Assalamualaikum, Wr.WbDengan mengucapkan segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah
SWT, atas berkatrahmat dan karuniaNya, penulisan referat ini untuk memenuhi syarat mengikuti
programkepanitraan pendidikan profesi dokter di Bagian Ilmu Kedokteran Radiologi telah
selesai disusun. Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnyakepada :
1. Dr. Tinon Anindita, selaku dosen pembingbing Ilmu Kedokteran Radiologi
BPRSUPSalatiga2.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun referat ini.Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh darikesempurnaan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan masalah prioritas dalam manajemen perioperatif karenadapat
meningkatkan peradangan paru-paru local yang mengarah pada disfungsi
paru.Menghisap asap rokok dapat meningkatkan peradangan yang di induksi
khemotaksis,retens, dan aktivasi neutrophils dan makropag. Proses inflamasi mungkin
berperan penting untuk cedera pengembangan paru dan penurunan fungsi paru-paru
berikutnya. Namun, respon patologis untuk merokok bervariasi antara setiap
individu.Paparan kronik asap rokok mempengaruhi metabolism beberapa obat,termasuk
obat bius yang digunakan sebagai muscle relaksan. Merokok juga dapatmempengaruhi
sensitivitas system saraf pusat untuk obat-obatan psikoaktif misalnya benzodiazepine dan
obat bius. Asap rokok mengandung lebih dari 4800zat-zar farmakologis aktif dimana dengan
paparan kronis menghasilkan beberapa efek fisiologis. Merokok juga mempengaruhi
perilku farmakodinamik dan farmkodinamik banyak obat. Selain itu, 5% sevofluran yang
terhirup manusia akan dimetabolisme,didominasi oleh P450 pathway (CYP2EI) yang disebabkan
oleh kebiasaan merokok.Untuk alasan ini, time washout dari sevofluran dapat terganggu
pada perokok.Penelitian ini mengevaluasi pengaruh merokok terhadap time washout satu
jam setelahkonsentrasi alveolar minimum (1 MAC-h) anestesi sevofluran.Anestesi secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketikamelakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. 1
Anestesi inhalasi merupakan obat-obatan yang paling sering digunakan untuk keperluan anestesi
umum. Penambahan obat anestesi inhalasi ke dalam oksigeninspirasi sebanyak 1% saja dapat
menyebabkan ketidaksadaran dan amnesia, yangmana keadaan tersebut adalah komponen
esensial untuk anestesi umum.2
Sevofluran merupakan isoprofil eter dengan fluorinasi metil dan berbau.Tekanan penguapannya
hampir sama dengan enfluran dan dapat digunakan padaevaporizer konvensional, kelarutan
sevofluran dalam darah sedikit lebih rendahdibandingkan desfluran namun tetap lebih unggul
dari golongan volatil lainnya.Potensi sevofluran sekitar setengah dari isofluran dan perubahan
strukturnya (kecualifluorinasi) paling sering disebabkan oleh lepasnya rantai profil pada molekul
eternya.Sevofluran tidak terlalu berbau (tidak menusuk) dan memiliki efek
bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan
orangdewasa. Efek vasodilator koroner sevofluran sama degan isofluran tetapi lebih cepat10-20x
dimetabolisme. Seperti halnya isofluran dan metoksifluran, metabolismesevofluran akan
menghasilkan fluorida namun peninggian kadar fluride olehmetabolisme sevofluran diduga tidak
menyebabkan penurunan kadarnya pada ginjalseperti yang terjadi pada metabolisme
metoksifluran. Berbeda dari golongan volatillainnya, sevofluran tidak dimetabolisme menjadi
trifluoroasetat, namun metabolitnya berupa asil halida( hexafluoro-isopropanol) yang tidak
menstimuli pembentukanantibodi sehingga tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated
hepatitissetelah penggunaannya. Sevofluran tidak membentuk karbon monoksida (CO)
bilaterpapar CO2 absorbents. Bila terpapar CO2 sevofluran akan terurai menjadi vinilhalida yang
disebut unsur (compound) A, yang dalam dosis tertentu bersifak nefrotoksik pada percobaan
(tikus) namun diduga tidak berhubungan dengan gagalginjal pada manusia bahkan dengan aliran
