Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Pestisida Daun Sirih”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

PENGEMBANGAN IPTEK

Dosen Pengampu :

Oktaffi Arinna Manasikhana, S.Si, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Riza Ardania (1797204002)


2. Zulfa (1797204003)
3. Deswita Aji Astutik (179720402
4. Aneke Fransiska K. (1797204028)
5. Tita Febrianika Ashfina (1797204029)

PRODI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup di dunia diciptakan untuk saling memiliki
ketergantungan dan hubungan satu sama lain. selain beribadah kepada
sang maha kuasa, makhluk hidup di dunia memiliki sikap keterkaitan
antara dirinya dengan lingkungan. seperti hal nya manusia yang memiliki
keterkaitan dengan tumbuhan untuk saling melengkapi kebutuhan mereka
dalam kehidupan sehari-hari.
hubungan manusia dengan tumbuhan dapat dicontohkan dalam
pembuatan pestisida nabati dari daun sirih. pembuatan pestisida tersebut
bersifat penting karena pestisida dari bahan alam akan cenderung lebih
memberikan sedikit permasalahan dalam lingkungan daripada
menggunakan pestisida yang sudah mengandung campuran bahan kimia.
Salah satu contoh dari pestisida nabati adalah pestisida daun sirih.
pestisida ini terbuat dari ekstrak daun sirih dan beberapa campuran lainnya
seperti daun dan batang serai, detergent, dan bawang merah. komponen-
komponen tersebut saling memegang pengaruh penting dalam proses kerja
pestisida untuk membasmi hama tanaman. untuk mengetahui kandungan
dan cara pembuatan pestisida, maka penulis menyusun makalah ini agar
memberikan informasi kepada pembaca mengenai pestisida nabati daun
sirih.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat pestisida nabati dari daun sirih?
C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara membuat
pestisida dari tumbuhan-tumbuhan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tanaman sirih
Sirih merupakan salah satu tanaman yang sudah tidak asing lagi di
dengar masyarakat sekitar. Tanaman sirih yang sering dijumpai
masyarakat adalah sirih hijau dan sirih merah. Tanaman ini biasanya
dikenal sebagai tanaman obat dan diyakini dapat menyembuhkan beberapa
penyakit tertentu. Selain dapat digunakan sebagai obat, sirih merupakan
salah satu tanaman yang memiliki beberapa kandungan lain dan dapat
dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari. Berikut ini adalah
klasifikasi tanaman sirih.
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermathopyta
Subdevisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
Spesies: P. betle
Nama binomial : Piper betle L.
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya
biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur. Daun sirih di
Indonesia mempunyai nama yang berbeda–beda sesuai dengan nama
daerahnya masing-masing, yaitu si ureuh (Sunda); sedah, suruh Jawa); sirih
(Sampit); ranub (Aceh); cambia (Lampung); base seda (Bali) (Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991).
Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan
dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu. Di
Indonesia, sirih merupakan flora khas provinsi Kepulauan Riau.
Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara
makan sirih khususnya saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan
sirih sebagai obat berbagai jenis penyakit. Walaupun demikian tanaman
sirih banyak dijumpai di seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau hanya
sebagai tanaman hias.
a. Morfologi tanaman sirih
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih
berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan
tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung,
berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan
mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 – 8
cm dan lebar 2 – 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan
terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir
jantan panjangnya sekitar 1,5 – 3 cm dan terdapat dua benang sari
yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 – 6 cm
dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih
dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna
hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat
kekuningan.
b. Kandungan dan manfaat
Daun sirih mengandung minyak atsiri sebanyak 4% (hidroksi
kavikol, kavikol, karvibetol, estragol, eugenol, metal eugenol,
karvakrol, terpen, dan seskuiterpen) yang memiliki daya membunuh
kuman (bakteriosid) fungi dan jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan
bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga
bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan
gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan,
mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan
menghentikan pendarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah,
dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian
dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan
aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
c. Kegunaan
Sirih dipercaya dapat digunakan untuk mengobati: Batuk, Sariawan,
Bronchitis, Jerawat, Keputihan, Sakit gigi karena berlubang, Demam
berdarah, Bau mulut, Haid tidak teratur, Asma, Radang tenggorokan
(daun dan minyaknya), Gusi bengkak (getahnya), Membersihkan
Mata, Bau ketiak, Bau Mulut
B. Serai
Serai adalah tanaman yang sering dijumpai oleh masyarakat disekitar
rumah. Tanaman ini biasanya tumbuh di pekarangan rumah dan bisa saja
bercampur dengan tanaman lainnya. Masyarakat biasanya menggunakan
tanaman serai sebagai bumbu masak agar lebih menarik penikmat dari
aroma yang dihasilkan. Selain itu, tanaman yang memiliki nama latin
Cymbopogon nardus L. Mempunyai kemampuan bioaktivitas terhadap
serangga yang dapat mengusir, mencegah, dan membunuh serangga.
Kemampuan tersebut dimiliki karena serai mengandung minyak atsiri
yang bersifat racun karena kandungan geraniol, limonen, sitral dan
sitronelal. Menurut Kardinan (2001) abu daun serai mengandung silikat
(SO2) yang dapat membuat serangga dehidrasi. Berikut adalah mekanisme
Minyak Atsiri Serai untuk pengendali hama
1. Sebagai bahan penolak. Minyak atsiri sereh wangi mampu
mengacaukan aroma penarik yang dikeluarkan tanaman inang
sehingga pergerakan hama menuju tanaman inang tersebut dapat
dialihkan.
2. Sebagai bahan penghambat makan. Minyak atsiri serai yang
diaplikasikan pada tanaman inang mampu menekan peran bahan
perangsang makan yang dihasilkan tanaman tersebut dan menimbulkan
ketidaksukaan sehingga konsumsi hama pada tanaman inang menjadi
jauh berkurang. Akibatnya pertumbuhan hama dan perkembangan
populasi menjadi terhambat.
3. Sebagai pembunuh hama. Minyak atsiri mempunyai efek iritasi. Efek
ini menyebabkan kerusakan pada integumen hama sehingga terjadi
proses transpirasi tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kematian pada
hama tersebut .
C. Minyak Atsiri
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak aterik (aetheric
oil), minyak esensial (esesntial oil), minyak terbang (volatile oil), serta
minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati
berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit
minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak
dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing
dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun
hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari
beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik),
zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah.
Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf
manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek
psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan
campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh
psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen terpenting dalam
aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti
yoga. Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak
larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang
digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan
biasanya minyak yang mudah diperoleh seperti minyak kelapa. Secara
kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas
suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam
golongan senyawa terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak.
Dalam penggunaan pestisida alami, minyak atsiri berperan sebagai
pengusir serangga (insert repellant).
D. Bawang Merah
Merupakan tanaman semusim yang memiliki umbi selapis.
Kandungan dari bawang merah sendiri adalah lemak, karbohidrat, protein,
vitamin dan minerral yang dapat mencukupi kebutuhan tubuh makhluk
hidup. Berikut adalah klasifikasi tanaman bawang merah :
Kingdom : Plantae
Super Devisi : Spermathophyta
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliacea
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa var. agregatum I.
Selain daging bawang merah yang dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kulit bawang merah juga dapat digunakan sebagai
pengendali hama tanaman yang mengandung senyawa acetogenin dimana
bersifat sebagai antifedeen pada serangga sehingga serangga tidak lagi
bergairah dan menurunkan nafsu makan. Selain itu, juga berfungsi sebagai
racun dalam tubuh serangga yang dapat merusak pencernaan dan organ
tubuh hingga menyebabkan kematian (plantus 2008).
Selain mengandung antifedeen, kulit bawang merah juga
mengandung senyawa squamosin yang mampu menghambat sistem
respirasi sel dalam tubuh serangga. Dengan demikian, serangga tidak
dapat menrima nutrisi makanan yang diperlukan oleh tubuhnya. Namun
demikian, kulit bawang merah juga memberikan keuntungan bagi tanaman
berupa kesuburan sehingga dapat mempercepat tumbuhnya buah dan
bunga pada tumbuhan. (rizal, 2008)
E. Detergen
Merupakan salah satu kimia rumah tangga yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, detergen dapat digunakan
sebagai pembasmi hama tanaman. Fungsi dari detergen itu sendiri adalah
sebagai perekat pestisida pada tanaman yang di uji coba
F. Pestisida
Pestisida atau pengendali hama merupakan bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme
pengganggu. Sasarannya bermacam-macam, yaitu serangga, tikus, gulma,
ikan, mamalia yang dianggap pengganggu. Pestisida juga dapat mengatur
dan mengendalikan pertumbuhan tanaman. Jadi tidak hanya digunakan
sebagai pembasmi hama saja melainkan dapat digunakan sebagai
pengawet kayu dan hasil hutan lainnya.
BAB III

