan pada Agustus 2011 tenaga kerja di
Indonesia mengalami peningkatan menjadi sebesar 109,7 juta jiwa Namun, peningkatan
jumlah pekerja ini tidak serta merta diikuti dengan pemenuhan kesejahteraan bagi para
pekerja. Kenyataan yang sangat memprihatinkan adalah tidak semua tenaga kerja
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja dari tempat kerjanya. Di negara berkembang,
tenaga kerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja hanya mencapai 5-10%. 12
11
kerja.13 Pengelolaan kalori kerja yang baik pada tenaga kerjanya akan membuat pekerja
bekerja dengan lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang
mungkin terjadi selama bekerja.6 Sementara asupan kalori yang tidak tepat dapat
menyebabkan turunnya kapasitas kerja, meningkatkan kelelahan dan keluhan otot skeletal
sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja Di samping itu, pemenuhan kalori kerja
yang tidak tepat dapat berdampak pada masalah kesehatan pekerja. 14
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gizi berasal dari bahasa Arab ”gizzah” yang artinya zat makanan sehat
atau sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. 1 Sedangkan Ilmu gizi yaitu
ilmu yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan
proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap, sampai
dimanfaatkan tubuh serta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dan
kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya.2
Zat Gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang
dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ada
kelompok yang memasukkan air sebagai zat gizi dengan alasan zat tersebut
digunakan dalam proses metabolisme dalam tubuh, namun pendapat tersebut
belum diterima oleh semua ahli gizi. Kelompok yang tidak setuju air dimasukkan
sebagai kelompok zat gizi beralasan karena zat tersebut mudah didapat dan
merupakan zat tunggal. ementara zat gizi lain merupakan kelompok ikatan yang
berbeda, namun dianggap mempunyai fungsi yang sama dari pandangan sudut
Ilmu Gizi.2
Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang
diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis
dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja yang setinggi-tingginya. Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan
oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan.
Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan
kepada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan
dan kerja mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat gizi seseorang.3,4
13
2.1 Gizi dan Produktivitas Kerja
Gizi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan yang tinggi pada pekerja
dan akan mempengaruhi produktivitas perusahaan serta produktivitas nasional
pengelolaan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
produktivitas pekerja pun dapat ditingkatkan. Sedangkan kalori kerja yang buruk akan
menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat
absensi yang tinggi. Daya kerja fisik juga turun sehingga menyebabkan prestasi rendah.
Tingkat absensi yang tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah akan
menyebabkan produktivitas yang rendah pula. Untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dengan
jumlah sesuai dengan yang dianjurkan. Bila jumlah zat gizi atau kalori yang diperlukan
tidak terpenuhi atau berlebihan, maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai. 6
Zat gizi pada proses oksidasi dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk
panas, yang oleh tubuh diubah menjadi energi gerak atau mekanis. Kebutuhan gizi
seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Committee on Calorie Requirements on
Food and Agriculture of the United Nations mengatakan bahwa kebutuhan gizi/kalori
pada seorang pekerja dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, jenis pekerjaan,
serta kondisi khusus yang dialami pekerja.
Dengan asumsi keadaan lingkungan dalam keadaan normal (suhu, tekanan udara,
kelembaban) dan tubuh dalam kondisi sehat maka kebutuhan terutama energi pada
pekerja selama bekerja dipengaruhi oleh:
a. Usia
Makin bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk
14
tiap kilogram berat badannya.5 Anak-anak dan orang muda yang sedang dalam proses
pertumbuhan membutuhkan kalori relatif lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan
kalori pada orang yang sudah tua. Orang yang masih muda mampu melakukan pekerjaan-
pekerjaan berat serta mampu bergerak lincah, semua ini karena didorong oleh intensitas
kerja organ-organ di dalam tubuhnya yang masih besar dan cepat. Lain halnya dengan
orang yang telah berusia 50 tahun ke atas dimana kerja kerja organ-organ dalam tubuhnya
telah mengalami pengenduran/penurunan sehingga pekerjaan yang berat tidak sanggup
lagi untuk dikerjakannya.
b. Ukuran tubuh
Kebutuhan zat gizi terutama energi pada seseorang dengan ukuran tubuh yang
besar pasti akan berbeda dengan kebutuhan energi pada seseorang yang bertubuh kecil,
meskipun jenis kelamin, kegiatan, dan usianya sama. Seseorang yang bertubuh besar
mempunyai bidang permukaan tubuh dan jaringan aktif yang lebih besar daripada
seseorang yang bertubuh kecil sehingga metabolisme basal/basal metabolic rate
(BMR)nya akan lebih besar daripada orang yang bertubuh kecil
c. Jenis Kelamin
d. Jenis Pekerjaan
Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan
proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
15
Faktor aktivitas
aktivitas Jenis kegiatan
Ringan
75% dari waktu yang digunakan adalah untuk • 1,58
• Laki-laki duduk atau berdiri dan 25% untuk kegiatan
berdiri dan berpindah (moving). • 1,45
• Perempuan
Berat
40% dari waktu yang digunakan adalah untuk
• Laki-laki • 1,88
duduk atau berdiri dan 60% adalah untuk
kegiatan kerja khusus dalam bidang
• Perempuan • 1,75
pekerjaannya
a. Kondisi Fisiologis
16
dengan beban kerja ringan-sedang membutuhkan tambahan kalori sebesar 180 Kkal per
hari pada trimester 1 dan tambahan sebesar 300 Kkal per hari pada trimester 2 dan 3.
Sedangkan selama menyusui, tambahan energi dan zat gizi lainnya dibutuhkan untuk
memproduksi ASI. Selama enam bulan pertama, seorang ibu menyusui membutuhkan
energi tambahan sebesar 500 kkal per hari dan 550 kkal per hari pada enam bulan
berikutnya.
b. Kondisi Tertentu
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam menentukan besarnya kebutuhan zat
gizi pada pekerja adalah kondisi tertentu seperti anemia zat besi dan kelebihan berat
badan. Pada pekerja yang mengalami anemia zat besi perlu diberikan suplemen tablet
penambah zat besi dengan dosis 60 mg untuk 2 kali seminggu hingga anemia teratasi.
Untuk pekerja yang mengalami kelebihan berat badan, perlu dilakukan perencanaan
makan atau diet rendah kalori. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan
mengurangi asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi
seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin dan
mineral. Porsi kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari. Konsumsi
sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak mengandung serat dan vitamin,
namun sedikit kandungan kalorinya. Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-
buahan. Susu yang dikonsumsi sebaiknya adalah susu rendah lemak. Olahraga secara
teratur dan rutin perlu dilakukan, namun jenis olahraga yang disarankan adalah aerobik
karena dapat membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4- 5 kali
seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori baru
dapat terjadi.
Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kondisi di tempat kerja seperti
lembur dan shift kerja serta risiko lingkungan kerja. Bagi pekerja yang lembur selama 3
(tiga) jam atau lebih perlu diberikan makanan dan minuman tambahan berupa makanan
selingan yang padat gizi. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja
malam, termasuk pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00. Beberapa
faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap kalori kerja antara
lain:
17
1. Suhu
Tempat kerja dengan yang suhu tinggi akan mengalami proses penguapan yang
tinggi pula sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Untuk itulah, perlu
diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh
serta disarankan untuk mengonsumsi air putih, sayur dan buah.
← 3. Bahan radiasi
Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering terserang cacing yang dapat
mengganggu fungsi alat pencernaan dan menyebabkan hilangnya zat-zat gizi sehingga
dibutuhkan tambahan zat gizi
← Tabel 2.2 Kebutuhan Gizi Per Hari Bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin Dan
18
Aktivitas Fisik
Jenis
Ener Vit
Kelami Akt Prot Zat Yodi Vit Vit Vit Vit
gi Seng B6 Niaci
n/ ivit ein(g Besi um A C B1 B2
(Kal (mg) (mg n
Umur/ as r) (mg) (mg) (RE) (mg) (mg) (mg)
) ) (mg)
BB
Rin
Laki 2400 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16
gan
laki 19
Sed
29 th 2550 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16
ang
56 kg
Ber
2800 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16
at
Rin
2200 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16
gan
Laki
laki 30 Sed
2350 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16
49 th ang
62 kg
Ber
2600 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16
at
Rin
Laki 2150 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16
gan
laki 50
Sed
6462 2300 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16
ang
kg
Ber
2550 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16
at
19
Rin
1800 50 26 9,3 150 600 7,5 1 1,1 1,3 14
gan
Peremp Sed
1900 50 26 9,3 150 600 7,5 1 1,1 1,3 14
uan 19 ang
29 th
Ber
52 kg
at 2150 50 26 9,3 150 600 7,5 1 1,1 1,3 14
Rin
1700 50 26 9,8 150 600 7,5 1 1,1 1,3 14
gan
Sed
Peremp
ang 1800 50 26 9,8 150 600 7,5 1 1,1 1,3 14
uan 30
49 th
55 kg
Ber
at 2050 50 26 9,8 150 600 7,5 1 1,1 1,3 14
Rin
Peremp 1650 50 12 9,8 150 600 7,5 1 1,1 1,5 14
gan
uan 50
Sed
64 th 1750 50 12 9,8 150 600 7,5 1 1,1 1,5 14
ang
55 kg
Ber
2000 50 12 9,8 150 600 7,5 1 1,1 1,5 14
at
20
Gizi Seimbang adalah konsumsi atau asupan makanan dan minuman yang cukup
dan aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif 5. Gizi seimbang meliputi aspek:
Gizi seimbang harus dipenuhi sesuai dengan kategori pekerjaan agar diperoleh
tingkat produktivitas kerja yang optimal. Pesan dasar gizi seimbang agar pekerja dapat
bekerja secara produktif antara lain:
- batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi
21
- sumber zat pembangun, yaitu protein
← A. Karbohidrat
Umumnya sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain biji- bijian,
umbi-umbian, tepung-tepungan dan hasil olahannya. karbohidrat harus terpenuhi sebesar
50-65% dari total energi.
