Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

MANAJEMEN INVESTASI DAN RISIKO

disusun oleh :

Nama : Arnetha Latumenasse

NIM : 2017 – 30 – 034

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
2019
A. TENTANG PASAR MODAL
Pasar modal secara teori adalah sebuah pasar tempat terjadinya perdagangan instrumen
keuangan atau sekuritas jangka panjang. Instrumen keuangan ini bisa dalam bentuk modal sendiri
(saham) atau juga dalam bentuk utang (obligasi) yang diterbitkan pemerintah maupun pihak swasta.
Dijelaskan dalam Keputusan Presiden No. 60 Tahun 1988, pasar modal dipahami sebagai
bursa, yaitu sarana yang mempertemukan penawar dan peminta dana jangka panjang (lebih dari satu
tahun) dalam bentuk efek.
Hal ini dipertegas dengan disahkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di Pasar Modal
Indonesia adalah saham, surat utang (obligasi), reksa dana, Exchange Traded Fund (EFT), dan derivatif.
Di pasar modal, pemodal atau investor bisa melakukan berbagai macam jenis investasi. Jenis
investasi atau yang biasa dikenal instrumen investasi yang tersedia di pasar modal cukup bervariasi.
Peranan pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dan instrumen investasi lainnya.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu (1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor), dan (2) sebagai sarana bagi
masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan.
Menurut Tjiptono (2006), Pasar Modal banyak memberikan manfaat yang antara lain :
 Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi
 Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara
 Sebagai alokasi sumber dana secara optimal
 Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi
Menurut Sunariyah (2011), jenis-jenis Pasar Modal adalah sebagai berikut :
 Pasar Perdana (primary market); penawaran saham oleh emiten dilakukan sebelum
diperdagangkan di pasar sekunder
 Pasar Sekunder (secondary market); merupakan perdagangan saham yang telah melewati masa
penawaran pada pasar perdana. Saham pada pasar ini telah dijual luas setelah melalui masa
penjualan di pasar perdana
 Pasar Ketiga (third market); merupakan tempat perdagangan saham di luar bursa. Biasanya
dikoordinir oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek serta diawasi dan dibina oleh lembaga
keuangan
 Pasar Keempat (fourth market); merupakan bentuk perdagangan efek antar pemegang saham,
atau proses pemindahan saham atar pemegang saham yang biasanya memiliki nominal besar
B. SEJARAH PASAR MODAL DI DUNIA
Sejarah awal munculnya perdagangan saham atau pasar modal di dunia internasional tercatat
dimulai dari abad ke-3 SM. Pada masa ini, pemikiran tentang pembagian penyertaan modal atau saham
sesungguhnya telah dikenal sejak zaman kekaisaran Romawi Kuno, zaman di saat sistem pembagian
keuntungan telah dikenal luas di sana. Kala itu, pemerintah pusat di Roma memutuskan untuk menyewa
jasa sekelompok pengusaha swasta yang dikenal dengan kaum Publican.
Kaum Publican ini pada umumnya merupakan para kontraktor umum. Pekerjaan lain mereka
adalah menjadi penyedia jasa bagi kekaisaran. Misalnya, mengurus persediaan bhan logistik militer,
mengelola dan mengumpulkan pajak dari suatu wilayah atau pelabuhan, serta mengerjakan proyek
pembangunan fasilitas-fasilitas umum. Biasanya, pihak kekaisaran melakukan sistem tender dalam
membagikan pekerjaan atau proyek kepada kaum Publican ini. Kaum Publican akan memberikan
penawaran harga terlebih dahulu sebelum akhirnya kekaisaran menyetujui dan memberikan tender
tersebut kepada mereka.
Hal ini dilakukan oleh kekaisaran karena mereka ingin mendelegasikan tugas yang sebagian
besar timbul karena semakin bertambah luasnya wilayah jajahan kekaisaran Romawi. Sehingga, hal ini
mengakibatkan kekaisaran harus fokus dalam mengurus wilayah jajahan mereka dan memaksimalkan
kekuatan pasukan militer mereka.
Di samping itu, kekaisaran Romawi juga membutuhkan pemasukan dari pajak. Tetapi, mereka
kekurangan tenaga untuk memungut pajak ke seluruh daerah jajahan. Akhirnya, mereka menyerahkan
urusan pemungutan pajak ini kepada pihak swasta. Nantinya, pihak kekaisaran Romawi akan
melakukan bagi hasil dengan perusahaan swasta dari total hasil pajak yang didapat.
Pemerintah kekaisaran Romawi melakukan lelang pada waktu-waktu yang telah ditentukan setiap
beberapa tahun sekali. Lelang ini bertujuan untuk pengumpulan pajak di daerah-daerah wilayah jajahan
Romawi. Siapa yang dapat memberikan penawaran tertinggi pajak yang dapat dikumpulkan dari daerah
tersebut, maka dialah pemenangnya.
Hal pemungutan pajak di wilayah tersebut diberikan kepada pemenang lelang. Nantinya, dia
harus menyetorkan pajak yang telah dikumpulkan sesuai nominal yang diajukan pada saat penawaran
kepada kekaisaran pada akhir tenggang waktu yang telah ditentukan. Mereka yang melakukan
pengumpulan pajak akan mendapatkan komisi dari pajak tersebut. Inilah yang dilakukan oleh Kaum
Publican.
Kaum Publican akan mendapat keuntungan dari setiap kelebihan yang mereka peroleh dari
pengumpulan pajak untuk rakyat. Namun, mereka akan merugi bila hasil pengumpulan pajak ternyata
lebih kecil daripada target. Mereka pun berkewajiban menutupi kekurangan tersebut.
Akibatnya, kaum Publican pun tak mau menanggung rugi. Mereka lalu membentuk kerja sama
tim. Mereka sesama pemilik modal besar bekerja sama dalam melakukan pengumpulan pajak. Sistem
kerja tersebut jelas memberikan risiko yang besar kepada kaum Publican. Oleh karena itu, kaum
Publican kebanyakan didominasi oleh kaum Kapitalis yang memiliki modal. Selain itu, mereka sering
membentuk sejenis kerja sama dalam melakukan pengumpulan pajak. Sehingga, reisiko yang
ditanggung oleh masing-masing orang yang menjadi lebih kecil. Perjanjian kerja sama mereka ini
disebut socii jika kerja samanya melibatkan banyak pihak, dan disebut pariculae jika kerja samanya
hanya melibatkan sedikit pihak.

Deed of Exchange, Dokumen Saham Pertama Di dunia


Pada tahun 850-an, dilakukan eksploitasi tembaga di wilayah Falun di Swedia yang dikelola
oleh penduduk lokal. Dokumen tertulis pertama bertanggal 16 juni 1288 yang menjelaskan tentang
tambang tersebut di kemudian hari, dikenal dengan Deed of Exchange.
Dokumen Deed of Exchange ini disahkan oleh Raja Swedia saat itu yang bernama Magnus
Biggerson beserta Uskup Kepala Uppsala serta tiga uskup lainnya. Di dalam dokumen ini terdapat
penjelasan mengenai pembagian sebanyak seperdelapan dari hasil tambang untuk seorang uskup dari
Swedia bernama Peter.
Pada masa itu, pengelolaan dan administrasi tambang tak lagi dilakukan oleh penduduk lokal
secara parsial, tetapi dikelola dengan baik oleh sebuah badan yang lebih terorganisir. Anggota dari
badan tersebut pada umumnya adalah para bangsawan Swedia beserta pedagang-pedagang dari
Langerbeck, Jerman Utara. Mereka melakukan banyak investasi di dalam pendirian tambang-tambang
di wilayah tersebut. Dokumen yang ditandatangani oleh raja Swedia Magnus Biggerson pada tanggal
16 Juni 1288 ini dikenal sebagai dokumen saham pertama di dunia.

