Anda di halaman 1dari 44

BAB I

MASALAH PENYAKIT KARDIOVASKULER

1.1. Penyakit Jantung Kardiovaskuler


Penyakit jantung koroner adalah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen miokard. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi akibat 1)
Penyempitan arteri koroner, 2) Penurunan aliran darah/curah jantung (cardiac
output), 3) Peningkatan kebutuhan oksigen dimiokard, atau 4) Spasme arteri
koroner. Penyakit tersering adalah aterosklerosis
Manifestasi klinis :
● Tanpa gejala
● Angina pektoris
● Infark miokard akut
● Aritma
● Payah jantung
● Kematian mendadak

Angina Pektoris
Angina pektoris adalah rasa sakit dada akibat adanya iskemia otot jantung.
Sakit dada ini timbul karena timbunan asam laktat, akibat metabolisme anaerob
pada sel miokard yang hipoksik. Angina pektoris terbagi dalam :
● Angina pektoris stabil (stabil angina)
● Angina pektoris tidak stabil (unstable angina)
● Angina variant/angina prinzmetal

Miokard Infark
Miokard Infark adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya
sakit dada khas. Lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian anti angina. Biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner.
Lokasi dan luasnya infark tergantung letak arteri koroner yang tersumbat.

1
1.2. Trombolitik Pada infark Miokard Aklut (IMA)
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 1966, penyakit kardiovaskuler menduduki
peringkat pertama penyebab kematian. Salah satunya adalah penyakit jantung
koroner seperti infark miokard akut.
Penatalaksanaan pada IMA bertujuan untuk memperbaiki kembali aliran
darah pembuluh koroner, sehingga reperfusi dapat mencegah kerusakan miokard
lebih lanjut, serta mencegah kematian mendadak dengan memantau dan
mengobati aritmia.
Salah satu reperfusi koroner adalah dengan pengobatan trombolisis secara
intravena. Pemberian secara intravena pada infark miokard akut dapat
menurunkan angka mortalitas lebih dari 30% (Medical Progress, September 1995)
dan 40% (critical care, 1995)

1.3. Penyakit Jantung Reumatik


Demam reumatik adalah penyebab terpenting penyakit jantung katup yang
didapat baik pada anak maupun dewasa, terutama di negara-negara berkembang.
Di negara maju insiden penyakit jantung reumatik mulai menurun karena tingkat
perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan lebih sempurna.
Penyakit jantung reumatik adalah peradangan akut, yang sering kali diawali
peradangan pada farings, sedangkan penyakit jantung reumatik adalah penyakit
yang berulang/kronis.
Kuman penyebab demam reumatik adalah Streptokokus Beta Hemoliticus
Group A. Faktor predisposisinya adalah kerentanan daya tahan tubuh terhadap
kuman tersebut. Pada umumnya seseorang yang menderita penyakit demam
reumatik akut kira-kira 2 minggu sebelumnya telah menderita sakit tenggorokkan.

1.4. Penyakit Jantung Bawaan


Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang paling
sering terjadi dan paling banyak menimbulkan kematian. Angka kejadian PJB
adalah 9-10 bayi dari 1.000 bayi yang lahir hidup.

2
PJB dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu :
A. Golongan PJB Asianotik (tidak biru)
a) Defek Septum Atrium (ASD)
Defek : adnya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.
b) Defek Septum Ventrikel (VSD)
Defek : adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri.
c) Duktus Arteriosis Paten (PDA)
Defek : adanya pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri
pulmonal. Duktus arteriosis ini normal pada saat bayi dalam
kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini tidak
menutup secara sempurna setelah bayi lahir.
d) Stinosis Pulmonal (PS)
Defek : adanya penyempitan atau osbtruksi pada muara arteri
pulmonalis.
e) Coartatio of The Aorta
Defek : penyempitan setempat dari aorta. Bisa preduktal (sebelum
duktus), Juxtra-Duktuis atau Post-Duktal (Dital Duktus).

B. Golongan PJB Siamotik (Biru)


a) Tetralogi of Fallot (TOF)
Defek :
● Defek Septum Ventrikel (VSD)
● Stemosis Pulmonal (TOF)
● Overriding Aorta
● Hipertropi Ventrikel Kanan
b) Transposition of The Great Arteries (TGA)
Defek : arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri dan aorta keluar
dari ventrikel kanan, tidak ada hubungan antara sirkulasi sitemik dan
pulmonal.

3
1.5. Hipertensi
Menurut JNC VI, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah merupakan salah
satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan
pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang
saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan darah, dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat dijaringan tubuh. Tekanan darah
yang tinggi atau hipertensi sering tidak memberikan keluhan pada seseorang,
tetapi penderita mempunyai resiko kematian kardiovaskuler lebih besar dibanding
dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Hipertensi sering
memberikan perubahan pada pembuluh darah yang sering mengakibatkan makin
tingginya tekanan darah. Oleh sebab itu pengobatan dini pada hipertensi sangatlah
penting, karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh
seperti jantung, ginjal dan otak. Tekanan darah akan berubah setiap saat
bergantung pada keadaan seseorang. Tekanan darah terendah adalah pada saat
keadaan tidur. Tekanan darah dapat naik pada saat aktivitas fisik ataupun psikis.

1.6. Gagal Jantung


Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah keseluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolisme.
Penyebab gagal jantung :
A. Gangguan Mekanis
a) Peningkatan beban tekanan
- Cintral (Stimosis aorta)
- Peripheral (hipertensi sistemik)
b) Peningkatam beban volum
- Regursitasi katup
- Pitael
- Meningkatnya preload
c) Hambatan pengisian ventrikel

4
- Stemosis mitral atau triklospid
d) Konstriksi pericard tamponade
e) Retriksi indokardial atau miokardial
f) Aneurisma ventrikular
B. Kelainan Miokardial
a) Primer
- Kardiomiopati
- Gangguan neuromuskuler
- Miokarditis
- Metabolik (DM)
- Keracunan
b) Sekunder
- Iskemia (penyakit jantung koroner)
- Inflamasi
- Gangguan metabolik
- Penyakit infiltratif (restrictive cardiomiopaty)
- Penyakit sistemik
- Penyakit paru obstuktif kronis
- Obat-obatan yang mendepresi miokard
c) Gangguan Irama Jantung
- Ventrikular stand still
- Ventrikular fibrilasi
- Takikardi atau bradikardi yang ekstrim
- Gangguan konduksi

5
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER

2.1. Pendahuluan
Jantung terletak didalam rongga mediastrium dari rongga dada (toraks),
diantara kedua paru, selaput yang mengitari jantung disebut perikardium, yang
terdiri atas 2 lapisan :
● Perikardium parietalis yaitu lapisan luar yang melekat pada
tulang dada dan selaput paru.
● Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung
itu sendiri yang disebut epikardium.

2.2. Struktur Jantung


Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
A. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium viselari
B. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
C. Lapisan dalam disebut indokardium.

2.3. Ruang-Ruang Jantung


Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut
atrium (serambi) dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut ventrikel (bilik)
A. Atrium
a) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah kemudian dipompakan
ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
b) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis, kemudian darah mengalir ke

6
ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh. Kedua atrium tersebut
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.

B. Ventrikel
a) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri peulmonalis.
b) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum ventrikel.

2.4. Katup-Katup jantung


A. Katup atrioventrikular
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-
ventrikuler. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut trikuspid sedangkan katup
yang letaknya diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah
daun katup disebut katup netral.
B. Katup Semilunar
Katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini
dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta silama sistal ventrikel dan
mencegah aliran balik waktu diastol ventrikel.

2.5. Pembuluh Darah Jantung


A. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi
koroner terdiri dari arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri.
B. Vena jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya parallel dengan distribusi arteri
koroner. Sistem vena jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu :

7
a) Vena febesian
b) Vena kardiaka
c) Sinus koronaris

2.6. Fungsi Sistem Kardiovaskuler


A. Arteri
Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan tinggi ke jaringan-
jaringan, karena itu sistem arteri mempunyai dinding yang kuat da darah
mengalir dengan cepat menuju jaringan.
B. Arteriol
Adalah cabang-cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai
katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
C. Kapiler
Berfungsi sebagai tempat pertukara cairan dan nutrisi antara darah dan
ruang instustitial.
D. Venul
Venul berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap
bergabung ke dalam vena yang lebih besar.
E. Vena
Berfungsi sebagai jalur transportasi darah dari jaringan kembali ke jantung.
Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal.
a) Sirkulasi sistemik
1. Mengalirkan darah ke berbagai organ
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
3. Mempunyai tekanan permukaan yang besar
4. Banyak mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik panjang
b) Sirkulasi pulmonal
1. Hanya mengalirkan darah ke paru-paru
2. Hanya berfungsi untuk paru-paru
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah

8
4. Hanya sedikit mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatiknya pendek

2.7. Sistim Konduksi/Hantaran


Dalam otot jantung terdapat jaringan khusus menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu ;
1. Otomatisasi – kemapuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama – pembentukan impuls yang teratur.
3. Daya konduksi – kemampuan untuk menyalurkan impuls
4. Daya rangsang – kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan

Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas, maka secara spontan dan teratur


jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang disalurkan melalui sistim hantar
untuk merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan
impuls dimulai dari nodus SH  nodus AV, sampai ke serabut purkinye.
A. Nodus SA
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan aliran
listrik/impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara otomatis.
B. Nodus internodal
Menghantarkan impuls dari nodus SA ke Nodus AV.
C. ”Brachman Bundle”
Menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri
D. Nodus AV
Letaknya didalam dinding septum (sekat) atrium kanan, terdapat diatas
katup trikuspid dekat muara sinus koronarius, mempunyai dua fungsi yang
penting, yaitu :
● Impuls jantung ditahan disini selama 0,08-0,12 detik, utnuk
memungkinkan pengisian ventrikel selama atrium berkontraksi.
● Mengatur jumlah impuls atrium yang mencpai ventrikel
E. “Bundle of HIS”
Berfungsi menghantarkan impuls dari nodosa AV ke sistem “branch bundle”
F. Sistem ”Bundle Branch”

9
Merupakan lanjutan dari ”bundle of HIS” yang bercabang menjadi dua,
yaitu :
a) Right bundle branch  mengirim impuls ke otot
jantung ventrikel kanan
b) Left bundle branch  terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Left posterior vesicle  menghantarkan impuls ke endokard
ventrikel kiri bagian posterior dan inferior.
2. Left anterior vesicle  menghantarkan impuls ke endokard
ventrikel kiri bagian anterior dan superior.
G. Sistem Purkinye
● Merupakan bagian ujung dari bundle branch
● Menghantarkan impuls menuju lapisan subindokard pada kedua
ventrikel, sehingga terjadi depularisasi yag diikuti oleh kontraksi
ventrikel.
● Sel-sel pacimaker di subindokard ventrikel dapat menghasilkan
impuls dengan frekuensi 20-40 kali/menit.

Pemacu-pemacu cadangan ini mempunyai fungsi sangat penting yakni untuk


mencegah berhentinya denyut jantung pada waktu pemacu alami (SA Node)
tidak berfungsi.

10
BAB III
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

3.1 Pendahuluan
Respirasi dalam pengertian sebenarnya adalah pertukaran yang dimana
oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel masuk ke dalam tubuh dan CO2
yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
pada keadaan normal, respirasi mengatur pemasukan O2 dan mengatur
pengeluaran CO2 dalam berbagai tingkatan metabolisme.

3.2 Struktur Sistem Respirasi


Sistem respirasi terdiri dari :
A. Saluran Nafas Bagian Atas
Pada bagian ini udara yang masuk dihangatkan, disaring dan dilembabkan.
B. Saluran Nafas Bagian Bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke
alveoli.
C. Alveoli
Pada bagian ini terjadi pertukaran gas
D. Sirkulasi Paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh vena
meninggalkan paru.
E. Paru
Bagian ini terdiri atas :
a) Saluran nafas bagian bawah
b) Alveolu
c) Sirkulasi paru
F. Rongga Pleura

11
Rongga ini terbentuk dari dua selaput serosa, yang meliputi dinding dalam
rongga dada disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru disebut pleura
viseralis.
3.3 Saluran Nafas Bagian Atas
A. Rongga Udara
Udara yang dihirup melalui akan mengalami penghangatan penyaringan dan
pelembaban yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi
udara dari rongga hidung akan diteruskan ke nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
B. Nasofaring
Pada bagian ini ada dua alat penting yaitu “Pharingeal tonsil” dan “tuba
eustachius”.
C. Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat pangkal
lidah.
D. Laringofaring
Merupakan bagian yang cukup penting karena disini terjadi persilangan
antara aliran udara dan aliran makanan, yang berlangsung secara bergantian.

3.4 Saluran Nafas Bagian Bawah


A. Laring
Terdiri dari tiga alat penting yaitu :
a) Tulang rawan krikotiroid
b) Selaput/pitasuara
c) Epilotis
d) Glotis
B. Trakea
Merupakan pipa silindris dengan panjang + 11 cm, berbentuk ¾ cincin
tulang rawan seperti hurup C.
C. Bronki
Bagian ini merupakan percabangan trakea ke kanan dan kiri, terdapat
percabangan ini dikenal sebagaio carina. Bronchus kanal lebih pendek, lebih

12
lebas, lebih dekat dengan trakea dibandingkan bronkus kiri. Hal ini
mempunyai konsekuensi benda/bahan asing dan pipa indotrakeal cenderung
masuk ke bronkhus kanan.
 Bronchus kanan :
Bercabang 3 :
- Lobus superior
- Lobus medius
- Lobus inferior
 Bronchus kiri :
bercabang 2 :
- Lobus superior
- Lobus inferior

3.5 Alveoli
Alveoli terdiri dari :
A. Membran Alveoli
B. Ruang Interstial

3.6 Surfactant
Surfactant alveoli mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan
normal surfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu
deperasi, sehingga kolaps avlveoli dapat dihindari.

3.7 Sirkulasi Paru


Sirkulasi paru akan mengatur aliran darah vena dan ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis dan mengalirkan darah yang bersifat arterial melalui vena
pulmonal kembali ke ventrikel kiri.

3.8 Paru
Sebenarnya merupakan jalinan atau susunan bronchus bronkiolus,
terminalis, bronkhioles respiratory, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem
limfatik dan lain-lain.

13
3.9 Rongga dan Dinding Dada
Rongga dan Dinding Dada
- Otot-otot interkostalis
- Otot-otot pektoralis mayor dan minor
- Otot-otot trapezius
- Otot-otot seratus anterior/posterior
- Kosta-kosta dan kolumna vertebralis
- Kedua hemi diafragma
Rongga ini yang secara aktif mengatur aktif mengatur mekanik respirasi

3.10 Mekanik Pernapasan


Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan
usaha kerja pernapasan yang tergantung pada :
A. Tekanan intra pleural
B. “Compliance”, yaitu hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan
volum dan aliran dikenal sebagai compliance
C. “airway resistance” (tahanan saluran nafas), yaitu rasio dari perubahan
tekanan jalan nafas (alveolar pressure dikurangi air way pressure dengan air
flow rate.

3.11 Sirkulasi Paru


A. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit, umbilasi alveolar = 4 liter/menit.
Sehingga rasio umtilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 =
0,8.
B. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg,
tekanan vena pulmonalis = 5 mmHg. Tekanan vena pulmonalis = 5 mmHg,
“mean capillary pressure” = 7 mmHg.
Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk
mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis.

14
C. Adanya mean capillary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari
rongga kapilar ke rongga intestisiil.

3.12 Transpor Oksigen


A. Hemoglobin
Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk :
a) Kelarutan fisik dalam plasma
b) Ikatan kimiawi dengan hemoglobin
B. Oxygent content
Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah, dikenal sebagai oxygen content
(Ca O2)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpor oksigen
Tergantung pada curah jantung (cardiac output-Q) dan oxygent content :
Q x Ca O2 = 5 liter/menit x 200 ml/liter
= 1 liter O2/menit
Curah jantung adalah jumlah isi selain cup (stroke volume) dikalikan
frekuensi kontraksi jantung permenit (heart rate)
D. Regulasi ventilasi
Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem saraf dan
kadar/konsentrasi gas-gas yang ada dalam darah.

15
BAB IV
PENGKAJIAN KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI
KARDIOVASKULER

4.1 Pendahuluan
Menetapkan gangguan terhadap pemenuhan kebutuhan klien, hanya dapat
diperoleh melalui analisis dari suatu pengkajian. Pengkajian ini memegang peran
penting sebagai parameter yang mendasari seluruh tindakan yang akan dilakukan.
Pengkajian termasuk dalam proses keperawatan, dan menduduki urutan pertama
dari langkah-langkah proses keperawatan tersebut, untuk dapat melakukan
pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan keterampilan
mengenal gejala dan tanda dari suatu gangguan nyata maupun potensial yang
ditampilkan oleh klien. Proses ini dilaksanakan melalui interaksi perawatan dan
klien, observasi dan pengukuran.

4.2 Tujuan Melakukan Pengkajian


Tujuan melakukan pengkajian klien dengan gangguan fungsi :
1. Mengkaji fungsi
2. Mengenal secara dini adanya gangguan nyata
maupun potensial
3. Mengidentifikasi penyebab gangguan
4. Merencanakan cara mengatasi permasalan yang ada,
serta menghindari masalah yang mungkin akan terjadi

4.3 Cara Pengkajian


Pengkajian yang dilakukan meliputi : wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostik.
A. Wawancara

16
Yang perlu diungkap dalam wawancara yaitu :
a) Keluhan utama : menanyakan tentang gangguan terpenting yang
dirasakan klien sehingga ia perlu pertolongan, keluhan tersebut antara
lain : sesak nafas, batuk lendir atau darah, nyeri dada, pingsan, berdebar-
debar, cepat lelah dan sebagainya.
b) Riwayat penyakit sekarang : menanyakan tentang perjalanan sejak
timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan.
c) Riwayat penyakit terdahulu : menanyakan tentang penyakit-
penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya
d) Riwayat keluarga : menanyakan tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga
e) Riwayat pekerjaan : menanyakan situasi tempat pekerja dan
lingkungannya
f) Riwayat geografi : menanyakan lingkungan tempat tinggalnya
g) Riwayat allergi : menanyakan kemungkinan adanya allergi
h) Kebiasaan sosial : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup
i) Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok,
sudah berapa lama, berapa batang perhari dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, maka data biografi
juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : nama, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh klien. Dalam
mengajukan pertanyaan kepada klien hendaknya diperhatikan kondisi klien.
Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan
pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan yang jawabannya adalah ya atau tidak.
Atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerak tubuh, yaitu
mengangguk, menggalungkan kepala saja, sehingga tidak memerlukan
energi yang besar.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :
sebelum menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh, perlu dinilai secara umum,
kesadaran penderita : kompos mentis, apatis, somnolen, sopor,
soporkomatous, atau koma.

17
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a) Raut muka (bentuk muka, ekspresi, tes saraf)
b) Bibir (biru, TF, TGA, pucat (anemia)
c) Mata (konjungtiva, sklera, kornea, eksoptalmus, gerakan bola
mata, reflek kornea)
d) Tekanan vena jugularis (jugularis venous pressure)
e) Arteri karotis (palpasi, auskultasi)
f) Kelenjar tiroid (inspeksi, palpasi, auskultasi)
g) Trakhea
2. Pemeriksaan toraks dan sistem respirasi
1) Inspeksi (posisi, arah, bentuk, asimetris, gerakan pernapasan, takipnu,
bradipnu, cheyne strokes, biot kesmaul, asimetri, dangkal,
hiperpnoea, apneustik, denyut apek jantung, pelebaran vena dada,
denyut nadi dada/punggung)
2) Palpasi (pemeriksaan kelainan dinding torak, tanda-tanda penyakit
paru, pokal premitus, tanda-tanda penyakit jantung dan aorta)
3) Perkusi (menentukan keadaan dan batas pary, keadaan paru (normal,
resonan, sangat resonan, agak sub timpani, hiper resonan, kurang
resonan, redup, pekak).
4) Auskulasi (menilai suara nafas, resonan vokal, suara tambahan), suara
nafas (trakeo bronkial, bronkovasikuler, vesikuler, resonan vokal,
krepitasi).
3. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler
Menjadi pemeriksaan :
1)Pemeriksaan pembuluh darah perifer
a) Arteri perifer
Periksa a. Radialis dalam posisi pronasi dan fleksi disiku, kalau
perlu angkat sedikit, a. Karotik, a. Femoralis, a. Poplitea, a.
Dorsalis, a. Tibialis posterior.
b) Pemeriksaan vena
Terutama vena jugularis interna dan eksterna, vena dada jika
tampak jelas berliku-liku berarti ada hambatan terhadap V. Porta,

18
V. Kava atau ada proses yang menekan atrium kanan akibat
tumor mediastinum atau aneurisma aorta desenden.

4. Pemeriksaan jantung dan aorta


a) Atrium kanan
b) Ventrikel kanan
c) Ventrikel kiri
d) Atrium kiri
Inspeksi
a) Bentuk prekordium
b) Denyut padajantung
c) Denyut pada dada
d) Denyut vena
Palpasi
a) Teliti denyutan dan getaran (thrill) diprekordium
b) Teliti pergerakan trakea
Palpasi
Perenannya menurun sesudah ada foto rontgen toraks, tetapi tetap
bermanfaat pada efusi perikard dan aneurisma aorta, dimana daerah
redup jantung melebar. Daerah redup jantung mengecil pada emfisema.
Auskultasi
a) Katup pulmonal : persambungan iga-3 kiri dengan sternum
b) Katup aorta : pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada
katup pulmonal.
c) Katup mitral : pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga-4
dengan sternum.
d) Katup trikespid : pada sternum (arah mengilang sternum), sesuai
garis penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi antara sternum
dengan iga kanan k3-5

C. Pemeriksaan Diagnostik Kardiovaskuler

19
Pemeriksaan diagnostik kardiovaskuler dapat digolongkan atas pemeriksaan
invasif dan non invasif. Pemeriksaan dan invasif adalah prosedur-prosedur
diagnostik yang dilakukan tanpa menyebabkan kedua pada kulit, sehingga
tidak menimbulkan komplikasi yang berarti. Pemeriksaan kardiologi yang
dikerjakan rontgen, toraks, laboratotium rutin. Semua – lainnya digolongkan
dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler khusus.

4.4 Pemeriksaan Kardiovaskuler


Prosedur yang paling sering digunakan untuk membuat diagnosa penyakit
kardiovaskuler adalah :
- Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan hemodinamik
- Pemeriksaan radiografik
- Pemeriksaan yang menggunakan prosedur
grafik

4.5 Tugas Perawat


Tugas perawat dalam upaya pemeriksaan diagnostik antara lain :
- Memberikan jadual pemeriksaan
- Mempersiapkan pasien untuk mengalami pemeriksaan
- Mengusahakan kenyamanan semaksimal mungkin baik dari segi
emosional maupun fisik bagi pasien.

20
BAB V
PEMERIKSAAN PENUNJANG SISTEM KARDIOVASKULER

5.1 Pemeriksaan Radiologi Toraks (Interprestasi Foto Toraks pada Kelainan


Jantung dan Paru)
A. Pendahuluan
Pemeriksaan radiologi toraks merupakan upaya pengkajian klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler dan respirasi. Penggenalan kelainan yang
penting pada foto thorax sangat bermanfaat bagi perawat terutama dalam
menghadapi keadaan akut. Sarana radiologis adalah semua alat yang
menggunakan sinar-X atau sinar pang-ion lainnya sebagai sarana diagnostik,
misalnya perawat sinar-X dan isotop.
Macam pemeriksaan
1. Pemeriksaan tanpa kontras
2. Pemeriksaan dengan kontras
Tujuan pemeriksaan foto toraks untuk :
1) Menilai adanya kelainan jantung
2) Menilai keadaan paru
3) Menilai adanya perubahan pada struktur ekstrakardiak :
a) Gangguan pada dinding toraks
- Fraktur iga
- Fraktur sternum
b) Gangguan rongga pleura
- Pneumotoraks
- Hematoraks
- Efusi pleura

21
c) Gangguan pada difragma
- Paralis saraf frenikus
d) Menilai letak alat-alat yang dimasukan kedalam organ rongga
toraks, misalnya : ETT, eup, Swau, Ganz, NGT, dan lain-lain.

B. Macam-macam proyeksi foto toraks


1. Anterior-posterior (AP)
2. Posterior-anterior (PA)
3. Berbaring (Supine)
4. Lateral
C. Interprestasi dasar Foto
Dalam membaca foto rontgen hal pertama yang perlu diperhatikan adalah
densitas atau derajat tebalnya banyangkan hitam pada film. Para radiolog
menggolongkan adanya empat densitas yaitu gas atau udara, air, lemak dan
logam.
1. Proyeksi postero anterior (PA)
2. Proyeksi lateral
D. Pembesaran atrium dan ventrikel pada radiografi polos
1. Pembesaran atrium kanan
2. Pembesaran ventrikel kanan
3. Pembesaran atrium kiri
4. Pembesaran ventrikel kiri
E. Perubahan pada paru
1. Edema paru
Penyebab :
a) Tekanan kapiler meninggal
b) Permeobilitas pembuluh darah meningkat
c) Perubahan tekanan enkotik darah
2. Kolaps paru
Ciri-ciri pada foto toraks
- Bayangan “opaque” karn paru tidak mendapat udara
- Trakea tertarik kesisi yang sakit

22
- Rusuk pada sisi sakit lebih dekat
3. Cairan dalam kavum pleura
Ciri-ciri foto toraks
- Bayangan “opakere” pada paru bagian bawah
- Tidak terlihat sedut kostrofremikus
F. Tanggung jawab perawat dalam pemeriksaan radiologist
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan pada pasien
dan mengapa hal ini dilakukan.
2. Coba menenangkan pasien sementara
mendudukannya untuk mengambil foto pada posisi tegak.
3. Perawat harus selalu mendampingi guna
membantu radiografer, agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan (ETT
lepas dll.)
4. Perhatikan agar tidak terjadi tegangan pada salah
satu kabel dan tidak ada satu keblpun yang lepas.
5. Usahakan tidak ada yang menghalangi compang
foto agar dapat diambil foto dengan jelas
6. Pertimbangkan apakah perlu mendudukan
seseorang pasien yang mengalami hipotensi, mungkin dapat dibuat foto
dalam posisi berbaring.
7. Jika pasien lumpuh, ia harus selalu dibantu karena
pada pasien tidak ada reflek. Perhatikan posisi kepala dan leher untuk
mencegah terjadi fraktur. Ketujuh hal diatas terutama sangat penting
pada pemeriksaan di ruangan (memakai alat yang mobile/portable)

5.2 Ekokardiografi dan Doppler


A. Pendahuluan
Ekokardiografi adalah pemeriksaan non invasif dengan menggunakan
ultrasound, untuk menilai struktur anatomi jantung dan pembuluh darah
jantung, fungsi serta hhimodinamiknya. Ultrasound adalah suara yang
memancarkan gelombang dengan frekuensi diatas 20.000 Hertz

23
(pendengarannya manusia mampu menangkap gelombang suara 30-50 Hz
sampai 15.000 Hz).
B. Penggenalan Alat
1. Unit utama mesin ekokardiografi
2. Tranduser
3. Kabel pemantau elektrokardiogram
4. Jelly transduser
5. Printer film
6. Video recerder dan cassete
7. Persiapan pasien
C. Persiapan pasien
Sebelum memulai pemeriksaan paru diterangkan kepada pasien bahwa
pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan tidak berbahaya. Ketenangan pasien
saat pemeriksaan berlangsung sangat penting. Pada anak-anak, orang tua
diminta mendampingi anaknya selama pemeriksaan agar ketenangan dapat
terjamin. Bila anak menangis/meranta dan sulit ditenangkan, maka dapat
diberikan sedative (kloralhidrat).
D. Tujuan Pemeriksaan Ekokardiografi
1. Menenangkan diagnosis kleianan strukturak pada jantung
dan pembuluh darah
2. Menetapkan derajat kelainan
3. Mengevaluasi fungsi kardiovaskuler
4. Mengevaluasi hasil operasi jantung
5. Mengevaluasi hasil terapi medis
6. Menilai keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit lain
E. Jenis gambar Ekokardiografi
1. Two Dimentional (2D), merupakan gambar dua dimensi
yang dapat dari pantulan seberkas gelombang ultrasound pada objek.
Dengan 2D dapat dinilai dengan jelas anatomi jantung serta
pembuluhnya.
2. M. Mude, merupakan gabar yang dapat melalui pancaran
satu gelombang ultra sound. Dari gambaran M-Mode dapat dinilai

24
ukuran ruang-ruang jantung, tebal dinding ventrikel dan perangai gerak
katup dengan mengendalikan eursor pada posisi tertentu sewaktu
dilakukan 2 D, dapat diperoleh gambar M. Mode strktur yang
diinginkan.

5.3 Uji Latih Pembedahan Jantung


A. Pendahuluan
Uji latih pembebanan jantung yang umum dipakai saat ini adalah : tread mill
test dan ergocycle test. Tes ini merupakan suatu stress fisiologis, yang dapat
menimbulkan abnormalitas kardiovaskuler pada keadaan dimana tidak
ditemukan kelainan pada saat istirahat.
B. Dasar-dasar Fisiologis
Dasar fisiologis uji latih pembedahan jantung adalah latihan dinamik pada
setiap latihan dinamik akan terjadi serial penyesuaian kardiovaskuler akibat
peningkatan suplai darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan
metabolisme tubuh, disamping upaya tubuh untuk tetap mempertahankan
suplai darah ke organ vital seperti otak dan jantung. Secara umum latihan
dinamik akan menimbulkan respon berupa :
- Peningkatan curah jantung
- Peningkatan tekanan darah arterial
- Peningkatan tekanan/resistensi perifer
- Penurunan tahanan resistensi sistemik
C. Tipe uji latih pembebanan jantung
Terdapat tiga tes yang digunakan untuk memberikan beban kerja pada
jantung, yaitu :
- Uji latih jantung menggunakan tunggal/bangku bertingkat
- Uji latih jantung menggunakan argocycle atau arm ergometer
- Uji latih jantung menggunakan tread mill

25
BAB VI
PEMANTAUAN HEMODINAMIK

6.1 Pendahuluan
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan secara invasif atau non invasif. Pemantauan
ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah
dalam tubuh, dan kemampuan jantungt untuk memompakan darah.

6.2 Indikasi Pemantauan


Pada umumnya pemantauan hemodinamik dilakukan pada klien tersebut
dibawah ini.
A. Syok
B. Infark miokard akut yang disertai dengan :
- Gagal jantung kanan/kiri
- Sakit dada yang berulang-ulang
- Hipotensi/hipertensi
C. Edema paru
D. Gagal jantung
E. Pasca operasi jantung
F. Penyakit katup jantung/ruptur septum ventrikel
G. Tamponade jantung

26
H. Gagal nafas akut
I. Hipertensi pulmonal
J. Sarana untuk :
- Memberikan cairan/resistensi cairan
- Mengetahui reaksi pemberian obat

6.3 Parameter Hemodinamik


A. Tekanan vena sentral
B. Tekanan arteri pulmonalis
C. Tekanan kapiler arteri pulminalis
D. Tekanan atrium kiri
E. Tekanan ventrikel kanan
F. Curah jantung
G. Tekanan arteri sistemik

6.4 Tekanan Vena Sentral


Tekanan vena sentral (CVP) secara langsung mereflesikan tekanan pada
atrium kanan dan secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung
kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastolik.

6.5 Tekanan Arteri Pulmonalis


Tekanan arteri pulmonalis memberikan informasi mengenai keadaan
pembuluh darah pulmonal dan ventrikel kiri, tekanan arteri pulmonalis tergantung
aliran darah ke paru-paru dan kondisi jaringan paru.

6.6 Tekanan Atrium Kiri


Pengukuran tekanan atrium kiri dapat dilakukan secara langsung
memasukan keteter pada atrium kiri pada suaat operasi jantung atau secara tidak
langsung melalui kateter arteri pulmonalis.

6.7 Tekanan Ventrikel Kanan

27
Pada saat pemasangan kateter arteri pulmonalis bagian distal kateter kiri
dapat mengukur tekanan ventrikel kanan tekanan ini menggambarkan keadaan
pada ventrikel kanan.

6.8 Curah Jantung


Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap
menit. Normal curah jantung adalah 4-8 liter/menit.

6.9 Tekanan Arteri Sistemik


Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah pada saat
melawan dinding pembuluh darah.

6.10 Peranan Perawat


Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan
perawatan pada klien yang terpasang alat pantau tekanan himodinamik, peranan
perawat dimulai dari sebelum alat pantau tekanan dipasang dan setelah alat pantau
tekanan terpasang pada klien.

28
BAB VII
TERAPI OKSIGEN

7.1 Pendahuluan
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20% pada tekanan 1
atmosfir sehingga kosentrasi oksigen meningkat dalam darah.

7.2 Tujuan
A. Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat
B. Menurunkan kerja nafas
C. Menurunkan kerja jantung

7.3 Indikasi
A. Pada penurunan Pa O2 dengan gejala dan tanda hipoksia : dispnoe,
takhipnoe, disorientasi, gelisah, apatis, penurunan kesadaran, takhirkardia
atau pradikardia dengan tekanan darah turun.
B. Kendaraan lain : gagal nafas akut, shok, keracunan Co.

7.4 Metode Pemberian Oksigen


A. Sistem aliran rendah
1. Low Flow rendah

29
- Kateter nasal
- Kenal binasal
2. Low Flow High concentration
- Sungkup muka sederhana
- Sungkup muka dengan kantong “resbreathing”
- Sungkup muka dengan kantong “non re breathing”
B. Sistem aliran tinggi
1. High Flow Low Concentration
- Sungkup venturi

2. High Flow High Concentration


- Head CAPD

7.5 Kateter Nasal


Memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-3/menit dengan
kosentrasi 24-32%. Dalamnya kateter dari hidung sampai pharing diukur cara
mengukur jarak dari telinga ke hidung.
Keuntungan :
- Pemberian oksigen stabil
- Pasien bebas bergerak, berbicara, makan atau minum
- Alat murah
Kerugian :
- Tidak dapat memberikan oksigen lebih dari 3 liter/menit
- Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasopharing
- Kateter mudah tersumbat dengan sekret atau tertekuk
- Teknik memasukan kateter agar sulit
- Pada aliran tinggi terdengar suara dari aliran oksigen pada nasopharing

7.6 Kanul Binasal


Memberikan kosentrasi oksigen antara 24-44% dengan aliran 1-6
liter/menit, kosentrasi oksigen akan naik 4% pada tiap kenaikan aliran 1
liter/menit.

30
Keuntungan :
- Pemberian oksigen stabil dengan tidak volume dan laju nafas teratur
- Baik diberikan dalam jangka waktu lama
- Pasien dapat bergerak bebas, makan minum dan berbicara
- Episiensi dan nyaman untuk pasien
Kerugian :
- Dapat menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat
tali berasal
- Kosenyrasi oksigen akan berkurang jika pasien bernafas dengan mulut

7.7 Sungkup Muka Sederhana


Merupakan sistem aliran rendah dengan hidung, nasopharing dan
oropharing sebagai penyimpan anatonik, aliran yang diberikan 5-8 liter/menit,
kosentrasi 60%.

7.8 Sungkup Muka Dengan Kantong “Resbreathing”


- Aliran yang diberikan 8-12 liter/menit dengan kosentrasi 60-80%
- Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi 1/3 bagian
volume ekhalasi masuk ke kantong, 2/3 bagian volume ekhalasi melewati
lubang-lubang pada bagian samping.

7.9 Sungkup Muka Dengan Kantong “ Non Rebreathing”


- Aliran yang diberikan 8-12 liter/menit dengan kosentrasi oksigen 80-100%
- Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Tidak dipengaruhi oleh udara luar
Kerugian pada penggunaan sangkup
- Mengikat sangkup harus terus melekat pada pipi/wajah pasien untuk
mencegah kebocoran
- Lembab
- Pasien tidak dapat makan, minum atau berbicara
- Dapat terjadi aspirasi jika pasien muntah, terutama pada pasien tidak sadar
atau anak-anak

31
7.10 Sangkup Venturi
- Memberikan aliran yang bervariasi dengan kosentrasi oksigen 24-50%
- Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur

BAB VIII
ELEKTROKARDIOGRAFI

8.1 Pendahuluan
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Sedangkan elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan
rekaman listrik jantung, kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan
diberikan melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubak,
kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG.

8.2 Anatomi Jantung dan Sistem Konduksi


Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa, yaitu atrium
kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium
dan ventrikel diselanggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang
menghantarkan impuls listrik dari atrium ke ventrikel. Sistem tersebut terdiri dari
nodus sinoatrial (SA), nodus atrioventrikuler (AV), dan berkas his dan serabut-
serabut purkinje.
A. Nodus SA (SAN)
SAN terletak antara pertemuan vena kava superior dengan atrium kanan sel-
sel dalam SAN secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls dengan
frekuensi 60-100x/menit.
B. Nodus AV (AVN)

32
Terletak diatas sinus koronaring pada dinding posterior atrium kanan sel-sel
dalam AVN mengeluarkan impuls lebih rendah dari SAN yaitu 40-
60x/menit.
C. Berkas HIS
Nodus AV kemudian menjadi berkas HIS yang menembus jaringan perusak
miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutkan berjalan pada
septum ventrikel, yang kemudian bercabang dua mejadi berkas kanan (Right
Bundle Branch) dan berkas kiri (Left Bundle Branch) RBB dan LBB
kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri. Berkas tersebut
bercabang menjadi serabut-serabut purkinje.
D. Serabut purkinje
Serabut purkinje mampu mengeluarkan umpuls dengan frekuensi 20-
40x/menit.

8.3 Elektrofisologi Sel Otot Jantung


Sel otot jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya bermuatan
positif dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial muatan
melalui membran sel kira-kira 90 mili volt. Ada 3 ion yang mempunyai peran
penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu kalium, Natrium, dan kalsium.
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion natrium
dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam
sel lebih positif dibandingkan muatan luar sel.
Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan
BEPOLARISASI. Setelah depolarisasi, terjadi pengembalian muatan ke keadaan
semula proses ini dinamakan REPOLISASI. Seluruh proses tersebut disebut AKSI
POTENSIAL. Aksi potensial dibagi dalam 5 fase yang sesuai dengan
elektrokardiografi yang terjadi :
A. Fase 0
Dinamakan fase depolarisasi yang menggambarkan arus masuknya natrium
dari luar sel ke dalam sel dengan cepat. Akibatnya muatan dalam sel
menjadi positif, sedangkan di luar menjadi nagatif.
B. Fase 1

33
Merupakan fase permulaan proses repolarisasi yang mengembalikan
potensial dalam sek ke 0 mili volt, hal ini terutama akibat penutupan saluran
natrium.
C. Fase 2
Pada fase ini ion kalsium juga bergerak masuk ke dalam sel otot jantung
dengan laju yang relatif lebih lambat dan menyebabkan keadaan stabil yang
agak lama sesuai dengan masa refraktor absolut dari miokardium.

D. Fase 3
Fase ini merupakan fase pengembalian potensial intra sel ke potensial
istirahat, akibat pengeluaran kalium dari dalam ke luar sel, sehingga
mengurani muatan positif didalam sel.
E. Fase 4
Dinamakan fase istirahat, dimana bagian dalam sel otot bermuatan negatf,
dan dibagian luar bermuatan positif. Dengan demikian sel tersebut
mengalami POLARISASI.

8.4 Sandapan EKG


Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda dikulit pada
tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperlukan,
karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda-beda
terdapat 2 jenis sandapan (Lead) pada EKG :
1. Sandapan bipolar
2. Sandapan unipolar
A. Sandapan Bipolar
Dinamakan sandapan bipolar karena sandapan ini hanya merekam
perbedaan potensial dari 2 elektroda. Sandapan ini ditandai dengan angka
Romawi I, II, dan III.
a) Sandapan I
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiti
(LA), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri
bermuatan positif (+).

34
b) Sandapan II
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri
(LF), dimana tangan kiri bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan
positif (+).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama
sisi, yang lazim disebut segitiga EINTHOVEN.

B. Sandapan Umipolar
Sandapan umipolar ini terbagi 2 yaitu sandapan umipolar ekstremitas dan
umipolar prekordial.
a) Sandapan umipolar ekstremitas
Merekam besar potensial listrik pada suatu sobstruktif, elektroda
eksplorasi diletakan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda
indiferen (potensial 0)
- Sandapan AVR
Merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan
kanan bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen.
- Sandapan AVL
Merekam postensial listrik pada tangan kiri (LA). Dimana tangan
kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen.
- Sandapan AVF
Merekam potensial listrik kaki kiri (LF), dimana kaki kiri
bemuatan positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk
elektroda indiferen.
b) Sandapan unipolar Prekordial
Merekam besar postensial listrik jantung dengan bantuan elektroda
eksplorasi yang ditempatkan dibeberapa tempat dinding dada.

35
Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga
elektroda ekstremitas.
Letak sandapan :
V1 : Ruang Interkostal IV garis stand kanan
V2 : Ruang interkostal Iv garis sternal kiri
V3 : Pertengahan antara V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V garis mid klavikula kiri
V5 : Sejajar V4 garis aksida depan
V6 : Sejajar V5 garis aksila tengah
Umumnya perekaman EKG lengkap dibuat 12 endapan (lead) akan
tetapi pada keadaan tertentu perekaman dibuat sampai V7, V8 dan V9
atau V3R dan V4R.

8.5 Kurva EKG


Kurva KEG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan
ventrikel. Proses listrik ini terdiri dari :
1. Depalarisasi atrium
2. Respalarisasi atrium
3. Depolarisasi untrikel
4. Repolarisasi ventrikel
Sesuai dengan proses listrik jantung setiap larutan pada EKG normal
memperlihatkan 3 proses listrik yaitu : depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel
dan repolariasi vetrikel. Repolirisasi atrium umumnya tidak terlihat oada EKG
karena disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya
bersamaan dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh
dari besar. Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P, O dan R dan T serta
kadang terlihat gelombang V selain itu juga ada beberapa interval dan segmen
EKG.
A. Gelombang P
Gelombang P yang merupakan gambaran proses depolarisasi atrium
Gelombang P yang normal
- Lebar kurang dari 0,12 detik.

36
- Tinggi kurang dari 0,13 mili volt
- Selalu positif di lead II
- Selalu negatif di lead AVR
B. Gelombang GRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel
Gelombang ARS yang normal
- Lebar 0,06-0,12 detik
- Tinggi tergantung lead
Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gambaran QRS
Gelombang Q yang normal
- Lebar kurang dari 0,24 detik
- Tinggi/dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
 Gelombang Q abnormal disebut gelombang Q patologis
 Gelombang R adalah deflusi positif pertama pada gelombang
QRS
 Gelombang R umumnya positif dilead I, II, V5 dan V6. Di lead
AVR, VI dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali
 Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R
 Di lead AVR dan Vi gelombang S terlihat dalam dari V2 ke V6
akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang
dalamnya.
C. Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel, umumnya gelombang T
positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di AVR.
D. Gelombang U
Adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Timbulnya gelombang U masih belum diketahui
penyebabnya, namun diduga akibat repolarisasi lambat sistem konduksi
interventrikel.
E. Interval PR
Intervenal PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik.

37
F. Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.
Segmen ini normalnya isolektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi
dari 0-5 sampai T2 mm.
Segment ST yang naik disebut ST eleugi dan yang turun disebut ST depresi

8.6 Cara Menilai EKG


A. Tentukan frekuensi (Heart Rate)
B. Tentukan irama jantung (Rhytm)
C. Tentukan sumbu jantung (atis)
D. Tentukan ada tidaknya tanpa hipertropi
E. Tentukan ada tidaknya tanda iskimia/infark miokard
F. Tentukan ada tidaknya tanda akibat gangguan lain seperti efek obat-obatan
atau gangguan keseimbangan elektrolit

8.7 Menentukan Frekuensi


Cara menentukan frekuensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan
3 cara yaitu :
A. 300
Jumlah kotak besar antar R-R
B. 1500
Jumlah kotak kecil antara R-R
C. Ambil EKG setiap sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS
dan kalikan 10 atau ambil FKG 12 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan
dengan 5.

8.8 Menentukan Irama Jantung


Dalam menentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah
sebagai berikut :
- Tentukan apakah adanya denyut jantung berirama teratur atau tidak
- Tentukan berapa frekuensi jantung (HR)
- Tentukan gelombang P normal atau tidak

38
- Tentukan interval PR normal atau tidak
- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
- Interprestasi :
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka
iramanya disebut irama sinus (sinus rhytn = SR).
Kriteria irama sinus (SR) adalah sebagai berikut :
- Irama teratur
- Frekuensi jantung (HR) antara 60-100 +/menit
- Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang
GRS dan T
- Interval PR normal (0,12-0-20 detik)
- Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik)
- Semua gelombang sama
Irama EGK yang tidak mempunyai kriteria tersebut diatas disebut
DISRITMIA. Disritmia terdiri dari disritmia yang disebabkan oleh gangguan
penghantaran-impuls.
A. Disritmia yang disebabkan oleh gangguan pembentukan impuls terdiri
dari :
1. Nodus SA
- Takikardi sinus (ST)
- Bradikardi sinus (SB)
- Aritmia sinus
- “Sinus arrest”
2. Atrium
- Ekstrasistol atrial (AES/PAB/PAC)
- Takikardi atrial (PAT)
- Flukter atrial
- Fibrilasi atrial
3. Nodus AV
- Irama junctional (JR)
- Ekstrasistol junctional (JES/PJB/PJC)
- Takikardi junctional

39
4. Supraventrikel
- Irama indioventrikel (IUR)
- Ekstrasistol ventrikel (VES/PVB/PVC)
- Takikardi ventrikel VT
- Fibrilasi ventrikel (VF)
B. Disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls
1. Nodus SA
- Blok sinoatrial (SA Block)

2. Nodus AV
- Blok AV derajat 1 (First degree AV block)
- Block AV derajat 2 (second degree AV block)
- Tipe mobitz (wenckebach)
- Tipe mobitz II
- Block AV derajat 3 (total AV block)
3. Interventrikuler
- “Right bundle bronch block” (RBBB)
- “Left bundle branch block” (LBBB)

40
BAB IX
BANTUAN HIDUP DASAR PADA ORANG DEWASA
INTRODUKSI

Bantuan hidup Dasar meliputi penilaian terhadap gejala dan tanda henti
jantung mendadak (Sudden cardiac Arrest), serangan jantung, stroke, dan
sumbatan jalan nafas oleh benda asing; Resustasi Jantung Paru (RJP) dan
defibrilasi dengan menggunakan Automated External Defibrilator (AED).
Henti jantung mendadak merupakan penyebab kematian utama di Amerika
Serikat dan Kanada. Irama jantung yang pertama kali terlihat, sebanyak 40 %
pada korban diluar rumah sakit dengan henti jantung mendadakadalah fibrilasi
ventrikel. Pada kenyataannya banyak korban pada awala kejadian henti jantung
mendadak irama jantungnnya adalah fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel,
tetapi dengan berjalannya waktu irama pertama yang terlihat telah menjadi asistol.
Banyak korban henti jantung mendadak dapat tertolong jika penolong
melakukan sesuatu (RJP) dengan cepat selama irama jantung masih fibrilasi
ventrikel, tetapi keberhasilan resusitasi tidak akan pernah terjadi jika irama telah
berubah menjadi asistol. Pengobatan henti jantung mendadak dengan fibrilasi
ventrikel adalah penolong segera melakukan RJP dengan dilakukakan defibrilasi.
Penyebab henti jantung mendadak dapat disebabkan oleh trauma, overdosis obat,
tenggelam, dan asfiksia pada anak-anak, RJP dengan melakukan kompresi dan
bantuan pernafasan harus dilakukan pada korban tersebut.

41
ANA menggunakan 4 buah lingkaran dalam sebuah rantai (”the chain of
survival”) untuk mengilustrasikan pentingnya tindakan dalam menolong korban
dengan henti jantung mendadak dengan fibrilasi ventrikel tiga tau mungkin empat
lingkaran yang sesuai untuk korban dengan asfiksia.

Sindroma Koroner Akut (SKA)


Penyakit jantung koroner tetap menjadi penyebab utama kematian, dengan
lebih dari 500.000 kematian dan 1,2 juta pasien dengan Infark Miokard Akut
(IMA) kira-kira 52 % meninggal akibat IMA yang kejadiannya diluar rumah sakit,
lebih kurang 4 jam pertama setelah timbul gejala mengetahui dengan cepat
diagnosis IMA dapat meningkatkan angka keberhasilan dengan mengurangi angka
kerusakan pada otot jantung, tetapi therapi akan sangat efektif jika diberikan
beberapa jam setelah timbul gejala. Pada pasien dengan resiko Sindrom Koroner
Akut (SKA) dan keluarga yang diberikan pelajaran untuk menilai tanda dan gejala
SKA dan dengan cepat mengaktifkan sistem gawat darurat, dari pada
menghubungi dokter keluarga atau membawa ke rumah sakit. Gejala klasik yang
timbul pada SKA adalah rasa tidak nyaman didada, tetapi gejala juga dapat berupa
ketidak nyamanan didaerah tubuh bagian atas, napas terasa pendek, berkeringat
dingin, mual, dan mata berkunamg-kunang. Karakteristik gejala dari IMA timbul
setealah lebih dari 15 menit. Gejala asipikal dari SKA umumnya timbul pada usia
tua, wanita, dan pasien dengan dibetes militus.
Untuk meningkatkan angka keberhasilan dalam menangani SKA, petugas
kesehatan harus dilatih untuk dapat mengenali gejala SKA, menstabilkan pasien,
dan dapat merujuk pasien ke rumah sakit yang dapat menangani SKA.
Petugas kesehatan menangani jalan nafas, pemberian dengan (kelas Iib), dan
pemberian aspirin dan nitroglyserin. Jika pasien belum pernah mendapatkan dan
tidak ada riwayat alergi terhadap aspirin petugas kesehatan dapat memberikan
160-325 mg aspirin dan dikunyah (kelas I) dan memberitahukan rumah sakit
sebelum sampai ditempat. Paramedis sudah harus terlatih dan mengenal alat EKG
untuk dapat memasang EKG 12 lead dan mengantara hasil atau
menginterprestasikan hasil setbanya dirumah sakit (kelas II A)

42
Stroke
Stroke merupakan pembunuh nomer 3 dan merupakan penyebab utama
terjadinya kecacatan. Terapi fibrinilitik yang diberikan dalam satu jam pertama
kejadian dapat mengurangi trauma syaraf , dan meningkatkan angka keberhasilan
pada pasien dengan stroke iskemik akut.
Pasien dengan resiko tinggi mengalami stroke dan anggota keluarga harus
memplajari untuk dapat mengenali tanda dan gejala dari stroke dan dapat
mengklasifikasikan sistem gawat darurat jika tanda dan gejala timbul. Tanda dan
gejala stroke adalah tiba-tiba mati rasa atau kelemahan pada otot wajah, tangan,
kaki pada salah satu sisi badan, tiba-tiba merasa bingung, sulit bicara dan
mengerti, bermasalah dengan penglihatan, pada satu atau kedua mata; tiba-tiba
sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan, dan koordinasi; dan tiba-tiba
sakit kepala berat, tanpa diketahui penyebabnya. Ketika pasien stroke tiba keruang
gawat darurat rumah sakit, penanganan awal harus dimulai dalam waktu 10 menit,
CT Scan kepala harus sudah dilakukan dalam waktu 25 menit, dan terapi
fibrilolitik jika ada indikasi sudah dimulai dalam 60 menit sejak tiba diruang
gawat darurat dan dalam waktu 3 jam dari timbulnya gejala.

Rangkaian BHD Orang Dewasa :


1. Tidak ada pergerakan atau ada reaksi
2. Aktifkan sistem emergensi dan mengambil AED atau meminta pertolongan
lain untuk mengaktifkan sistem emergensi.
3. Buka jalan nafas, cek pernafasan.
4. Bila tidak bernafas, berikan 2 kali ventilasi yang membuat dada
mengembang.
5. Bila ada reaksi, ceka denyut nadi (10 detik)
5 A. Nadi (+) - Berikan 1 kali pernafasan setiap 5-6 detik / 10-12 x/menit
- Cek ulang denyut nadi setiap 2 menit.
5 B. Nadi (-) - Satu dua penolong : lakukan siklus 30 kompresi dada dan 2
ventilasi kecepatan kompresi 100 kali / menit, tekanan dengan
keras dan cepat sampai AED tersedia.
6. AED telah tersedia atau siap digunakan.

43
7. Cek irama, adakah indikasi defibrilasi ?
8. Ya. Lakukan satu kali defibrilasi segera RJP selama 5 siklus.
9. Tidak. Lakukan RJP selama 5 siklus, cek irama setiap siklus; lanjutkan
sampai bantuan lain datang.

44

Anda mungkin juga menyukai