Anda di halaman 1dari 13

Analisis Penggunaan Obat Fitriana Yuliastuti, dkk 104

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN RAWAT


JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN
YOGYAKARTA PERIODE APRIL 2009

THE DRUG USAGE ANALYSIS TOWARD OUT PATIENT IN


GOVERNMENT CITY HOSPITAL SLEMAN FOR APRIL 2009
PERIOD

Fitriana Yuliastuti1, Achmad Purnomo2, Riswaka Sudjaswadi2

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang1


Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta2

ABSTRAK
Pelaksanaan pengobatan yang belum rasional selama ini telah memberikan
dampak negatif berupa pemborosan dana masyarakat, efek samping yang berupa
resistensi, interaksi obat yang berbahaya yang menurunkan mutu pengobatan dan
mutu pelayanan kesehatan. Penelitian bertujuan untuk menganalisis gambaran
secara umum penggunaan obat pada pasien rawat jalan di RSUD Sleman
Yogyakarta periode April 2009. Penelitian bersifat deskriptif non eksperimental.
Data diambil secara concurrent berupa resep pasien rawat jalan yang
memeriksakan diri di poliklinik, pengamatan langsung pasien mulai konsultasi
dengan dokter sampai mendapatkan obat, dan obat-obat kunci (drug of choice)
yang dianalisis menggunakan indikator penggunaan obat WHO 1993. Sampel
diambil dengan menggunakan metode Systematic Random Sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 240 pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh rata-rata jumlah item obat yang diresepkan per lembar resep sebesar
2,16 R/, peresepan obat dengan nama generik sebesar 63,58%, peresepan
antibiotika diperoleh sebesar 24,09%, peresepan sediaan injeksi 0,19%, dan
peresepan obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit sebesar 99,81%.
Hasil penelitian indikator pelayanan pasien, diperoleh hasil bahwa rata-rata waktu
konsultasi pasien dengan dokter adalah 7 menit 49 detik, rata-rata waktu
dispensing obat adalah 10 menit 44 detik, obat yang benar-benar diserahkan
sebesar 99,04%, obat yang dilabel dengan benar sebesar 98,06%, dan pasien yang
paham akan cara penggunaan obat yang benar sebesar 84,42%. Dari hasil
penelitian dengan menggunakan indikator fasilitas kesehatan diperoleh hasil
bahwa di RSUD Sleman tersedia formularium rumah sakit dan ketersediaan obat-
obat kunci sebesar 100,00%.

Kata kunci : gambaran penggunaan obat, indikator WHO 1993, RSUD Sleman
105 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 104-113

ABSTRACT
Nowadays, the rational drug usage is the main orientation of pharmaceutical
service. Every patients gets drugs as their necessity in the rational drugs usage,
in the suffice period of time and the lowest prices of the patient itself. One of
parameter that can be used to measure the rationality of drug usage is by using
valuation toward drug usage description, so this research’s done to see the drug
usage description toward outpatient in Goverment City Hospital Sleman. This
research is descriptive non experimental. The data was taken corcurrent as
prescription of regular treatment patient who checked their condition in
polyclinic, patients direct observation that is started from consultation with the
doctor in polyclinic until the patients got the drugs, and key drugs (drug of
choice) in RSUD Sleman that is analyzed by using WHO drugs usage indicator
1993. The samples were taken by using Systematic Random Sampling method with
the quantity of the samples were 240 regular treatment patients and pieces of
regular treatment patients prescription during April 2009 period that is divided
into 25 working-days or 10 samples/day, with taking interval is 19 and the first
number of sample that is taken is 11. Based on the research result by using WHO
prescription indicator 1993, the result showed that the average number of drug
per encounter was 2,16 R/, the percentage of drugs prescribed by generic name
was 63,58%, the percentage of encounters with an antibiotic prescribed was
24,09%, the percentage of encounters with an injection prescribed was 0,19%,
and the percentage of drugs prescribed from hospital formulary was 99,81%.
However, based on the patients service indicator research result, the result
showed that the average consultation time is 7 minutes 49 seconds, the average
dispensing time was 10 minutes and 44 seconds, the percentage of drugs actually
dispensed is 99,04%, the percentage of drugs adequately labeled was 98,06%,
and the percentage of patient’s knowledge of correct dosage was 84,42%. From
the research result using health facility indicator, it can be seen that in RSUD
Sleman, there is hospital’s formularium (1), and the percentage of key drugs
availability is 100,00%.

