Anda di halaman 1dari 48

A.

JUDUL
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan Aritmetika
Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Peserta Didik
Kelas XI IPA 1 SMAS Santo Tarcisius Dumai Tahun Ajaran 2019 - 2020.

B. Latar Belakang Masalah


Masalah utama pada pendidikan di Indonesia adalah rendahnya
hasil belajar siswa di sekolah. Sementara perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang pesat saat ini membuat
penguasaan pengetahuan matematika sangat perlu untuk dipahami dan
dikuasai dengan baik oleh siswa. Dewasa ini dalam kehidupan sehari-
hari manusia sudah lazim berpikir cepat, logis, serta menggunakan
teknologi yang lebih cepat dan praktis untuk memudahkan
menyelesaikan pekerjaan. Berpikir cepat dan logis terdapat pada
matematika. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada orang yang tidak
memerlukan bantuan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sangat erat kaitanya dengan kegiatan sehari-hari
manusia, baik dari hal yang sederhana sampai hal yang membutuhkan
suatu pemikiran lebih. Matematika bukanlah suatu ilmu yang terisolasi
dari kehidupan manusia, melainkan matematika justru muncul dari dan
berguna untuk kehidupan sehari-hari kita. Suatu pengetahuan bukan
sebagai objek yang terpisah melainkan sebagai suatu bentuk
penerapan dalam kehidupan. Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk
kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakna bagi kita.
Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam
proses belajar.
Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari
bermakna bagi pembelajar 1. Pembelajaran matematika selama ini
dipandang sebagai alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru
bersikap cenderung memberi tahu konsep dan cara menggunakannya.
Pembelajaran matematika terfokus pada guru, sehingga siswa
cenderung pasif. Guru yang mendominasi kegiatan pembelajaran di
kelas. Selain itu masih terdapat metode konvensional yang diterapkan,
membuat suasana pembelajaran di kelas monoton. Metode
pembelajaran yang sering dilaksanakan, biasanya ceramah, guru yang
menjelaskan materi pembelajaran, memberikan rumus dan siswa
disuruh menghafal rumus tersebut tanpa mengetahui konsep rumus
tersebut didapat dari mana. Pembelajaran yang demikian tidak kondusif
sehingga membuat siswa menjadi sasaran pembelajaran yang pasif,
dan hanya menerima konsep dari guru saja. Tidak semua siswa dapat
menghafal dengan baik tanpa memahami suatu konsep. Hal ini
berimplikasi pada hasil belajar siswa yang rendah atau tidak sesuai
dengan target yang ingin dicapai dalam suatu proses pembelajaran.
Permasalahan tentang rendahnya hasil belajar matematika juga
terjadi pada siswa kelas XI SMAS Santo Tarcisius Dumai. Berdasarkan
pengamatan pada proses pembelajaran matematika di kelas XI SMAS
Santo Tarcisius Dumai, diperoleh data mengenai hasil belajar yang
rendah. Rendahnya hasil belajar ini dilihat dari daftar tes kendali mutu
untuk mata pelajaran matematika semester 1 tahun pelajaran
2018/2019.

1
Freudental, 1991 dalam buku Ariyadi Wijaya, 2011:3
Nilai Tes Kendali Mutu TKM Kelas XI SMAS Santo Tarcisius Dumai
Semester 1 tahun 2018/2019:
No Rentang nilai Banyaknya Siswa
1 10-20 -
2 21-30 -
3 31-40 7
4 41-50 8
5 51-60 7
6 61-70 8
7 71-80 1
8 81-90 1
9 91-100 -
Jumlah Siswa 32

Jumlah nilai : 1785


Nilai Tertinggi : 85
Nilai Terendah : 40
Rata – Rata : 55,78
KKM : 73

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa lebih dari 50%


siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), hal ini
ditunjukan dengan nilai rata-rata kelas yang masih di bawah KKM.
Rendahnya hasil belajar matematika ini dipengaruhi oleh metode
pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah, dan kurang
inovatif dalam pembelajaran membuat siswa cepat bosan dan malas untuk
belajar. Guru hanya terfokus untuk mengejar materi yang harus
disampaikan kepada anak dan kurang memperhatikan kebermaknaan
pengetahuan tersebut, sehingga kurang memberikan kesempatan pada
anak untuk aktif menemukan sendiri konsepnya.
Tuntutan pembelajaran kurikulum 2013 menghendaki suatu proses
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Potensi yang terkait
dengan aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor). Aspek-aspek tersebut dikembangkan agar dapat bermakna
dalam kehidupannya dalam bermasyarakat, berbangsa, demi
kesejahteraan kehidupan umat manusia. Pembelajaran kurikulum 2013
menghendaki pembelajaran yang mengarah pada pemberdayaan semua
potensi siswa agar menjadi manusia yang kompetensi dalam kehidupan.
Oleh sebab itu, strategi pembelajaran yang digunakan dapat memberikan
pengalaman belajar yang dapat mengembangkan potensi siswa. Guru
berposisi sebagai pembimbing memfasilitasi kegiatan siswa tercapainya
kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, yaitu siswa
mampu menjadi pembelajar yang mandiri sepanjang hayatnya.

Prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 telah


dirancang kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika, estetika, logika,
dan kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam
melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran yang dianggap


lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran Barisan Aritmetika adalah Problem Based Learning. Problem
Based Learning bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau
permasalahan yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan
dipelajarinya, sehingga peserta didik terlatih menyelesaikan masalah dan
lebih tertarik untuk belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi penyebab masalah yang telah
diuraikan pada latar belakang masalah, dirumuskan masalah yang
dihadapi peneliti sebagai berikut: “Apakah penerapan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI
IPA 1 SMA Santo Tarcisius tahun pelajaran 2019-2020 pada materi
Barisan Aritmetika?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses


pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI
SMAS Santo Tarcisius Dumai semester ganjil tahun pelajaran 2019 –
2020 pada materi pokok Barisan Aritmetika Kompetensi Dasar 3.5
Menggerenalisasi pola bilangan dan jumlah pada barisan aritmetika dan
geometri, 4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep
barisan aritmetika dan geometri.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peserta didik : melalui pengalaman belajar dengan Problem
Based Learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas XI IPA 1 SMAS Santo Tarcisius Dumai
2. Bagi guru : model Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan
khususnya untuk mata pelajaran matematika, sehingga hasil belajar
peserta didik semakin meningkat.
3. Bagi SMAS Santo Tarcisius Dumai: model Problem Based Learning
diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan matematika, dan tujuan pendidikan
dapat tercapF.
F. Kajian Pustaka
1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan di dalam kepribadian


manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Dalam belajar terdapat tahapan-tahapan yang harus ditempuh agar
hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Proses belajar merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi


pada pusat syaraf individu yang belajar, proses belajar terjadi
secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat
diamati 2. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika
ada perubahan perilaku yang berbeda dengan sebelumnya dari
seseorang. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal
pengetahuan afektif, maupun psikomotoriknya. Pendapat lain
tentang belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2006: 20),
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan. Banyak pendapat
mengenai definisi atau pengertian belajar itu sendiri, definisi
mengenai belajar dikemukakan oleh para ahli pada intinya adalah
sama yaitu setelah proses pembelajaran selesai, maka seseorang
akan mendapatan sesuatu yang baru atau keterampilan yang belum
pernah dimiliki.

2
Baharudin, dkk (2007: 16),
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan belajar,
belajar itu tidak identik dengan pelajaran sekolah yang duduk,
mendengarkan, tugas, dan lain-lain. Dalam bermain juga sebetulnya
terjadi proses belajar yaitu belajar bekerjasama, memecahkan
masalah secara cepat, dan belajar menghargai. 3Keterangan di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan pengetahuan,
kecakapan, tingkah laku yang baru secara keseluruhan baik yang
diamati maupun yang tidak diamati, secara langsung sebagai hasil
pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan dan berusaha
mengatasi apabila ada masalah yang muncul.

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

1) Faktor internal ( faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau


kondisi jasmani dan rokhani siswa;
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan disekitar siswa;
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran.

3
Menurut M. Ngalim Purwanto (2007: 87),
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan


seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.4

Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa


selama kegiatan belajar di sekolah. Jadi melalui hasil belajar, siswa
dapat mengetahui seberapa besar kemampuan dirinya dalam hal ini
kemampuan akademiknya. Bagi guru melalui hasil belajar dapat
mengetahui berhasil tidaknya metode yang digunakan dalam
mengajarkan kepada siswanya.

Gambaran tentang prestasi belajar terlihat dalam buku rapor


sekolah siswa. Buku rapor kurang lebih memuat semua nilai hasil tes
akhir mata pelajaran yang diterima oleh peserta didik selama periode
waktu tertentu. Semakin tinggi nilai rapor maka semakin tinggi pula
prestasi belajar peserta didik tersebut.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi


belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa untuk
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Perlu diadakan evaluasi
atau tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswas sehingga dapat
dilihat apakah siswa mampu menerima pelajaran dengan baik atau
tidak.

