PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
BAB I
PENDAHULUAN
1
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
1.1.2 Etiologi
Sindrom HELLP adalah varian dari pre-eklampsia berat yang biasanya
terjadi secara tiba-tiba selama kehamilan (usia kehamilan 27-37 minggu) atau
segera di awal puerperium. Sebagai salah satu bentuk dari PEB, sindroma HELLP
berawal dari gangguan perkembangan dan menstimulasi pelepasan faktor-faktor
yang secara sistemik dapat menyebabkan perlukaan pada endotelium melalui
aktivasi platelet, vasokonstriksi, dan hilangnya relaksasi vaskuler normal saat
kehamilan (Martin et al., 2006).
1.1.3 Patofisilogi
Perlukaan endotelial vaskuler diduga berperan sentral dalam menyebabkan
terjadinya pre-eklampsia. Kerusakan endotelial menyebabkan TXA2 yang
dominan menyebabkan vasokonstriksi dan hipertensi. Selain itu juga terjadi
konsumsi platelet dan aktivasi jalur pembekuan darah yang teraktivasi, dapat
terprepitasi di microvassculature, menyebabkan terjadinya hemolisis
mikroangiopati dan peningkatan kadar serum lactate dehydrogenase. Hepatic
edema dan/atau ischemia menyebabkan perlukaan hepatoseluler dan peningkatan
kadar serum transaminase dan lactate dehydrogenase (DeCherney et al., 2007).
2
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Gambar 1.2 Manajemen Antepartum Sindroma HELLP (Barton & Sibai, 2004)
Gambar 1.3 Algoritma Terapi Sindroma HELLP (Barton & Sibai, 2004)
3
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Gambar 1.4 Manajemen Postpartum Sindroma HELLP (Barton & Sibai, 2004)
4
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
BAB II
5
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
6
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Tanggal (2014)
NILAI 20/03 21/03 25/03
DATA LAB
NORMAL
22.05 Tanggal (2014)
Darah Lengkap NILAI 20/03 21/03 21/03 24/03 25/03
DATA LAB
3 3 NORMAL
Leukosit (10 ) 4-10 . 10 /µl 26,1 17,12 01.56 22.05
Eritrosit (106) 3,5-5,5 . 106 / µl 4,35 4,05
Koagulasi
Hb 11-16,0 / dl 12,3 11.06
PPT/ Kontrol PPT 9-12 15,5/11,6
Hematokrit 37-54 % 39,7 36,6 APTT/Kontrol APTT 23-33 42/26,2 12,0/11,6
MCV 86-98 Fl 91,2 90,4 Elektrolit
MCH 28-33 pg/cell 28,3 28,6 Natrium /Na 135-145 mmol/l 144 147 141,4 141
MCHC 32-36 g/dl 31,0 31,7 Potassium/K 3,5-5,1 mmol/l 3,3 3,4 2,48 3,2
Trombosit 150-400 .103 /µl 409 440 Chlorida/Cl 98-107 mmol/l 110 107 102,5 99
Kimia Darah Lain-lain
BUN 7-18 mg/dl 5,51 19 Albumin 3,5-5,5 g/dl 3,1 2,9
SCr 0,6-1,3 mg/dl 1,79 1,37 GDA 40-121 mg/dl 132 154
Cl Cr hitung HBsAg Negatif Negatif
SGOT/AST 0-37 U/l 77 125 LDH 240-480 U/L 936
SGPT/ALT 0-33 U/l 15 77
Bilirubin Direk <0,20 mg/dl 1,09
Total Bilirubin 0,00-1,00 mg/dl 1,46
7
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Laporan Operasi
Tanggal Golongan Tindakan Operasi Macam Urgensi Instruksi Post Operasi Keterangan
Operasi Operasi
20/03/2014 Besar SC MOW Bersih Darurat - Sementara puasa Dx pra bedah : G5P004
- O2 ventilator ~ TS anestesi ATH + Eklampsia +
- Cek DL post op, bila Hb < 8 pro Fetal Distress + TBJ
transfuse PRC s/d Hb ≥ 8 3000 g
- Cek CT Scan kepala tanpa kontras
- Infus RD5 1000 cc/24 jam
- Drip oxytocin 2 ampul s/d 12 jam post
SC
- Injeksi SM lanjutan s/d 24 jam post SC
- Inj. Ketorolac
- Inj. Vitamin C
- Inj. Alinamin F
- Restriksi cairan CM = CK
- Monitor keluhan /VS/klinis/Luka op
8
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Lembar Konsultasi
No Tanggal Bagian Hasil
1. 20/03/2014 Mata Secara ophtalmologis, kami dapatkan OD
SHT vasculopati grade II + ODS keratitis
eksposure
Saran :
- Tapping plester
- Gentamycin Eye Drops 3 dd ODS
- Raber tiap hari
2. 20/03/2014 Neuro Kesimpulan :
Saat ini secara klinis neurologis, kami
dapatkan pasien dengan kesadaran menurun
(GCS 1x1) tanpa tanda-tanda rangsang
meningeal dengan status focal secondary
generalized seizure yang diakibatkan oleh
acute symptomatic seizure ec eclampsi
Saran :
1. Mohon cek darah lengkap
2. Jika kejang tidak teratasi dengan MgSO4
dapat diberikan loading Fenitoin 900 mg
(5 ampul) terbagi
a. 300 mg dlm 100 cc PZ
b. 300 mg dlm 100 cc PZ
c. 300 mg dlm 100 cc PZ
Dengan kecepatan pemberian max 50
mg/menit dilanjutkan dengan
maintenance 3 x 100 mg dlm 20 cc PZ
dengan kecepatan max 50 mg/menit
3. Inj. Diazepam 1 amp bolus jika kejang
motorik
4. EEG (daftar jam kerja)
5. Lain-lain ~ TS obgyn
6. Px kami rawat bersama, mohon
konfirmasi 1674
24/03/2014 Paru Kesimpulan :
Saat ini di bidang paru, kami dapatkan px
dengan susp. TR paru + Post edema paru
Saran :
- Mohon pemeriksaan sputum BTA 3x, kultur
& sputum MTB (mikrobiologi klinis), LED
- Apabila ada hasil mohon konsul ulang
9
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Pemeriksaan Penunjang
Perkembangan Diagnosis
Tanggal Diagnosis
20/03/2014 G5P4004 ATH + Eklampsia + Penuruunan kesadaran + Fetal distress +
Edema paru + GM + TBJ 2800 g
21/03/2014 P4105 post SC + MOW (ai eklampsia + edema paru + fetal distress) +
eklampsia + penurunan kesadaran + edema paru + peningkatan fungsi hati
+ HELLP syndrome + Hipokalemi dlm koreksi
22/03/2014 P4105 post SC + MOW hr ke-2 (ai eklampsia + edema paru + fetal
distress) + eklampsia + edema paru membaik + peningkatan fungsi hati +
HELLP syndrome + Hipokalemi dlm koreksi
23/03/2014 P4105 post SC + MOW hr ke-3 (ai eklampsia + edema paru + fetal
distress) + eklampsia + edema paru membaik + HELLP syndrome +
Hipokalemi dlm koreksi
24/03/2014 P4105 post SC + MOW hr ke-4 (ai eklampsia + edema paru + fetal
distress) + eklampsia + edema paru membaik + HELLP syndrome +
Hipokalemi dlm koreksi
25/03/2014 P4105 post SC + MOW hr ke-5 (ai eklampsia + edema paru + fetal
distress) + eklampsia + edema paru membaik + HELLP syndrome +
Hipokalemi dlm koreksi
26/03/2014 P4105 post SC + MOW hr ke-6 (ai eklampsia + edema paru + fetal
distress) + eklampsia + edema paru membaik + HELLP syndrome +
Hipokalemi dlm koreksi
27/03/2014 P4105 post SC + MOW hr ke-7 (ai eklampsia + edema paru + fetal
distress) + eklampsia + edema paru membaik + HELLP syndrome +
10
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Tanggal Diagnosis
hipokalemi dlm koreksi
11
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
12
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
13
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Ny. MRN mengeluh nyeri kepala sejak pkl 03.00 (20/03/2014)
kemudian kejang sebanyak 3x, disertai keluarnya cairan dari mulut (5-7 menit)
kemudian px sadar & minta bantuan. Pkl 07.00 suami px memanggil bidan desa
kejang 1x dirawat di Pustu terdekat Pkl. 09.30, px kejang 1x lagi di Pustu
px tidak sadar penuh (mengigau) Pkl 11.00 px dirujuk ke RSUD Sumenep
(dengan menggunakan transportasi perahu) kejang sebanyak 2x dlm perjalanan
dirujuk ke RSUD Pamekasan, rencana cito SC Sp. Anestesi tidak berada di
tempat Pro rujuk RSDS Pkl. 15.00 px berangkat ke RSDS Dalam
perjalanan ke Surabaya, px kejang 2x (5 menit) & tidak sadarkan diri Px tiba di
RSDS pkl 19.30.
Pasien didiagnosis G5P4004 ATH + Eklampsia + Penuruunan kesadaran +
Fetal distress + Edema paru + GM + TBJ 2800 g. Saat MRS nilai AST dan ALT
pasien mengalami peningkatan dari rentang nilai normal meskipun pada hari ke-3
telah terjadi penurunan, namun nilainya masih di atas rentang nilai normal.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pasien mengalami komplikasi Sindroma HELLP.
Lactate dehydrogenase (LDH) menjadi parameter yang paling sering diukur pada
kasus pre-eklampsia. Hal ini disebabkan karena pre-eklampsia merupakan
sindroma yang mempengaruhi seluruh sistem organ maternal. Sehingga besar
kemungkinannya bahwa perubahan sel endotelial memainkan peran yang sangat
penting pada patogenesis terjadinya pre-eklampsia. Enzim LDH terdapat di
sebagian besar jaringan tubuh, terutama jantung, hepar, ginjal, otot skelet, otak,
sel-sel darah, dan paru-paru. Disfungsi sel-sel endotelial dapat menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi dan agregasi platelet secara tidak sesuai yang merupakan
tanda-tanda awal kondisi aterosklerosis, hipertensi, dan vasospasme koroner.
Gejala klinis akut yang membahayakan kelangsungan janin pada pre-eklampsia
berkaitan dengan aktivitas AST dan LDH, dimana sistem kardiovaskular
menjalani banyak perubahan seiring dengan perkembangan tingkat keparahan pre-
eklampsia (Aziz & Mahboob, 2008).
14
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
15
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
16
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
sudah sesuai dengan dosis yang direkomendasikan oleh pustaka. Lama terapi
antibiotika yang diberikan untuk pasien kurang rasional karena dari data
laboratoris WBC pasien masih berada di atas rentang normal dan cenderung
meningkat terus.
Pada pasien dilakukan terminasi dengan operasi sectio caesar. Perlunakan
cervix dengan oksitosin drip dianggap gagal apabila HIS tidak adekuat dengan
pemberian 40 tetes/menit, 2 jam sejak pemberian tidak mengalami tanda
persalinan dan melemah, terdapat komplikasi fetal distress, tetania uteri, ruptur
uteri (Sarna, 2007). Tindakan sectio caesar dapat dilakukan bila terdapat hasil
pemeriksaan “non stress test” jelek, pada pasien yang tidak adekuat terhadap
misoprostol atau oksitosin, penderita belum inpartum dengan skor pelvic bishop
jelek (<5), dan kegagalan drip oksitosin (Wood, 2007; Sanfilipo, 2007). Namun,
tindakan ini dikontraindikasikan pada kondisi kejang, oleh karena itu, pasien telah
mendapatkan profilaksis antikejang sebelumnya. Selama dilakukan terminasi,
monitoring tehadap hemodinamik pasien, penting untuk dilakukan. Supaya tidak
memperparah kondisi udem yang dialami pasien, total cairan yang diberikan tidak
boleh lebih dari 100ml/jam (Morgan, 2003). Pemberian drip oxytocin (2 amp/12
jam post-OP) dimaksudkan untuk induksi persalinan, dengan disertai pemberian
SM 20% (4 g) dilanjutkan dengan SM 40% (10 g) untuk menghindari terjadinya
kejang. Karena pasien pre-eklampsi berat cenderung memiliki indikasi ke arah
tersebut. (Dyer et al., 2010).
Pemberian dexamethasone (2 amp) di sini di awal (6/6) bertujuan untuk
maturasi paru janin, dimana kortikosteroid dapat meningkatkan produksi protein,
biosintesis fosfolipid, serta pembentukan surfaktan (Ballard, 1995). Surfaktan
pulmoner berfungsi untuk mencegah kolaps dari alveolus dan transudasi cairan
pada volume paru yang rendah dengan cara mengurangi tegangan permukaan
antara permukaan cairan dengan udara di alveolus. Defisiensi surfaktan dapat
mengakibatkan respiratory distress syndrome (RDS) pada bayi lahir prematur.
Maturasi paru pada akhir kehamilan, terutama onset produksi surfaktan
dikendalikan oleh glukokortikoid endogen janin (Post et al., 1986). Sedangkan
dexametason yang diberikan post op bertujuan untuk membantu meningkatkan
sintesis platelet yang cenderung nilainya rendah pada pasien dengan HELLP
17
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Syndrome. Platelet pasien tgl 6/6 = 62.000/mm3. Namun dari penelitian RCT oleh
Katz, L., et al yang dipublikasikan oleh AJOG, 2009 bahwa pemberian
dexametason pada pasien post partum tidak mendukung perbaikan kondisi
HELLP syndrome. Hal ini dibuktikan pada kasus ini dari nilai platelet pada
tanggal 7/6 = 204.000/mm3 dan mengalami penurunan pada tanggal
8/6=127.000/mm3.
Sebagai terapi analgesik, pada hari pertama digunakan injeksi ketorolac iv
(3 x 10 mg). Ketorolac memiliki efek sebagai anti-inflamasi, analgesik, dan
antipiretik yang ditujukan sebagai terapi singkat untuk mengatasi nyeri akut yang
agak berat, namun tidak untuk digunakan pada nyeri kronis minor. Mekanisme
kerja obat-obat golongan NSAID adalah menghambat cyclooxygenase pada
isoenzim (COX-1 dan COX-2) serta Prostaglandin (PG) dari jalur arachidonat
(British Medical Association, 2009). Lama penggunaan NSAID dibatasi tidak
boleh melebihi 5 hari, karena dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna akibat
mekanisme penghambatan di PG yang berperan dalam perlindungan mukosa
saluran cerna. Selain itu hambatan pada PG juga dapat mengakibatkan penurunan
perfusi darah ke ginjal dan filtrasi glomerular, sehingga perlu halnya dilakukan
pemantauan terhadap fungsi ginjal dan kadar K+ dalam darah. Administrasi
intravena secara bolus sebaiknya diberikan dalam waktu tidak kurang dari 15
detik (Anderson et al., 2002). Dosis dan lama terapi Ketorolac pada kasus ini
sudah sesuai (3 x 10 mg selama 4 hari). Ketorolac dihentikan karena pasien sudah
tidak ada keluhan nyeri post operasi.
Pasien mendapat ranitidine untuk mencegah post operative nausea
vomiting (PONV) karena pasien baru mengalami tindakan SC. Ranitidin secara
reversible dan kompetitif menghambat histamine pada reseptor H2 terutama yang
berada pada sel parietal gastric sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung
(Tatro, 2003) mencegah perdarahan GIT, aspirasi pneumonia dan stress ulcer.
Pasien mendapat terapi ranitidine 2 x 50 mg iv sampai 1 hari post operasi.
Alinamin F (mengandung vitamin B1 dan B2) di sini berperan sebagai
terapi adjuvant untuk pasien. Pada pasien hamil terjadi peningkatan kebutuhan
akan vitamin-vitamin tersebut, seperti halnya pada pasien menyusui. Alinamin F
18
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
yang diberikan ke pasien adalah 3 x 1 ampul selain juga dapat berfungsi untuk
meningkatkan motilitas usus pada pasien post pembedahan (post SC).
Vitamin C (3 x 1 amp) yang diberikan pada hari pertama memiliki
indikasi sebagai antioksidan. Kehamilan normal akan menginduksi perubahan
pada anatomi dan fisiologi maternal yang melibatkan proses-proses metabolik
untuk mendukung tumbuh-kembang janin di dalam kandungan. Dalam kondisi
normal, reactive oxygen species (ROS) dan antioksidan dalam tubuh berada dalam
kondisi seimbang. Namun ketika terdapat ROS dalam jumlah berlebih, kondisinya
menjadi tidak lagi stabil. Pada wanita, ROS merupakan faktor yang penting dalam
proses replikasi, diferensiasi, serta pertumbuhan sel selama kehamilan. Sementara
pada wanita hamil, ROS memainkan peran penting dalam remodeling jaringan
uterus, implantasi embryo, penempatan villi, dan perkembangan pembuluh darah
yang menjadi karakteristik dari kehamilan. Kondisi pre-eklampsia sangat
berkaitan dengan peningkatan lipid peroksidasi pada sirkulasi maternal dan
plasenta. Vitamin C dapat berfungsi sebagai pertahanan antioksidan lini pertama
terhadap radikal bebas pada plasma, dengan mekanisme interaksi terhadap
membran plasma melalui pemberian elektron ke radikal α-tokoferoksil dan
aktivitas oksidoreduktase membran trans-plasma. Begitu pentingnya peran
vitamin C, sehingga kekurangan vitamin C dilaporkan dapat mempengaruhi
pembentukan struktur plasenta dan memfasilitasi terjadinya infeksi plasenta,
dimana keduanya akan menghasilkan peningkatan risiko ruptur membran plasenta
dan kelahiran prematur (Casanueva & Viteri, 2003; Ghate et al., 2011; Walsh &
Wang, 1998).
Pemberian furosemide injeksi pada kasus ini ditujukan untuk mengatasi
udema tungkai yang masih terlihat sampai 11/6. Dosis untuk pemberian dengan
maintenance dose sebesar 20-80 mg/hari. (British Medical Association, 2011).
Furosemide merupakan loop diuretic yang penggunaannya diindikasikan untuk
mengatasi edema terkait congestive heart failure ataupun penyakit hepar maupun
renal. Loop diuretic adalah diuretik yang sangat poten. Pemberian berlebihan
dapat mengakibatkan diuresis dengan kehilangan cairan dan elektrolit besar-
besaran. Oleh karena itu, kadar elektrolit dalam tubuh perlu selalu dipantau (Lacy
et al., 2009). Sedangkan pada kasus ini, elektrolit pasien hanya dicek 1 x saat
19
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
20
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
BAB IV
MONITORING DAN INFORMASI
Perbaikan luka
Vitamin C Inj Kondisi luka post operasi
21
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
22
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Eklampsia merupakan kondisi pre-eklampsia yang disertai dengan kejang.
Teori yang dipercaya mendasari kondisi ini mencakup vasospasme serebral,
edema, serta kemungkinan gangguan autoregulasi serebral dan blood brain
barrier (BBB) akibat hipertensi berat yang diderita pasien. Sindroma HELLP
dapat berkembang kehamilan dengan pre-eklampsia berat maupun eklampsia.
Hemolisis didefinisikan sebagai anemia hemolitik akibat mikroangiopati.
Kadar lactate dehydrogenase (LDH) dan pengukuran bilirubin indirek menjadi
marker adanya kondisi hemolisis ini. Sementara itu, obstruksi fibrin pada sinusoid
hepar menyebabkan terjadinya perlukaan hepatoselular yang dimanifestasikan
lewat peningkatan enzim-enzim hepar. Sedangkan penurunan jumlah platelet di
sirkulasi merupakan akibat dari peningkatan laju konsumsi pada daerah yang
mengalami kerusakan endotelium vaskular.
5.2 Saran
Jika pasien masih menunjukkan indikasi adanya infeksi, sebaiknya pemberian
antibiotika tetap diteruskan yang diawali dengan pengecekan kultur dan
sensitivitas antibiotika agar bakteri penyebab infeksi dapat segera diatasi
23
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
DAFTAR PUSTAKA
Alfonzo AVM, Isles C, Geddes C, et al. Final Version 2012. Potassium disorders
- clinical spectrum and emergency management.(www.renal.org)
Aziz, R. & Mahboob, T., 2008. Relation Between Pre-Eclampsia and Cardiac
Enzymes. ARYA Atheroscle J 2008; 4(1): 29-32.
Ballard, P.L. & Ballard, R.A., 1995. Scientific Basis and Therapeutic Regimens
for Use of Antenatal Glucocorticoids. Am J Obstet Gyn 1995; 173: 254-262.
Baxter, J.K. & Weinstein, L., 2004. HELLP Syndrome: The State of the Art.
Obstet Gynecol Survey 2004; 59(1): 838-845.
British Medical Association. 2011. British National Formulary. UK: BMJ Group.
Cassanueva, E. & Viteri, F.E., 2003. Iron and Oxidative Stress in Pregnancy. J
Nutr 2003; 133: 1700S-1708S.
Cunningham, G.F., Leveno, J.K., Bloom, L.S., 2005. Williams Obstetrics 22nd
Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc., p: 761-808.
Decherney, A.A., Nathan, L., Goodwin, M.T., 2007. Current Obstetric &
Gynecologic Diagnosis & Treatment, 9th Edition. California: Lange Medical
Books/ McGraw-Hill Medical Publishing Division, p: 338-353
Dyer, R.A., Van Dyk, D., Dresner, A., 2010. The Use of Uterotonic Drugs During
Caesarean Section. Int J Obs Anesth 2010; 19: 313-319.
Ghate, J., Choudhari, A.R., Gugare, B., Ramji, S., 2011. Antioxidant Role of
Vitamin C in Normal Pregnancy. Biomed Res 2011; 22(1): 49-51.
24
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
Novikova, N. & Hofmeyr, G.J., 2011. Tranexamic Acid for Preventing Post-
Partum Haemorrhage (Review). The Cochrane Collaboration. USA: John
Wiley & Sons, Ltd.
Ogah, O.K., Ijaiya, M.A., Aboyejl, P.A., Esuga, S.A., 2005. Eclampsia: A Global
Problem. Sex Heal Matters 2005; 6(2): 45-49.
Post, M., Barsoumian, A., Smith, B.T., 1986. The Cellular Mechanism of
Glucocorticoid Acceleration of Fetal Lung Maturation. J Biol Chem 1986;
261(3): 2179-2184.
Rajan, T., Widmer, N., Kim, H., Dehghan, N., Alsahafi, M., Levin, A., 2012. BC
Medical Journal, Vol. 54, No. 1, A Quality Improvement Project to
Enhance the Management of Hyperkalemia in Hospitalized Patients
Tuffnell DJ, Shennan AH, Waugh JJS, Walker JJ, 2006. On behalf of the
Guidelines and Audit Committee of the Royal College of Obstetricians
and Gynaecologists. The management of severe pre-
eclampsia/eclampsia. Greentop Guidelines (10A). London: RCOG Press
Walsh, S.W., & Wang, Y., 1998. Placental Mitochondria as A Source of Oxidative
Stress in Pre-Eclampsia. Placenta 1998; 19: 581-586.
25
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK KERJA LAPANGAN SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
MA GI S TE R F A RM AS I K LI NIK FA K UL T AS F AR MA SI UNI VE R SI T A S A IR LAN G G A
26