0 b. Protein
Protein merupakan zat gizi yang mengandung energi dan berfungsi untuk
mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak. Protein diperoleh dari makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati) maupun berasal dari hewan (protein
c. Lemak
Lemak terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan (lemak hewani) dan
juga dari tumbuhan (lemak nabati). protein harus terpenuhi sebesar 10-20% dari total
energi.
d. Vitamin
Vitamin dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B
kompleks dan vitamin C) serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K).
e. Mineral
Mineral dapat diperoleh dari tumbuhan, hewan dan alam sekitar. Mineral
dikelompokkan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan
dalam jumlah banyak, seperti kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), natrium
(Na), klor (Cl), dan magnesium (Mg). Sedangkan mineral mikro (trace element) hanya
diperlukan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), iodium (I), seng (Zn), mangan (Mn),
22
tembaga (Cu), Molybdenum (Mo), Kobalt (Co), Chromium (Cr), Silikon (Si), Selenium
(Se), dan Flour (F).
f. Air
Asupan air bagi tubuh harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
dan menyeimbangkan kehilangan air. Jumlah kebutuhan air setiap individu sangat
bervariasi tergantung pada berat badan, kebutuhan energi, jenis pekerjaan, jenis kelamin,
serta lingkungan. direkomendasikan kebutuhan air pada orang dewasa sebesar 1-1,5 ml
air/Kkal energi yang dikeluarkan. Syarat air minum yang sehat dan bersih adalah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung zat berbahaya, tidak
mengandung cemaran pestisida, jamur dan bahan lain yang membahayakan tubuh
Prinsip dari metode recall 24 jam adalah mencacat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini,
responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang
lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai istirahat pada
malam harinya atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara
mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.11
Hal penting yang perlu diketahui bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh
cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
23
kuantitatif, jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti
menggunakan alat ukur rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau
ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Metode recall 24 jam ini sebaiknya dilakukan berulang-ulang namun tidak dalam
waktu yang berturut-turut. Hal ini dikarenakan jika pengukuran hanya dilakukan
satu kali (24 jam), data yang diperoleh menjadi kurang representatif. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa recall yang dilakukan minimal dua kali 24 jam
dengan tidak berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih
optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan kalori harian
pada individu
- Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang
24
luas untuk wawancara.
- Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu,
responden harus mempunyai daya ingat yang baik.
- The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang
gemuk cenderung melaporkan konsumsinya lebih sedikit (under estimate).
- Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian.
Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk
25
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini, responden diminta untuk
mencatat semua yang dimakan dan diminum setiap kali sebelum makan dalam
Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram).
- Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama
masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan).
26
dan memperkirakan jumlah konsumsi.
27
kualitatif maupun kuantitatif.
28
-Membandingkan hasilnya dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
(AKG).
- Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia
pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
29
← Kelebihan metode frekuensi makanan
30
BAB 3
KESIMPULAN
Gizi yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan yang tinggi pada pekerja
dan akan mempengaruhi produktivitas perusahaan serta produktivitas nasional
pengelolaan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
produktivitas pekerja pun dapat ditingkatkan. Sedangkan kalori kerja yang buruk akan
menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat
absensi yang tinggi. Daya kerja fisik juga turun sehingga menyebabkan prestasi rendah.
Tingkat absensi yang tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah akan
menyebabkan produktivitas yang rendah pula. Untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dengan
jumlah sesuai dengan yang dianjurkan. Bila jumlah zat gizi atau kalori yang diperlukan
tidak terpenuhi atau berlebihan, maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai. 6
Gizi Seimbang adalah konsumsi atau asupan makanan dan minuman yang cukup
5.
dan aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif Gizi seimbang meliputi aspek:
seimbang antar jenis/kelompok bahan makanan, seimbang dalam jumlah asupan
gizi,seimbang antar waktu makan.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Irianto, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.
32
2. Sudiarti, T dan Indrawani, Y.M. 2007. Bahan Makanan dan Zat Gizi dalam
Gizi dan Kesehatan Masyarakat . Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKM UI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
3. Suma’mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
4. Winarni, R. 2000. Gizi Kerja dalam Penyuluhan Hiperkes dan Kesehatan Kerja
bagi Paramedis di Pasuruan. Balai Hiperkes dan Kesehatan Kerja Jawa
Timur.
6. Pangkey, Ferni. 2011. Buletin SHE & CSR Edisi 2 April 2011: Seimbangkan
Tubuhmu dengan Kalori kerja. Jakarta.
7. Angka Kecukupan Gizi. Kebutuhan Energi dan Protein Selama Bekerja. 2004.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2008.
9. Patterson, Ruth E., [et al]. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Pengkajian Status
Gizi pada Perorangan dan Masyarakat. Jakarta: EGC.
10. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
11. Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2.
Jakarta: EGC.
33
12. World Health Organization. 2011. http://www.who.int/research/en/. Diunduh
pada hari Kamis, 7 februari 2019 pukul 11.35 WIB
14. Lemaire, et al. 2011. Food for thought: an exploratory study of how physicians
34
35