Anda di halaman 1dari 20

Ringkasan Materi Kuliah

PENGAUDITAN II
“PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEMBELIAN DAN
PEMBAYARAN: PENGAUDITAN AKUN-AKUN TERPILIH”
Dosen Pengampu: Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak.

Oleh:

Nama Kelompok 1

I Putu Bagus Diva Aiswarya (1707532024)


A.A Ngurah Bagus Wiradarma (1707532068)
I Made Edy Purnama Putra (1707532097)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. JENIS AKUN – AKUN LAIN DALAM SIKLUS PEMBELIAN DAN
PEMBAYARAN

Jenis aset, beban, dan liabilitas, bisa berbeda-beda antara perusahaan yang Satu
dengan perusahaan Iainnya, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang
usaha selain perusahaan dagang pengecer dan manufaktur.

Metodologi berkaitan dengan audit atas akun-akun ini serupa dengan audit untuk
akun-akun lain yang telah dibahas pada bab-bab yang sebelumnya. Dalam bab ini akan
dibahas persoalan-persoalan audit yang berkaitan hanya untuk beberapa akun terpilih,
yaitu audit atas:

a) Properti, mesin, dan peralatan


b) Beban dibayar di muka
c) Utang lain-Iain
d) Akun-akun pendapatan dan beban
2. PENGAUDITAN ATAS PROPERTI, MESIN, DAN PERALATAN

Properti, mesin, dan peralatan adalah akun-akun yang tergolong sebagai aset tetap,
yaitu aset yang diharapkan akan bisa digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun,
digunakan dalam operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam
kegiatan normal perusahaan. Tujuan untuk menggunakan aset sebagai bagian dari operasi
bisnis klien dan taksiran umur penggunaan labih dari satu tahun adalah karakteristik
utama yang membedakannya dari aset-aset seperti persediaan, beban dibayar di muka,

1
dan investasi. Pembelian properti, mesin, dan peralatan terjadi melalui siklus pembelian
dan pembayaran.

A. Akun-Akun Terkait Dengan Akun Peralatan

Akun-akun yang biasanya digunakan dan berkaitan erat dengan peralatan


dijelaskan pada Gambar diatas. Perhatikan bahwa pendebetan atas peralatan timbul
dari siklus pembelian dan pembayaran. Karena sumber pendebetan dalam akun aset
adalah jurnal pembelian, sistem akuntansi biasanya sudah diuji untuk mencatat
penambahan yang terjadi dalam periode ini ke akun peralatan sebagai bagian dari
pengujian siklus pembelian dan pembayaran. Namun demikian, karena penambahan
peralatan relatif jarang terjadi, sering melibatkan jumlah rupiah yang besar, dan perlu
mendapat pengawasan khusus, seperti misalnya persetujuan dari dewan komisaris,
maka auditor biasanya memutuskan untuk tidak terlalu mengandalkan pada pengujian
tersebut sebagai bukti pendukung penambahan aset tetap.

Catatan akuntansi yang utama untuk peralatan dan properti, mesin, dan peralatan
lainnya biasanya adalah master file aset tetap. Master file meliputi suatu catatan rinci
untuk setiap unit peralatan dan jenis properti lain yang dimiliki. Setiap catatan dalam
file mencakup suatu deskripsi tentang aset yang bersangkutan, tanggal pembelian,
harga perolehan, depresiasi tahun ini, dan akumulasi depresiasi untuk peralatan yang
bersangkutan.

Total dari semua catatan dengan saldo di buku besar untuk akun yang
bersangkutan: peralatan, depresiasi, dan akumulasi depresiasi. Master file juga berisi
informasi tentang peralat~ an yang dibeli dan dilepaskan ( dijual, ditukar, atau tidak
dipakai lagi) selama tahun yang diperiksa. Audit atas peralatan dan aset-aset tetap
lainnya, berbeda dari audit atas akun-akun yang tergolong aset Iancar, karena tiga
alasan berikut:

a) Pembelian peralatan dalam suatu periode biasanya tidak begitu sering terjadi,
lebih-lebih yang berupa peralatan berat yang digunakan dalam perusahaan
manufaktur.
b) Jumlah rupiah dari setiap pembelian biasanya material.
c) Peralatan biasanya dibukukan dan berada dalam catatan akuntansi selama
beberapa tahun.

2
Karena perbedaan-perbedaan tersebut, pengauditan peralatan ditekankan pada
pemeriksaan atas pembelian peralatan pada periode ini, bukan pada saldo dalam akun
yang dibawa dari periode sebelumnya. Selain itu, taksiran umur aset lebih dari setahun
menimbulkan akun beban depresiasi dan akumulasi depresiasi, yang diaudit sebagai
bagian dari audit atas aset. Dan terakhir, peralatan mungkin dijual atau dihentikan, dan
menghasilkan ayat jurnal untuk mencatat laba atau rugi yang memerlukan
pemeriksaan oleh auditor.

Meskipun pendekatan untuk memeriksa peralatan berbeda dari pendekatan untuk


mengaudit aset lancar, berbagai akun aset lain diperiksa dengan cara yang sama. lni
meliputi akun-akun seperti: hak paten, copyright, dan semua akun properti, mesin, dan
peralatan. Dalam mengaudit akun peralatan dan akun-akun terkait, akan sangat
bermanfaat apabila dilakukan pemisahan pengujian menjadi beberapa kategori
berikut:

a) Melaksanakan proseduranalitis
b) Memeriksa pembelian peralatan periode ini.
c) Memeriksa pelepasan peralatan periode ini.
d) Memeriksa saldo akhir dalam akun aset.
e) Memeriksa beban depresiasi.
f) Memeriksa saldo akhir dalam akumulasi depresiasi.

B. Melaksanakan Prosedur Analitis

Berikut adalah prosedur analitis yang sering digunakan untuk peralatan

 Bandingkan beban penyusutan dibagi biaya peralatan manufaktur kotor dengan


tahun sebelumnya.
 Bandingkan akumulasi penyusutan dibagi biaya peralatan manufaktur kotor
dengan tahun sebelumnya.
 Bandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan, beban perlengkapan, beban
peralatan kecil tahunan dengan tahun sebelumnya.
 Bandingkan biaya manufaktur kotor dibagi dengan suatu pengukur produksi
dengan tahun lalu. (Peralatan menganggur atau telah dilepas tetapi tidak dihapus
dari pembukuan).

3
C. Memeriksa Pembelian Peralatan Tahun Ini

Perusahaan harus mencatat penambahan pembelian asset tahun berjalan dengan


benar karena asset tetap memiliki dampak jangka panjang pada laporan keuangan.
Tujuan Audit Saldo:

 Perolehan tahun berjalan pada skedul perolehan cocok dengan jumlah pada berkas
induk yang terkait, dan jumlah total cocok dengan buku besar.
 Perolehan tahun berjalan yang tercatat adalah ada
 Perolehan yang ada telah dicatat
 Perolehan tahun berjalan yang tercatat dihitung dengan akurat
 Perolehan tahun berjalan yang tercatat diklasifikasikan dengan tepat
 Verifikasi Pelepasan TPerolehan tahun berjalan dicatat dalam periode yang benar
 Klien memiliki hak kepemilikan dan perolehan tahun berjalan.

D. Memeriksa Pelepasan Aset (Disposal) Tahun ini

Tujuan utama auditor dalam verifikasi atas penjualan, pertukaran, atau


penghentian pemakaian aset, adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat
bahwa semua pelepasan telah dicatat pada jumlah yang tepat. Titik tolak
pemeriksaaan atas pelepasan aset adalah daftar tentang pelepasan aset yang dibuat
klien. Daftar semacam itu biasanya berisi tanggal pelepasan aset, nama orang atau
perusahaan yang membeli aset. Harga jual, biaya perolehan, tanggal pembelian, dan
akumulasi depresiasi.

Pengujian kecocokan saldo atas cacatan dalam daftar pelepasan sangat penting,
termasuk memeriksa kebenaran penjumlahan vertikal dalam daftar, menelusur total
dari daftar ke catatan pelepasan di buku besar, dan menelusur biaya perolehan dan
akumulasi depresiasi dari aset yang dilepas ke master file properti. Karena kesalahan
pencatatan pelepasan aset yang tidak digunakan Iagi dalam perusahaan bisa
berpengaruh terhadap laporan keuangan secara signifikan, maka mencaripelepasan
aset yang tidak dicatat menjadi hal yang penting. Sifat dan kecukupan pengenda|ian
atas pelepasan mempengaruhi Iuasnya pencarian. Prosedur-prosedur di bawah ini
sering digunakan untuk memeriksa pelepasan:

a) Review apakah aset yang baru diperoleh diganti dengan aset yang lama.

4
b) Analisis Iaba atau rugi pelepasan aset dan pendapatan lain-lain yang diterima dari
pelepasan aset.
c) Review modifikasi pabrik dan perubahan produk yang dihasilkan, perubahan
dalam peralatan berkomputer berharga mahal, pajak kekayaan, atau coverage
asuransi untuk melihat kemungikinan adanya peralatan yang ditiadakan.
d) Melakukan wawancara dengan manajemen dan personil produksi tentang
kemungkinan adanya pelepasan aset.
Apabila suatu aset dijual atau dilepas tanpa ditukar untuk penggantinya, keteltian
pencatatan transaksi bisa diverifikasi dengan memeriksa faktur penjualan terkait dan
master file properti. Auditor harus membandingkan biaya perolehan dan akumulasi
depresiasi dalam master file dengan catatan dalam jurnal umum dan hitung ulang laba
atau rugi yang timbul dari pelepasan aset untuk dibandingkan dengan catatan
akuntansi. Apabila terjadi penukaran aset tetap, auditor harus yakin bahwa aset baru
telah dikapitalisasi dan aset yang diganti telah ditiadakan dari pembukuan, dengan
mempertimbangkan nilai buku aset yang ditukarkan dan tambahan biaya perolehan
untuk aset yang baru.
E. Memeriksa Saldo Akhir Akun Aset

Dua tujuan auditor dalam pengauditan atas saldo akhir akun peralatan ialah
menentukan bahwa :

