Angina Pektoris
Angina pektoris adalah rasa sakit dada akibat adanya iskemia otot jantung.
Sakit dada ini timbul karena timbunan asam laktat, akibat metabolisme anaerob
pada sel miokard yang hipoksik. Angina pektoris terbagi dalam :
● Angina pektoris stabil (stabil angina)
● Angina pektoris tidak stabil (unstable angina)
● Angina variant/angina prinzmetal
Miokard Infark
Miokard Infark adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya
sakit dada khas. Lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian anti angina. Biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner.
Lokasi dan luasnya infark tergantung letak arteri koroner yang tersumbat.
1
1.2. Trombolitik Pada infark Miokard Aklut (IMA)
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 1966, penyakit kardiovaskuler menduduki
peringkat pertama penyebab kematian. Salah satunya adalah penyakit jantung
koroner seperti infark miokard akut.
Penatalaksanaan pada IMA bertujuan untuk memperbaiki kembali aliran
darah pembuluh koroner, sehingga reperfusi dapat mencegah kerusakan miokard
lebih lanjut, serta mencegah kematian mendadak dengan memantau dan
mengobati aritmia.
Salah satu reperfusi koroner adalah dengan pengobatan trombolisis secara
intravena. Pemberian secara intravena pada infark miokard akut dapat
menurunkan angka mortalitas lebih dari 30% (Medical Progress, September 1995)
dan 40% (critical care, 1995)
2
PJB dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu :
A. Golongan PJB Asianotik (tidak biru)
a) Defek Septum Atrium (ASD)
Defek : adnya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.
b) Defek Septum Ventrikel (VSD)
Defek : adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri.
c) Duktus Arteriosis Paten (PDA)
Defek : adanya pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri
pulmonal. Duktus arteriosis ini normal pada saat bayi dalam
kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini tidak
menutup secara sempurna setelah bayi lahir.
d) Stinosis Pulmonal (PS)
Defek : adanya penyempitan atau osbtruksi pada muara arteri
pulmonalis.
e) Coartatio of The Aorta
Defek : penyempitan setempat dari aorta. Bisa preduktal (sebelum
duktus), Juxtra-Duktuis atau Post-Duktal (Dital Duktus).
3
1.5. Hipertensi
Menurut JNC VI, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah merupakan salah
satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan
pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang
saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan darah, dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat dijaringan tubuh. Tekanan darah
yang tinggi atau hipertensi sering tidak memberikan keluhan pada seseorang,
tetapi penderita mempunyai resiko kematian kardiovaskuler lebih besar dibanding
dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Hipertensi sering
memberikan perubahan pada pembuluh darah yang sering mengakibatkan makin
tingginya tekanan darah. Oleh sebab itu pengobatan dini pada hipertensi sangatlah
penting, karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh
seperti jantung, ginjal dan otak. Tekanan darah akan berubah setiap saat
bergantung pada keadaan seseorang. Tekanan darah terendah adalah pada saat
keadaan tidur. Tekanan darah dapat naik pada saat aktivitas fisik ataupun psikis.
4
- Stemosis mitral atau triklospid
d) Konstriksi pericard tamponade
e) Retriksi indokardial atau miokardial
f) Aneurisma ventrikular
B. Kelainan Miokardial
a) Primer
- Kardiomiopati
- Gangguan neuromuskuler
- Miokarditis
- Metabolik (DM)
- Keracunan
b) Sekunder
- Iskemia (penyakit jantung koroner)
- Inflamasi
- Gangguan metabolik
- Penyakit infiltratif (restrictive cardiomiopaty)
- Penyakit sistemik
- Penyakit paru obstuktif kronis
- Obat-obatan yang mendepresi miokard
c) Gangguan Irama Jantung
- Ventrikular stand still
- Ventrikular fibrilasi
- Takikardi atau bradikardi yang ekstrim
- Gangguan konduksi
5
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
2.1. Pendahuluan
Jantung terletak didalam rongga mediastrium dari rongga dada (toraks),
diantara kedua paru, selaput yang mengitari jantung disebut perikardium, yang
terdiri atas 2 lapisan :
● Perikardium parietalis yaitu lapisan luar yang melekat pada
tulang dada dan selaput paru.
● Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung
itu sendiri yang disebut epikardium.
6
ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh. Kedua atrium tersebut
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
B. Ventrikel
a) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri peulmonalis.
b) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum ventrikel.
7
a) Vena febesian
b) Vena kardiaka
c) Sinus koronaris
8
4. Hanya sedikit mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatiknya pendek
9
Merupakan lanjutan dari ”bundle of HIS” yang bercabang menjadi dua,
yaitu :
a) Right bundle branch mengirim impuls ke otot
jantung ventrikel kanan
b) Left bundle branch terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Left posterior vesicle menghantarkan impuls ke endokard
ventrikel kiri bagian posterior dan inferior.
2. Left anterior vesicle menghantarkan impuls ke endokard
ventrikel kiri bagian anterior dan superior.
G. Sistem Purkinye
● Merupakan bagian ujung dari bundle branch
● Menghantarkan impuls menuju lapisan subindokard pada kedua
ventrikel, sehingga terjadi depularisasi yag diikuti oleh kontraksi
ventrikel.
● Sel-sel pacimaker di subindokard ventrikel dapat menghasilkan
impuls dengan frekuensi 20-40 kali/menit.
10
BAB III
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
3.1 Pendahuluan
Respirasi dalam pengertian sebenarnya adalah pertukaran yang dimana
oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel masuk ke dalam tubuh dan CO2
yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
pada keadaan normal, respirasi mengatur pemasukan O2 dan mengatur
pengeluaran CO2 dalam berbagai tingkatan metabolisme.
11
Rongga ini terbentuk dari dua selaput serosa, yang meliputi dinding dalam
rongga dada disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru disebut pleura
viseralis.
3.3 Saluran Nafas Bagian Atas
A. Rongga Udara
Udara yang dihirup melalui akan mengalami penghangatan penyaringan dan
pelembaban yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi
udara dari rongga hidung akan diteruskan ke nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
B. Nasofaring
Pada bagian ini ada dua alat penting yaitu “Pharingeal tonsil” dan “tuba
eustachius”.
C. Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat pangkal
lidah.
D. Laringofaring
Merupakan bagian yang cukup penting karena disini terjadi persilangan
antara aliran udara dan aliran makanan, yang berlangsung secara bergantian.
12
lebas, lebih dekat dengan trakea dibandingkan bronkus kiri. Hal ini
mempunyai konsekuensi benda/bahan asing dan pipa indotrakeal cenderung
masuk ke bronkhus kanan.
Bronchus kanan :
Bercabang 3 :
- Lobus superior
- Lobus medius
- Lobus inferior
Bronchus kiri :
bercabang 2 :
- Lobus superior
- Lobus inferior
3.5 Alveoli
Alveoli terdiri dari :
A. Membran Alveoli
B. Ruang Interstial
3.6 Surfactant
Surfactant alveoli mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan
normal surfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu
deperasi, sehingga kolaps avlveoli dapat dihindari.
3.8 Paru
Sebenarnya merupakan jalinan atau susunan bronchus bronkiolus,
terminalis, bronkhioles respiratory, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem
limfatik dan lain-lain.
13
3.9 Rongga dan Dinding Dada
Rongga dan Dinding Dada
- Otot-otot interkostalis
- Otot-otot pektoralis mayor dan minor
- Otot-otot trapezius
- Otot-otot seratus anterior/posterior
- Kosta-kosta dan kolumna vertebralis
- Kedua hemi diafragma
Rongga ini yang secara aktif mengatur aktif mengatur mekanik respirasi
14
C. Adanya mean capillary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari
rongga kapilar ke rongga intestisiil.
15
BAB IV
PENGKAJIAN KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI
KARDIOVASKULER
4.1 Pendahuluan
Menetapkan gangguan terhadap pemenuhan kebutuhan klien, hanya dapat
diperoleh melalui analisis dari suatu pengkajian. Pengkajian ini memegang peran
penting sebagai parameter yang mendasari seluruh tindakan yang akan dilakukan.
Pengkajian termasuk dalam proses keperawatan, dan menduduki urutan pertama
dari langkah-langkah proses keperawatan tersebut, untuk dapat melakukan
pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan keterampilan
mengenal gejala dan tanda dari suatu gangguan nyata maupun potensial yang
ditampilkan oleh klien. Proses ini dilaksanakan melalui interaksi perawatan dan
klien, observasi dan pengukuran.
16
Yang perlu diungkap dalam wawancara yaitu :
a) Keluhan utama : menanyakan tentang gangguan terpenting yang
dirasakan klien sehingga ia perlu pertolongan, keluhan tersebut antara
lain : sesak nafas, batuk lendir atau darah, nyeri dada, pingsan, berdebar-
debar, cepat lelah dan sebagainya.
b) Riwayat penyakit sekarang : menanyakan tentang perjalanan sejak
timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan.
c) Riwayat penyakit terdahulu : menanyakan tentang penyakit-
penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya
d) Riwayat keluarga : menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga
e) Riwayat pekerjaan : menanyakan situasi tempat pekerja dan
lingkungannya
f) Riwayat geografi : menanyakan lingkungan tempat tinggalnya
g) Riwayat allergi : menanyakan kemungkinan adanya allergi
h) Kebiasaan sosial : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup
i) Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok,
sudah berapa lama, berapa batang perhari dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, maka data biografi
juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : nama, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh klien. Dalam
mengajukan pertanyaan kepada klien hendaknya diperhatikan kondisi klien.
Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan
pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan yang jawabannya adalah ya atau tidak.
Atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerak tubuh, yaitu
mengangguk, menggalungkan kepala saja, sehingga tidak memerlukan
energi yang besar.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :
sebelum menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh, perlu dinilai secara umum,
kesadaran penderita : kompos mentis, apatis, somnolen, sopor,
soporkomatous, atau koma.
17
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a) Raut muka (bentuk muka, ekspresi, tes saraf)
b) Bibir (biru, TF, TGA, pucat (anemia)
c) Mata (konjungtiva, sklera, kornea, eksoptalmus, gerakan bola
mata, reflek kornea)
d) Tekanan vena jugularis (jugularis venous pressure)
e) Arteri karotis (palpasi, auskultasi)
f) Kelenjar tiroid (inspeksi, palpasi, auskultasi)
g) Trakhea
2. Pemeriksaan toraks dan sistem respirasi
1) Inspeksi (posisi, arah, bentuk, asimetris, gerakan pernapasan, takipnu,
bradipnu, cheyne strokes, biot kesmaul, asimetri, dangkal,
hiperpnoea, apneustik, denyut apek jantung, pelebaran vena dada,
denyut nadi dada/punggung)
2) Palpasi (pemeriksaan kelainan dinding torak, tanda-tanda penyakit
paru, pokal premitus, tanda-tanda penyakit jantung dan aorta)
3) Perkusi (menentukan keadaan dan batas pary, keadaan paru (normal,
resonan, sangat resonan, agak sub timpani, hiper resonan, kurang
resonan, redup, pekak).
4) Auskulasi (menilai suara nafas, resonan vokal, suara tambahan), suara
nafas (trakeo bronkial, bronkovasikuler, vesikuler, resonan vokal,
krepitasi).
3. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler
Menjadi pemeriksaan :
1)Pemeriksaan pembuluh darah perifer
a) Arteri perifer
Periksa a. Radialis dalam posisi pronasi dan fleksi disiku, kalau
perlu angkat sedikit, a. Karotik, a. Femoralis, a. Poplitea, a.
Dorsalis, a. Tibialis posterior.
b) Pemeriksaan vena
Terutama vena jugularis interna dan eksterna, vena dada jika
tampak jelas berliku-liku berarti ada hambatan terhadap V. Porta,
18
V. Kava atau ada proses yang menekan atrium kanan akibat
tumor mediastinum atau aneurisma aorta desenden.
19
Pemeriksaan diagnostik kardiovaskuler dapat digolongkan atas pemeriksaan
invasif dan non invasif. Pemeriksaan dan invasif adalah prosedur-prosedur
diagnostik yang dilakukan tanpa menyebabkan kedua pada kulit, sehingga
tidak menimbulkan komplikasi yang berarti. Pemeriksaan kardiologi yang
dikerjakan rontgen, toraks, laboratotium rutin. Semua – lainnya digolongkan
dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler khusus.
20
BAB V
PEMERIKSAAN PENUNJANG SISTEM KARDIOVASKULER
21
c) Gangguan pada difragma
- Paralis saraf frenikus
d) Menilai letak alat-alat yang dimasukan kedalam organ rongga
toraks, misalnya : ETT, eup, Swau, Ganz, NGT, dan lain-lain.
22
- Rusuk pada sisi sakit lebih dekat
3. Cairan dalam kavum pleura
Ciri-ciri foto toraks
- Bayangan “opakere” pada paru bagian bawah
- Tidak terlihat sedut kostrofremikus
F. Tanggung jawab perawat dalam pemeriksaan radiologist
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan pada pasien
dan mengapa hal ini dilakukan.
2. Coba menenangkan pasien sementara
mendudukannya untuk mengambil foto pada posisi tegak.
3. Perawat harus selalu mendampingi guna
membantu radiografer, agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan (ETT
lepas dll.)
4. Perhatikan agar tidak terjadi tegangan pada salah
satu kabel dan tidak ada satu keblpun yang lepas.
5. Usahakan tidak ada yang menghalangi compang
foto agar dapat diambil foto dengan jelas
6. Pertimbangkan apakah perlu mendudukan
seseorang pasien yang mengalami hipotensi, mungkin dapat dibuat foto
dalam posisi berbaring.
7. Jika pasien lumpuh, ia harus selalu dibantu karena
pada pasien tidak ada reflek. Perhatikan posisi kepala dan leher untuk
mencegah terjadi fraktur. Ketujuh hal diatas terutama sangat penting
pada pemeriksaan di ruangan (memakai alat yang mobile/portable)
23
(pendengarannya manusia mampu menangkap gelombang suara 30-50 Hz
sampai 15.000 Hz).
B. Penggenalan Alat
1. Unit utama mesin ekokardiografi
2. Tranduser
3. Kabel pemantau elektrokardiogram
4. Jelly transduser
5. Printer film
6. Video recerder dan cassete
7. Persiapan pasien
C. Persiapan pasien
Sebelum memulai pemeriksaan paru diterangkan kepada pasien bahwa
pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan tidak berbahaya. Ketenangan pasien
saat pemeriksaan berlangsung sangat penting. Pada anak-anak, orang tua
diminta mendampingi anaknya selama pemeriksaan agar ketenangan dapat
terjamin. Bila anak menangis/meranta dan sulit ditenangkan, maka dapat
diberikan sedative (kloralhidrat).
D. Tujuan Pemeriksaan Ekokardiografi
1. Menenangkan diagnosis kleianan strukturak pada jantung
dan pembuluh darah
2. Menetapkan derajat kelainan
3. Mengevaluasi fungsi kardiovaskuler
4. Mengevaluasi hasil operasi jantung
5. Mengevaluasi hasil terapi medis
6. Menilai keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit lain
E. Jenis gambar Ekokardiografi
1. Two Dimentional (2D), merupakan gambar dua dimensi
yang dapat dari pantulan seberkas gelombang ultrasound pada objek.
Dengan 2D dapat dinilai dengan jelas anatomi jantung serta
pembuluhnya.
2. M. Mude, merupakan gabar yang dapat melalui pancaran
satu gelombang ultra sound. Dari gambaran M-Mode dapat dinilai
24
ukuran ruang-ruang jantung, tebal dinding ventrikel dan perangai gerak
katup dengan mengendalikan eursor pada posisi tertentu sewaktu
dilakukan 2 D, dapat diperoleh gambar M. Mode strktur yang
diinginkan.
25
BAB VI
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
6.1 Pendahuluan
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan secara invasif atau non invasif. Pemantauan
ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah
dalam tubuh, dan kemampuan jantungt untuk memompakan darah.
26
H. Gagal nafas akut
I. Hipertensi pulmonal
J. Sarana untuk :
- Memberikan cairan/resistensi cairan
- Mengetahui reaksi pemberian obat
27
Pada saat pemasangan kateter arteri pulmonalis bagian distal kateter kiri
dapat mengukur tekanan ventrikel kanan tekanan ini menggambarkan keadaan
pada ventrikel kanan.
28
BAB VII
TERAPI OKSIGEN
7.1 Pendahuluan
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20% pada tekanan 1
atmosfir sehingga kosentrasi oksigen meningkat dalam darah.
7.2 Tujuan
A. Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat
B. Menurunkan kerja nafas
C. Menurunkan kerja jantung
7.3 Indikasi
A. Pada penurunan Pa O2 dengan gejala dan tanda hipoksia : dispnoe,
takhipnoe, disorientasi, gelisah, apatis, penurunan kesadaran, takhirkardia
atau pradikardia dengan tekanan darah turun.
B. Kendaraan lain : gagal nafas akut, shok, keracunan Co.
29
- Kateter nasal
- Kenal binasal
2. Low Flow High concentration
- Sungkup muka sederhana
- Sungkup muka dengan kantong “resbreathing”
- Sungkup muka dengan kantong “non re breathing”
B. Sistem aliran tinggi
1. High Flow Low Concentration
- Sungkup venturi
30
Keuntungan :
- Pemberian oksigen stabil dengan tidak volume dan laju nafas teratur
- Baik diberikan dalam jangka waktu lama
- Pasien dapat bergerak bebas, makan minum dan berbicara
- Episiensi dan nyaman untuk pasien
Kerugian :
- Dapat menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat
tali berasal
- Kosenyrasi oksigen akan berkurang jika pasien bernafas dengan mulut
31
7.10 Sangkup Venturi
- Memberikan aliran yang bervariasi dengan kosentrasi oksigen 24-50%
- Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur
BAB VIII
ELEKTROKARDIOGRAFI
8.1 Pendahuluan
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Sedangkan elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan
rekaman listrik jantung, kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan
diberikan melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubak,
kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG.
32
Terletak diatas sinus koronaring pada dinding posterior atrium kanan sel-sel
dalam AVN mengeluarkan impuls lebih rendah dari SAN yaitu 40-
60x/menit.
C. Berkas HIS
Nodus AV kemudian menjadi berkas HIS yang menembus jaringan perusak
miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutkan berjalan pada
septum ventrikel, yang kemudian bercabang dua mejadi berkas kanan (Right
Bundle Branch) dan berkas kiri (Left Bundle Branch) RBB dan LBB
kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri. Berkas tersebut
bercabang menjadi serabut-serabut purkinje.
D. Serabut purkinje
Serabut purkinje mampu mengeluarkan umpuls dengan frekuensi 20-
40x/menit.
33
Merupakan fase permulaan proses repolarisasi yang mengembalikan
potensial dalam sek ke 0 mili volt, hal ini terutama akibat penutupan saluran
natrium.
C. Fase 2
Pada fase ini ion kalsium juga bergerak masuk ke dalam sel otot jantung
dengan laju yang relatif lebih lambat dan menyebabkan keadaan stabil yang
agak lama sesuai dengan masa refraktor absolut dari miokardium.
D. Fase 3
Fase ini merupakan fase pengembalian potensial intra sel ke potensial
istirahat, akibat pengeluaran kalium dari dalam ke luar sel, sehingga
mengurani muatan positif didalam sel.
E. Fase 4
Dinamakan fase istirahat, dimana bagian dalam sel otot bermuatan negatf,
dan dibagian luar bermuatan positif. Dengan demikian sel tersebut
mengalami POLARISASI.
34
b) Sandapan II
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri
(LF), dimana tangan kiri bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan
positif (+).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama
sisi, yang lazim disebut segitiga EINTHOVEN.
B. Sandapan Umipolar
Sandapan umipolar ini terbagi 2 yaitu sandapan umipolar ekstremitas dan
umipolar prekordial.
a) Sandapan umipolar ekstremitas
Merekam besar potensial listrik pada suatu sobstruktif, elektroda
eksplorasi diletakan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda
indiferen (potensial 0)
- Sandapan AVR
Merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan
kanan bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen.
- Sandapan AVL
Merekam postensial listrik pada tangan kiri (LA). Dimana tangan
kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen.
- Sandapan AVF
Merekam potensial listrik kaki kiri (LF), dimana kaki kiri
bemuatan positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk
elektroda indiferen.
b) Sandapan unipolar Prekordial
Merekam besar postensial listrik jantung dengan bantuan elektroda
eksplorasi yang ditempatkan dibeberapa tempat dinding dada.
35
Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga
elektroda ekstremitas.
Letak sandapan :
V1 : Ruang Interkostal IV garis stand kanan
V2 : Ruang interkostal Iv garis sternal kiri
V3 : Pertengahan antara V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V garis mid klavikula kiri
V5 : Sejajar V4 garis aksida depan
V6 : Sejajar V5 garis aksila tengah
Umumnya perekaman EKG lengkap dibuat 12 endapan (lead) akan
tetapi pada keadaan tertentu perekaman dibuat sampai V7, V8 dan V9
atau V3R dan V4R.
36
- Tinggi kurang dari 0,13 mili volt
- Selalu positif di lead II
- Selalu negatif di lead AVR
B. Gelombang GRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel
Gelombang ARS yang normal
- Lebar 0,06-0,12 detik
- Tinggi tergantung lead
Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gambaran QRS
Gelombang Q yang normal
- Lebar kurang dari 0,24 detik
- Tinggi/dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
Gelombang Q abnormal disebut gelombang Q patologis
Gelombang R adalah deflusi positif pertama pada gelombang
QRS
Gelombang R umumnya positif dilead I, II, V5 dan V6. Di lead
AVR, VI dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali
Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R
Di lead AVR dan Vi gelombang S terlihat dalam dari V2 ke V6
akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang
dalamnya.
C. Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel, umumnya gelombang T
positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di AVR.
D. Gelombang U
Adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Timbulnya gelombang U masih belum diketahui
penyebabnya, namun diduga akibat repolarisasi lambat sistem konduksi
interventrikel.
E. Interval PR
Intervenal PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik.
37
F. Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.
Segmen ini normalnya isolektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi
dari 0-5 sampai T2 mm.
Segment ST yang naik disebut ST eleugi dan yang turun disebut ST depresi
38
- Tentukan interval PR normal atau tidak
- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
- Interprestasi :
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka
iramanya disebut irama sinus (sinus rhytn = SR).
Kriteria irama sinus (SR) adalah sebagai berikut :
- Irama teratur
- Frekuensi jantung (HR) antara 60-100 +/menit
- Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang
GRS dan T
- Interval PR normal (0,12-0-20 detik)
- Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik)
- Semua gelombang sama
Irama EGK yang tidak mempunyai kriteria tersebut diatas disebut
DISRITMIA. Disritmia terdiri dari disritmia yang disebabkan oleh gangguan
penghantaran-impuls.
A. Disritmia yang disebabkan oleh gangguan pembentukan impuls terdiri
dari :
1. Nodus SA
- Takikardi sinus (ST)
- Bradikardi sinus (SB)
- Aritmia sinus
- “Sinus arrest”
2. Atrium
- Ekstrasistol atrial (AES/PAB/PAC)
- Takikardi atrial (PAT)
- Flukter atrial
- Fibrilasi atrial
3. Nodus AV
- Irama junctional (JR)
- Ekstrasistol junctional (JES/PJB/PJC)
- Takikardi junctional
39
4. Supraventrikel
- Irama indioventrikel (IUR)
- Ekstrasistol ventrikel (VES/PVB/PVC)
- Takikardi ventrikel VT
- Fibrilasi ventrikel (VF)
B. Disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls
1. Nodus SA
- Blok sinoatrial (SA Block)
2. Nodus AV
- Blok AV derajat 1 (First degree AV block)
- Block AV derajat 2 (second degree AV block)
- Tipe mobitz (wenckebach)
- Tipe mobitz II
- Block AV derajat 3 (total AV block)
3. Interventrikuler
- “Right bundle bronch block” (RBBB)
- “Left bundle branch block” (LBBB)
40
BAB IX
BANTUAN HIDUP DASAR PADA ORANG DEWASA
INTRODUKSI
Bantuan hidup Dasar meliputi penilaian terhadap gejala dan tanda henti
jantung mendadak (Sudden cardiac Arrest), serangan jantung, stroke, dan
sumbatan jalan nafas oleh benda asing; Resustasi Jantung Paru (RJP) dan
defibrilasi dengan menggunakan Automated External Defibrilator (AED).
Henti jantung mendadak merupakan penyebab kematian utama di Amerika
Serikat dan Kanada. Irama jantung yang pertama kali terlihat, sebanyak 40 %
pada korban diluar rumah sakit dengan henti jantung mendadakadalah fibrilasi
ventrikel. Pada kenyataannya banyak korban pada awala kejadian henti jantung
mendadak irama jantungnnya adalah fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel,
tetapi dengan berjalannya waktu irama pertama yang terlihat telah menjadi asistol.
Banyak korban henti jantung mendadak dapat tertolong jika penolong
melakukan sesuatu (RJP) dengan cepat selama irama jantung masih fibrilasi
ventrikel, tetapi keberhasilan resusitasi tidak akan pernah terjadi jika irama telah
berubah menjadi asistol. Pengobatan henti jantung mendadak dengan fibrilasi
ventrikel adalah penolong segera melakukan RJP dengan dilakukakan defibrilasi.
Penyebab henti jantung mendadak dapat disebabkan oleh trauma, overdosis obat,
tenggelam, dan asfiksia pada anak-anak, RJP dengan melakukan kompresi dan
bantuan pernafasan harus dilakukan pada korban tersebut.
41
ANA menggunakan 4 buah lingkaran dalam sebuah rantai (”the chain of
survival”) untuk mengilustrasikan pentingnya tindakan dalam menolong korban
dengan henti jantung mendadak dengan fibrilasi ventrikel tiga tau mungkin empat
lingkaran yang sesuai untuk korban dengan asfiksia.
42
Stroke
Stroke merupakan pembunuh nomer 3 dan merupakan penyebab utama
terjadinya kecacatan. Terapi fibrinilitik yang diberikan dalam satu jam pertama
kejadian dapat mengurangi trauma syaraf , dan meningkatkan angka keberhasilan
pada pasien dengan stroke iskemik akut.
Pasien dengan resiko tinggi mengalami stroke dan anggota keluarga harus
memplajari untuk dapat mengenali tanda dan gejala dari stroke dan dapat
mengklasifikasikan sistem gawat darurat jika tanda dan gejala timbul. Tanda dan
gejala stroke adalah tiba-tiba mati rasa atau kelemahan pada otot wajah, tangan,
kaki pada salah satu sisi badan, tiba-tiba merasa bingung, sulit bicara dan
mengerti, bermasalah dengan penglihatan, pada satu atau kedua mata; tiba-tiba
sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan, dan koordinasi; dan tiba-tiba
sakit kepala berat, tanpa diketahui penyebabnya. Ketika pasien stroke tiba keruang
gawat darurat rumah sakit, penanganan awal harus dimulai dalam waktu 10 menit,
CT Scan kepala harus sudah dilakukan dalam waktu 25 menit, dan terapi
fibrilolitik jika ada indikasi sudah dimulai dalam 60 menit sejak tiba diruang
gawat darurat dan dalam waktu 3 jam dari timbulnya gejala.
43
7. Cek irama, adakah indikasi defibrilasi ?
8. Ya. Lakukan satu kali defibrilasi segera RJP selama 5 siklus.
9. Tidak. Lakukan RJP selama 5 siklus, cek irama setiap siklus; lanjutkan
sampai bantuan lain datang.
44