Venice 1262
Pada tahun 1262 di Venice, pemerintah Venice mengalami kesulitan keuangan. Hal ini terjadi
karena mereka mempunyai sejumlah besar utang yang harus segera dilunasi. Sebagai jalan keluarnya,
pemerintah Vinice kemudian mengubah utang-utang mereka menjadi bebrbentuk bonds atau surat-surat
utang. Bonds tersebut kemudian secara bebas. Siasat ini menjadi sebuah kiat yang jitu karena berhasil
mengatasi masalah kesulitan keuangan di Venice.
Kesuksesan yang dialami Venice ini kemudian juga diikuti oleh sejumlah kota dan pemerintah
lain, termasuk di Inggris. Saat itu, pemerintah Inggris di bawah pimpinan raja William III membentuk
sebuah lembaga yang disebut The English National Debt pada tahun 1693.
Lembaga The English National Debt ini merupakan sebuah lembaga Utang Nasional Inggris.
Tugas lembaga ini adalah menerbitkan surat-surat berharga. Surat-surat berharga tersbeut mirip dengan
obligasi yang diperdagangkan dipasar modal pada masa saat sekarang. Hal ini pun juga kemudian
diikuti oleh serikat dagang-serikat dagang besar lain di seluruh dunia. Mereka mulai turut menerbitkan
surat-surat berharga untuk diperdagangkan.
Pada saat itu, sudah ada semacam agen yang bertindak sebagai orang ketiga. Tugas agen
tersebut adalah mempertemukan penjual dan pembeli surat-surat berharga. transaksi ini sering
dilakukan di sebuah kedai kopi bernama Jonathan, sebuah kedai kopi yang sangat terkenal pada saat
itu. kedai kopi Jonathan kemudian berubah nama menjadi The Stock Exchange yang bermakna tempat
menukar saham pada tahun 1733.
Meskipun demikian, para pelaku pasar saham pada saat itu hanyalah orang-orang tertentu saja.
Mereka adalah orang-orang kaya bermodal besar. Hal ini disebabkan karena pada umumnya, pialang
atau orang ketiga kala itu bertindak mewakili diri mereka sendiri. Dalam hal ini, mereka membeli atau
menjual saham semata untuk kepentingan sendiri atau dengan menjadi wakil atau dikenal juga dengan
nama proxy untuk para bangsawan pemilik modal, serta orang kaya lainnya. Pasar modal ini pun terus
berkembang hingga mencapai ke seluruh Benua Eropa, Amerika, hingga ke Asia termasuk Indonesia.

Vereinigte Ostindische Compagne (VOC)


Vereinigte Ostindische Compagnie dengan singkatan-singkatan yang terkenal VOC berawal
dari kisah pada akhir abad ke-16. Pada saat itu, para pedagang dari Belanda yang merupakan retailer
terbesar rempah-rempah kal itu berkumpul dan bermufakat. Hasilnya adalah mereka membentuk
beberapa badan seperti Compagnie van Verre, Brabantse Compagnie, dan Rotterdamse Compagnie
yang tujuannya tidak lain adalah untuk mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang sebelumnya
dikuasai oleh Spanyol dan Portugis.
Akibatnya, aroma persaingan di antara para pedagang Eropa semakin menjadi. Sehingga,
karena semakin tidak kondusifnya keadaan pada waktu itu, maka pihak pemerintah pun akhirnya ikut
campur. Kerajaan masing-masing membekali pedagang mereka dengan armada perang. Armada-
armada perang tersebut ikut dikirimkan menyertai misi dagang. Keadaan ini tentu saja menimbulkan
perang diantara kerajaan-kerajaan di Eropa pada masa itu. Akibatnya, berimbas pada jatuhnya harga
rempah-rempah dunia.
Terjadinya hal tersebut memicu rasa tidak aman diantara para pedagang belanda. Apalagi harga
komoditas dagangan mereka, yaitu rempah-rempah, juga turun. Akhirnya, para pedagang asal Belanda
bertemu dan memutuskan kerja sama. Mereka bersatu dengan membentuk sebuah perusahaan dagang
berskala nasional bernama VOC. Vereinigte Ostindische Compagnie atau VOC ini dibentuk dari
gabungan tiga perusahaan besar di Belanda tadi. Mereka dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602 dengan
rekomendasi Gubernur Jendral Prinz Johann Moriz von Nassau (1606-1679).
VOC awalnya membuka enam kantor cabang dan Amsterdam dijadikan sebagai kantor pusat
perdagangan sementara cabang lain ada di Deft, Seeland, Hoorn, Rotterdam, dan Enkhuizen. Setiap
cabang VOC menunjuk calon direksi masing-masing hingga mencapai jumlah 75 orang direksi ini
kemudian dipilih diangkat menjadi direktur eksekutif perusahaan.
VOC mendapatkan modal awalnya sebesar 6424.588 Guilders yang disertakan dalam
pembentukan perusahaan tersebut. Jumlah tersebut terbilang sangat besar pada masa itu. VOC bisa
sukses dalam penggalangan modal mereka dengan cara menawarkan saham mereka kepada publik. Para
pemilik memutuskan untuk menjual saham mereka dengan nominal harga 3000 Guilders yang dapat
diperjualbelikan. Sehingga, saham-saham itu pun kemudian terjual dengan cepat.
Harga nominal saham VOC per lembar tersebut tidak ditentukan oleh pemerintah kerajaan
Belanda. Tapi, harga tersebut ditentukan oleh perusahaan independen, perusahaan independen ini
berperan sebagai reseller yang ikut memperjualbelikan saham VOC tersebut. Dua orang ikut direktur
ditunjuk untuk mengelola tata cara pembelian dan penjualan sertifikat saham VOC yang berpusat di
Amsterdam ini, juga berperan sebagai reseller dalam memperjualbelikan saham tersebut. Karena
itulah, kantor pusat VOC ini atau yang dikenal dengan nama Amsterdam Office dikenal dunia sebagai
pasar modal pertama di dunia. Di samping itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi dengan jangka
waktu tiga sampai dengan 12 bulan yang ditujukan untuk menutupi kebutuhan operasionalnya.