 Semua peralatan terbukukan ada secara fisik pada tanggal neraca (keberadaan)
 Semua peralatan yang dimiliki telah dibukukan (kelengkapan)
Pada umumnya auditor tidak perlu menguji ketelitian atau penggolongan aset
tetap yang dibawa dari periode Ialu, karena diasumsikan bahwa aset - aset tersebut
telah diverifikasi pada audit periode Ialu, pada waktu mereka dibeli. Akan tetapi
auditor harus memperhatikan bahwa perusahaan mungkin kadang-kadang memiliki
peralatan yang masih ada, tetapi tidak digunakan Iagi dalam operasi perusahaan.
Apabila jumlahnya material, auditor harus mengevaluasi apakah harus diturunka
nilainya ke nilai bersih bisa direalisasi (tujuan nilai bersih bisa direalisasi) atau
sekurang-kurangnya dikelompokkan secara terpisah sebagai “peralatan non-operasi”.
Selain melakukan prosedur-prosedur untuk mendapatkan bukti yang berkaitan dengan
tujuan audit saldo aset tetap, auditor juga melakukan prosedur audit yang berkaitan
dengan empat tujuan audit tentang penyajian dan pengungkapan aset tetap.
Pertimbangan utama dalam memeriksa pengungkapan yang berhubungan dengan aset

5
tetap. Petimbangan utama dalam memeriksa pengungkapan tentang aset adalah
kemungkinan adanya larangan hukum. Auditor bisa menggunakan beberapa metoda
untuk menentukan apakah peralatan dilarang secara hukum, dengan cara:

a) Membaca pasal-pasal yang tercantum dalam perjanjian kredit.


b) Mengirim permintaan konfirmasi utang ke bank atau ke lembaga
c) keuangan Iain.
d) Melakukan diskusi dengan klien atau mengirim surat ke
e) penasehat hukum.

F. Memeriksa Beban Depresiasi

Beban depresiasi adalah satu dari sedikit beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian
dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi. Jumlah
terbukukan ditentukan melalui pengalokasian internal bukan melalui transaksi
pertukaran dengan pihak luar. Apabila beban depresiasi material, diperlukan Iebih
banyak pengujian rinci depresiasi dibandingkan dengan akun yang telah diverifikasi
melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi. Tujuan
audit saldo terpenting untuk beban depresiasi adalah ketelitian. Auditor fokus pada
penentuan apakah klien mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke
periode dan apakah perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan konsistensi,
auditor harus mempertimbangkan empat hal berikut:

1. Masa manfaat aset yang dibeli pada periode ini.

2. Metoda depresiasi.

3. Taksiran nilai residu.

4. Kebijakan depresiasi aset pada periode pembelian dan pelepasan.

Kadang-kadang perubahan situasi menyebabkan perusahaan merasa perlu untuk


menilai kembali masa manfaat suatu aset. Apabila hal ini terjadi, penilaian kembali
harus meliputi perubahan dalam estimasi akuntansi, bukan perubahan dalam prinsip
akuntansi. Pengaruh hal ini terhadap depresiasi perlu dievaluasi. Metoda yang
bermanfaat dalam pengauditan depresiasi adalah pengujian prosedur analitis tentang
kewajaran yang dilakukan dengan mengalikan aset tetap yang belum didepresiasi

6
dengan tarif depresiasi. Dalam melakukan perhitungan ini, auditor harus melakukan
penyesuaian untuk penambahan dan pelepasan yang terjadi tahun ini, aset dengan
masa manfaat yang berbeda, dan aset dengan metoda depresiasi yang berbeda. Banyak
KAP menggunakan spreadsheet elektronik dalam arsip permanen mereka yang
mencakup pembagian aset tetap sesuai dengan metoda depresiasi yang digunakan dan
masa manfaatnya. Apabila hasil kalkulasi dengan menggunakan software mendekati
totaI hasil perhitungan klien dan apabila risiko pengendalian untuk beban depresiasi
rendah, maka pengujian rinci untuk depresiasi dapat dieliminasi.

G. Memeriksa Saldo Akhir Dalam Akun Akumulasi Depresiasi

Pendebetan atas akun akumulasi depresiasi pada umumnya diuji sebagai bagian dari
pengauditan atas pelepasan aset, sedangkan kreditnya diperiksa sebagai bagian dari
beban depresiasi. Apabila auditor menelusur transaksi-transaksi tertentu ke catatan
akumulasi depresiasi dalam master file property sebagai bagian dari pengujian ini,
maka hanya tinggal sedikit yang membutuhkan pemeriksaan untuk saldo akhir akun
akumulasi depresiasi.

Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam pengauditan atas saldo akhir dalam
akumulasi depresiasi :

1. Akumulasi depresiasi sebagaimana tercantum dalam master file properti cocok


dengan buku besar. Tujuan ini dapat dicapai dengan menguji kebenaran penjumlahan
vertikal akumulasi depresiasi dalam master file properti dan menelusurnya ke buku
besar

2. Akumulasi depresiasi dalam master file adalah akurat.

Dalam hal tertentu, masa manfaat bisa berkurang secara signifikan karena terjadinya
penurunan permintaan konsumen atas produk, penurunan fisik yang tak terduga,
modifikasi dalam Operasi, atau perubahan Iainnya. Karena kemungkinan-
kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kecukupan cadangan untuk
akumulasi depresiasi setiap tahun untuk memastikan bahwa nilai buku tidak lebih
tinggi dari nilai bersih aset bisa direalisasi.

7
3. PENGAUDITAN BEBAN DIBAYAR DI MUKA

` Beban dibayardi muka, beban ditangguhkan, dan aset tak berujud, iangka Waktunya
bisa bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Termasuk dalam
kategori ini adalah:

 Sewa dibayardi muka


 Hak paten
 Beban ditangguhkan
 Biaya organisasi
 Asuransi dibayar di muka
 Copyright
 Pajak dibayar di muka
 Merek dagang
 Goodwill
Dalam kasus tertentu, akun-akun di atas bisa sangat material. Namun dalam
kebanyakan audit, perusahaan tidak memiliki akun sebanyak dicontohkan di atas, atau
jumlahnya tidak material. Prosedur analitis kadang-kadang sudah dipandang cukup untuk
mengaudit beban dibayar di muka, beban ditangguhkan, dan aset tak berwujud. Dalam
audit tertentu, beberapa dari aset tersebut bisa signifikan dan menyangkut pertimbangan
yang rumit. Sebagai contoh, pengauditan aset tak berujud seperi misalnya goodwill,
sangat tergantung pada pengetahuan auditor tentang sifat bisnis dan bidang usaha klien,
dan kebutuhan akan pengujian atas asumsi-asumsi manajemen yang signifikan, model
evaluasinya, dan data pendukung yang digunakan sebagai masukan untuk model tersebut.
Dihadapkan pada pengevaluasian aset tak berwujud yang kompleks, auditor seringkali
memerlukan bantuan pakar yang bisa membantu mengevaluasi apakah nilai dari aset tak
berujud telah berkurang.

Pada bagian ini, kita akan membahas tipikal pengendalian internal dan pengujian
audit terkait yang biasa digunakan dalam audit atas beban asuransi dibayar di muka.
Dalam pembahasan berikut, digunakan suatu contoh yang mewakili akun-akun sejenis
ini, karena :

1. Asuransi dibayar di muka sering dijumpai pada kebanyakan audit hampir semua
perusahaan berhubungan dengan urusan asuransi.

2. Sering muncul masalah dalam pengauditan asuransi dibayar di muka.

8
3. Tanggungjawab auditor untuk mereview coverage asuransi adalah pertimbangan
tambahan yang tidak dijumpai pada akun lain dalam kategori ini.

A. Pengendalian Internal

Pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka dan beban asuransi


dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: pengendalian atas pembelian dan pencatatan
asuransi, pengendalian atas register asuransi, dan pengendalian atas pembebanan
terhadap beban asuransi. Pengendalian atas pembelian dan pencatatan asuransi adalah
bagian dari siklus pembelian dan pembayaran. Konsisten dengan prosedur-prosedur
yang telah dibahas untuk siklus tersebut, otorisasi yang tepat untuk polis asuransi yang
baru dan pembayaran premi asuransi adalah pengendalian yang amat penting.

Register asuransi adalah suatu catatan polis-polis asuransi yang sedang


berjalan dan tanggal akhir berlakunya setiap polis asuransi. Auditor menggunakan
register asuransi untuk mengidentifikasi polis-polis yang masih berlaku dalam
kaitannya dengan akun asuransi dibayar di muka. Termin pembayaran dan jumlah
untuk polis yang sedang berjalan tercantum pula dalam register tersebut. Karena
termin dan besarnya premi merupakan basis untuk menentukan jumlah asuransi
dibayar di muka, auditor secara independen melakukan verifiksasi atas termin dan
jumlah untuk setiap polis atau kontrak asuransi.

B. Pengujian Audit

Dalam mengaudit asuransi dibayar di muka, auditor mendapatkan daftar asuransi dari
klien yang mendaftar setiap asuransi yang sedang berlaku yang berisi informasi
tentang :

 Informasi polis, termasuk nomor polis, jumlah pertanggungan (coverage), dan


premi pertahun.
 Saldo awal asuransi dibayar di muka.
 Pembayaran premi polis.
 Jumlah yang dibebankan ke beban asuransi.
 Saldo akhir asuransi dibayar di muka.
Selama melakukan audit atas asuransi dibayar di muka dan beban asuransi, auditor
harus mencamkan dalam pikirannya bahwa jumlah dalam beban asuransi adalah
residual. Satu-satunya pengujian atas saldo dalam akun beban yang biasanya perlu

9
dilakukan meliputi prosedur analitis dan pengujian untuk memastikan bahwa semua
pembebanan ke dalam beban asuransi timbul dari pengkreditan terhadap akun asuransi
dibayar di muka. Karena pembayaran premi diuji sebagai bagian dari pengujian
pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi serta prosedur analitis,
maka tekanan dalam pengujian rinci saldo adalah pada asuransi dibayar di muka.