Keywords : drugs usage description, WHO indicator 1993, Government City


Hospital Sleman.
Analisis Penggunaan Obat Fitriana Yuliastuti, dkk 106

PENDAHULUAN
Penggunaan obat secara rasional fasilitas kesehatan, yaitu praktek
merupakan kunci dalam peresepan oleh pemberi pelayanan
pembangunan pelayanan kesehatan. (providers) atau secara khusus dokter
Pelaksanaan pengobatan yang belum (prescibers); pelayanan pasien baik
rasional selama ini telah memberikan konsultasi klinis maupun dispensing
dampak negatif berupa pemborosan kefarmasian; ketersediaan fasilitas
dana masyarakat, efek samping yang kesehatan yang mendukung
berupa resistensi, interaksi obat yang penggunaan obat secara rasional,
berbahaya yang menurunkan mutu sehingga dapat dikatakan indikator
pengobatan dan mutu pelayanan utama penggunaan obat WHO 1993
kesehatan. Untuk meningkatkan terdiri dari indikator peresepan;
kerasionalan penggunaan obat indikator pelayanan pasien; dan
hingga mutu pelayanan kesehatan indikator fasilitas kesehatan
pada masyarakat dapat optimal, (Anonim, 1993).
maka perlu adanya upaya Penelitian ini dilakukan di
pengelolaan obat secara terencana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dan sistematis. WHO telah berupaya Sleman karena RSUD Sleman
untuk meningkatkan praktek merupakan salah satu pusat
penggunaan obat rasional sejak tahun kesehatan bagi masyarakat di sekitar
1985 melalui konferensi yang Kabupaten Sleman yang merupakan
diadakan di Narobi, berdasarkan rumah sakit milik Pemerintah
komitmen itu WHO melalui Kabupaten Sleman (Anonim, 2006).
International Network for the Penelitian bertujuan untuk
Rational Use of Drug (INRUD) telah menganalisis gambaran secara umum
mengembangkan indikator penggunaan obat pada pasien rawat
penggunaan obat terdiri dari jalan di RSUD Sleman Yogyakarta
indikator utama dan indikator periode April 2009. Secara khusus
tambahan yang kemudian ditetapkan dimaksudkan untuk mengetahui (a)
pada tahun 1993, sebagai metode rata-rata jumlah item obat per lembar
dasar untuk menilai penggunaan obat resep untuk pasien rawat jalan, (b)
pada unit rawat jalan di fasilitas persentase peresepan obat dengan
kesehatan berkaitan dengan nama generik untuk pasien rawat
rasionalitas penggunaan obat di jalan,(c) persentase peresepan
fasilitas kesehatan tersebut. antibiotik untuk pasien rawat jalan ,
Indikator utama penggunaan obat (d) persentase peresepan sediaan
WHO 1993, digunakan untuk injeksi untuk pasien rawat jalan ,(f)
mengukur tiga area umum yang persentase peresepan obat untuk
berkaitan erat dengan tingkat pasien rawat jalan yang sesuai
rasionalitas penggunaan obat di suatu dengan formularium rumah sakit, (g)
107 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 104-113

rata-rata lamanya waktu konsultasi atau 10 sampel/hari, dengan interval


dengan dokter (h) rata-rata waktu pengambilan sebesar 19 dan nomor
dispensing obat, (i) persentase obat sampel pertama yang diambil adalah
yang benar-benar diserahkan kepada 11.
pasien, (j) persentase obat yang telah
HASIL PENELITIAN DAN
dilabel dengan benar, (k) persentase
PEMBAHASAN
pasien yang paham akan cara
penggunaan obat yang benar, (l) A. Indikator Peresepan WHO (1993)
ketersediaan formularium, (m)
1. Rata – rata Jumlah Item Obat
persentase ketersediaan obat-obat yang Digunakan per Lembar
kunci (drug of choice). Resep