4
Menurut Slameto (1995: 2)
Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada 2 yaitu
factor internal dan eksternal5. Yang tergolong faktor internal adalah:

1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun


yang diperoleh. Yang temasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2. Faktor psikologis yang baik yang bersidat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas
3. Faktor intelektife meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.


b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
4. Faktor kematangan fisik dan psikis.
Faktor eksternal meliputi:
1. Faktor sosial terdiri dari : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok
2. Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian
3. Faktor lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
4. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan

3. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak,
peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Kegiatan
pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi didik untuk
menguasai kompentensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk
mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus, supaya setiap

5
Ahmadi dan Supriyono(2004;138)
individu mampu menjadi pelajar sepanjang hayat dan mewujudkan
masyarakat belajar.
Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk
mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan,
dan mengaktualisasikan diri, sehingga kegiatan pembelajaran perlu :
1. berpusat pada peserta didik.
2. mengembangkan kreativitas peserta didik.
3. menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.
4. bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika.
5. menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menerapkan berbagai strategi
dan metode pembelajarn yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien
dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,
kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan
hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan
peradaban dan martabat bangsa.

4. Model Problem Based Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas, sikap, dan pengetahuan
siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hanafiah (2009: 41) yang
mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu
pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik
secara adaptif maupun generatif. Sedangkan Zubaidi (2011: 185)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas. Selanjutnya, pada pengembangan
model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus
memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang
mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus
melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata (Rustaman, 2011:
2.17).

Berdasarkan berberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan guru pada
proses pembelajaran di dalam kelas yang memperhatikan pengetahuan
awal siswa dan melibatkan siswa secara langsung berupa kegiatan nyata
sehingga aktivitas, keterampilan, sikap, dan pengetahuan siswa dapat
meningkat.

b. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)


Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang
dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar
penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan
dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi
pada kecakapan memproses informasi.

Menurut Tan (dalam Rusman, 2010: 229) PBL merupakan


penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang
ada. Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,
2010:234bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya
belajar bagaimana belajar. Seperti yang telah diungkapkan oleh pakar
PBL Barrows (dalam gayahidupalami.wordpress.com, 2014) PBL
merupakan sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk
mendapatkan atau mengintegrasikan pengetahuan (knowledge) baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan PBL


adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan
masalah yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata.
Dalam PBL diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuan atau
konsep baru dari informasi yang didapatnya, sehingga kemampuan
berpikir siswa benar-benar terlatih.

c. Karakteristik Model PBL


Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-
masing untuk membedakan model yang satu dengan model yang lain.
Seperti yang diungkapkan Trianto (2009: 93) bahwa karakteristik model
PBL yaitu: (a) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus
pada keterkaitan antar disiplin, (c) penyelidikan autentik, (d)
menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dan (e)
kerja sama. Sedangkan karakteristik model PBL menurut Rusman
(2010: 232) adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.


2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur.
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam
problem based learning.
7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari
solusi dari sebuah permasalahan.
9) sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
10) Problem based learning melibatkan evaluasi dan review
pengalaman siswa dan proses belajar.

d. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)


Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Seperti yang diungkapkan Rusman (2010: 238) bahwa tujuan model PBL
adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik
model PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan
memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta
kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif.

Tujuan model Problem Based Learning secara lebih rinci yaitu:

(a) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan


memecahkan masalah
(b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka
dalam pengalaman nyata dan;
(c) menjadikan para siswa yang otonom atau mandiri.
e. Peran Guru dalam Model Problem Based Learning
Peran guru dalam model PBL menurut Rusman (2010: 245) antara
lain:

1) Menyiapkan perangkat berpikir siswa

Menyiapkan perangkat yang bertujuan agar siswa benar-benar siap


untuk mengikuti pembelajaran dengan model PBL. Membantu siswa
merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil,
dan harapan.

2) Menekankan belajar kooperatif

Dalam prosesnya, model PBL berbentuk inquiry yang bersifat


kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray, dkk (dalam
Rusman, 2010: 235) inkuiri kolaboratif sebagai proses di mana
orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang,
mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting.
Sehingga siswa dapat memahami bahwa bekerja dalam tim itu
penting untuk mengembangkan proses kognitif.

3) Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam model PBL

Belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena

dengan jumlah anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah

mengontrolnya. Sehingga guru dapat menggunakan berbagai teknik

belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok

tersebut untuk menyatukan ide.


4) Melaksanakan PBL
Dalam pelaksanaannya guru harus dapat mengatur lingkungan
belajar yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah.
Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dalam proses
inkuiri kolaboratif dan belajar siswa.

f. Langkah-langkah Model PBL


Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam
proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,
2010:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah
sebagai berikut.

1. Orientasi siswa pada masalah


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.


Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing pengalaman individual/kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau


evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang
mereka lakukan.

Kelima langkah tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut

Tabel Sintaks Model Problem Based Learning


Fase Langkah Kegiatan Guru
ke-
1 Orientasi siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
kepada masalah menjelaskaan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah.
2 Mengorganisasikan Guru membantu siswa mendefinisikan
siswa untuk belajar dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai,
individual maupun melaksanakan eksperimen, dan
kelompok penyelidikan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan Guru membantu siswa dalam
dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya
hasil karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi refleksi atau evaluasi terhadap
proses pemecahan penyelidikan mereka dan proses-proses
masalah yang mereka gunakan.

g. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dalam


Kelompok
Langkah-langkah penerapan Problem Based Learning dalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
 Kegiatan Awal ( 10 menit)
Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
a. Guru mengkondisikan siswa untuk belajar
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Guru memotivasi siswa dengan memberikan contoh pentingnya
penguasaan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-
hari
d. Guru membimbing siswa mengingat kembali materi yang telah
dipelajari sebelumnya yang mendukung materi yang akan dipelajari
(apersepsi)
e. Guru menyajikan informasi awal kepada siswa mengenai materi
pelajaran yang akan dipelajari
f. Guru mengorganisasikan siswa untuk duduk pada kelompok belajar
yang telah ditentukan sebelumnya.
g. Guru membagikan LKPD yang telah disiapkan pada masing-masing
siswa.
 Kegiatan Inti ( 60 menit)
Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru meminta siswa untuk berbagi tugas sehingga semua siswa
dalam kelompok-kelompok terlibat aktif dalam kegiatan
penyelidikan (pengumpulan data) yang akan dilakukan. Dengan
bekerjasama diharapkan siswa dapat memahami dan
menyelesaikan masalah yang terdapat di LKPD.

Fase 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun


kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk melakukan
penyelidikan secara kelompok. Tujuannya adalah agar siswa
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membangun ide mereka sendiri. Setelah siswa mengumpulkan data
yang diperlukan dan telah melakukan semua kegiatan pada LKPD,
guru mendorong siswa untuk memberikan penjelasan mengapa
mereka berpikir seperti itu. Guru bisa mengajukan pertanyaan yang
membuat siswa memikirkan tentang kelayakan hipotesis dan
pemecahan masalah mereka. Selama tahap penyelidikan, guru
memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu
proses pemecahan masalah tersebut.
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
a. Siswa membuat perencanaan untuk menyajikan hasil kerja
kelompok dan mengembangkan penyelidikan
b. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok masing-masing ke depan
kelas
Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
a. Guru membantu siswa menganalisa proses penyelesaian masalah
dan mengevaluasi dari hasil yang diperoleh melalui kegiatan pada
LKPD.
b. Guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan
kegiatan selama tahap-tahap pembelajaran yang telah dilewatinya.
Kegiatan Akhir ( 20 menit)
a. Guru memberikan penghargaan kepada siswa atas hasil upaya
kelompok
b. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan materi yang
dipelajari
c. Guru memberikan tes formatif kepada siswa
d. Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR). Guru meminta siswa
untuk mempelajari materi pelajaran pertemuan berikutnya di
rumah.

h. Hubungan Penerapan Problem Based Learning dengan Hasil


Belajar Matematika Siswa
Model Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan
(Ibrahim, dkk, 2000) yaitu :
a. Guru hanya sebagai fasilitator yaitu membantu siswa
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa
diajarkan menjadi penyelidik aktif dan dapat menggunakan
metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.
b. Kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan
kemampuan intelektual. Berfikir adalah kemampuan untuk
menganalisis, mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasar pada
inferensi atau pertimbangan secara seksama.
c. Pembelajar yang otonom dan mandiri. Dengan bimbingan guru
secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata oleh mereka sendiri.
d. Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat membantu siswa
mengetahui manfaat dan kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan peristiwa yang dialami dan pernah
dipikirkan oleh siswa.
Selain itu dengan diterapkannya model Problem Based Learning
diharapkan efektifitas pembelajaran dapat dibentuk. Suharman
(2000:1), mengatakan bahwa kefektifan belajar terjadi bila siswa
secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan dan menemukan
hubungan-hubungan informasi. Berbeda dengan belajar yang pasif,
siswa hanya menerima pengetahuan dari guru yang sudah siap
diberikan. Kegiatan belajar yang efektif tidak hanya meningkatkan
pemahaman dan daya serap siswa pada materi pembelajaran tetapi
juga melibatkan ketrampilan berpikir.
Dengan demikian berdasarkan kelebihan model Problem Based
Learning tersebut, maka memungkinkan terjadinya peningkatan hasil
belajar siswa jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan model
Problem Based Learning.
G. Hipotesis Penelitian
a. Model Problem Based Learning dalam pembelajaran barisan
aritmetika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
b. Tanggapan siswa dalam penerapan pembelajaran model Problem
Based Learning baik.

H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAS Santo Tarcisius Dumai. Waktu
pelaksanaan tanggal 21 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 21
November 2019.

2. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman
terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses
pembelajaran tersebut.
PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktek-prakrek pembelajaran di
kelas, sehingga kondisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan
pembelajaran. Karena itu guru dapat melakukan penelitian tindakan
kelas agar minat siswa terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Pada siklus pertama
dilakukan tindakan menggunakan dan mengacu pada penerapan
model pembelajaran berdasarkan masalah, selanjutnya siklus kedua
tindakan yang dilakukan adalah berdasarkan hasil refleksi dari siklus
pertama. Menurut Suharsimi Arikunto(2012) menyatakan bahwa
secara garis besar penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui
empat tahap, yaitu (1)perencanaan; (2)pelaksanaan; (3)pengamatan
dan (4)refleksi. Siklus penelitian tindakan kelas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Kegiatan yang akan dilakukan pada setiap tahap masing-masing siklus
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrument penelitian
yang terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrument
pengumpul data. Perangkat pembelajaran diantaranya silabus,
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari enam kali
pertemuan, Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) untuk enam kali
pertemuan. Semua perangkat pembelajaran ini disusun
berdasarkan model Problem Based Learning. Selain perangkat
pembelajaran, peneliti juga menyiapkan instrumen pengumpul
data, diantaranya lembar pengamatan yang memiliki deskriptor
untuk enam kali pertemuan, soal ulangan harian I dan II serta
alternatif jawabannya.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari tahap
perencanaan. Kegiatan yang akan dilakukan oleh guru atau peneliti
adalah dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran yang diinginkan yang bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Pelaksanaan tindakan dilakukan
pada proses pembelajaran sesuai dengan Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta memberikan Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD) dengan menerapkan model Problem
Based Learning. Selama proses pembelajaran, siswa dikelompokkan
pada kelompok yang telah dibagi guru.

3. Pengamatan (Observing)
Dalam tahap ini yang bertindak sebagai pengamat utama
adalah guru. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi
dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan
atau observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan.
Pengamatan bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal yang
harus segera diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai
tujuan yang diinginkan. Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah
kondisi objektif pada saat tindakan itu dilakukan. Bagaimana
kegiatan belajar mengajar itu berlangsung, baik ditinjau dari segi
siswa, guru, materi, alat pelajaran, ataupun model pembelajaran itu
sendiri, serta bagaimana prestasi yang dicapai oleh siswa.

4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan setelah tindakan tiap siklus berakhir yang
merupakan perenungan bagi peneliti atas dampak dari proses
pembelajaran yang dilakukan.
Kegiatan refleksi akan menimbulkan pertanyaan yang bisa
dijadikan sebagai acuan keberhasilan, misalnya apakah hasil belajar
siswa sudah menunjukkan ketuntasan secara individual serta
bagaimana aktivitas dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran
yang diterapkan. Hasil dari refleksi ini dapat dijadikan sebagai
langkah untuk merencanakan tindakan baru pada pelaksanaan
pembelajaran selanjutnya. Karena penelitian ini terdiri dari dua
siklus, maka tahap ini bertujuan untuk mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Kelemahan
dan kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.

I. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAS Santo Tarcisius
Dumai yang berjumlah 32 orang, terdiri dari 14 orang laki-lai dan 18
orang perempuan.

J. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1) Silabus
Sanjaya (2009) mengatakan bahwa silabus adalah
rancangan program pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. (Permendikbud No.
65 Tahun 2013). Silabus merupakan penjabaran dari kompetensi
inti dan kompetensi dasar yang bertujuan agar peneliti mempunyai
acuan yang jelas dalam melakukan tindakan.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan
pembelajaran (Sanjaya, 2009). RPP ini menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan
dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan agar
peneliti mempunyai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara
sistematis yang memuat : satuan pendidikan, mata pelajaran,
kelas/semester, pertemuan, alokasi waktu, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar,
model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
sumber belajar serta penilaian hasil belajar (Permendiknas, 2007).

3) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)


LKPD adalah langkah kerja peserta didik dalam
mengkonstruksikan konsep dengan prosedur yang dibuat
sedemikian rupa sehingga peserta didika mampu menyelesaikan
suatu permasalahan baik secara individu maupun kelompok.
Pengadaan LKPD bertujuan mengaktifkan peserta didik dalam
proses pembelajaran dalam kelompok, membantu peserta didik
menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis sehingga peserta didik dapat
mengembangkan dan membangun pemahamannya terhadap
materi.
b. Instrumen Pengumpul Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data aktivitas
guru dan siswa selama proses pembelajaran. Data aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan
menggunakan lembar pengamatan. Data kuantitatif berupa data hasil
belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran. Data ini
diperoleh dari hasil tes matematika siswa. Data hasil tes digunakan
untuk menentukan ketercapaian KKM, skor perkembangan siswa dan
keberhasilan tindakan.
a. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk isian tentang keterlaksanaan tahapan yang dilakukan
oleh peneliti. Lembar pengamatan ini digunakan untuk
mendapatkan data aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Lembar pengamatan ini nantinya akan merefleksi
pada siklus berikutnya.
b. Tes Hasil Belajar Matematika
Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan
tes hasil belajar matematika. Data tentang hasil belajar matematika
digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar matematika dan
keberhasilan tindakan. Tes diberikan pada ulangan harian I dan
ulangan harian II. Tes hasil belajar ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai pencapaian kompetensi dasar setelah
proses pembelajaran berlangsung.
K. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Kunandar (2008) menyatakan bahwa observasi dalam
PTK adalah kegiatan pengumpul data berupa proses perubahan
kinerja. Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan. Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati
keterlaksanaan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dan aktivitas serta interaksi siswa dalam kelompok. Dalam
mengumpulkan data ini, pengamat mengamati aktifitas siswa dan
mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan pada tiap
pertemuan. Berdasarkan data yang dikumpulkan pada teknik
observasi ini, pengamat dapat mengetahui hal-hal yang masih perlu
diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya.

2. Teknik Tes
Data tentang hasil belajar matematika siswa dikumpulkan
melalui tes hasil belajar berupa penilaian harian. Penilaian harian
terdiri dari ulangan harian I dan ulangan harian II. Ulangan harian
I dilaksanakan pada siklus pertama setelah melalui tiga kali
pertemuan. Ulangan harian II dilaksanakan pada siklus kedua
setelah melalui tiga kali pertemuan.

2. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh melalui pengamatan dan tes hasil belajar
matematika siswa kemudian dianalisis. Teknik analisis yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif naratif dan analisis statistik deskriptif.
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan merupakan data
kualitatif dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif naratif.
Menurut Sukmadinata (2005) teknik analisis deskriptif naratif
bertujuan menggambarkan data tentang aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dan memaparkannya dalam bentuk narasi. Data yang
diperoleh dari tes hasil belajar dianalisis dengan teknik analisis statistik
deskriptif. Menurut Sugiyono (2008), statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasi.

a. Analisis Data Hasil Belajar Matematika Siswa


Teknik analisis data hasil belajar matematika siswa adalah
analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang
mempunyai tugas mengorganisasikan dan menganalisis data
angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas,
dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga
dapat ditarik pengertian atau makna, (sudijono, 2009). Analisis
data mengenai ketercapaian hasil belajar matematika siswa
dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa secara individu. Data
hasil belajar matematika siswa yang dianalisis berdasarkan
ketercapaian indikator, dan ketercapaian KKM.
1) Analisis Ketercapaian KKM
Analisis data tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan
membandingkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM
pada skor dasar dengan jumlah siswa yang mencapai KKM pada tes
hasil belajar matematika setelah menerapkan model pembelajaran
berdasarkan masalah yaitu ulangan harian I dan ulangan harian II.
Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝐾𝐾𝑀


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝐾𝐾𝑀 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
2) Analisis Ketercapaian Indikator
Analisis data tentang ketercapaian untuk setiap indikator
dilakukan untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator oleh
masing-masing siswa dan untuk meninjau kesalahan-kesalahan
siswa pada setiap indikator. Analisis data ketercapaian indikator
dilakukan dengan menghitung persentase siswa yang mencapai
KKM pada setiap indikator. Ketercapaian KKM untuk setiap indikator
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑆𝑘𝑜𝑟 =
𝑆𝑃
× 100%
𝑆𝑀

Dimana: SP = skor yang diperoleh siswa


SM = skor maksimal

3) Analisis Data Pada Tabel Distribusi Frekuensi


Analisis data pada tabel distribusi frekuensi hasil belajar
dilakukan untuk memperoleh gambaran yang ringkas dan jelas
mengenai hasil belajar matematika siswa serta dapat melihat
apakah terjadi peningkatan atau penurunan hasil belajar sebelum
dan sesudah tindakan. Data sebelum tindakan berupa skor dasar
sedangkan data setelah tindakan berupa skor ulangan harian I dan
ulangan harian II. Seluruh data hasil belajar matematika siswa akan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Pembuatan tabel distribusi frekuensi berpedoman pada salah
satu cara menyusun kriteria yang dibuat oelh Suharsimi Arikunto
dan Jabar (2004) yaitu kriteria kuantatif tanpa pertimbangan.
Kriteria ini disusun hanya dengan mempertimbangkan rentang
bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa, dilakukan dengan
membagi rentang bilangan.
Rentang nilai yang digunakan adalah 0 − 100. Kemudian
rentang tersebut dibagi lima, sehingga diperoleh interval sebagai
berikut:
a) Interval nilai 0 − 20 untuk kriteria Rendah Sekali
b) Interval nilai 21 − 40 untuk kriteria Rendah
c) Interval nilai 41 − 60 untuk kriteria Cukup
d) Interval nilai 61 − 80 untuk kriteria Tinggi
e) Interval nilai 81 − 100 untuk kriteria Tinggi Sekali
b. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Menurut Suyanto (1997) apabila keadaan setelah tindakan
lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa tindakan telah berhasil,
akan tetapi apabila tidak ada bedanya atau bahkan lebih buruk,
maka tindakan belum berhasil atau telah gagal. Keadaan lebih baik
yang dimaksudkan adalah jika terjadi perbaikan proses dan hasil
belajar siswa setelah penerapan model Problem Based Learning
Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Terjadinya perbaikan proses pembelajaran.
Perbaikan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil
refleksi terhadap proses pembelajaran yang diperoleh melalui
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa. Perbaikan
proses pembelajaran terjadi jika proses pembelajaran telah
sesuai dengan RPP dari model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
2) Peningkatan hasil belajar siswa
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari:
a) Analisis ketercapaian KKM
Jika persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada
ulangan harian I dan ulangan harian II lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase jumlah siswa yang
mencapai KKM pada skor dasar, maka terjadi peningkatan
hasil belajar.
b) Analisis data pada tabel distribusi frekuensi
Jika frekuensi siswa yang bernilai Rendah dan Rendah
Sekali menurun dari sebelum dilakukan tindakan dengan
setelah dilakukan tindakan atau jika frekuensi siswa yang
bernilai Tinggi dan Tinggi Sekali meningkat dari sebelum
dilakukan tindakan ke setelah dilakukan tindakan.
A. DAFTAR PUSTAKA
BSNP, 2006, Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Depdiknas : Jakarta.
, 2007, Permendiknas No. 41 Tahun 2007, Depdiknas :
Jakarta.
, 2013. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan, Kemendikbud :
Jakarta.
, 2013, Permendikbud No. 81a Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum, Kemendikbud : Jakarta.
, 2013, Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian, Kemendikbud : Jakarta.
, 2013, Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses, Kemendikbud : Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Hamalik, O, 2003, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara : Jakarta.
Ibrahim dan M. Nur, 2000, Pengajaran Berdasarkan Masalah, UNESA
University Press, Surabaya
Kun
andar, 2008, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, Raja Wali Pers: Jakarta.
Muslich, M., 2009, Melaksanakan PTK itu Mudah, Bumi Aksara,
Jakarta.

Sanjaya, 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Kencana Prenada Media Group : Jakarta.
Sardiman, 2008, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Sudijono, A, 2009, Pengantar Statistik Pendidikan, Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Sudjana, N, 2010, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya : Bandung.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Alfabeta : Bandung.
Suharsimi Arikunto dan Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan.
Bumi Aksara. Jakarta.

3. Prosedur Penelitian
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur siklus
yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perencanaan (planning);
b. Tindakan (action) diikuti oleh pengamatan (observation); dan
c. Refleksi (refleksion);

4. Teknik Pengumpulan Data


Instrumen dalam penelitian ini adalah :
a. Test
Tes ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran satu sub pokok
pembahasan (test formatif) dan dan pada akhir pembelajaran satu
pokok bahasan (test sub sumatif). Tes ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat penguasaan atau daya serap siswa terhadap
materi pelajaran yang disajikan dalam proses pembelajaran.
b. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
LKPD adalah lembar duplikat yang dibagikan guru kepada siswa di
satu kelas, untuk melakukan kegiatan (aktivitas) belajar mengajar.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi ini adalah untuk mengobservasi siswa yang
dilakukan pada setiap tindakan pembelajaran yang digunakan
untuk mencari data suasana belajar.
d. Lembar Angket
Lembar angket ini diberikan kepada siswa pada akhir penelitian,
angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dalam
penerapan pembelajaran model jigsaw.

5. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan
analisis data. Teknik menganalisis data tes formatif dan tes
subsumatif dilakukan dengan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100 %
Daya Serap Siswa (DSS) = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

 Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila DSS ≥ 65 %


Daya Serap Kelas (DSK)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100 %
= 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

 Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila DSK ≥ 85 %


𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100 %
Nilai rata – rata =
𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
JADWAL RENCANA PENELITIAN
Waktu Okt Nov Des
No
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan penelitian
1
(Menyusun proposal dll)
Mengumpulkan data di
2
lapangan
Pengolahan dan analisis
3
data
4 Penulisan hasil penelitian
Finalisasi dan
5
pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

, 2013. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013


tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan, Kemendikbud :
Jakarta.
, 2013, Permendikbud No. 81a Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum, Kemendikbud : Jakarta.
, 2013, Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian, Kemendikbud : Jakarta.
, 2013, Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses, Kemendikbud : Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .1995. karya tulis Ilmiah di
bidang pendidikan angka kredit pengembangan profesi Guru.
Jakarta : Direktorat Pendiddikan Guru Dan Tenaga Teknisi Pendidikan Dan
Kebudayaan
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendasmen .2000, Pendidikan
Bermutu Mendefinisikan Dan Mengevaluasi Mutu. Jakarta : Proyek
perluasan dan peningkatan murtu SMP.
Departemen Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Barat .2001. Gambaran
Guru Sebagai Fasilitator Belajar Siswa BEP.
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat balai pelatihan guru.
2002. Menyusun Rencana Pembelajaran Kontekstual Bandung :
BPG Propinsi Jawa Barat
Depdiknas Dirjen Pendasmen .2005. Model–Model Pembelajaran
Jawa Barat : LPMP
Kasi kurikulum Subdin SLTP. 2002. Kumpulan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Kuningan : Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan
Mulyana, Slamet. 2003. Implemenytasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi Bandung : Balai pelatihan Guru Propinsi Jawa Barat
Simposium Guru IV. 2002. Pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendasmen. 2004. Materi
Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku I, Budiarto, Mega Teguh
Jakarta : Bagian proyek pengembangan Sistem dan Pengendalian Progarm
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendasmen. 2004. Materi
Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 2, Kahfi, M. Shohibul
Jakarta : Bagian proyek pengembangan Sistem dan pengendalian
program
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendasmen. 2004. Materi
Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3, Lambar Jakarta : Bagian
proyek pengembangan system dan pengendalian program
ANGKET PARTISIPASI SISWA
PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan
SS = ……………
S = ……………
TS = ……………
STS = ……………
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya senang dengan pembelajaran
Matematika seperti ini

2 Sausana pembelajaran seperti ini lebih


menyenangkan dari biasanya

3 Pembelajaran seperti ini dapat menciptakan


lingkungan yang tenang dan menggugah
semangat

4 Pembelajaran Matematika seperti ini


membuat saya untuk aktif dan kreatif

5 Saya tidak suka jika Saya harus


menerangkan konsep yang Saya pahami
kepada teman Saya
6
Pembelajaran seperti ini membuat Saya tidak
berani bertanya dan menjawab pertanyaan
7 guru

Pembelajaran seperti ini tidak memunculkan


8 keberanian Saya untuk mengembangkan
pendapat

Pembelajaran seperti ini kurang


menumbuhkan rasa percaya diri Saya dalam
menyajikan

PEDOMAN OBSERVASI
Asesmen Partisipasi Siswa

Petunjuk
Amatilah partisipasi Siswa dan suasana pembelajaran selama
pembelajaran tanpa mengganggu kegiatan KBM.
Isikanlah tanda cek ( ) pada kolom sangat baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
Kurang (K), sangat kurang (SK), sesuai dengan aspek Asesmen.

No Aspek Asesmen SB B C K SK
1 Frekwensi kehadiran Siswa

2 Disiplin Siswa

3 Antusiasme belajar Siswa

4 Keberanian Siswa dalam bertanya

5 Keberanian Siswa dalam menjawab

6 Keberanian Siswa dalam Berargumen

7 Keberanian Siswa tampil didepan kelas

8 Keharmonisan hubungan antara Siswa


dengan Siswa

Observer,
(………….)

Anda mungkin juga menyukai