METODE PEMBUATAN

A. Alat dan Bahan


1. Cobek dan ulekan 1 buah
2. Pisau 1 buah
3. Baskom 1 buah
4. Saringan 1 buah
5. Botol 1 buah
6. Daun sirih 10 lembar
7. Serai 1 batang
8. Detergen 1 sdm
9. Bawang merah 1 siung
10. Air 250 mL
11. kotak makan 1 buah
12. kamera 1 buah
B. Langkah kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Cuci daun sirih dan serai terlebih dahulu
3. Haluskan atau tumbuk satu persatu mulai dari daun sirih, serai, dan
bawang merah. Jika kesusahan dalam menumbuk bisa dilakukan
pemotongan terlebih dahulu
4. Buatlah larutan detergent
5. Campurkan semua bahan dalam baskom atau ember kemudan aduk
hingga tercampur merata
6. Ambil ekstrak atau airnya saja lalu tuang ke dalam botol
7. Pestisida nabati daun sirih siap di uji coba
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembuatan pestisida nabati daun sirih mudah sekali karena
berasal dari bahan-bahan yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
yaitu daun sirih, serai, bawang merah, dan detergent. Pembuatan pestisida
ini juga tidak membutuhkan waktu yang lama dengan harga ekonomis,
praktis, serangga menepis dan tanaman menjadi aman dan tumbuh dengan
semestinya
B. Saran
Dalam pembuatan pestisida ini harus dilakukan penakaran pada
saat pembuatannya. usahakan di sesuaikan dengan baik. jika menggunakan
detergen, maka gunakan lah detergen yang kandungan ABS nya rendah
agar tidak merusak lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Herminanto, N. d. (2010). Potensi Daun Serai untuk Mengendalikan Hama


kedelai dalam Simpanan. AGROVIGOR VOL. 3 NO 1 , 20.

Wulanda Setty Siamtuti, d. (n.d.). Potensi Daun sirih dalam pembuatan insektisida
nabati yang ramah lingkungan. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek
II , 401.

Dikutip dari https://www.slideshare.net/mobile/windipeace/manfaat-bawang-


merah-sebagai-pembuat-peptisida-alami tanggal 7 Mei 2019

Dikutip dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.i
d/12639/2/BAB_I.pdf&ved=2ahUKEwiCjIa89YfiAhV863MBHZqMBfsQFjAKe
gQICBAB&usg=AOvVaw0acAhi1AIQJNeOikkSxxsj
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai