Anda di halaman 1dari 23

KASUS 2: ASKEP PASIEN DENGAN CA PARU

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif Care

Dosen Pembimbing: Ns. Riadinni Alita, S.Kep., M.Kes., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh:

Mentari Elisabeth T. 1710711002


Shafiyyah Al A. 1710711004
Mujahidatul H. 1710711005
Arkianti Putri 1710711019
Ganis Eka M. 1710711024
Hopipah Indah N. 1710711053
Nada Naflah 1710711058
Yahya Syukria 1710711060

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
BAB I

Pendahuluan

a. Latar belakang
Di Indonesia terdapat berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit tersebut
dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi
(seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti lukabakar) atau
kimia (seperti keracunan). Sedangkan penyakit tidak menular adalah Penyakit yang tidak
disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia.Sejak 50 tahun terakhir ini,kejadian penyakit
kanker di dunia semakin mengkhawatirkan. Pertarungan manusia melawan kanker masih
imbang. Pertarungan manusia melawan kanker masih imbang. Kanker belum benar-benar
dapat ditaklukkan oleh. Bahkan, badan kesehatan dunia-WHO memprediksi bahwa pada
tahun 2030 sebanyak 26 juta penduduk dunia akan menderita kanker dan 17 juta di
antaranya diperkirakan meninggal dunia.
Kondisi di Indonesia sendiri tidak lebih baik. Berdasarkan data riskesdas
2007,kanker menduduki peringkat ke-7 sebagai penyebab kematian utama di Indonesia
dengan presentase 5,7%. Ditemukan empat kasus kanker atau tumor setiap seribu
penduduk Indonesia. Banyaknya kasus kanker di Indonesia disebabkan rendahnya
kesadaran (awareness) masyarakat terhadap penyakit kanker serta rendahnya pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit kanker.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau
system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan
bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang
lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena
kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat
(Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens
penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua
setelah penyakit kardiovaskuler.
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru merupakan salah
satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindaka yang cepat dan terarah.
Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak
sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin.

b. Tujuan
Umum :
1. Untuk Mengetahui definisi dari kanker Paru
2. Untuk mengetahui gejala dari ca paru
3. Untuk mengetahui pathogenesis dari ca paru
4. Mengetahui gejala kanker paru-paru
5. Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
6. Untuk mengetahui penyebab dari ca paru

Khusus :

1. Mengetahui apa itu kanker paru-paru serta mengetahui terapi diet yang sesuai bagi
penderita kanker
2. Mengetahui bahaya dari kanker paru-paru sehingga kita dapat mencegah penyakit
kanker paru-paru

c. Rumusan masalah
Kanker paru merupakan salah satu masalah utama di bidang kedokteran pada kurun
waktu akhir-akhir ini dan merupakan salah satu tantangan terbesar di bidang onkologi.
Tantangan ini disebabkan oleh naiknya insiden kanker paru yang terus-menerus terutama
pada kebanyakan negara berkembang, termasuk Indonesia, akibat faktor etiologi makin
banyak antara lain makin meningkatnya pemasaran rokok di negara berkembang hingga
diperkirakan akan menimbulkan kenaikan drastis kanker paru di negara tersebut. , bukan
hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin
berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih
berada dalam stadium awal penyakit. Jadi apa saja faktor yang dapat menjadi penyebab
kanker paru selain merokok?
1. Apa itu kanker paru-paru?
2. Factor apa saja yang menjadi penyebab kanker paru-paru?
3. Bagaimana cara pencegahan kanker paru-paru?
4. Apa saja gejala kanker paru-paru?

d. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini,antara lain :


1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama terkait dengan
gangguan saluran pencernaan (penyakit kanker paru)
2. Bagi fakultas, dapat dijadikan sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai mahasiwa/i.
3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan pedoman untuk lebih mengetahui gangguan saluran
cerna terutama penyakit kanker paru.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi

kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan
neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru secara
abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang
bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Sedangkan Kanker paru adalah jenis
kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan penting dalam proses pernapasan.
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel
yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil
(SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa berdasarkan
bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan
tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Kanker paru adalah jenis kanker yang tumbuh di
jaringan paru-paru yang berperan penting dalam proses pernapasan. Kanker paru-paru
berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada
saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan
kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa berdasarkan bentuk sel
yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe kanker
paru-paru non-sel kecil.

B. Prevalensi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma).Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di
dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat,
diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian
akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO,Kanker paru merupakan jenis
kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis
kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab kematian akibat kanker
terbanyak pada laki-laki dan kedua terbanyak pada perempuan. Hasil penelitian berbasis
rumah sakit dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kasus
terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan, dan merupakan penyebab
kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data hasil pemeriksaan di
laboratorium Patologi Anatomik RSUP Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua
jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru. Data registrasi kanker Rumah Sakit
Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru
merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring
(13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun meningkat
sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara
umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki-laki dan 50% kasus pada
perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi udara,
pajanan radon, dan pajanan industri (asbestos, silika, dan lain-lain)

C. Patofisiologi Kanker Paru

Awalnya menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang


dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.
Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, dan tulang rangka (Arisandi, 2008).
D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Labratorium
Darah rutin: Hb, Leukosit, Trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal.
 Pemeriksaan Pencitraan
1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru.Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi dan
tindakanselanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat
ditentukan. Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan,
maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
2. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk
mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang
terlibat secara tepat. CT scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk
menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut.
3. CT scan kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri kepala
hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.
4. USG abdomen dilakukan untuk menilai kemungkinan metastasi
5. Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasi ke tulang-tulang. Bone survey
dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
6. PET-scan dapat dilakukan untuk menilai hasil pengobatan

 Pemeriksaan Khusus
1. Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosa kanker paru. Prosedur ini
dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal
dan mendapatkan spesimen untuk sitologi dan biopsi, sehingga diagnosa dan
stadium kanker paru dapat ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi
fleksibel yang dapat menilai paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-empat,
dan kadang hingga derajat ke-enam. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan
sitologi dan histopatologi didapat melalui bilasan bronkus, sikatan bronkus dan
biopsi bronkus. Prosedur ini dapat memberikan hingga >90% diagnosa kanker paru
dengan tepat, terutama kanker paru dengan lesi pada regio sentral. Kontraindikasi
prosedur bronkoskopi ini adalah hipertensi pulmoner berat, instabilitas
kardiovaskular, hipoksemia refrakter akibat pemberian oksigen tambahan,
perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan hiperkapnia akut. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah pneumotoraks dan perdarahan.
2. Bila tersedia, pemeriksaan Endobrachial Ultrasound (EBUS) dapat dilakukan untuk
membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal, hilus, intrapulmoner juga
untuk penilaian lesi perifer dan saluran pernapasan, serta mendapatkan jaringan
sitologi dan histopatologi pada kelenjar getah bening yang terlihat pada CT-scan
toraks maupun PET CT-scan.

3. Biopsi Biopsi transtorakal (transthoracal biopsy-TTB), merupakan tindakan biopsi


paru transtorakal, tanpa tuntunan radiologis (blinded TTB) maupun dengan tuntunan
USG (USG-guided TTB) atau CT-scan toraks (CT-guided TTB), untuk mendapatkan
sitologi atau histopatologi kanker paru.
4. Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus kelenjar untuk pembesaran
kelenjar getah bening, maupun biopsi pleura dapat dilakukan bila diperlukan.

 Pemeriksaan Lainnya
1. Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan menghasilkan
spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas pada cairan pleura yang
dapat merubah stadium dan tatalaksana pasien kanker paru. Jika hasil sitologi
tidak menunjukkan adanya sel ganas, maka penilaian ulang atau CT scan toraks
dianjurkan.
2. Mediastinoskopi dengan VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan specimen,
terutama penilaian kelenjar getah ening mediastinal.
3. Torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika dengan semua
modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.

 Rekomendasi Skrining
Pemeriksaan low-dose CT-Scan dilakukan pada pasien risiko tinggi yaitu pasien
berusia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam
kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan atau pasien berusia ≥50 tahun dengan
riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya
.Pemeriksaan low-dose CT Scan untuk skrining kanker paru setiap tahun selama 3
tahun. Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat lainnya
dan dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru hingga 20%.Pemeriksaan low-
dose CT Scan tidak direkomendasikan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria
“kelompok risiko tinggi”. Selain itu, pemeriksaan ini juga tidak disarankan pada pasien
yang tidak dapat menjalani terapi kanker paru akibat keterbatasan biaya atau memiliki
kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.

E. Peran dan Fungsi Perawat Paliatif


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat harus
menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan pasien
dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin di dalam rencana asuhan
keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan
mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat
sebagai pemberi layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang
sesuai kode etik keperawatan. Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus
dikomunikasikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan
keperawatan yang profesional. Menurut American Nure Association Scope And Standard
Practice dalam (Margaret, 2013) peraway yang terintegrasi harus mampu berkomunikasi
dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut
berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam membuat
rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan
pelayanan mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan yang lainnya.
 Dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
 Menetapkan proritas asuhan keperawatan, mengelola waktu secara efektif dan saran-
saran untuk meningkatkan kualitas hidup.
 Sebagai narasumber/konselor bagi pasien, keluarga dan komunittas dalam menghadapi
perubahan kesehatan, ketidakmampuan dan kematian.
 Sebagai komunikator yang terapeutik dan pendengar yang baik dalam memberikan
dukungan dan perhatian
 Membantu pasien tetap independent sesuai kemampuan mereka sehingga kenyamanan
terpenuhi, serta meningkatkan mutu hidup.

F. Peran Perawat Yang Dapat Diberikan


Bantuan emosional
1) Fase denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
menanyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan
perasaan-perasaannya.
2) Fase marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih merupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kematian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan
rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga
membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3) Fase tawar-menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhan pasien dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak
masuk akal.
4) Fase depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara nonverbal yaitu duduk
dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi nonverbal dari pasien sehingga
menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5) Fase penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaannya dan
perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk
menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya

BAB III
PEMBAHASAN

Kasus

Hasil pengkajian seorang pada seorang laki laki usia 65 tahun , pekerjaan pedagang,
dirawat di ruang Ruang perawatan sebuah rumah sakit dengan CA paru Stadium 4 ,K/U CM ,
terpasang O.2 4 liter sesak nafas napas, batuk darah sejak 6 bulan yang lalu , Penurunan berat
badan dari 67 menjadi 45 kg selama 6 bulan , TB 163 CM , cepat lelah, terpasang NGT, sulit
menelan, tdk mau makan , nyeri , skla nyeri 8 , TD. 119/ 60 MMHg, Nd: 67 X menit , R. 30 X
menit . klien merasa cemas dan takut dengan penyakitnya . Riwayat perokok berat seja usia 14
tahun.

Data tambahan:

Pernapasan cuping hidung, Pengkajian nyeri P: adanya tumor ganas di paru-paru, Q: terasa
seperti tumpul dan berat, R: di dada, S: skala 8, T: hampir setiap saat, ekspresi wajah meringis,
IMT 16,93 (↓), mukosa pucat dan bibir kering.

Data Fokus

Data objektif Data subjektif


 CA Paru stadium 4  Klien mengatakan pekerjaannya
 K/U cm sebagai pedagang
 Terpasang oksigen 4 liter
 Tampak sesak napas  Keluarga klien mengatakan sudah
 Batuk darah batuk berdarah sejak 6 bulan yang lalu
 Berat badan 45kg  Klien mengatkan BB 6 bulan yang lalu
 Tinggi badan 163 cm adalah 67 kg
 Tampak lelah  Klien mengatakan sulit menelan
 Terpasang NGT  Klien mengatakan nyeri
 TD 119/60 mmHg  Klien mengatakan bahwa ia perokok
 Nadi 67x/menit berat sejak berusia 14 tahun

 RR 30 x/menit
 Tampak cemas dan ketakutan
 Sulit menelan
 Tampak Tidak mau makan
 Skala nyeri 8
 Tampak nyeri
Data tambahan:
 Pernapasan cuping hidung
 Pengkajian nyeri
P: adanya tumor ganas di paru-paru
Q: terasa seperti tumpul dan berat
R: di dada
S: skala 8
T: hampir setiap saat
 Ekspresi wajah meringis
 IMT 16,93 (↓)
 Mukosa pucat dan bibir kering

Analisa Data
No. Data Fokus Masalah etiologi
1. DS: Ketidakefektifan Pola Hiperventilasi
 Klien mengatakan bahwa ia Napas
perokok berat sejak berusia 14
tahun
DO:
 RR 30x/menit (takipneu)
 Terpasang oksigen 4 liter (nasal
kanul)
 Tampak sesak napas
 Diagnose medis: Ca Paru
stadium 4
DT:
 Pernapasan cuping hidung
2. DS: Nyeri Akut Agen Pencedera (CA
 Klien mengatakan nyeri Paru)
 Pengkajian nyeri
P: adanya tumor ganas di paru-
paru
Q: terasa seperti tumpul dan
berat
R: di dada
S: skala 8
T: hampir setiap saat

DO:
 TD 119/60 mmHg
 Tampak nyeri
 Nadi 67x/menit
 RR 30 x/menit
 Tampak lelah
 CA Paru stadium 4
 Pasien tampak tidak mau makan

DT :
 Ekspresi wajah meringis
3. DS : Ketidakseimbangan Asupan diet kurang
 Klien mengatkan BB 6 bulan Nutrisi : Kurang dari
yang lalu adalah 67 kg kebutuhan
 Klien mengatakan sulit menelan

DO :
 Tampak tidak mau makan
 Terpasang NGT
 Berat badan 45kg
 Tinggi badan 163 cm

DT :
 IMT 16,93 (↓)
 Mukosa pucat dan bibir kering

Rencana tindakan keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
pola napas (00032) Setelah dilakukan perawatan 1. Posisikan klien untuk
berhubungan dengan 2x24 jam status pola nafas klien memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi efektif 2. Motivasi pasien untuk bernafas
Kriteria Hasil: Status dalam dan pelan
Pernafasan 3. Monitor status pernafasan dan
1. Frekuensi pernafasan oksigenasi sebagaimana
dari skala 1
menjadi skala 5 mestinya
2. Saturasi oksigen dari skala 1 3320. Terapi Oksigen
menjadi skala 4 7. Bersihkan mulut hidung dan
3. Suara auskultasi nafas sekresi trakea dengan tepat
dari skala 1 8. Pertahankan kepatenan jalan
menjadi skala 4 nafas
4. Irama pernafasan dari skala 1
9. Siapkan peralatan oksigen dan
menjadi
berikan melalui sistem
skala 5
humidifier
10. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
11. Monitor alat pemberian oksigen
12. Monitor efektifitas terapi
oksigen dengan tepat

EVALUASI

1. Frekuensi pernapasan klien dalam rentang normal (16-20x/menit)

2. Saturasi oksigen klien dalam rentang normal (95-100%)

3. Suara auskultasi nafas klien vesikuler

4. Irama pernafasan klien dalam keadaan normal

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel
mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan
kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses
reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan
terdeferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus.

Penyebab kematian utama akibat kanker pada laki-laki dan wanita yang sering kali
disebabkan oleh merokok. yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Karena tidak ada
penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan
berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan dengan yang tidak merokok.

Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang
cukup beragam, tergantung dari iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor
dan metastasis ke organ yang dikenai.Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala
paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus
atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan
pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas,
kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.Kemoterapi,
pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pengendalian dari Ca. Paru

B. Saran
1) hindari rokok untuk menghindari resiko lebih besar terkena penyakit kanker paru-paru
2) ubah pola makan menjadi pola makan gizi seimbang
3) lakukan pengecekan terhadap kondisi badan apabila ada gejala tentang kanker paru-
paru
4) hindari faktor-faktor pemicu yang dapat menyebabkan kanker paru-paru
5) menjaga BB dan lakukanlah aktifitas fisik secara rutin
NASKAH ROLEPLAY
MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

ADEGAN 1

Setting Tempat : Nurse Station Ruang Melati RS UPNVJ

Pada suatu hari di ruang Melati rumah sakit UPNVJ terdapat seorang laki-laki bernama
Tn. Yahya berusia 65 tahun. Dokter mendiagnosis menderita penyakit Ca paru stadium 4.
Kemudian tenaga kesehatan akan menyampaikan informasi mengenai penyakit bapak
tersebut dengan pihak keluarga.

Dokter : “Selamat pagi sus.”


Perawat 1 : “Iya, selamat pagi dok.”
Dokter : “Bagaimana kabarnya hari ini?”
Perawat 1 : “Baik dok.”
Dokter : “Sus saya mau bertanya bagaimana perkembangan keadaan Tn.Yahya?”
Perawat 1 : “Ini dok hasil pemeriksaan CT Scan thoraks Tn. Yahya setelah mejalani
kemoterapi yang keempat kemarin.”
Dokter : “Emmmm. Sel tumornya semakin menyebar ya, kalau begitu tolong
jadwalkan untuk pemeriksaan spirometry dan USG abdomen pada hari
kamis ya. Tolong informasikan kepada pihak keluarga pasien, terkait
kondisi pasien.”
Perawat 1 : “Iya baik dok.”

Kemudian perawat memanggil pihak keluarga pasien untuk memberikan informasi dan
persetujuan untuk dilakukan spirometri.

ADEGAN 2
Setting Tempat : Kamar Klien Tn. Yahya

Perawat 2 : “Selamat pagi bu, pak... dengan keluarga Tn. Yahya?”


Istri Pasien : “Iya benar sus, saya istrinya Tn. Yahya.”
Anak Pasien : “Ada perlu apa sus?”
Perawat 2 : “Ibu dan anak ibu bisa ke ruang perawat sekarang? Ada informasi
perkembangan yang ingin disampaikan oleh perawat.”
Istri Pasien : “Iya sus sebentar lagi kami kesana.”
Perawat 2 : “Baik bu, terimakasih. Saya permisi dulu.”
Anak Pasien : “Pak, ibu dan panji ke ruangan perawat sebentar ya?”
Pasien : “Iya nak Jangan lama-lama ya?” (dengan keadaan sesak)

Ibu dan panji lalu pergi ke nurse station untuk menemui perawat.

ADEGAN 3
Setting Tempat : Nurse Station Ruang Melati RS UPNVJ

Istri Pasien : “Pagi sus, bagaimana perkembangan suami saya?”


Perawat 1 : “Baik bu, duduk dulu sebentar semuanya akan disampaikan oleh dokter.”

Perawat mengarahkan keluarga untuk menemui dokter.

Dokter : ”Selamat pagi bu, pak. Bagaimana keadaan hari ini?”


Istri dan Anak : “Baik dok.”
Dokter : “Benar dengan keluarga Tn. Yahya?”
Istri Pasien : ”Iya benar dok saya ibunya, dan ini anaknya.”
Dokter : “Begini bu. Saya ingin menyampaikan beberapa hal mengenai penyakit
Tn. Yahya. Dari hasil pemeriksaan lab yang sudah dilakukan, menunjukan
tumor paru-paru sudah menyebar ke organ lain. Kami mencurigai suami ibu
sudah memasuki stadium 4. Untuk hasil lebih lanjut kita akan melakukan
tes Namanya PET-CT Scan.”
Istri Pasien : “Itu pemeriksaan apa ya, Dok? Jika suami saya sudah stadium 4 tersebut
apa masih ada peluang untuk sembuh?”
Dokter : “PET-CT Scan itu tujuannya untuk memperlihatkan lokasi sel kanker yang
aktif. Pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi penyebarannya dan dapat
mengetahui kearah mana penyebarannya. Mengenai penyakit ini
kemungkinan untuk sembuh, mohon maaf sudah tidak ada bu.”
Istri Pasien : “Bagaimana, Dok? Padahal suami saya sudah sering melakukan
kemoterapi.”
Dokter : “Ibu tujuan dari kemoterapi itu hanya untuk menghambat penyebaran
tumornya, bukan untuk penyembuhan total. Tetapi karena kondisi
kekebalan tubuh suami ibu tidak baik, penyebaran tumor akan mudah,
alhasil meskipun sudah melakukan kemoterapi tetap penyebaran tidak bisa
dicegah.”
Istri Pasien : “Lalu saya harus bagaimana, Dok? Apa tidak ada acara lain?”
Anak Pasien : “Iya, Dok gimana ayah saya?”
Perawat 1 : “Seperti yang tadi sudah dokter jelaskan. Kita akan melakukan
pemeriksaan PET-CT Scan, untuk memastikan apakah sudah stadium 4.
Apakah ibu bersedia?”
Istri Pasien : “Baik, Sus saya bersedia, apapun demi suami saya.”
Anak Pasien : “Iya, Sus. tolong lakukan yang terbaik.”

Selanjutnya, perawat melaporkan ke bagian radiologi untuk dibuatkan jadwa mengenai


pemeriksaan PET-CT Scan pada Tn. Yahya.

ADEGAN 4
Setting Tempat : Ruang Dokter

Perawat 2 : “Sore dok, saya mau memberi tahu mengenai persetujuan keluarga Tn.
Yahya untuk dilakukannya PET-CT Scan. Istri pasien sudah menyetujuinya
dok.”
Dokter : “Yasudah sus tolong hubungi bagian radiologi untuk dibuatkan jadwal
pemeriksaannya ya.”
Perawat 2 : “Baik dok.”

ADEGAN 5
Setting Tempat : Nurse Station

Perawat 2 : “Halo, Selamat pagi, Pak dari Ruang Melati dengan perawat 1
ingin dibuatkan jadwal untuk pemeriksaan PET-CT Scan atas nama
Tn. Yahya dengan tanggal lahir 11 November 1954.”
Pihak Radiologi : “Baik, Kak. Tanggal apa dan jam berapa, Kak?”
Perawat 2 : “Hari Kamis tangal 02 September 2019, jam 10 pagi ya.”
Pihak Radiologi : “Baik, Sudah saya buatkan ya, Kak.”
Perawat 2 : “Terimakasih.”
Pihak Radiologi : “Ya, sama-sama.”

Keesokkan harinya setelah pemeriksaan PET-CT Scan, perawat dan dokter akan
menyampaikan hasil pemeriksaan PET-CT Scan kepada Tn. Yahya.

ADEGAN 6
Setting Tempat : Kamar Klien Tn. Yahya

Perawat 1 : “Selamat pagi pak? gimana kondisinya pak hari ini?”


Pasien : “Pagi juga suster, saya masih terasa nyeri suster di bagian dada dan masih
lemas sus.”
Perawat 1 : “Baik pak, sering-sering dilakukan relaksasi nafas dalam saja ya pak. Nah
kedatangan saya dan dokter kesini mau memberitahukan hasil pemeriksaan
yang kemarin dilakukan.”
Pasien : “O iya, Sus, bagaimana hasilnya?”
Istri Pasien : “Bagaimana, Sus? Suami saya dapat disembuhkan kan?”
Anak Pasien 2 : “Iya apa, Sus?”
Perawat 2 : “Baik sebelum suster …… sampaikan. Saya harap adek dan bapak siap ya
untuk hasilnya. Hasilnya akan disampaikan oleh dokter ya, Pak, Bu.”
Anak Pasien 2 : “Baik suster.”
Dokter : “Dari hasil pemeriksaan kemarin hasilnya bahwa kanker paru yang sudah
bapak alami sudah memasuki fase stadium 4.”
Setelah itu pasien syok mendengar hasil bahwa kankernya sudah memasuki fase stadium
4.

Anak Pasien 2 : “Hah? Saya gak salah denger kan, Dok?”


Dokter : “Jadi begini, penyebaran kanker bapak sudah menyebar ke organ
lain karena ternyata kekebalan tubuh bapak tidak baik. Jadi
penyebarannya cepat.”
Anak Pasien 2 : “Tapi bisa sembuh kan sus?”
Dokter : “Mengenai itu kemungkinan untuk sembuh, mohon maaf sudah
tidak ada dek.”
Anak Pasien 2 : “(anak mulai menangis) lalu apa yang harus dilakukan
selanjutnya”
Perawat 1 : “ Jadi dokter sudah menyarankan untuk melakukan pemeriksaan
PET-CT scan untuk mengetahui sejauh mana penyebarannya. Yang
bisa dilakukan keluarga berdoa, berikan pasien dukungan penuh dan
penuhi saja kebutuhan dan keinginan pasien. Kami juga berusaha
melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan bapak.”
Anak Pasien 2 : “Iya, Sus makasih ya, saya yakin ayah pasti bisa.” (sambil
tersenyum)
Pasien : “Saya sudah pasrah sus. Saya sudah ikhlas sus.”
Perawat 1 : “Bapak yang sabar ya. Bapak harus percaya kalau penyakit yang
bapak derita tidak akan mempengaruhi kualitas hidup bapak.”
Perawat 2 : “Iya, Pak. Bapak masih bisa melakukan pekerjaan bapak. Kami
akan membantu bapak untuk meningkatkan kualitas hidup bapak.”
Pasien : “Iya, Sus.”
Perawat 2 : “Ya sudah kalau begitu suster pamit dulu ya, Pak, Bu, Dek?”
Anak pasien 1 & 2 : “Iya Suster”
Perawat 2 : ”Baik pak saya permisi dulu, saya yakin bapak itu punya semangat
tinggi, jadi harus lebih bersemangat ya pak.”
Perawat 2 : “Jangan lupa juga dek untuk selalu memberikan motivasinya ya,
Dek.”
Ibu dan bapak : “Iya, Sus terima kasih ya.”
Perawat 1 & 2 ` : “Iya bu, pak sama-sama.”

Anda mungkin juga menyukai