(gas flow) 1l/menit atau kurang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008, telah menetapkan Indonesiasebagai negara
terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok. Lebih dari 60 juta penduduk Indonesia pun,
menurutnya, mengalami ketidak berdayaan akibat dari adiksi nikotinrokok. Dan kematian akibat
konsumsi rokok tercatat lebih dari 400 ribu orang per-tahun.Prevalensi perokok di Indonesia kian hari
semakin meningkat danmemprihatinkan. Menurut data yang diperoleh Kompas.com,
peningkatan tertinggi perokok di Indonesia terjadi pada kelompok remaja umur 15-19 tahun, yaitu, dari
7,1 persen pada tahun 1995 menjadi 17,3 persen pada tahun 2004, atau naik 144 persen selama 9
tahun. 2
Sekali lagi, sebuah studi memperlihatkan bahwa merokok tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri
namun juga bagi lingkungan sekitar mereka. Laporan dariDr Paolo Vineis seperti yang dilansir
oleh The British Medical Journal menyatakananak-anak memiliki resiko paling besar dari para orangtua
perokok.Dampak perokok pada non perokok (perokok pasif) sudah lama diketahui. Namun bahaya
mengenai orangtua perokok pada kesehatan anak-anak baru kinimengemuka. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Dr Paolo Vineis disejumlah negaraEropa diketahui bahwa anak-anak
mengalami dampak paling tinggi.Yaitu sekitar tiga kali lipat terkena kanker paru-paru dan
masalah yang berhubungan dengan pernafasan lainya dari orangtua yang perokok.Resiko anak-anak
terkena kanker paru-paru mengalami kenaikan sampai 3.6kali dari orangtua perokok karena
anak-anak ini telah menjadi seorang perokok pasif.Merokok dirumah memang tidak dilarang
namun Dr Paolo menyarankan orangtua seharusnya tidak merokok di rumah saat anak-anak
mereka berada disekitarnya.Dr. Norman Edelman memberikan saran lain bahwa seandainya
harus merokok disarankan untuk tidak merokok diruangan tertutup.Setiap batang rokok yang
dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4 000 bahankimia beracun yang membahayakan dan boleh
membawa kematian. Dengan ini setiaphisapan itu menyerupai satu hisapan maut. Di antara
kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang
digunakan didalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene),
racunserangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yangdigunakan
di ³kamar gas maut´. Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan Karbon
Monoksida, Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui
menjadi penyebab kanker (karsinogen). Bahan seperti benzopyrene yaitu sejenis
policyclicaromatic hydrocarbon (PAH) telah lama disahkan sebagai penyebab kanker. Nikotin,
seperti najis dadah heroin, amfetamin dan kokain, bertindak balas didalam otak dan mempunyai
kesan kepada sistem mesolimbik yang menjadi penyebabutama ketagihan. Nikotin turut menjadi
punca utama risiko serangan penyakit jantungdan strok. Hampir satu perempat pasien penyakit
jantung adalah karena kebiasaanmerokok.Karbon Monoksida pula adalah gas beracun yang
biasanya dikeluarkan olehknalpot kendaraan.Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia , akan
membawa kerusakkan pada setiap organ yang dilaluinya, bermula dari hidung, mulut, tenggorokan,
saluran pernafasan, paru-paru, saluran darah, jantung, organ reproduksi, sehinggalah kesaluran
kencing dan kandung kemih , yaitu apabila sebahagian dari racun-racun itudikeluarkan dari
badan dalam bentuk air seni.3
Bahkan merokok pasif efek anestesi. Terbaik adalah berhenti merokok selama setidaknya 8
minggu sebelum operasi atau, jika tidak, setidaknya selama 24 jam sebelum operasi. Premedikasi
anxiolytic dengan halus, anestesi yang dalam harusmencegah masalah yang paling. Pemantauan
mungkin sulit karena pembacaan salah pada oximeters nadi dan arteri yang lebih tinggi untuk
mengakhiri perbedaan karbondioksida pasang. Pada periode pemulihan, perokok akan
membutuhkan terapi oksigendan analgesik lebih. Ini adalah waktu yang ahli anestesi memainkan
peran lebih kuatdalam menasihati perokok untuk berhenti merokok. 4.
3. Anestesi InhalasiInhalasi anastesi (juga dikenal sebagai anestesi volatile) adalah anestesi
denganmenggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah menguap (volatile agen)
masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi melalui paru-paru. Setelah inhalasi obat
biusdidistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui aliran darah.7
Penambahan obat anestesi inhalasi ke dalam oksigen inspirasi sebanyak 1%saja dapat
menyebabkan ketidaksadaran dan amnesia, yang mana keadaan tersebutadalah komponen
esensial untuk anestesi umum. Peningkatan sedasi/hipnosis dananalgesia dapat dicapai dengan
mengkombinasikan dengan ajuvan intravena, sepertiopioid atau benzodiazepin.2
Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan
adalah N2O. Kemudian menyusul, eter, kloroform, etil-klorida. Etilen, divinil-eter, enfluran,
isofluran, desfluran dan sevofluran. Dalam duniamodern, anestetik inhalasi yang umum
digunakan untuk prektek klinik adalah N2O,haloten, enfluran, isofluran, desfluran dan
sevofluran.8
Kelemahan terpenting dari anestesi inhalasi adalah sempitnya jarak antaradosis terapeutik dan
dosis letal, namun hal ini dapat dengan mudah diatasi denganmemonitor konsentrasi di jaringan
dan dengan melakukan titrasi ke keadaan akhir klinis yang biasanya.
2
Mekanisme kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit masih merupakan misteridalam
farmakologi modern. Ambilan alveolus gas inhalasi ditentukan oleh sifatfisiknya, antara lain:
ambilan oleh paru, difusi gas dari paru ke darah dan distribusioleh darah ke otak dan organ
lainnya.
8
Kadar alveolus minimal (KAM) atau
minimum alveolus concentration
(MAC)ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir
yangdiperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar.Pada
umumnya immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan diatas30% nilai
KAM. Dalam keaadaan seimbang, tekanan parsiel zat anestetik dalamalveoli sama dengan
takanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.
8
Kelemahan terpenting dari anestesi inhalasi adalah sempitnya jarak antara dosisterapeutik dan
dosis letal, namun hal ini dapat dengan mudah diatasi denganmemonitor konsentrasi di jaringan
dan dengan melakukan titrasi ke keadaan akhir klinis yang biasanya.
2
a.
perokok. Bahkan merokok pasif efek anestesi. Terbaik adalah berhenti merokok selama
setidaknya 8 minggu sebelum operasi atau, jika tidak, setidaknya selama 24 jam sebelum operasi.
Premedikasi anxiolytic dengan halus, anestesi yang dalam harusmencegah masalah yang paling.
Pemantauan mungkin sulit karena pembacaan salah pada oximeters nadi dan arteri yang lebih
tinggi untuk mengakhiri perbedaan karbondioksida pasang. Pada periode pemulihan, perokok
akan membutuhkan terapi oksigendan analgesik lebih. Ini adalah waktu yang ahli anestesi
memainkan peran lebih kuatdalam menasihati perokok untuk berhenti merokok.
4
3.
Anestesi InhalasiInhalasi anastesi (juga dikenal sebagai anestesi volatile) adalah anestesi
denganmenggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah menguap (volatile agen) masuk ke
dalam tubuh melalui inhalasi melalui paru-paru. Setelah inhalasi obat biusdidistribusikan ke
seluruh jaringan tubuh melalui aliran darah.
7
Penambahan obat anestesi inhalasi ke dalam oksigen inspirasi sebanyak 1%saja dapat
menyebabkan ketidaksadaran dan amnesia, yang mana keadaan tersebutadalah komponen
esensial untuk anestesi umum. Peningkatan sedasi/hipnosis dananalgesia dapat dicapai dengan
mengkombinasikan dengan ajuvan intravena, sepertiopioid atau benzodiazepin.
2
Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan
adalah N2O. Kemudian menyusul, eter, kloroform, etil-klorida. Etilen, divinil-eter, enfluran,
isofluran, desfluran dan sevofluran. Dalam duniamodern, anestetik inhalasi yang umum
digunakan untuk prektek klinik adalah N2O,haloten, enfluran, isofluran, desfluran dan
sevofluran.
8
mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang
menyebabkan mual/muntah, tidak mudah terbakar dan meledak. Halotan mulaidiperkenalkan
untuk kegunaan klinik tahun 1956 dan cepat meluas penggunaannya,karena memiliki
keuntungan dengan sifat tidak mudah terbakarnya dan rendahnyadaya larut di jaringan. Halotan
juga memiliki ketajaman yang relatif rendah namun potensi tinggi, sehingga dapat digunakan
secara inspirasi dalam konsentrasi tinggi(tergantung kepada potensinya) untuk keperluan
anestesi, dan telah terbukti dapatdigunakan secara inhalasi untuk dewasa maupun anak-anak. Di balik
keunggulannyasaat itu, halotan juga memiliki kekurangan dan perlu menjadi perhatian.
Kerugiannyaadalah sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi
yangkurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal,menimbulkan
hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pascaanestesi, dan
hepatotoksik. Terpenting adalah bahwa halotan dapatmensensitisasi miokardium terhadap
katekolamin, dan belakangan diketahui bahwametabolit halotan juga berperan dalam nekrosis
hepar. Overdosis relatif mudah terjadidengan gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat
menyebabkan kematian. Dosisinduksi 2-4% dan pemeliharaan 0,5-2%. b.
N2O N2O merupakan suatu gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak
mudahterbakar dan relatif tidak larut dalam darah. N2O paling banyak digunakan sebagaianestesi
tambahan pada kombinasi opioid atau volatil pada anestesi umum. Meskipuntidak mudah
terbakar, N2O akan membantu suatu pembakaran. Tidak seperti penggunaan anestesi volatil
lainnya, N2O tidak menghasilkan efek relaksasi ototnamun dikatakan memiliki efek analgesi4.
Peneletian pengaruh rokok terhadap time washout anastesi SevofluraneBerdasarkan jurnal artikel
yang penulis dapatkan dengan judul
Eff
ect o
f
cigarettesmoking on the washout time o
f
sevo
f
lurane anesthesia
pada Pubmed CentralJournal List BMC Anesthesiology pernah dilakukan penelitian oleh Tayfun
Adanir,Aynur Atay, Atilla Sencan, Murat Aksun, dan Nagihan Karahana.
terjaga (0,3) dan 0,1 tingkat MAC dicatat. Selain itu, rasio fraksi konsentrasiterinspirasi (Fi) dan
berakhir konsentrasi sevofluran (Fexp) pada 1 MAC dan Fexpdari sevofluran di 0.1MAC dicatat.
Para pasien ventilasi mekanik selama waktu pencucian. b.
c.
Merokok juga dapat mempengaruhi sensitivitas sistem saraf pusat untuk obat-obatan psikoaktif,
seperti benzodiazepine dan anestesi. Lysakowski et al. [18 ] Lysakowski et al. [18] menemukan
bahwa dosis yang lebih tinggi propofoldiperlukan untuk menghapuskan kesadaran dibandingkan dengan
non-perokok,mendukung konsep bahwa merokok dapat mengubah sensitivitas sistem saraf pusat.
Akan tetapi perbedaan ini masih kecil, dan tidak mungkin dari signifikansiklinis.Pemulihan dari
anestesi inhalasi tergantung pada berkurangnya konsentrasianestesi pada jaringan otak. anestesi
inhalasi dieliminasi oleh biotransformasi,kehilangan transkutan, dan pernafasan. Metabolisme
hepatik sevofluranmemberikan kontribusi sekitar 5%, bahkan ketika banyak merokok beberapa
kalilipat meningkatkan fungsi jalur P450, yang hampir dianggap cukup rendah
untuk mempengaruhi kinetika pengeluaran dari agen volatile ini. Rute yang paling penting
penghapusan anestesi inhalasi ini adalah melalui alveoli paru-paru.Banyak faktor yang
mempengaruhi kecepatan induksi, juga kecepatan induksiwashout time : penghapusan
rebreathing, aliran gas segar tinggi, rendahnya sirkuitanestesi-volume, penyerapan yang rendah
oleh sirkuit anestesi, penurunankelarutan, aliran darah otak tinggi, dan meningkatkan ventilasi.
Kecepatanwashout time juga tergantung pada panjang waktu anestesi telah diberikan
[19].Ventilasi alveolar, aliran gas segar dan lamanya waktu yang pembiusan pasien di jaga
konstan dalam penelitian kami.Namun, kami tidak menemukan perbedaanstatistik yang
signifikan antara kelompok untuk washout time dari sevofluran.Walaupun tampaknya ada
kecenderungan pengeluaran yang lebih pendek untuk perokok dibandingkan dengan non-
perokok, signifikansi klinis tidak tercapaiantara kelompok.Merokok aktif juga mempengaruhi
indeks fungsi paru-paru indeks selainFEV1. Pada perokok, neutrofil biasanya ada dalam saluran
nafas paling rendah.Merokok merupakan faktor risiko yang bagi penurunan fungsi paru-paru
padaorang dewasa. Merokok juga telah dikaitkan dengan penyakit paru-paru yangmana kedua
bronchiolar dan peradangan interstisial paru-paru tampaknya akibatdari menghirup asap rokok kronis
[20]. Hubungan antara penurunan kapasitasdifusi paru-paru dan konsumsi rokok telah diamati,
bahkan pada subjek yang
sehat. Airway hiper-responsif juga berkembang pada perokok. Kamimengasumsikan bahwa washout time
obat bius yang dihirup dipengaruhi melaluisemua hasil di atas dan dapat mempengaruhi ventilasi
alveolar.Merokok meningkatkan hemoglobin, hemotocrit, plasma fibrinogen,tekanan darah dan
denyut jantung. Tampaknya untuk meningkatkan aliran darahdan washout time sevofluran
karena induksi CYP2E1. Di sisi lain, tampaknyamenurunkankan washout time sevofluran
melalui paru-paru karena mempengaruhiventilasi alveolar. Namun, kami tidak melihat adanya
perbedaan penurunan efek dari sevofluran antara perokok dan non-perokok dalam penelitian kami.Hasil
penelitian kami mungkin terdapat beberapa keterbatasan yang layak untuk dikomentari.
Penelitian dilakukan pada ukuran sampel sedang dan hasilkami mungkin tidak berlaku bagi perokok
dengan penyakit paru-paru. Jika kitatelah memperoleh tingkat plasma anestesi volatile, data yang
lebih akurat mungkindapat disediakan. Kami tidak menemukan data evaluasi washout time dari
anestesivolatile pada perokok. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi lebihlanjut dan
agent volatile yang kurang larut pada perokok
B
A
B
IIIKESIMPULAN
Time washout dari 1 MAC h sevoflurane anesthesia tampaknya tidak dipengaruhi oleh merokok
pada pasien yang tidak disertai penyakit paru yangsignifikan
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://www.lenterabiru.com/2009/10/rokok-kesehatan-kanker-paru-penyakit-sesak.htm 4.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2149030/ 5.
Warner DO: Helping surgical patients quit smoking: why, when, and how
.
A
nesth
A
nalg
2005, 99:1766-1773.7.
Warner DO: Preoperative smoking cessation: the role of the primary care provider
.
M
ayo Clin Proc
2005, 80:252-258.8.
van der Vaart H, Postma DS, ten Hacken NH: Acute effects of cigarette smoke oninflammation
and oxidative stress: a review
.
T
horax
2004, 59:713-721.9.
MacNee W, Wiggs B, Belzberg AS, Hogg JC: The effect of cigarette smoking onneutrophil kinetics in human
lungs
.
N
Engl J
M
ed
1989, 321:924-928.10.
Traber DL, Linares HA, Herndon DN, Prien T: The pathophysiology of inhalationinjury: a review
.
B
urns Incl
T
herm Inj
1988, 14:357-364.11.
Basadre JO, Sugi K, Traber DL, Traber LD, Niehaus GD, Herndon DN: The effect of leukocyte depletion on
smoke inhalation injury in sheep
.
S
urgery
1988, 104:208-215.12.
Schroeder T, Melo MFV, Musch G, Haris RS, Winkler T, Venegas JG: PET imagingof regional
18F-FDG uptake and lung function after cigarette smoke inhalation
.
J
N
uc
M
ed
2007, 48:413-419
13.
A
naesthesia
2006,61:826-831.
14.
15.
Spracklin DK, Hankins DC, Fisher JM: Cytochrome P4502E1 is the principle catalystof human
oxidative halothane metabolism in vitro
.
Kharasch ED, Thummel KE: Identification of cytochrome P450 2E1 as the predominant enzyme
catalysing human liver microsomal defluorination of sevoflurane, isoflurane and methoxyflurane
.
A
nesthesiology
1993, 79:795-807.21.