BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
Selain itu, beton juga didefenisikan sebagai suatu campuran yang berisi
pasir, kerikil/ batu pecah/ agregat lain yang dicampurkan menjadi satu dengan
suatu pasta yang terbuat dari semen dan air yang membentuk suatu masa yang
2.2 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan. (SNI 03-1737-1989)
Sedangkan agregat beton adalah bahan berbutir seperti pasir, kerikil, batu
pecah, atau slag, yang digunakan sebagai salah satu komponen bahan campuran
Selain itu, agregat beton adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu
pecah yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat semen
Mengingat bahwa agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka
kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat yang
8
baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan
klasifikasi, yaitu :
1. Klasifikasi Sumber
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates).
Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil,
sedangkan contoh agregat buatan adalah hasil residu terak tanur tinggi (blast
2. Klasifikasi Berat
Berdasarkan beratnya, ada tiga jenis agregat yaitu agregat normal, agregat
ringan, dan agregat berat. Agregat normal bisa dihasilkan dari pemecahan batuan
atau langsung dari sumber alam dan biasanya berasal dari jenis granit, basalt,
kuarsa, dsb. Berat jenis rata-rata adalah 2,5 – 2,7 dan bobot isinya tidak boleh
bermacam-macam produk seperti bahan untuk isolasi, bahan untuk pratekan, dan
mempunyai keunggulan sifat lebih tahan api tetapi terdapat juga kelemahan
karena ukuran pori pada beton lebih besar sehingga penyerapannya juga besar.
Agregat berat bisa mempunyai berat lebih besar dari 2800 kg/m3. Beton
yang dibuat dengan agregat ini biasanya digunakan sebagai pelindung dari radiasi
sinar-X.
3. Klasifikasi Bentuk
a. Agregat Bulat
Bentuk bulat terjadi karena pengikisan oleh air atau karena gesekan-gesekan.
Ikatan antara agregat kurang kuat oleh karena itu beton yang terbuat dari
agregat bulat kurang cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan
udara 35 – 38% sehingga akan membutuhkan lebih banyak pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan belum cukup untuk struktur yangg
c. Agregat Bersudut
d. Agregat Lonjong
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh
lebih besar dari tebalnya. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada
mutu beton.
e. Agregat Pipih
ukuran lebar dan panjangnya. Seperti halnya agregat panjang, agregat pipih
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal, berpori, dan berlubang-
lubang. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika
maksimum agregat yang lebih besar akan menghasilkan beton yang lebih sulit
yaitu:
a. Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertahan di atas saringan 4,75
b. Agregat halus ialah agregat yang semua butirnya lolos saringan 4,75 mm
6. Klasifikasi Gradasi
gradasi sela/senjang (gap grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Jenis
gradasi agregat dapat diketahui melalui pengujian analisa saringan sesuai dengan
a. Gradasi Menerus
Jika agregat terdapat pada semua ukuran butirnya dan terdistribusi dengan
baik, maka gradasi demikian disebut gradasi menerus. Agregat ini lebih
b. Gradasi Senjang/bercelah
Agregat dikatakan bergradasi sela jika salah satu atau lebih dari ukuran butir
atau fraksi pada satu set saringan tidak ada. Pada nilai faktor air semen
kekuatan beton, tetapi pada kondisi kelecakan yang lebih tinggi cenderung
menimbulkan segregasi.
c. Gradasi Seragam
Agregat ini mempunyai ukuran yang sama, terdiri dari batas yang sempit dari
bergradasi sela atau untuk memperbaiki agregat yang tidak memenuhi syarat.
Beton yang dibuat dengan agregat seragam biasanya jenis beton tanpa pasir.
dari:
sungai/pantai), tidak beraturan, bersudut tajam dengan permukaan kasar, ada yang
d. Kelecakan (workability)
e. Kekuatan beton
dengan semen.
2. Kekuatan agregat
luar. Kemampuan agregat meliputi kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan
elastisitas. Yang paling dominan dan diperhatikan adalah kekuatan tekan dan
elastisitas.
14
a. Jenis batuannya
c. Struktur/kristal butiran
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni
pada volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung oleh
jenis batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan.
a. Berat jenis SSD (Saturated Surface Dry), yaitu berat jenis agregat dalam
b. Berat jenis semu, yaitu berat jenis agregat yang memperhitungkan berat
agregat dalam keadaan kering dan volume agregat dalam keadaan kering
c. Berat jenis Bulk, yaitu berat jenis agregat yang memperhitungkan berat agregat
Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume
benda tersebut. Bobot isi ada dua yaitu bobot isi padat dan gembur. Bobot isi
beton.
15
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat. Ada
a. Kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering tanpa air
b. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering tetapi
mengandung sedikit air dalam porinya sehingga masih dapat menyerap air
tidak terdapat air tetapi di dalam butirannya sudah jenuh air. Pada kondisi ini
air yang terdapat dalam agregat tidak menambah atau mengurangi jumlah air
Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai
dalam keadaan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang terdapat
dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh
Penyebab perubahan fisik yaitu adanya perubahan cuaca dari panas-dingin, beku-
cair, basah-kering. Akibat fisik yang ditimbulkan pada beton adalah kerutan-
16
kerutan setempat, retak-retak pada permukaan beton, pecah pada beton yang dapat
ditimbulkan oleh adanya sifat porous pada agregat dan adanya lempung/tanah liat.
7. Gradasi agregat
80
75
70
60 59
55
50
40
35
30 30
20 Min. Spec Limit
10 10 8 Max. Spec Limit
0 0
0.1 1 10
80 80
70
60
50 50
40
30
20 Min. Spec Limit
15 15
10
Max. Spec Limit
0 0
0.1 1 10
Keterangan:
mm Inch 40 mm 20,0 mm 14 mm
100 100
Persen Lolos Ayakan (%)
Dikutip dari Tri Mulyono (2004), gradasi yang baik kadang sangat sulit
dilakukan pencampuran agar didapatkan gradasi yang baik antara agregat kasar
Tabel 2.3 Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 40 mm
Tabel 2.4 Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 30 mm
Tabel 2.5 Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 20 mm
Tabel 2.6 Persen Butir yang Lewat Ayakan (%) untuk Agregat dengan
Butir Maksimum 10 mm
Persyaratan
No Jenis Pemeriksaan Agregat Agregat Metode Uji
halus kasar
1 Butiran lebih halus dari # 200, % maks. 3 1 SNI 03 - 4142 - 1996
2 Kotoran organik, Standard No. No. 3 - SNI 03 - 2816 - 1992
3 Berat jenis, min. 2,5 2,5 A.kasar : SNI 03 - 1969 - 1990
A.halus : SNI 03 - 1970 - 1990
4 Resapan, % maks. 5 3 A.kasar : SNI 03 - 1969 - 1990
A.halus : SNI 03 - 1970 - 1990
5 Berat isi, kg/dm3 min. 1,2 1,2 SNI 03 - 4804 - 1998
8 Ketahanan terhadap keausan/ - 40 SNI 2417-2008
Abrasi Test, % maks.
9 Ketahanan terhadap tumbukan/ - 30 SNI 03 - 4426 - 1997
Impact Test, % Maks.
10 Kadar Lumpur, % Maks. 5 1 SNI 03 - 4428 - 1997
Sumber: Kementerian PU, 2010
mendapatkan gradasi yang baik atau yang diharapkan. Penggabungan agregat bisa
dilakukan dengan metode analitis dan metode grafis. (Kementerian PU, 2010)
Y0 = Y1 X + Y2 100 - X (2.1)
100 100
0% < X <100%. Jika salah satu diantara saringan tersebut terdapat nilai agregat
halus < 0% dan ≥ 100% maka agregat halus dan kasar tersebut belum melengkapi
pengombinasiannya.
1. Untuk agregat halus, data kumulatif lolos saringan diplot pada sumbu vertikal
sebelah kiri
2. Untuk agregat kasar, data % kumulatif lolos saringan diplot pada sumbu
3. Pada nomor saringan yang sama, angka-angka untuk agregat halus dan agregat
4. Nilai-nilai batas gradasi untuk masing-masing nomor saringan diplot pada garis
5. Titik yang paling kanan dari titik-titik yang ada di sebelah kiri dan titik yang
paling kiri dari titik-titik yang ada di sebelah kanan menjadi koridor persentase
Menurut Tri Mulyono (2005), kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai
slump yang identik dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton,
2. Kandungan semen
Jika Faktor Air Semen (FAS) tetap, semakin banyak semen berarti semakin
Jika memenuhi syarat dan sesuai dengan standar, akan lebih mudah dikerjakan.
26
5. Butir maksimum
Beton cair bisa dipandang sebagai suatu suspensi butir agregat di dalam
matriks mortar semen. Bila kohesi tidak cukup untuk menahan partikel dalam
suspensi maka akan terjadi segregasi. Campuran beton yang tersegregasi adalah
sukar atau tidak mungkin dituang, tidak seragam, sehingga kualitasnya jelek.
Segregasi dapat terjadi karena turunnya butiran ke bagian bawah dari beton segar,
atau terpisahnya agregat kasar dari campuran, akibat cara penuangan dan
pemadatan yang salah. Segregasi tidak bisa diujikan sebelumnya, hanya dapat
dicegah jika:
5. Pemadatan baik
2.8.2 Bleeding
pada beton yang baru dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini
membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras
2. Banyaknya air
bleeding.
3. Kecepatan hidrasi
bleeding.
4. Proses pemadatan