Indikator rata-rata jumlah item


METODE PENELITIAN
obat yang digunakan untuk
Penelitian analisis penggunaan mengetahui rata-rata item obat yang
obat termasuk dengan rancangan diresepkan per pasien di RSUD
penelitian deskriptif. Pengambilan Sleman. Dari hasil penelitian
data dilakukan secara concurrent menunjukan bahwa rata-rata jumlah
dengan mengumpulkan data yang item obat yang digunakan per lembar
terdapat pada lembar resep pasien resep adalah 2,16 item yang
rawat jalan di RSUD Sleman diperoleh dari ratio jumlah item obat
Yogyakarta periode April 2009. Data sebesar 519 dengan jumlah resep
yang merupakan data kuantitatif sebesar 240 lembar. Jika penelitian
ditampilkan dalam tabel, sedangkan ini dibandingkan dengan penelitian
data kualitatif dijelaskan dalam sebelumnya yang pernah dilakukan
bentuk uraian. pada Rumah Sakit yang sama pada
Penelitian menggunakan sampel periode Januari-Desember 2006
sebanyak 240 sampel yang terbagi (Yuliastuti, 2007), maka hasil
selama 1 bulan (24 hari kerja) atau penelitian relatif lebih rendah
10 sampel/hari, dikumpulkan secara daripada penelitian terdahulu. Hal
Systematic Random Sampling yaitu tersebut disebabkan karena data yang
mengambil sampel berdasarkan dianalisis berbeda dalam hal lama
nomor urut yang telah ditentukan penelitian (1 bulan vs 1 tahun),
nilai intervalnya terlebih dahulu. namun untuk bulan yang sama
Lembar resep pasien rawat jalan (April), hasil penelitian Yuliastuti
diambil selama periode April 2009 (2007) adalah sebesar 2,24 R/ rata-
yang terbagi menjadi 25 hari kerja rata per lembar resep.
Analisis Penggunaan Obat Fitriana Yuliastuti, dkk 108

2. Persentase Peresepan Obat jika dibandingkan dengan hasil


dengan Nama Generik penelitian WHO (1997) sebesar
Dilihat dari hasil penelitian 43,00% hasil penelitian di RSUD
persentase penggunaan obat generik Sleman sudah cukup baik.
sebesar 63,58% di RSUD Sleman Persentase penggunaan pada periode
masih rendah karena estimasi terbaik April 2009 di RSUD Sleman jika
≥ 82,00%, namun jika dibandingkan dibandingkan penelitian sebelumnya
dengan penelitian WHO (1997) pada periode Januari-Desember 2006
adalah sebesar 59,00% peresepan yaitu sebesar 23,13% (Yuliastuti,
dengan nama generik di RSUD 2007), namun untuk bulan yang
Sleman relatif lebih tinggi dan sama (April), hasil penelitian
peresepan obat non generik di RSUD Yuliastuti (2007) adalah sebesar
Sleman lebih rendah. Persentase 23,53%, sehingga hasil penelitian
peresepan obat generik pada periode mengalami peningkatan penggunaan
April 2009 di RSUD Sleman jika antibiotika. Hasil tersebut
dibandingkan penelitian sebelumnya kemungkinan menunjukkan adanya
pada periode Januari-Desember 2006 insidensi penyakit infeksi meningkat.
yaitu sebesar 34,94% (Yuliastuti, pada periode Januari-Desember 2006
2007), maka hasil penelitian relatif 4. Persentase Peresepan Sediaan
lebih tinggi, untuk bulan yang sama Injeksi
(April), hasil penelitian Yuliastuti Dilihat hasil penelitian
(2007) adalah sebesar 55,88%, persentase penggunaan sediaan
sehingga membuktikan hubungan injeksi sebesar 0,19% di RSUD
professional dokter dan farmasis Sleman relatif kecil daripada hasil
yang baik mengingat adanya penelitian WHO (1997) 17,00% dan
kesamaan persepsi tentang zat aktif estimasi serendah mungkin sehingga
sediaan, secara tidak langsung turut masih dapat diterima berdasarkan
mencegah prescribing error, yang alasan medik. Persentase
merupakan awal terjadinya penggunaan pada periode April 2009
medication error. di RSUD Sleman jika dibandingkan
3. Persentase Peresepan penelitian sebelumnya pada periode
Antibiotika Januari-Desember 2006 yaitu sebesar
Dilihat dari hasil penelitian 3,08% (Yuliastuti, 2007), untuk
yang persentase penggunaan bulan yang sama (April) hasil
antibiotika sebesar 24,09% di RSUD penelitian Yuliastuti (2007) adalah
Sleman relatif lebih tinggi dari sebesar 4,71%, sehingga hasil
estimasi terbaik ≤ 22,70%, namun penelitian sudah mengalami
penurunan penggunaan sediaan
Injeksi untuk pasien rawat jalan.

n.
109 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 104-113

Hasil tersebut menunjukkan bahwa a. Indikator Pelayanan Pasien


pemakaian obat injeksi memerlukan WHO (1993)
pertimbangan yang lebih seksama 1. Rata-rata waktu konsultasi
dari pada pemakaian oral atau obat pasien dengan dokter
yang diigunakan oleh pasien sendiri. Dilihat dari hasil penelitian rata-
5. Persentase Peresepan Obat yang rata waktu yang dibutuhkan untuk
Sesuai dengan Formularium konsultasi pasien dengan dokter
Rumah Sakit adalah 7 menit 49 detik di RSUD
Dilihat dari hasil penelitian Sleman dengan rentang waktu
persentase kesesuaian peresepan paling banyak digunakan untuk
pasien rawat jalan dengan berkonsultasi antara 5-10 menit, hal
formularium rumah sakit adalah tersebut menunjukkan waktu
sebesar 99,81% di RSUD Sleman interaksi antara pasien dengan dokter
relatif sesuai dengan relatif lebih baik dibandingkan
formulariumnya, sehingga dengan dengan hasil penelitian WHO di
demikian berarti obat yang Indonesia yaitu 3 menit.
diresepkan tersedia (kepatuhan
2. Rata-rata waktu dispensing obat
farmasis) dan obat yang disediakan
pasti diresepkan (kepatuhan dokter). Rata-rata waktu dispensing
Persentase penggunaan pada periode obat non racikan di IFRJ RSUD
April 2009 di RSUD Sleman jika Sleman adalah 9 menit 44 detik per
dibandingkan penelitian sebelumnya lembar resep, sedangkan rata-rata
pada periode Januari-Desember 2006 waktu dispensing obat racikan di
yaitu sebesar 91,42% (Yuliastuti, IFRJ RSUD Sleman adalah 27 menit
2007) sudah mengalami peningkatan 4 detik per lembar resep. Hasil
kepatuhan terhadap formularium tersebut menunjukan bahwa target
rumah sakit, namun untuk bulan waktu penyediaan obat yang
yang sama (April), hasil penelitian ditentukan oleh manajemen IFRS
Yuliastuti (2007) adalah sebesar RSUD hampir dapat dipenuhi yaitu
100%. waktu dispensing non racikan 10
menit dan dispensing racikan 20
menit.
Analisis Penggunaan Obat Fitriana Yuliastuti, dkk 110

Tabel I. Rata-rata waktu konsultasi pasien dengan dokter


Rentang (menit) Jumlah Pasien Persentase (%) Rata-rata
<5 45 18,75
5-10 136 56,67
7 menit
10-15 47 19,58
49 detik
15-20 12 5,00
Total 240 100

3. Persentase Obat yang Benar- dengan benar diakibatkan salah satu


Benar Diserahkan kepada Pasien komponen yang tertera didalam label
Dilihat dari hasil penelitian terdapat kekurangan pada penulisan
persentase obat yang benar-benar informasi tentang cara penggunaan
diserahkan pasien rawat jalan adalah obat pada label item obat yang
sebesar 99,04% dan obat yang tidak diserahkan dan kurang penulisan
diserahkan sebesar 0,96%. Hal tanggal resep. Hal itu disebabkan
tersebut menunjukkan bahwa karena pada saat puncak kerja pada
sebagian besar pengadaan obat yang saat pasien mengalami penumpukan,
dilakukan di RSUD Sleman sesuai sehingga kurang proses kontrol.
dengan formulariumnya. Obat yang Menurut WHO (1993) komponen
tidak terlayani sebesar 0,96% informasi minimal yang harus tertera
terdaftar dalam formularium RSUD di dalam label obat adalah : nama
Sleman. Obat tidak terlayani pasien, nama obat, tanggal obat
diakibatkan karena rumah sakit diserahkan, dan cara/aturan
mengalami kekosongan obat. penggunaan obat. Informasi yang
Namun, kekosongan tidak memadai merupakan hak pasien,
mempengaruhi pengobatan di rumah tentu saja ketepatan pelabelan obat
sakit karena sebagian obat yang tidak sangat erat dengan jaminan
ada merupakan vitamin dan keamanan pasien dalam penggunaan
suplemen makanan. obat. Informasi dan pelabelan yang
benar merupakan tanggung jawab
4. Persentase Obat yang Telah pengelola Instalasi Farmasi Rumah
Dilabel dengan Benar
Sakit untuk menjamin keamanan
Dilihat dari hasil penelitian penggunaan obat pasien.
persentase obat yang telah dilabel
dengan benar pasien rawat jalan 5. Persentase Pasien yang Paham
adalah sebesar 98,06% dan obat akan Cara Penggunaan Obat
yang Benar
yang tidak dilabel dengan benar
sebesar 1,94%. Dari hasil Dilihat dari hasil penelitian
pengamatan obat yang tidak dilabel persentase pasien yang tidak paham
111 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 104-113

akan cara penggunaan obat yang RSUD Sleman direvisi setiap dua
benar 14,58% relatif tinggi tahun sekali. Pada penelitian yang
diakibatkan karena beberapa pasien bersangkutan digunakan
yang diwawancarai merupakan Formularium 2007.
pasien lanjut usia dan beberapa
2. Persentase Ketersediaan Obat-
orang dengan tingkat pendidikan
Obat Kunci
yang rendah sehingga kurang
memahami informasi yang telah Hasil penelitian di RSUD Sleman
diberikan oleh petugas IFRS. dapat dinyatakan bahwa tingkat
Indikator Fasilitas Kesehatan WHO ketersediaan obat-obat kunci di
(1993) RSUD Sleman mencapai 100 %. Hal
itu menunjukkan bahwa tingkat
1. Ketersediaan Formularium kepedulian farmasis dalam
Peresepan dan penyediaan obat memenuhi kebutuhan kesehatan
di RSUD Sleman berdasarkan masyarakat banyak relatif sangat
Formularium Rumah Sakit. RSUD tinggi. Obat – obat kunci dalam
Sleman menggunakan beberapa Standar Pelayanan Medis dinyatakan
formularium dalam pelayanannya dalam nama Generik untuk
kepada pasien, yaitu : Formularium mempermudah dan menyeragamkan
RSUD Sleman untuk pasien umum pola peresepan.
dan pasien Jamsostek, plafon Askes
3. Keterjaringan Pasien
untuk pasien Askes Gakin,
Formularium JPKM untuk pasien Hasil pengamatan yang diperoleh
JPKM, DPHO ASKES untuk pasien keterjaringan pasien dari seluruh
Askes sosial. Namun, isi dari sampel pasien rawat jalan yang
Formularium RSUD Sleman juga memeriksakan diri di Poliklinik
memuat semua daftar obat yang RSUD Sleman dan menebus obat di
terdapat di dalam plafon Askes, IFRJ RSUD Sleman adalah 100 %.
formularium JPKM dan DPHO Hal itu dikarenakan penerapan
ASKES, sehingga semua termuat sistem pembayaran terpadu yaitu
menjadi satu di dalam Formularium pasien dalam membayar nota
RSUD Sleman mengingat bahwa pemeriksaan dan resep yang akan
RSUD Sleman merupakan rumah ditebus harus melalui IFRJ, sehingga
sakit milik pemerintah. Formularium mendorong kecenderungan pasien
untuk sekaligus menebus resepnya di sistem pengawasan operasional, dan
IFRJ, yang merupakan salah satu satu sistem informasi.
bentuk penerapan kebijakan
Pelayanan Farmasi Satu Pintu yaitu :
satu kebijakan, satu standard
operating procedure (SOP), satu
Analisis Penggunaan Obat Fitriana Yuliastuti, dkk 112

KESIMPULAN 7. Rata-rata waktu dispensing obat


pada pasien rawat jalan di RSUD
Dari hasil penelitian yang telah Sleman periode April 2009
dilakukan, dapat disimpukan bahwa: adalah non racikan 9 menit 44
1. Rata-rata jumlah item obat yang detik, racikan 27 menit 4 detik
ditulis per lembar resep pada 8. Persentase obat yang benar-benar
pasien rawat jalan RSUD Sleman diserahkan kepada pasien pada
periode April 2009 adalah pasien rawat jalan di RSUD
sebesar 2,16 item, sesuai batas Sleman periode April 2009
atas rata-rata standar acuan WHO adalah 99,04%.
(1993) sebesar 1,8-2,2 item obat 9. Persentase obat yang telah
per lembar resep. dilabel dengan benar pada pasien
2. Persentase peresepan obat rawat jalan di RSUD Sleman
dengan nama generik pada pasien periode April adalah 98,06%.
rawat jalan di RSUD Sleman 10. Persentase pasien yang paham
periode April 2009 adalah akan cara penggunaan obat yang
63,58%, relatif lebih rendah bila benar pada pasien rawat jalan di
dibandingkan dengan indikator RSUD Sleman periode April
WHO (1993) > 82,00%. 2009 adalah 85,42%.
3. Persentase peresepan antibiotika 11. Ketersediaan Formularium
pada pasien rawat jalan di RSUD RSUD Sleman periode April
Sleman periode April 2009 2009 adalah tersedia, antara lain
adalah 24,09%, relatif lebih Formularium RSUD Sleman
tinggi bila dibandingkan dengan (2007), Formularium JPKM
indikator WHO (1993) < (2008), dan DPHO ASKES
22,70%. (2008).
4. Persentase peresepan sediaan 12. Persentase ketersediaan obat-obat
injeksi pada pasien rawat jalan di kunci pada pasien rawat jalan di
RSUD Sleman periode April RSUD Sleman periode April
2009 adalah 0,19%. 2009 adalah 100%.
5. Persentase peresepan obat yang
sesuai dengan Formularium DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit pada pasien rawat
jalan di RSUD Sleman periode Anonim, 1989, Informatorium Obat
April 2009 adalah 99,81%. Generik, xiii, xv, xxi, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan
6. Rata-rata waktu konsultasi pasien
Makanan, Departemen Kesehatan
dengan dokter pada pasien rawat Republik Indonesia, Jakarta.
jalan di RSUD Sleman periode Anonim, 1993, How to Investigate
April 2009 adalah 7 menit 49 Drugs Use in Health Facilities
detik. (selected drug use indicators),
113 Media Farmasi, Vol 10 No.2 September 2013 : 104-113

12-68, World Health Departemen Kesehatan RI,


Organization, Geneva. Jakarta.
Anonim, 2003, Informatorium Obat Anonim, 2006, Profil Rumah Sakit
Nasional Indonesia 2000, Umum Daerah Sleman, RSUD
Direktorat Jendral Pengawasan Sleman, Sleman, Yogyakarta.
Obat dan Makanan, 2-7,199, Anonim, 2007, Formularium Rumah
Departemen kesehatan RI, Sakit Umum Daerah Sleman,
Jakarta. Panitia
Anonim, 2004a, Daftar Obat Yuliastuti, F., 2007, Observasi
Essensial Nasional, 7-8, Dirjen Penggunaan Obat Bagi Pasien
Pengawasan Obat dan Makanan, Rawat Jalan di Rumah Sakit
Jakarta. Umum Daerah Sleman
Anonim, 2004b, Kep Men Kes RI No. Berdasarkan Indikator WHO
1197/MENKES/SK/X/2004 (1993), Skripsi, 26-43, Fakultas
tentang Standar Pelayanan Farmasi, Universitas Gadjah
Farmasi di Rumah Sakit, Mada, Yogyakarta.
114

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi


kepada para MITRA BESTARI jurnal Media Farmasi Vol. 10 No.2
September 2013, sebagai berikut :
1. Dr. Dyah Aryani Perwitasari, MSi,Phd, Apt (Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan)
2. Dr. Ritmaleni, MSi (Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada)
3. Dr. Abdul Rahman, MSi, Apt(Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada)
4. Dr. Trimurti Handayani, MSi, Apt(Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada)
5. Prof. Dr. Mulyadi, MSi, Apt (Fakultas Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan)
6. Dr. rer.nat. Endang Darmawan, MSi, Apt(Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan)
7. Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU, Apt ( FMIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta)
115

Indeks Pengarang
Ari Widayanti 11
Anjar Mahardian Kusuma 47
Annisa Farida Muti 55
Akrom 66
Achmad Purnomo 120
Bambang Tri Purwanto 1
Didik Hasmono 83, 97
Engrid Juni Astuti 1
Elok Mayangsari 21
Endang Darmawan 34
Emma Rahmawati 55
Ferra Tania 11
Fatimah Nisma 21
Fitriana Yuliastuti 120
Grin Fariah 34
Githa Fungie Galistiani 108
Lilik Yusetyani 83
Lia Mulyaningsih 108
M. Artabah Muchlisin 1
Mustofa 66
Marstyawan 66
Mubarika 66
Nadriatul Utami 83
Nailis Syifa 97
Rahmah Elfiyani 11
Rizky Arcinthya Rachmania 21
Rini Afini Sobarani 47
Riswaka Sudjaswadi 120
Siti Maryati 47
Sukardiman 55
Wiranti Sri Rahayu 47
Widi Astutik 97
116

Indeks subjek:
4 - acetamidofenil benzoat 1
acetaminophen 1
aktivitas analgesik 1
areca catechu 11
curcuma emulsi 47
calcium channel blocker (ccb) 83
diuretik 97
gelatin 21
ganyong (canna edulis kerr.) 34
gout 34
gambaran penggunaan obat 120
hidrolisis 21
hiperurisemia 34
herba pacar air (Impatiens balsamina linn.) 55
hospitalization 83
hemorrhagic stroke 83
HIV/AIDS 108
interaksi 47
immunoprotective 66
indikator who 1993 120
kreatinin 34
kemopreventif 66
limfosit 66
monosit 66
maserat heksan biji jinten hitam 66
microculture tetrazolium salt (mtt) assay 55
netrofil 66
parasetamol 47
rawat inap 97
RSUD Sleman 120
sukrosa-manitol 11
susu curcuma 47
stroke iskemik 97
tikus 1
tablet hisap 11
tulang ikan tengiri 21
t47d 55
tingkat kepatuhan 108
terapi antiretroviral 108

Anda mungkin juga menyukai