C. SEJARAH PASAR MODAL DI INDONESIA


I. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA DI MASA KOLONIAL
Berawal dari kegiatan jual beli saham dan obligasi yang terjadi yelah berlangsung sejak
1880. Tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effevtenbueurs mendirikan cabang bursa efek
di Batavia (Jakarta) yang bernama Vereniging voor de Effectenhandel (asosiaso perdagangan
efek) dan langsung memulai perdagangan. Terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) pada
saat itu. Efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda
yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (provinsi dan kotapraja),
sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di
Belanda, serta efek perusahaan Belanda lainnya.
Perkembangan pasar modal di Batavia begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota
lain. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1
Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Terdapat lima anggota di setiap Bursa Efek
Surabaya dan Semarang pada saat itu. Perkembangan pasar modal pada waktu itu cukup
menggembirakan jika dilihat dari nilai efek yang tercatat yang berasal dari 250 macam efek.

II. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA DI MASA PERANG DUNIA II


Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi
ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II. Keadaan yang semakin memburuk
membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu, kemudian pada tanggal
10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta
(BEJ) baru dibuka kembali. Operasional bursa saat itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank negara, bank swasta, dan para pialang
efek. 26 September 1952, dikeluarkannya undang-undang No. 15 Tahun 1952 sebagai Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.
Kondisi pasar modal nasional kembali memburuk karena adanya nasionalisasi
perusahaan asing pada tahun 1956, sengketa Irian Barat dengan Belanda, serta tingginya inflasi
pada akhir pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal ini menyebabkan tingkat
kepercayaan masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan dengan sendirinya Bursa Efek
Jakarta ditutup kembali.

III. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA DI MASA ORDE BARU


Pada Orde Baru, kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap
modal asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Hal pertama yang dilakukan adalah mengeluarkan Keputusan Presiden No.
52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta
membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kedua, mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 1976 tentang penetapan PT. Danareksa sebagai BUMN pertama yang
melakukan go public. Ketiga, memberikan keringanan perpajakan kepada perusahaan go public
dan kepada pembeli saham atau bukti penyertaan modal. Tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek
Jakarta (BEJ) kembali diresmikan di bawah BAPEPAM. PT. Semen Cibinong merupakan
perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ dan PT. Danareksa dari BUMN.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977–1987 mengalami kelesuan meskipun
pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan
dana dari bursa efek. Hal ini disebabkan oleh masalah berupa prosedur emisi saham dan obligasi
yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham, dsb.
Setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, semangat di pasar
modal kembali meningkat. Deregulasi ini intinya melakukan penyederhanaan dan memancing
minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan bagi investor.
Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket
Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan
persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut
oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Kebijakan ini juga menghapus batasan
fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa pararel, sebagai pilihan bagi
emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan,
namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang
ketentuan 3L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan
pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Dengan keluarnya kebijakan
ini, pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 pada dasarnya memberikan
dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk
menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang berada di luar Jakarta.
Di samping ketiga paket kebijakan ini, terdapat peraturan mengenai dibukanya izin
bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia yang dituangkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan kesempatan untuk
memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang
tercatat di bursa efek dan bursa pararel. Dikeluarkan juga Keputusan Menteri Keuangan No.
1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
1199/KMK.010/1991 menjelaskan bahwa tugas Bapepam yang tadinya bertindak sebagai
penyelenggara bursa menjadi hanya sebagai badan regulator. Pemerintah juga membentuk
lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer Investasi.
Keadaan setelah kebijakan deregulasi dikeluarkan benar-benar berbeda. Pasar modal
menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek berkembang sangat pesat.
Banyak perusahaan mengantri untuk dapat masuk bursa. Para investor domestik juga beramai-
ramain ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989 tercatat 37 perusahaan go public dan
sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang
mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbonodng-bondong untuk
menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT.
Bursa Efek Surabaya (BES), serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT, Bursa Efek Jakarta
(BEJ) yang menggantikan peran Bapepan sebagai pelaksana bursa.

IV. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA DI ERA UU No. 8 TAHUN 1995


Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa
kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh
pemerintah dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif
sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-Undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya,
yakni Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar
Modal.
Sejarah pasar modal Indonesia mulai mengalami modernisasi pada tahun 1995, dengan
mulai diberlakukannya sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu sistem
perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis menyesuaikan antara harga jual dan beli
saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan
menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham.
Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat
(bukti fisik kepemilikan saham). Seiring dengan kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan
sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh.
V. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA SETELAH MERGER BURSA EFEK
JAKARNTA DENGAN BURSA EFEK SURABAYA
Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange
(IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek : BES dan BEJ. 19
September 1996, BES mengeluarkan sistem Surabaya Market information and Automated
Remote Trading (S-MART) yang menjadi sebuah sistem perdagangan yang komprehensif,
terintegrasi, dan luas yang menyediakan informasi real-time dari transaksi yang dilakukan
melalui BES.
Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung ke dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 30
November 2007, dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal 2008.
Regulasi yang dikeluarkan pada periode ini mempunyai ciri khas yakni, diberikannya
kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas. Amanat yang
diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.
Tahun 2008, terjadi krisis subprime mortgage di Amerika Serikat dan seluruh dunia
terkena imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar, Lehman Brothers,
akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat membuat bursa saham global terguncang.
Di Indonesia, 8 Oktober 2008 pukul 11.05 WIB, BEI melakukan suspend atau
penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah langkah yang belum pernah terjadi dalam sejarah
lantai bursa di Indonesia, setelah Rusia yang juga melakukan hal yang sama. Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam.
DAFTAR PUSTAKA

Bursa Efek Indonesia. 2018. Pengantar Pasar Modal di https://www.idx.co.id/investor/pengantar-


pasar-modal/

Setiyawan, Dani. 2017. Pengertian Pasar Modal: Definisi, Jenis, Manfaat, dan Instrumen Pasar Modal
di http://www.contohsurat.co.id/2017/02/pasar-modal.html

Sahlan. 2013. Pasang Surut Pasar Bursa Indonesia di http://www.neraca.co.id/article/32743/Pasang-


Surut-Pasar-Bursa-Indonesia

Forum Uang. 2015. Sejarah Pasar Modal di Dunia di https://forum-uang.blogspot.com/2015/12/sejarah


-pasar-modal-di-dunia.html

Kayo, Edison Sutan. 2018. Sejarah Pasar Modal di Indonesia di https://www.sahamok.com/pasar-


modal/sejarah-pasar-modal-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai