Anda di halaman 1dari 25

Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

KERANGKA ACUAN KERJA


PERENCANAAN
REKOTRUKSI/PENINGKATAN
KAPASITAS STRUKTUR JALAN
LANGGE/SANDI-PAJAM

1. LATAR BELAKANG

Transportasi merupakan hal yang vital dalam mendukung perekonomian suatu daerah.
Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi yang baik akan meningkatkan interaksi
antar pelakunya yang pada kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat. Selain itu, sesuai dengan perkembangan kebudayaan dan teknologi,
pengguna sistem transportasi menuntut peningkatan suatu sistem transportasi baik dari
segi kuantitas maupun kualitas.

Pemerintah Kabupaten Wakatobi, melalui Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang sebagai pelaksana tugas penyelenggaraan jalan kabupaten, dituntut
mampu mewujudkan prasarana jalan yang memadai. Sehubungan dengan hal tersebut,
diperlukan perencanaan dan informasi/data yang akurat sesuai dengan kondisi dilapangan.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pekerjaan ini adalah melaksanakan survey lapangan dan menyusunan perencanaan
teknik jalan.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menyediakan dokumen pengadaan pelaksanaan
pekerjaan jalan.

3. SASARAN

Sasaran dari pekerjaan ini adalah tersedianya dokumen perencanaan dan dokumen
pengadaan pekerjaan jalan.

4. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA

Pejabat Pembuat Komitmen : Munafar, ST


Kegiatan : Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur
Jalan Langge/Sandi-Pajam
Program : Pembangunan Jalan dan Jembatan

1
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

SKPD : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


kab.Wakatobi

5. SUMBER PENDANAAN

Kegiatan ini dibiayai melalui sumber dana DAK Penugasan Tahun Anggaran 2019
dengan pagu biaya sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratu Juta Rupiah)

2
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

6. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG SERTA


ALIH PENGETAHUAN

6.1. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan ini adalah:


1. Tahap Persiapan
2. Tahap Survey Detail
3. Tahap Perencanaan Teknis dan Penggambaran
4. Tahap Pelaporan

6.2. Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan perencanaan yang akan didesain adalah Ruas Jalan di Kec.
Kaledupa selatan

6.3. Data dan Fasilitas Penunjang

1. Penyediaan oleh pengguna jasa.


Data dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa yang digunakan
harus dipelihara oleh Penyedia Jasa.
a. Laporan dan Data.
Laporan dan data yang tersedia di Dinas Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang Kab.Wakatobi, yaitu berupa data Base jalan.
b. Staf Pengawas/Pendamping.
Pengguna jasa akan mengangkat petugas atau wakilnya yang
bertindak sebagai pengawas atau pendamping ( counterpart), dalam
rangka pelaksanaan jasa konsultansi ini.

2. Penyediaan oleh Penyedia Jasa.


Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas
dan peralatan sesuai dengan spesifikasi di bawah yang digunakan untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

6.4. Alih Pengetahuan

Apabila dipandang perlu oleh pengguna jasa, maka Penyedia Jasa harus
mengadakan presentasi/diskusi terkait dengan substansi pelaksanaan
pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf satuan kerja.

3
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

7. METODOLOGI
Penyedia Jasa harus mendapat informasi umum mengenai kondisi jalan yang akan
ditempuh, sehingga dapat mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan
survei pada setiap ruas jalan yang bersangkutan.

Uraian detail pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
7.1. Survei Pendahuluan.
Survey pendahuluan ditujukan untuk mengumpulkan data-data awal
berdasarkan aspek-aspek yang diperlukan yang akan digunakan sebagai
dasar atau referensi untuk pelaksanaan survei detail.

Lingkup kegiatan survei pendahuluan, meliputi :


a. Survey Pendahuluan Geometrik :
- Menentukan titik awal dan akhir proyek;
- Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak;
- Mengidentifikasi penerapan desian geometrik;
- Survey utilitas jalan;
- Memperhitungkan kebutuhan alinyemen untuk lokasi galian,
timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong dan
persimpangan;
- Membuat patok-patok sementara dan tanda banjir pada lokasi
proyek;
- Menghitung perkiraan volume pekerjaan.
b. Survei Pendahuluan Kondisi Eksisting Perkerasan
- Inventarisasi terhadap data histori penanganan jalan;
- Identifikasi jenis pavement;
- Identifikasi kerusakan perkerasan jalan.
c. Survei Pendahuluan Topografi
- Mengamati kondisi topografi;
- Menyarankan posisi patok permanen (bench marks) pada
lokasi yang aman dan mudah dilihat.
d. Survei Pendahuluan Bangunan Pelengkap
- Memperkirakan lokasi bangunan pelengkap jalan yang akan
dibuat.
e. Survey Pendahuluan Geologi dan Geoteknik
• Melakukan pengambilan data mengenai karakteristik tanah,
perkiraan
• Lokasi sumber material dan mengantisipasi dan
mengidentifikasi lokasi potensi longsor;

4
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

• Mengidentifikasi lokai/titik pengujian antara lain DCP dan test


pit;
• Memberikan rekomendasi rencana trase alinyemen jalan;
• Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik, bahaya, resiko
dan batasan proyek;
• Mencatat pengamatan visual menurut stasiun, aptok
kilometer atau informasi lokasi lain, seperti GPS.
f. Survey Pendahuluan Drainase
• Melakukan pengumpulan data mengenai curah hujan,
luas daerah tangkapan, drainase eksisting;
• Mengamati kondisi lokasi berkaitan dengan kemiringan tanah
dan pola aliran serta tata guna lahan;
g. Survei Pendahuluan Penghitungan Jumlah Lalu Lintas
• Mengamati dan memperkiran kondisi lalu lintas yang ada;
• Mengidentifikasi titik-titik di sepanjang ruas jalan dan
menetapkan titik/lokasi pencacahan lalu lintas;
• Menetapkan metode survei berdasarkan kondisi pergerakan
kendaraan.

7.2. SurveiTopografi

Pekerjaan pengukuran topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari


beberapa tahapan antara lain persiapan, pekerjaan pendahuluan, pemasangan
monumen, peengukuran kerangka kontrol vertikal, pengukuran kerangka
horisontal, pengukuran penampang memanjang jalan, pengukuran penampang
melintang jalan, pengukuran detail situasi, pengukuran azimut awal dan akhir,
pengukuran titik-titik referensi, pengolahan data dan penggambaran.
a. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi bahan dan peralatan, diantaranya:
• Peta topografi skala 1:25.000 (sebagai acuan untuk menentukan
posisi/koordinat lokasi, koordinat geografis untuk pengamatan
matahari)
• Peta tata guna lahan skala 1 : 50.000 (untuk mengetahui tata guna
lahan dan sekitarnya)
• formulir ukur
• Informasi titik-titik kontrol (horisontal dan vertikal) yang ada
di lapangan
• Persiapan alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan terkecil 1”
(detik) untuk pengukuran sudut horisontal dan alat teodolit dengan
ketelitian maximal 20” (detik) untuk pengukuran situasi

b. Pekerjaan Survey Pendahuluan

5
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Prosedur yang dilakukan dalam pekerjaan pendahuluan meliputi :


- Menyiapkan peta rencana trase yang telah dibuat dan menetapkan
alternatif terbaik;
- Menentukan titik (station) awal, dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan instansi terkait di daerah;
- Melakukan penelusuran di sepanjang trase rencana, ploting (X,
Y) dan elevasi (Z) di peta topografi dengan bantuan alat GPS.
Data STA, jarak dan prosentasi kemiringan jalan dicatat dalam
formulir survey pendahuluan;
- Apabila trase yang direncanakan tidak dapat diaplikasikan di
lapangan karena kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan,
maka dilakukan relokasi pada daerah tersebut dengan tetap
mempertimbangkan faktor geomatriknya (horisontal dan vertikal).
Jalur penulusuran diarahkan kembali ke trase rencana semula,
bila kondisi di lapangan telah memungkinkan;
- Pekerjaan survey pendahuluan berakhir pada station tujuan
(akhir) yang telah direncanakan, dan dikoordinasikan dengan
instansi terkait di daerah.

c. Pemasangan Monumen
Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan pemasangan
titik- titik ikat baru berupa bench mark (BM), titik-titik control point
(CP) dan patok kayu pengukuran.
Yang perlu diperhatikan dalampemasangan monument antara lain :
- Spesifikasi BM berupa patok beton bertulang denan ukuran 20
x 20 x 100 cm dicat warna kuning dan diberi nomor;
- Spesfifikasi CP adalah patok paralon bertulang dengan ukuran
panjang 80 cm dicat warna kuning dan diberi nomor;
- BM dipasang (ditanam sedalam 70 cm sehingga yang
muncul di atas permukaan tanah kira-kira 30 cm) disepanjang
ruas jalan yang akan diukur pada setiap interval jarak + 1 Km. BM
0 dipasang di awal jalan sebagai KM. 0 + 000;
- Setiap pemasangan BM harus disertai pemasangan patok CP
sebagai pasangannya untuk mendapatkan azimut arah pada
pekerjaan pelaksanaan (stake out). Pemasangan BM sebaiknya
dilakukan di kiri jalan dan CP di kanan jalan;
- BM dan CP dipasang pada lokasi yang aman dari gangguan dan
tidak mengganggu aktifitas sehari-hari dan pelaksanaan
konstruksi, dipasang dengan kuat, dan mudah dicari.
- Patok kayu dipasang pada salah satu sisi jalan (jalan eksisting)
atau pada as rencana jalan (jalan baru) dimulai dari awal sampai
6
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

akhir proyek, dipasang pada setiap + 50 m. Patok kayu dibuat


sepanjang 40 cm dari kayu ukuran 3 x 4 cm, pada bagian
atasnya dipasang paku, diberi nomor sesuai dengan urutannya
dan dicat warna kuning;
- Pada daerah tertentu yang tidak dipasang patok kayu
dapat diganti dengan pemasangan paku payung dengan
ditandai dengan cat disekitarnya dan diberi nomor sesuai
urutannya. Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya
pada daerah sekitar patok diberi tanda khusus;
- Keberadaan seluruh BM, CP maupun patok kayu (jarak antara
patok dan STA) ditulis dalam lembar formulir dan digambar
sketsanya di lapangan serta dilengkapi dengan pola konturnya
(pendekatan).

d. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal


Pengukuran kerangka kontrol vertikal dilakukan dengan metode sipat datar
disepanjang trase jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu. Selain
pemilihan alat yang tepat, pemilihan metode pengukuran dan teknik-teknik
pengukuran sangat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran sipat datar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkuran kerangka


kontrol vertikal dengan metode sipat datar adalah sebagai berikut :
- Pengukuran sipat datar dilakukan pergi pulang pada setiap
seksi.
Pengukuran dilakukan 4 (empat) kali sebagai kontrol pengukuran,
hasil pengukuran satu dengan lainnya tidak boleh lebih besar
dari 5 (lima) kali ketelitian alat, dari 4 (empat) kali pengukuran di
rata-rata sebagai hasil ukuran;
- Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat sipat datar
otomatis atau yang sederajat, alat ukur sipat datar sebelum
digunakan harus dikalibrasi dan hasilnya dicatat dalam formulir
kalibrasi, yang telah diperiksa oleh petugas yang berwenang;
- Pembacaan rambu harus dilakukan pada 3 benang silang yaitu
benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB)
sebagai kotrol bacaan;
- Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertikal
rambu, serta dipasang bergantian muka dan belakang dan dengan
slag genap, hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat titik nol
rambu yang tidak sama;

7
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

- Alat sipat datar diupayakan terletak di tengah-tengah antara dua


rambu yang diukur, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan
akibat garis bididk tidak sejajar garis arah nivo;
- Pengukuran harus dihentikan bila terjadi undulasi udara (biasanya
pada tengah hari) yang disebabkan oleh pemuaian udara oleh
panasnya matahari, ataupun bila turun hujan;

e. Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal


Pengukuran kerangka kontrol horisontal dilakukan dengan metode poligon
terikat sempurna, yaitu terikat pada dua titik referensi yang koordinatnnya
sudah diketahui. Pengukuran kerangka kontrol horisontal dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu :
- Pengukuran poligon dengan sistem koordinat lokal;
- Pengukuran poligon dengan sistem poligon terikat sepihak;
- Pengukuran poligon terikat pada dua titik referensi GPS.

1) Pengukuran Poligon dengan Sistem Koordinat Lokal


Pengukuran kerangka kontrol horisontal dengan sistem koordinat
lokal dilakukan jika tidak terdapat titik referensi di sekitar lokasi
proyek, tidak dilakukan pengukuran posisi dengan GPS Geodetik.
Jika kondisinya demikian, maka dilakukan pengukuran poligon
dengan sistem koordinat lokal. Koordinat titik poligon sebagai titik
kontrol horisontal dihitung berdasarkan hasil pengukuran teretris
yaitu pengukuran di atas permukaan bumi. Pada kondisi ini
dianggap permukaan bumi adalah datar sehingga hasiul ukuran
langsung dihitung koordinatnya dengan perhitungan poligon
terbuka.
Kelebihan cara ini adalah perhitungan lebih mudah karena tidak
ada reduksi, dan koreksi proyeksi. Jika akan dilakukan pengukuran
stake out, maka koordinat titik pengukuran dapat langsung dipakai
sebagai titik referensi.
Kekurangan cara ini adalah koordinat hasil pengukuran tidak
dapat
dimasukkan dalam sistem koordinat nasional seperti sistem
koordinat UTM ataupun TM3o.

2) Pengukuran Poligon dengan Sistem Poligon Terikat Sepihak


Jika hanya ada satu koordinat referensi yang ada di lapangan, maka
dilakukan pengukuran poligon terikat sepihak untuk kerangka
kontrol horisontal. Karena hanya terdapat satu titik referensi yang
diketahui koordinatnya, maka pengukuran poligon dilakukan
dengan sistem poligon tertutup, yaitu pengukuran dimulai dan
diakhiri pada titik yang sama.

8
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Hal ini dilakukan sebagai kontrol sudut dan jarak pengukuran. Pada
kondisi ini dianggap permukaan bumi adalah datar sehingga hasil
pengukuran langsung dihitung koordinatnya dengan perhitungan
poligon tertutup.
Kelebihan cara ini adalah perhitungan lebih mudah karena tidak ada
reduksi dan koreksi proyeksi. Jika akan dilakukan pengukuran stake
out, maka koordinasi titik pengukuran dapat langsung dipakai
sebagai titik referensi.
Kekurangan cara ini adalah koordinat hasil pengukuran tidak dapaat
dimasukkan dalam sistem koordinat nasional seperti sistem
koordinat UTM ataupun TM3o Karena hanya terikat pada satu titik
referensi maka orientasi arah azimutnya tidak terkontrol (tidak kuat).

3) Pengukuran Poligon Terikat Pada Dua Titik Referensi GPS


Pengukuran kerangka kontrol horisontal dengan cara ini adalah yang
paling disarankan, karena hasil pengukurannya dapat dikontrol dengan
adanya dua titik referensi.
Pengukuran poligon sebagai cara untuk pengukuran kerangka
kontrol horisontal dilakukan di atas bumi fisik (di atas bidang geocid)
sedangkan titik referensinya diukur dengan alat GPS. Pengukuran posisi
dengan alat GPS menggunakan ellipsoi sebagai referensinya,
sehingga referensi antara pengkuran poligon dengan pengukuran GPS
tidak terletak pada bidang referensi yang sama. Kondisi demikian
diperlukan reduksi hasil pengukuran poligon yang berupa sudut, jarak
dan azimut ke bidang referensi elipsoid. Karena penggambaran
dilakukan di atas bidang datar sedangkan bidang referensi ellipsoid
adalah bidang lengkung maka diperlukan koneksi proyeksi.
Karena jarak antar poligon kerangka kontrol horisontal kurang dari 2
(dua) Km maka reduksi jarak, sudut dan azimutnya sangat kecil
dan dapat diabaikan, sehingga hasil ukuran dapat dianggap
sebagai data ukuran di-ellipsoid.
Koreksi proyeksi meliputi koreksi konvergensi grid, koreksi
kelengkungan garis dan koreksi faktor skala. Jika diinginkan
dalam sistem UTM, maka dilakukan koreksi proyeksi dengan besaran
dalam sistem UTM. Demikian juga jika diinginkan dalam sistem TM3o
maka dilakukan koreksi proyeksi dengan besaran dalam sistem TM3 o.
Setelah dilakukan koreksi proyeksi terhadap hasil ukuran
poligon selanjutnya dilakukan perhitungan poligon dengan perataan
Bowditch. Kelebihan cara ini adalah sistem koordinatnya dalam
sistem nasional. Kelemahannya adalah perhitungannya rumit,
jika akan dilakukan rekonstruksi titik dengan cara stake out
9
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