1) Polis Asuransi dalam Daftar Asuransi Dibayar di Muka benar - benar Ada
dan Semua Polis yang Berlaku Tercantum dalam Daftar (Keberadaan dan
Kelengkapan)
Pengujian keberadaan dan penghilangan polis asuransi yang sedang beriaku dapat
dilakukan pada daftar polis asuransi dibayar di muka melalui salah satu dari dua
cara berikut :

1. Memeriksa suatu sampel faktur asuransi dan polis yang sedang berlaku untuk
dibandingkan dengan daftar.

2. Dapatkan suatu konfirmasi informasi asuransi dari agen perusahaan asuransi.


Auditor biasanya lebih menyukai untuk mengirim konfirmasi ke agen perusahaan
asuransi klien, karena pendekatan ini biasanya tidak begitu memakan waktu
daripada memeriksa pembukuan klien dan melakukan pencocokan ke dokumen -
dokumen pendukung.

2) Klien Memiliki Hak atas Semua Polis Asuransi yang 'I'ercantum dalam
Daftar Asuransi Dibayar di Muka (Hak)

Pihak yang akan menerima ganti-rugi atas klaim asuransi disebut sebagai pihak
yang berhak. Biasanya nama penerima ganti rugi yang tertulis dalam polis adalah
klien, tetapi dalam hal kredit hipotik atau kredit lain, klaim asuransi bisa juga
dibayarkan kepada kreditur. Review atas polis asuransi untuk menentukan pihak
yang berhak atas claim selain klien merupakan pengujian yang baik untuk
memeriksa ada tidaknya utang tidak dicatat dan aset yang digadaikan.

3) Jumlah yang Dibayar di Muka dalam Daftar adalah Akurat dan Totalnya
telah Dijumlah dengan Benar dan Cocok dengan Buku Besar (Ketelitian dan
Kecocokan Saldo)

Pengujian audit untuk memeriksa ketelitian asuransi dibayar di muka menyangkut


pemeriksaan jumlah premi asuransi, jangka waktu poIis, dan pengalokasian premi

10
ke asuransi belum terpakai (unexpired insurance). Jumlah premi untuk suatu polis
tertentu dan jangka waktu pertanggungan dapat diperiksa pada saat yang sama
dengan memeriksa faktur premi atau dengan mengirim konfirmasi ke agen asuransi.
Setelah dua hal ini diperiksa, perhitungan klien tentang asuransi yang belum
terpakai (yang merupakan asuransi dibayar di muka) dapat diuji dengan melakukan
rekalkulasi. Selanjutnya daftar polis asuransi dibayar di muka dapat diperiksa
penjumlahan vertikalnya dan totalnya ditelusur ke buku besar untuk merampungkan
pencocokan saldo.

4) Beban Asuransi yang Berkaitan dengan Asuransi Dibayar di Muka telah


Digolongkan dengan Benar (Penggolongan)
Penggolongan yang benar pada berbagai akun beban asuransi yang berbeda harus
direview sebagai pengujian atas Iaporan laba-rugi. Dalam hal tertentu. akun beban
yang tepat cukup jelas karena jenis asuransinya, seperti misalnya asuransi untuk
mempertanggungkan sejenis peralatan Namun dalam situasi lain dibutuhkan
pengalokasian. Sebagai contoh dalam hal asuransi kebakaran bangunan
memerlukan pengalokasian ke beberapa akun, termasuk diantaranya akun beban
overhead pabrik. Pembebanan ke akun yang tepat dan konsistensi dengan tahun
sebelumnya merupakan pertimbangan utama dalam mengevaluasi penggolongan.

5) Transaksi Asuransi Dicatat pada Periode yang Tepat (Pisah Batas)


Pisah batas untuk pembelian asuransi biasanya tidak merupakan masalah yang
signifikan karena jumlah polis biasanya tidak begitu banyak dan jumlahnya tidak
begitu material. Apabila auditor melakukan pengujian pisah batas atas pembelian
asuransi, hal itu biasanya dilakukan auditor sebagai bagian dari pengujian pisah
batas utang usaha.

4. PENGAUDITAN BEBAN-BEBAN TERUTANG

Kategori ketiga dari akun-akun dalam siklus pembelian dan pembayaran adalah
beban-beban terutang yaitu estimasi kewajiban yang belum dibayar yang timbul dari
jasa atau manfaat (benefit) yang telah diterima sebelum tanggal neraca. Banyak diantara
beban terutang merupakan kewajiban di masa datang untuk jasa yang belum dibayar
yang timbul dari berlalunya waktu tetapi belum saatnya dibayar pada tanggal neraca.
Sebagai contoh, benefit atau manfaat yang diperoleh dari property sewaan terutang

11
dengan berjalannya waktu sepanjang tahun. Oleh karena itu pada tanggal neraca, bagian
tertentu dari total beban sewa yang beium dibayar harus diakui sebagai utang.
Kewajiban-kewajiban Iain semacam itu misalnya :

 Utang gaji dan upah


 Utang hororarium profesional
 Utang pajak penghasilan karyawan
 Utang sewa
 Utang bonus pimpinan
 Utang bunga
 Utang komisi
Tipe kedua adalah beban terutang yang menyangkut estimasi dimana jumlah yang
terutang belum dapat ditentukan, seperti misalnya kewajiban yang timbul sehubungan
dengan pajak penghasilan di mana ada kemungkinan yang masuk akal bahwa jumlah
pajak penghasilan yang dilaporkan bisa berubah setelah Kantor Pajak mengaudit pajak
yang seharusnya dibayar perusahaan. Utang garansi dan utang beban pensiun
merupakan contoh lain yang termasuk dalam tipe kewajiban ini.

A. Pengauditan Pajak Kekayaan Terutang


Sebagaimana halnya dengan beban asuransi, saldo dalam akun pajak kekayaan
terutang adalah jumlah residual dari saldo awal dalam akun pajak kekayaan terutang,
ditambah pajak kekayaan periode ini, dikurangi dengan pembayaran kas yang dilakukan
pada periode ini. Oleh karena itu, tekanan pengujian harus dilakukan atas saldo akhir
akun pajak kekayaan terutang dan pembayaran. Ketika auditor memeriksa pajak
kekayaan terutang, kedelapan tujuan audit saldo adalah relevan, kecuali nilai bersih bisa
direalisasi. Dua diantaranya sangat signifikan, yakni:

1. Pajak kekayaan terutang tercantum dalam daftar beban-beban terutang. Tidak


mencantumkan pajak kekayaan yang terutang akan menyebabkan utang pajak
kekayaan menjadi kurang saji (kelengkapan). Kesalahan penyajian material bisa
terjadi, sebagai contoh apabila pajak kekayaan tidak dibayar sebelum tanggal neraca
dan tidak dimasukkan sebagai utang pajak.
2. Pajak kekayaan terutang dicatat dengan akurat. Perhatian auditor adalah pada
perlakuan yang konsisten atas utang dari tahun ke tahun.

12
Auditor menggunakan dua pengujian utama untuk menguji apakah semua utang
beban telah dimasukkan. Auditor memeriksa jumlah pajak kekayaan terutang bersamaan
dengan audit atas pembayaran pajak kekayaan tahun ini. Dalam kebanyakan audit,
biasanya hanya terjadi sedikit transaksi pembayaran pajak kekayaan, tetapi setiap
pembayaran seringkan material, dan oleh karenanya perlu diperiksa satu per satu.
Auditor iuga perlu membandingkan jumlah pajak kekayaan terutang tahun ini dengan
tahun sebelumnya.
Auditor biasanya memulai pemeriksaannya dengan meminta daftar pembayaran pajak
kekayaan kepada klien dan kemudian membandingkan setiap pembayaran dengan daftar
tahun yang Ialu untuk memastikan apakah semua pembayaran telah dimasukkan dalam
daftar yang dibuat klien. Daftar aset tetap juga perlu diperiksa untuk memeriksa
kemungkinan adanya penambahan dan pelepasan aset yang bisa mempengaruhi pajak
kekayaan terutang. Semua kekayaan perusahaan yang terkena palak sesuai dengan
peraturan yang berlaku, harus dimasukkan ke dalam daftar, walaupun belum sekalipun
dibayar pajaknya. Setelah auditor yakin bahwa semua kekayaan yang merupakan
objek pajak telah dimasukkan ke dalam daftar, auditor selanjutnya mengevaluasi
kewajaran pajak kekayaan atas setiap kekayaan yang dimiliki klien untuk menaksir
jumlah pajak terutang. Dalam hal tertentu, jumlah pajak terutang sudah dibuat oleh
otoritas pajak berupa tagihan pajak dan dikirimkan kepada klien, sehingga auditor bisa
menggunakan nya untuk membandingkan antara jumlah dalam daftar dengan tagihan
pajak. Dalam situasi lain, total pembayaran pajak tahun Ialu perlu disesuaikan dengan
perkiraan kenaikan pajak kekayaan.

5. PENGAUDITAN AKUN-AKUN PENDAPATAN DAN BEBAN

Gambaran umum tentang tipikal prosedur-prosedur yang sering digunakan


auditor untuk menentukan apakah pendapatan dan beban dalam laporan keuangan bebas
dari kesalahan penyajian material. Auditor harus memahami bahwa kebanyakan
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan seringkali Iebih
mengutamakan laporan Iaba-rugi dibandingkan dengan neraca. Investor ekuitas, kreditor
jangka panjang, perwakilan buruh/karyawan, dan kadang-kadang juga kreditor jangka
pendek Iebih tertarik pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba daripada
terhadap biaya perolehan historis atau nilai buku dari aset-aset individual.

13
Dua konsep pengauditan akun-akun pendapatan dan beban berikut ini sangat
penting dalam mempertimbangkan tujuan laporan laba-rugi:

1. Penandingan (matching) periodik pendapatan dan beban perlu dilakukan untuk


menentukan hasil operasi yang tepat.

2, Penerapan prinsip akuntansi secara konsisten untuk periode yang berbeda diperlukan
agar laporan bisa diperbandingkan.

Kedua konsep di atas harus diterapkan dalam pencatatan transaksi individual dan
untuk menggabungkan akun-akun di buku besar sehingga menjadi laporan keuangan.

A. Pendekatan Untuk Pengauditan Akun-Akun Pendapatan Dan Beban


Pengauditan akun-akun pendapatan dan beban berhubungan langsung dengan neraca
dan tidak merupakan bagian yang terpisah dari proses audit. Kesalahan penyajian suatu
akun laba-rugi hampir selalu mempunyai dampak yang sama terhadap suatu akun
neraca, dan sebaliknya. Seperti telah kita bahas dalam bab yang Ialu, pengauditan akun-
akun labarugi berkaitan erat dengan bagian audit Iainnya. Untuk memperjelas hal
tersebut, marilah kita review materi yang telah kita bahas pada bab-bab yang Ialu.
Dalam review ini akan terlihat saling terkaitnya berbagai bagian audit dengan pengujian
akun-akun pendapatan dan beban. Bagian-bagian audit yang berpengaruh langsung atas
akaun-akun ini adalah:

1) Proseduranalitis
2) Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi
3) Pengujian rinci saldo akun
Pembahasan kita di sini ditekankan pada akun-akun pendapatan dan beban yang
langsung berhubungan dengan siklus pembelian dan Dembayaran, tetapi konsep yang
sama bisa diterapkan pada akun-akun laba-rugi dalam semua siklus Iainnya.

B. Prosedur Analitis
Bab 6 membahas tentang prosedur analitis. Bab-bab selanjutnya merujuk balik pada
prosedur tersebut sebagai bagian dari area audit khusus. Prosedur analitis harus
dipandang sebagai bagian dari pengujian kewajaran penyajian, baik untuk akun-akun
neraca maupun akun-akun laba-rugi. Tabel 16-4 menunjukkan sejumlah kecil prosedur
analitis beserta kemungkinan kesalahan penyajian dalam pengauditan akun-akun
pendapatan dan beban.

14
Tabel 16-4 Prosedur Analitis Untuk Akun-Akun Pendapatan Dan Beban

Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian


Membandingkan beban-beban individual Lebih saji atau kurang saji dalam saldo
dengan tahun yang lalu. suatu akun beban
Membandingkan saldo asset dan liabilitas Lebih saji atau kurang saji dalam suatu
individual dengan tahun yang lalu. saldo asset yang juga akan mempengaruhi
akun laba-rugi
Membandingkan beban individu dengan Kesalahan penyajian akun bebean dan
anggaran. akuntansi asset yang terkait.
Membandingkan persentase laba kotor Kesalahan penyajian harga pokok penjual
dengan tahun yang lalu. dan persediaan.
Membandingkan rasio perputaran (turn Kesalahan penyjian harga pokok penjualan
over) persediaan dengan tahun yang lalu. dan persediaan
Membandingkan beban asuransi dan Kesalahan penyaji beban asuransi dan
asuransi dibayar dimuka dengan tahun yang dibayar dibayar dimuka
lalu.
Membandingkan beban komisi dibagi Ksalahan panyajian dan beban komisi
dengan penjualan dengan tahun yang lalu. terutang
Membandingkan beban manufaktur Kwsalahan penyajian beban manufatur
individual dibagi dengan total biaya individual dan akun neraca terkait
manufaktur dengan tahun yang lalu.

C. Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi


Pengujian pengendalian dan penjualan substantif transaksi keduanya memiliki pengaruh
simultan terhadap pemeriksaan akun-akun neraca dan laba-rugi. Sebagai contoh,
misalkan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal mencukupi untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa transaksi-transaksi yang terjadi dalam jurnal
pembelian, telah dicatat dan digolongkan dengan akurat, dan dicatat tepat waktu.
Dengan melakukan hal itu, auditor memperoleh bukti bahwa apabila akun neraca
individual benar (seperti misalnya akun utang usaha atau aset tetap), maka akun laba-
rugi (misalnya beban advertensi dan beban reparasi & pemeliharaan) akan benar pula.
Sebaliknya, dalam situasi pengendalian internal tidak mencukupi dan kesalahan
penyajian dijumpai sepanjang pengujian pengendalian dan pengujian substantif
15
golongan transaksi menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan penyajian baik dalam
Iaporan laba-rugi maupun neraca.

Cara terbaik dalam pemeriksaan atas kebanyakan akun laba-rugi pada setiap
siklus transaksi adalah memahami pengendalian internal dan pengujian pengendalian
serta pengujian substantif golongan transaksi. Sebagai contoh, apabila auditor setelah
melakukan pengujian secukupnya menyimpulkan bahwa risiko pengendalian rendah
untuk transaksi-transaksi dalam siklus pembelian dan pembayaran, maka tambahan
verifikasi yang diperlukan untuk akun-akun laba rugi terkait (misalnya beban listrik dan
advertensi), hanyalah tinggal melakukan prosedur analitis dan pengujian pisah batas.
Namun, hendaknya diingat bahwa akun beban dan pendapatan tertentu sama sekali
belum teruji melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, dan
oleh karenanya perlu diuji secara lebih ekstensif dengan pengujian substantif yang Iain.

D. Pengujian Rinci Saldo Akun Analisis Beban


Auditor harus menganalisis jumlah-jumlah yang tercantum dalam akun-akun laba-rugi
tertentu meskipun pengujian yang telah disebutkan di atas telah dilakukan. Di bawah ini
akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan metodologi menganalisis akun-akun
sebelum melangkah lebih lanjut untuk mendiskusikan kapan analisis akun sebaiknya
dilakukan.

Analisis akun beban adalah pemeriksaan yang dilakukan auditor atas dokumen-
dokumen pendukung transaksi individual dan jumlah-jumlah yang membentuk rincian
dari total suatu akun beban. Dokumen-dokumen sama jenisnya dengan yang telah
diuraikan dan digunakan untuk pengujian transaksi sebagai bagian dari pengujian
transaksi pembelian.

termasuk misalnya faktur, Iaporan penerimaan barang, order pembelian, dan kontrak-
kontrak pembelian.

Meskipun fokus analisis, akun beban adalah pada transaksi, pengujian ini
berbeda dengan pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi dimaksudkan untuk
menilai risiko pengendalian. Dengan cara itu, pengujian dilakukan atas golongan
transaksi, seperti misalnya pembelian, dan oleh karenanya menyangkut banyak akun
yang berbeda-beda. Dalam analisis beban dan akun laba-rugi Iainnya, auditor

16
memeriksa transaksi-transaksi dalam akun tertentu untuk menentukan apakah transaksi-
transaksi tepat untuk klien, digolongkan dengan tepat, dan dicatat dengan akurat.

Seandainya diperoleh hasil yang memuaskan dari pengujian pengendalian dan


pengujian substantif golongan transaksi, auditor biasanya membatasi analisis beban
pada akun-akun yang diperkirakan memiliki kesalahan penyajian yang tinggi. Sebagai
contoh, auditor biasanya menganalis:

1) Akun beban reparasi dan pemeliharaan untuk menentukan apakah ada transaksi yang
seharusnya merupakan transaksi properti, mesin, dan peralatan yang dimasukkan ke
dalamnya (seharusnya dikapitalisasi, tetapi telah diperlakukan sebagai beban
reparasi dan pemeliharaan).
2) Beban sewa dan sewa guna untuk menentukan apakah ada yang perlu dikapitalisasi.
3) Beban hukum untuk menentukan apakah ada yang berpotensi menjadi utang
kontinjen (contingent liabilities), tindakan melawan hukum, atau persoalan hukum
Iainnya yang mempengaruhi laporan keuangan.
Akun beban listrik, beban perjalanan, beban advertensi jarang dianalisis kecuali
apabila prosedur analitis menunjukkan potensi yang tinggi untukterjadinya kesalahan
penyajian material.

Auditor sering menganalisis transaksi akun beban sebagai bagian dari verifikasi atas
aset terkait. Sangat lazim bagi auditor untuk menganalisis beban reparasi dan
pemeliharaan sebagai bagian dari pemeriksaan atas aset tetap, atau memeriksa beban
asuransi sebagai bagian dari pemeriksaan atas asuransi dibayar di muka.

6. PENGUJIAN RINCI SALDO AKUN PENGALOKASIAN

Sejumlah saldo akun merupakan akibat dari pengalokasian data akuntansi dan
bukan mempakan transaksl tersendiri (discrete transactions). Beban-beban seperti itu
misalnya depresiasi, deplesi, dan amortisasi copyright. Pengalokasian overhead pabrik
menjadi persediaan dan harga pokok penjualan adalah contoh tipe lain pengalokasian
yang mempengaruhi beban.

17
Pengalokasian penting karena hal tersebut mempengaruhi apakah suatu
pengeluaran merupakan aset atau beban periode ini. Apabila klien gagal mengikuti
standar akuntansi keuangan atau gagal menghitung pengalokasian dengan benar, laporan
keuangan bisa mengandung kesalahan penyajian material. Pengalokasian beban seperti
depresiasi aset tetap dan amortisasi copyright diperlukan karena aset memiliki masa
mantaat lebih dari setahun. Biaya perolehan asli dari suatu aset diverifikasi pada saat
pembelian, tetapi penyusutannya terjadi selama bertahun-tahun.

Tipe Iain pengalokasian yang langsung mempengaruhi laporan keuangan timbul


karena aset berumur pendek masih belum terpakai seluruhnya pada tanggal neraca.
Contoh akun semacam ini misalnya sewa dibayar di muka dan asuransi dibayar di muka.
Dan terakhir, standar akuntansi mengharuskan dilakukan pengalokasian biaya menjadi
biayabiaya manufaktur periode ini dan persediaan, sebagai cara untuk mencerminkan
seluruh biaya pembuatan produk.

Dalam pengauditan pengalokasian pengeluaran seperti misalnya asuransi dibayar


di muka dan overhead pabrik, dua petimbangan panting yang harus diperhatikan auditor
adalah ketaatan pada standar akuntansi keuangan dan konsistensi dengan periode
sebelumnya. Dua prosedur audit terpenting dalam pengauditan pengalokasian adalah
pengujian tentang kewajaran keseluruhan dengan menggunakan prosedur analitis dan
rekalkulasi hasil perhitungan klien.

Auditor biasanya melakukan pengujian-pengujian berikut sebagai bagian dari


pengauditan atas aset atau liabilitas terkait. lni meliputi pemariksaan atas beban
depresiasi yang merupakan bagian dari audit atas properti, mesin, dan peralatan,
pengujian amortisasi hak paten sebagai bagian dari pemeriksaan hak paten baru atau
pelepasan yang lama dan verifikasi pengalokasian antara persediaan dan harga pokok
penjualan sebagai bagian dari pengauditan persediaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Auditing / Al. Haryono Jusup.-Ed. 2-. Yogyakarta. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, 2011

19

Anda mungkin juga menyukai