maka koordinatnya harus dikembalikan lagi ke koordinat di


permukaan bumi fisik (geoid). Pengukuran kerangka kontrol
horisontaal metode poligon, meliputi pengukuran sudut titik poligon,
pengukuran jarak sisi polygon dan pengukuran azimuth arah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran metode
poligon adalah sebagai berikut :
- Pengukuran kerangka kontrol horisontal dilakukan dengan metode
pengkuran poligon dan harus melewati semua BM dan CP yang
terpasang di lapangan;
- Jika dilakukan pengukuran GPS maka panjang setiap seksi poligon
terbuka terikat sempurna menyesuaikan dengan jarak antara 2 BM
GPS yang berurutan. Pengukuran GPS dianjrkan dilakukan pada
setiap jarak + 5 Km, pada 5 Km azimut dikontrol dengan
pengamatan matahari. Bila di lapangan hanya ada satu titik
referensi dan tidak memungkinkan dilakukan pengukuran GPS,
maka pengukuran poligon dilakukan secara kring (tertutup), yaitu
pengukuran yang dimulai dan diakhiri pada titik yang sama.
- Tiap sudut poligon diukur dengan satu seri rangkap dengan hasil 4
(empat) kali sudut, dari bacaan biasa (B) dan luar biasa (LB).
Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kerangka kontrol
horisontal adalah teodolit atau ETS (electronic total station) yang
mempunyai bacaan terkecil 1o. Hasil pengukuran sudut antara
pengukuran satu dengan lainnya tidak boleh 5 (lima) kali lebih besar
dari ketelitian alat yang digunakan dan hasil 4 (empat) kali
pengukuran hasilnya dirata- rata sebagi hasil pengukuran sudut
horisontal.
- Jarak diukur pergi pulang masing-masing dengan empat kali
pembacaan. Alat yang digunakan untuk pengukuran jarak
menggunakan EDM (electronic distance measurement) atau ETS
(elekstronic total station), alat ukur harus dikalibrasi sebelum
digunakan untuk pengukuran;
- Semua titik poligon harus dibuat sketsa pengukurannya;
- Pengamatan matahari dilakukan dengan metode tinggi matahari,
pengamatan dilakukan pagi dan sore dengan pembacaan tiap satu
seri adalah 4 kali (2 biasa dan 2 luar biasa), dengan ketelitian 5 o
dan tiap pengamatan dibuat sketsa pengamatan, posisi matahari
dan posisi target.

10
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

f. Pengukuran Penampang Memanjang


Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaannya
dilakukan bersamaam dengan pengukuran sipat datar kerangka kontrol
vertikal. Pengukuran penampang memanjang dilakukan pada setiap
perubahan muka tanah di sepanjang trase jalan. Pembacaan rambu
harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar, yaitu benang atas
(BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB) sebagai kontrol
bacaan. Setiap detail data yang diambil harus dibuat sketsanya.

g. Pengukuran Penampang Melintang


Pengukuran penampang melintang ruas jalan dilakukan dengan lat
ukur sipat datar untuk daerah datar dan dengan menggunakan teodolit
dengan metode tachimetri untuk daerah dengan perbedaan topografi yang
cukup besar.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan harus tegak lurus dengan
ruas jalan. Pengambilan data dilakukan pada setiap perubahan muka tanah
dan sesuai dengan kerapatan detai yang ada. Sketsa penampang melintang
tidak boleh terbalik antara sisi kiri dan sisi kanan. Pembacaan rambu harus
dilakukan pada ketiga benang silang mendatar, yaitu benang atas
(BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB).

Persyaratan pengukuran penampang melintang :


- Kondisi datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m
dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan dari centre
line;
- Kondisi pegunungan dilakukan pada interval tiap 25 m dengan
lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan dari centre line;
- Kondisi tikungan dilakukan pada interval tiap 25 m dengan lebar
koridor 75 m ke arah luar dan 125 m ke arah dalam dari centre line;
- Untuk longsoran dilakukan pengukuran dengan interval tiap 25 m
dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan sesuai dengan
instruksi Tenaga Ahli Jalan.

h. Pengukuran Detail Situas

Pengukuran detail situasi dilakukan dengan memakai alat ukur teodolit


kompas dengan ketelitian pembacaan terkecil 20 o, dengan metode
tachimetri, mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia
yang ada disepanjang ruas jalan, seperti alur, sungai, bukit, jembatan,
gedung, rumah, batas ROS dsb.
11
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Dalam pengambilan data harus duperhatikan kerapatan detail yang diambil


sehingga cukup mewakili kondisi sebenarnya. Pada pengukuran situasi
khusus seperti sungai dan persimpangan jalan pengambilan titik detail
harus lebih rapat.
Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang
mendatar yaitu benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB) sebagai kontrol. Semua pengukuran titik detail harus dibuat sketsa
(arah utara dan sketsa situasi)

i. Pengukuran Pengikatan Titik-titik Referensi Eksisting


titik Referensi Eksisting adalah titik ikat yang sudah diketahui koordinatnya
dalam suatu sistem koordinat tertentu (misal dalam sistem koordinat UTM
atau TM3). Pengukuran pengikatan bertujuan untuk mengikatkan
pengukuran kontrol horisontal maupun vertikal yang baru dengan titik ikat
yang ada sehingga diketahui akan diperoleh harga koordinat (X, Y)
dan elevasi hasil pengukuran pada titik-titik yang baru.
Selain itu keberadaan titik ikat (referensi) horisontal yang
terdistribusi dengan baik (misal setiap 5 Km) sepanjang jalur
pengukuran dapat digunakan untuk mengkontrol hasil pengukuran
koordinat titik-titik kontrol metode poligon yang digunakan. Cara dan
alat yang digunakan untuk pengukuran pengikatan titik-titik
referensi horisontal sama seperti pengukuran titik-titk kontrol
horisontal baru, yaitu dengan metode poligon. Pengikatan titik referensi
vertikal dilakukan pada titik-titk tinggi yang ada, kemudian dibawa ke
titik awal proyek. Cara maupun peralatan yang digunakan untuk
pengikatan titik-titik ikat (referensi) tinggi eksisting sama dengan
pengukuran kerangka kontrol vertikal, yaitu dengan alat ukur sipat datar
dan dilakukan dengan metode pengukuran pergi-pulang.

j. Perhitungan dan Penggambaran


- Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat
yang dipergunakan.
- Penggambaran titik-titik poligon didasarkan pada hasil
perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis.
- Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail, dihitung secara tachymetris.
- Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar
berdasarkan titik-titik poligon dengan skala 1 : 1000 dan interval
kontur 10cm pada arah absis (X) maupun ordinat (Y) dengan

12
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

nilai 100 m untuk masing- masing absis dan tepi kiri peta untuk
angka ordinat.
7.3 Survei Perkerasan Jalan
a. Pemeriksaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai CBR lapisan tanah dasar
badan jalan yang dilakukan pada ruas-ruas jalan yang belum beraspal,
seperti jalan tanah.
b. Pengujian Benkelman Beam
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai lendutan
balik dari konstruksi perkerasan jalan yang beraspal.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut
:
➢ Truck yang dipakai harus dibebani sehingga mencapai
beban gandar belakang sebesar 8,2 ton dengan tekanan angin
ban sebesar 80 psi atau 5,5 kg/cm2.
➢ Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan
dengan menggunakan jembatan timbang atau dengan alat yang
telah terbukti dapat dipakai untuk pengukuran beban gandar,
dan hasil pengukuran beban gandar harusdicatat dengan jelas
pada formulir pemeriksaan Benkelman Beam.
➢ Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai
ukuran yang standar, misalnya perbandingan batang 1 : 2.
➢ Alat pembacaan (dial Gauge) lendutan harus dalam kondisi yang
baik dan skala ketelitian pembacaan jarum petunjuk harus
dicatat (ketelitian 0,01 mm).
➢ Pemeriksaan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan
setiap 100 meter sepanjang ruas jalan beraspal yang telah
ditetapkan.
➢ Selama pemeriksaan, konsultan harus mencatat hal-hal
khusus yang dijumpai seperti kondisi drainase, nama daerah
yang dilalui, cuaca, waktu, peninggian permukaan jalan dan
sebagainya.
➢ Semua data hasil pemeriksaan yang diperoleh dicatat
dalam formulir pemeriksaan Benkelman Beam.
➢ Persyaratan lainnya sesuai dengan SNI. 03-2416-1991.

7.4 Survei Geologi dan Geoteknik


Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini, adalah
untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran
tebal tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah,
menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan
struktur, pada mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan
kuantitasnya.
Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide bilamana terdapat
suatu kondisi tanah dasar yang lunak (soft soil).

a. Penyelidikan Geologi.
13
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta


dasar topografi skala 1: 250.000 s.d. skala 1:100.000. Pencatatan kondisi
geoteknik disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 –
1000 meter dan pada lokasi jembatan dilakukan menggunakan lembar
isian.
1) Penyelidikan lapangan.
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah,
warna, perkiraan prosentase butiran kasar/halus) sesuai dengan
Metode USCS.

2) Pemetaan.
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dipetakan, batas-
batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran,
untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dalam skala 1:2000
ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara
lain : sesar/patahan, kekar, pelapisan batuan dan perlipatan.

Pengamatan lapangan dijabarkan dalam formulir isian.


Batuan lapuk dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat
fisik/termasuk didalamnya pengamatan tentang :
➢ Gerakan tanah
➢ Tebal pelapukan tebal tanah
➢ Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi
muka air tanah
➢ Tata guna lahan
➢ Kedalaman rawa diukur apabila rencana trase jalan
tersebut harus
melewati daerah rawa
b. Penyelidikan Geoteknik.
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
1) Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji.
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 – 40 kg untuk
setiap contoh tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang
jelas (nomor sumur uji, lokasi, kedalaman). Pengambilan
sumuran uji dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda
atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan kedalaman 1 – 2
m. Setiap sumuran uji yang digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor sumur uji, dan
lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (sepanjang jalan) lebar 1,0 m, log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi yang
lengkap dan 1 kolom untuk unit (satuan) batuan.
2) Pengambilan contoh tanah tak terganggu.
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara
bor tangan menggunakan contoh tanah (”split tube” untuk tanah
keras atau

14
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

”piston tube” untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi
identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman).
Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan
akan timbun (untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggian
timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng)
dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan interval
sekurang-kurangnya 100 meter dan/atau setiap perubahan jenis tanah
dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran
tangan dan contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto
harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan dan lokasi. Semua
contoh tanah harus diamankan baik selama pemyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
Pemboran untuk pengambilan contoh tanah tak terganggu
dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 6151.

c. Lokasi Quarry.
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur pelengkap
bangunan jalan, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan
yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.

Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik


bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi
dengan foto-foto dan dibuatkan petanya.

d. Pekerjaan Laboratorium.
Pekerjaan laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum
pada Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3).

7.5 Survey Hidrologi/Hidrolika

Perencanaan sistem drainase jalan didasarkan kepada keberadaan air


permukaan dan bawah permukaan sehingga perencanaan drainase jalan dibagi
menjadi dua yaitu:
➢ Drainase permukaan (surface drainage);
➢ Drainase bawah permukaan (sub surface drainage).

15
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Namun perencanaan kedua jenis drainase diatas harus memiliki keterpaduan


tujuan agar perencanaan drainase jalan tercapai. Kurang memadainya drainase
jalan dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan konstruksi jalan.

Oleh karenanya perencanaan sistem drainase jalan harus dilaksanakan dengan


baik. Air hujan atau air limpahan dari daerah-daerah di sekitar jalan
harus dialirkan ke sungai atau ke tempat-tempat pembuangan lainnya dengan
menggunakan saluran tepi jalan dan bangunan-bangunan air yang
melintasi jalan, seperti misalnya gorong-gorong.
Analisa hidrologi dimaksudkan untuk menetapkan besarnya debit (Q) yang
harus dialirkan, sedangkan analisa hodrolika diperlukan untuk menetapkan
dimensi saluran dan bangunan drainase yang diperlukan untuk
mengalirkan debit tersebut.

Data hidrologi yang diperlukan untuk pekerjaan jalan dan jembatan meliputi
data curah hujan, data debit dan tinggi muka air serta data daerah
pengaliran air hujan (catchment area). Untuk perencanaan drainase jalan,
data curah hujan yang dibutuhkan adalah data curah hujan maksimum harian
yang terjadi dalam 1 tahun.

Data pengamatan debit dan tinggi muka air sungai merupakan data dasar yang
sangat dibutuhkan untuk perencanaan bangunan air. Verifikasi lapangan untuk
mencocokkan hasil hitungan debit rencana dari analisa hidrologi dan hasil
hitungan tinggi muka air sungai dari analisa hidrolika, umumnya
diperlukan dalam perencanan. Beberapa metode yang dapat dilakukan
untuk mengetahui debit dantinggi muka air sungai diantaranya melalui :
➢ Wawancara dengan penduduk setempat mengenai tinggi muka air banjir
maksimum yang pernah terjadi di lokasi tempat rencana bangunan air,
elevasi ini harus ditandai pada pohon atau tempat-tempat lainnya
untuk kemudian elevasinya diukur oleh surveyor topografi.
➢ Mengukur penampang melintang sungai/alur alam di daerah yang
lurus dan cukup panjang serta yang kira-kira memiliki penampang
melintang seragam serta mengukur tinggi muka air dan kecepatan arus
untuk memperkirankan besaran debit aliran sesaat.

7.6 Survei Lalu Lintas


Survey pencacahan lalu lintas adalah kegiatan pokok dan sangat penting
dilakukan untuk mendapatkan data volume lalu lintas untuk keperluan
perencanaan jalan dan perencanaan transportasi.

16
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Dalam keadaan normal, survei diupayakan tidak terputus selama periode


yang telah direncanakan. Untuk menghindari gangguan terhadap
kesinambungan survei, petugas harus mamastikan seluruh perlengkapan dan
peralatan pencacahan bekerja dengan baik.

Survey lalulintas dilakukan pada hari kerja dari senin sampai jumat
Pos pencacahan ditempatkan denga memperhatikan kondisi lokasi
survei sebagai berikut :
a. Survei pada jaringan jalan antar kota
Pos harus ditempatkan pada ruas jalan, dimana :
➢ Lalu lintas tidak dipengaruh oleh lalu lintas ulang alik (commuter
traffic);
➢ Pos mempunyai jarak dan kebebasan pandang yang cukup untuk
kedua arah;
➢ Karakter pergerakan lalu lintas mewakili pergerakan lalu lintas pada
ruas jalan.
b. Survei pada jaringan jalan perkotaan
Pos harus ditempatkan pada ruas jalan, dimana :
➢ Lalu lintas yang dicacah tidak dipengaruhi oleh pergerakan lalu
lintas dari persimpangan;
➢ Pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengamati
kedua arah
c. Survei pada persimpangan
➢ Pos mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengawasi
pergerakan pada lengan-lengan yang ditinjau;
➢ Pos tidak mengganggu kebebasan pandang pengemudi;
➢ Lokasi pos dapat memberikan ruang pengamatan yang jelas untuk
melihat lintasan dan arah pergerakan lalu lintas.

d. Pos sebaiknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan dengan


lampu penerangan dan tempat berteduh.
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 8
kelompok mencakup kendaraan bermotor dan kendaraan tidak
bermotor.dab disesuaikan dengan jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan tersebut.

Pengenalan ciri kendaraan :


1. Kendaraan bermotor roda 3 antara lain: bemo dan bajaj.
2. Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaran penumpang
umum maximal 12 tempat duduk seperti mikrolet, angkot,
minibus, pick-up yang diberi penaung kanvas/pelat dengan
rute dalam kota dan sekitarnya atau angkutan pedesan.

17
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

3. Umumnya sebagai kendaraan barang maximal beban sumbu


belakang 3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda
tunggal (STRT).
5a. Bus Kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 16 s/d 26 buah, seperti kopaja, metromini,
elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan
panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus ¾.
5b. Bus Besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 30 s/d 50 buah, sperti bus malam,bus kota,
bus antar kota yang berukuran 12 m (+) dan STRG.
6. Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu
belakang antara 5-10 ton (MST 5,8,10 dan STRG)
7a. Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu
yang letaknya STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda).
7b. Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi
gandengan bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga.
Disebut juga Full Trailer Truck.
7c. Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang
terdiri dari kepala truk dengan sumbu 2-3 sumbu yang dihubungkan
secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda belakang
yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula.
8. Kendaraan tidak bermotor : Sepeda, termasuk sepeda yang
ditempeli
mesin 75 cc (max)

7.7 Perencanaan Teknis dan Penggambaran a. Perangkat Lunak

Perencanaan

Dalam pelaksanaan perencanaan untuk pekerjaan rehabilitasi

dan/ataupelapisan ulang perkerasan harus menggunakan perangkat lunak

yang dapat menghasilkan gambar dalam dua dimensi.

b. Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan


Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan pengguna
jalandan pekerja, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun
pasca konstruksi. Perencanaan harus menjamin bahwa semua elemen yang

18
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

direncanakan memenuhi persyaratan desain yang ditetapkan dan sesuai


dengan kondisi lingkungan setempat.
c. Perencanaan Geometrik Jalan
Standar perencanaan geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan
ini adalah Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota No.
038/T/BM/1997.

d. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada standar Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03-3424-1994 dan mengakomodasi
faktor keselamatan, pengendalian hanyutan/polusi peralatan dan lain-lain.
Karena saluran drainase memegang peranan yang sangat penting dalam hal
mengumpulkan dan menyalurkan air permukaan dari daerah milik jalan,
sehingga perencanaannya harus mempunyai kapasitas yang cukup (dengan
periode ulang banjir 10 tahunan untuk jalan Arteri, 7 tahunan untuk jalan
Kolektor).
Lokasi dan bentuk saluran drainase harus direncanakan agar
dapat mencegah bahaya terhadap lalu lintas, tahan erosi, dapat
dibersihkan terhadap hanyutan/penumpukan material yang akan
mengurangi kapasitas drainase.
Perencanaan drainase meliputi :
1) Mempelajari pola aliran sesuai dengan kondisi terrain dan rencana
jalan
2) Mempelajari daerah tangkapan air yang terkait prasarana
drainase yang diperlukan
3) Menampung dan mengalirkan air permukaan pada daerah manfaat
jalan
4) Merencanakan alinyemen saluran
5) Merencanakan saluran pada daerah kaki lereng
timbunan untuk menyalurkan air permukaan pada daerah sekitar
menuju daerah buangan
6) Merencanakan saluran di atas lereng bukit yang
berfungsi untuk mencegah rembesan air dari atas
7) Merencanakan saluran yang berfungsi untuk terjunan atau
pematah arus pada daerah curam.

e. Perencanaan Perkerasan Standar


Rujukan yang dipakai untuk perhitungan konstruksi perkerasan jalan dalam
pekerjaan ini menggunakan Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.

19
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

02/M/BM/2013 Tentang Manual Desain Perkerasan Jalan

Analisis Lalu Lintas dan Umur Rencana


Penyedia jasa harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang
dikonversi kedalam nilai ESA) sampai akhir umur rencana, umur
rencana untuk pekerjaan Pembangunan/Peningkatan jalan selama 20
tahun, sedangkan untuk pekerjaan Pemeliharaan Berkala jalan selama 10
tahun dalam hal ESA5<0.5 juta, atau 15 tahun dalam hal ESA5 sama dengan
atau lebih dari 0.5 juta.
Mempelajari kemungkinan pemakaian tipe bahan perkerasan yang
sesuai untuk suatu daerah tertentu.
Tipe perkerasan yang diijinkan untuk digunakan dalam pekerjaan ini adalah
type perkerasan yang sekarang dipakai Direktorat Jenderal Bina Marga.
Pemilihan Jenis Bahan Material
Penyedia Jasa harus mengutamakan penggunaan bahan material setempat
sesuai dengan masukan dari laporan geotekniknya.

Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan


konstruksi, maka Penyedia Jasa harus mengusulkan usaha-usaha yang
paling ekonomis untuk peningkatan sifat-sifat teknis bahan sehingga dapat
dipakai sebagai bahan konstruksi.

f. Stabilitas Lereng
Perhitungan stabilas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang
berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman
dari keruntuhan.

g. Stabilitas Badan Jalan.


Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang
ada, jenis dan karakteristik batuan dan kondisi lereng.

20
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu :


a. Pengamatan gerakan tanah atau longsoran yang sudah ada
dilapangan
b. Perkiraan longsoran yang mungkin terjadi (hasil analisis)
akibat jenis, arah dan struktur lapisan batuan, dan
c. Pengkajian longsoran yang dapat terjadi akibat pembangunan
jalan.
Untuk ketiga hal diatas harus diidentifikasi jenis gerakan, faktor
penyebabnya, dan usaha-usaha penanggulangannya.

h. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman Jalan.


Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap
dan pengaman jalan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan
Undang – undang Lalu-lintas No. 14 Tahun 1992
b. Standar Box Culvert
c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan.

i. Gambar Perencanaan Akhir (Final Design)


Pembuatan gambar trase jalan selengkapnya, dilakukan setelah konsep
perencanaan (Draft Design) mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa
atau mewakilinya.
Final Design digambar diatas kertas standar sheet ukuran A3. Gambar
perencanaan akhir untuk digunakan pada paket PRIM diuraikan secara
ringkas sebagai berikut :
a. Sampul luar (cover) dan sampul dalam
b. Daftar isi (Dokumen Pengadaan dan Gambar Standar
c. Lembar judul yang membuat lay-out jalan skala 1: 50.000 d. Peta
lokasi pekerjaan (Hasil Tracking GPS)
d. Peta lokasi sumber material (quarry)
e. Lembar simbol dan singkatan
f. Gambar center line jalan skala 1: 5000 dilengkapi dengan detail jalur
poligon serta koordinat dari semua patok pengukuran (BM)
g. Lembar daftar jembatan dan gorong-gorong
h. Lembar gambar bangunan pelengkap jalan lainnya j. Lembar daftar
kuantitas pekerjaan
i. Typical potongan melintang skala 1: 100 dilengkapi dengan
detail
j. konstruksi perkerasan dan saluran samping
21
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

k. Plan dan Profil


Skala horisontal 1 : 1000, skala vertikal 1: 100
Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok
KM dan beton (BM), letak dan ukuran jembatan/gorong-gorong,
tanda- tanda lalu-lintas dan sebagainya.
l. Potongan Melintang (Cross Section)
Skala horisontal 1: 100, skala vertikal 1: 50
Dibuat setiap jarak 25 m s.d. 50
m. Gambar-gambar standar
n. Penampang vertikal ringkasan pekerjaan, tidak berskala (Strip map)
o. Penampang horizontal pekerjaan perkerasan jalan, tidak berskala
(Jenis Penanganan)

h. Perhitungan Kuantitas dan Biaya Pekerjaan Fisik.

a. Perhitungan kuantitas
o Daftar kuantitas pekerjaan disusun menurut pay
item/mata pembayaran didalam Spesifikasi Umum yang dipakai.
o Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan terhadap semua
pekerjaan yang ada pada setiap kilometer panjang jalan. Tabel
perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata
pembayarannya (pay item).
o Kuantitas pekerjaan tanah dihitung dari gambar
penampang melintang.

b. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Fisik


o Penyedia jasa harus menghitung biaya pelaksanaan fisik
o Penyedia jasa harus mengumpulkan harga satuan dasar upah,
bahan, dan peralatan yang akan, digunakan dilokasi pekerjaan yang
bersangkutan.
o Berdasarkan pada hasil perhitungan kuantitas masing-
masing pekerjaan yang diperlukan dan harga satuannya, maka
Penyedia Jasa harus membuat laporan kebutuhan biaya pekerjaan
untuk setiap paket/ruas jalan yang bersangkutan, lengkap dengan
data – data pendukungnya.

8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 21 (Dua Puluh Satu) Hari Kalender

22
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

9. TENAGA AHLI

Posisi dan jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan ini, adalah
sebagai berikut :

Jumlah Tenaga Tahun


No Posisi / Jabatan
(Orang) Pengalaman

1 Pemimpin Team (Team Leader) 1 5 Thn

Total 1

Setiap tenaga ahli tersebut harus mempunyai sertifikat keahlian (SKA) untuk
bidang yang sama/sesuai dengan jabatannya yang di keluarkan oleh Asosiasi Keahlian
Bidang Jalan / Jembatan. Sebelum tanda tangan kontrak, calon tenaga akan
dievaluasi oleh Pengguna Jasa tentang kesesuaian riwayat kerja, pengalaman dan
kualifikasi.Apabila terdapat ketidaksesuaian, maka tindakan selanjutnya dilakukan
menurut peraturan yang berlaku termasuk Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa PemerintahNomor 7 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis
Operasional Daftar Hitam.

Persyaratan masing-masing Tenaga Ahli, tugas dan tanggung jawabnya adalah


sebagai berikut :

1.1. Pemimpin Tim (Team Leader)

Pemimpin Tim sekurang-kurangnya seorang Sarjana Teknik Sipil (S1)


lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah
diakreditasi oleh instansi yang berwenang atau yang lulus ujian negara, atau
perguruan tinggi luar negeri yang ijasahnya telah disahkan/diakui instansi
pemerintah yang berwenang dibidang pendidikan tinggi, dan
berpengalaman profesional dalam bidang perencanaan teknis konstruksi
jalan, mengetahui dengan baik proses perencanaan jalan dengan segala
permasalahannya.

Pemimpin Tim harus sudah berpengalaman profesional selama 5 tahun setelah


lulus dalam bidang tersebut diatas.

Tugas dan tanggung jawab Pemimpin Tim meliputi, namun tidak terbatas
pada hal-hal tersebut di bawah ini :
a. Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan
ini sehingga bias menghasilkan pekerjaan seperti yang telah
diuraikan/ditentukan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dengan efektif,
dan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu.

23
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

b. Bekerja sama dengan Tenaga Ahli dan staf teknik lainnya yang
membantu
melaksanakan pekerjaan perencanaan ini, sehingga hasil yang didapat
sesuai dengan yang diharapkan pengguna jasa.
c. Menyusun hasil observasi visual mengenai kondisi permukaan, dan
rekomendasi kepada Penyedia Jasa tentang urutan prioritas lokasi untuk
penanganan dengan pekerjaan besar, dan jenis survei detil yang
dibutuhkan.
d. Mengasistensikan semua hasil pekerjaan secara bertahap dan teratur
kepada pengguna jasa agar hasil akhir pekerja sesuai dengan Kerangka
Acuan Kerja ini.
e. Membuat laporan-laporan sesuai KAK ini dan diserahkan tepat
pada
waktunya.

10. Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa Dokumen
Perencanaan Teknis dan Dokumen Pengadaan serta dokumen lain yang
mencakup segala persyaratan yang ditetapkan dan harus dipertanggung jawabkan
dalam pelaksanaan pekerjaan fisik dikemudian hari.

11. Laporan

Jenis laporan berikut ini harus diserahkan kepada pengguna jasa, masing-masing
1 (satu)buku asli dan 4 (Empat) buku copy, dibuat dalam bahasa Indonesia dengan
ukuran kertas A4, kecuali gambar-gambar rencana menggunakan kertas A3.Khusus
Dokumen Pengadaan, laporan juga harus diserahkan dalam soft copy (asli dan
.pdf).

Laporan dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini dibuat selengkap-lengkapnya yang berisi seluruh kegiatan pada
Survei Penjajakan yang memuat antara lain:
a. Foto dokumentasi
b. Data lapangan hasil SurveiPenjajakan
c. Metodologi dan rencana kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh
d. Ringkasan hasil observasi visual mengenai kondisi permukaan, dan
rekomendasi tentang urutan prioritas lokasi untuk penanganan dengan
pekerjaan besar.
e. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sejak SPMK diterbitkan.

24
Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Rekotruksi/Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Langge/Sandi-Pajam – Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Wakatobi

2. Laporan Akhir
Laporan ini berisi rangkuman semua kegiatan yang telah dilaksanakan,
pengolahan data, perhitungan perencanaan beserta asumsi yang digunakan
dalam pekerjaan ini.

Laporan harus dibuat dan diserahkan sebelum Penyedia Jasa mengakhiri


tugasnya termasuk CD yang berisi seluruh laporan tersebut., termasuk :

Laporan Perhitungan Kuantitas dan Biaya


Laporan ini terdiri dari :
Daftar isi
Peta lokasi proyek
Daftar dimensi perkerasan dan bangunan pelengkap jalan
Perhitungan perkiraan kuantitas dibuat per kilometer
Analisa satuan harga untuk setiap item pekerjaan yang ada
Perkiraan biaya dibuat untuk setiap paket pekerjaan/setiap ruas jalan.

2. Dokumen Pengadaan

Dokumen Pengadaan dibuat untuk masing-masing ruas jalan.

3. Foto – foto Dokumentasi

Penyedia Jasa harus menyerahkan foto-foto dokumentasi lengkap


dengan keterangannya dalam bentuk buku/album yang sudah dijilid rapi dan CD.
Secara umum bagian-bagian situasi yang perlu diambil fotonya, antara lain
sebagai berikut :
Kondisi jalan dan jembatan pada saat SurveiPenjajakan
Daerah-daerah kritis (longsor, potensi longsor, banjir dan sebagainya
Pelaksanaan SurveiPenjajakan, Surveitopografi, survei perkerasan, survei
lalu
lintas serta penyelidikan tanah dan material
Lokasi lahan yang perlu dibebaskan (bila ada)
Lokasi quarry/sumber material.

25

Anda mungkin juga menyukai