Anda di halaman 1dari 25

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321111114

Pusat Pertumbuhan di Kota Malang: Potensi dan Permasalahan

Article · March 2011

CITATIONS READS
0 5,626

1 author:

Thomas Soseco
The University of Waikato
32 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Housing affordability View project

Regional Economics View project

All content following this page was uploaded by Thomas Soseco on 22 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Pusat Pertumbuhan di Kota Malang: Potensi dan Permasalahan

Thomas Soseco

Malang as one of most growing city in East Java has its role and function as a service provider
in education sector, industry and tourism in local scale and regional. Recently, economic growth
in Malang grows unequal in whole area. Alun – alun as center of interest and also center of
activity has grown too faster than other area. There is a policy to distribute economic growth to
all area. Malang has six growth centers with each role and function. This paper identified five
potency and problem related to them. The potency and problem are related to population,
environment, economy, transportation, and service role.
Keywords: Economic Growth, Growth Centers, Malang

Program Tri Bina Cita Kota Malang yang merupakan moto Malang sebagai kota Pendidikan,
Industri dan Pariwisata menjadi nilai jual promosi Kota Malang. Moto ini berarti bahwa sektor
pendidikan, industri dan pariwisata adalah ciri khas Kota Malang. Hal ini didasari kondisi
banyaknya sekolah dan perguruan tinggi berkualitas yang ada di Kota Malang, yang menjadi
salah satu kota tujuan utama untuk melanjutkan pendidikan.Selain itu, ditunjang oleh keterkaitan
erat dengan daerah – daerah pinggirannya, Kota Malang memiliki sektor industri yang
berkembang baik. Dari sektor pariwisata, Kota Malang merupakan salah satu daerah tujuan
wisata yang terbaik. Wisata alam, sejarah, budaya dapat dinikmati di Kota Malang. Demikian
pula potensi wisata daerah – daerah di sekitar Kota Malang seperti di tempat – tempat wisata di
Kabupaten Malang, Kota Batu, Gunung Bromo telah membuat Kota Malang berfungsi sebagai
penyedia prasarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

Namun apabila dilihat dari hasil kontribusi sektor terhadap perekonomian didapat hasil bahwa
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menempati urutan yang pertama disusul dengan sektor
Industri Pengolahan menempati urutan yang kedua dan Jasa-Jasa menempati urutan yang ketiga.
Dengan demikian tepatlah pemilihan Industri, Pendidikan dan Pariwisata sebagai kegiatan fungsi
dasar yang melayani kebutuhan non lokal atau memiliki skala pelayanan tingkat regional, atau
merupakan komoditi ekspor ke luar Kota Malang. Kegiatan fungsi dasar atau primer ini
merupakan kegiatan yang mempunyai multiplier effect/ efek penganda, yakni mampu
menggerakkan dan menumbuhkan kegiatan-kegiatan lain sebagai pengaruh dari kegiatan utama
tersebut. Misalnya kegiatan sebuah industri yang sudah maju mampu menggerakkan dan
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

menumbuhkan kegiatan perdagangan dan pertokoan serta juga kegiatan perumahan di sekitar
industri tersebut, dan semakin lama kegiatan tersebut semakin terakumulasi dan semakin
berkembang pesat. Akibatnya kawasan-kawasan industri menjadi tumbuh semrawut dan tidak
terkendali, pada akhirnya akan cenderung kumuh dan sering disertai adanya kemacetan lalu
lintas dan keruwetan transportasi, serta kebutuhan prasarana dan sarana yang tidak memadai.
Demikian pula keberadaan fasilitas pendidikan, kampus sebuah Perguruan Tinggi misalnya juga
merupakan kegiatan fungsi dasar yang dalam operasionalnya mampu membangkitkan aktivitas-
aktivitas kegiatan ikutan, misalnya toko-toko buku, tempat kos, usaha foto copy dan penjilidan,
rumah makan dan warung. Semakin lama kegiatan ikutan tersebut akan semakin tumbuh dan
berkembang dengan pesat. Oleh karenanya harus ada perencanaan yang matang terhadap lokasi
sebuah kampus.

Kondisi akumulasi berbagai aktivitas kegiatan fungsi dasar dan kegiatan-kegiatan lain yang
tumbuh akibat dorongan kegiatan fungsi dasar tersebut harus diantisipasi dalam penataan tata
guna tanah. Dari segi konsep perencanaan kawasan yang ideal, seluruh aspek yang diprediksikan
di masa yang akan datang harus diperhitungkan secara komphrehensif sehingga perencanaan tata
guna tanahnya sekaligus telah mengalokasikan di mana diletakkan daerah perumahan bagi
karyawan, di mana fasilitas perdagangan dan pertokoan disiapkan, di mana diletakkan fasilitas
peribadatan dan lain sebagainya.

Bila ditinjau dalam lingkup Provinsi Jawa Timur, secara spasial beberapa kota utama di Jawa
Timur memiliki pengembangan yang cukup tinggi sehingga kota tersebut difungsikan sebagai
pusat Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) dalam lingkup Provinsi Jawa Timur. Kota - kota
yang dimaksud adalah Kota Surabaya, Tuban, Probolinggo, Banyuwangi, Jember, Malang,
Kediri, Madiun dan Sumenep. Kota - kota ini diharapkan akan mampu memberikan penjalaran
pengembangan bagi wilayah sekitarnya, sehingga pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pembangunan akan dapat tercapai.

Wilayah Kota Malang merupakan pusat pengembangan bagi Satuan Wilayah Pengembangan
Malang - Pasuruan. Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa Kota Malang merupakan
wilayah inti bagi perkembangan wilayah di Jawa Timur, khususnya untuk wilayah Malang -
Pasuruan. Untuk mencapai hasil pembangunan yang lebih efisien dan efektif, maka tentunya
setiap wilayah memiliki spesifikasi kegiatan yang saling menunjang dan saling melengkapi.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang dengan membagi Kota Malang menjadi
enam pusat pertumbuhan ditujukan agar tidak terjadi konsentrasi pembangunan hanya di pusat
kota saja. Pembangunan harus merata ke seluruh penjuru kota, tentu dengan selalu
memperhatikan fungsi dan peruntukan masing – masing wilayah.

Perkembangan Perekonomian Kota Malang

Pembangunan Kota Malang diarahkan untuk mencapai Visi Kota Malang yaitu: “Terwujudnya
Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas, kota sehat dan ramah lingkungan, kota
pariwisata yang berbudaya, menuju masyarakat yang maju dan mandiri”.

Pengertian “Kota pendidikan yang berkualitas” mengandung makna bahwa pembangunan Kota
Malang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan.
“Kota sehat dan ramah lingkungan” mengandung makna bahwa pembangunan di Kota Malang
diarahkan untuk mewujudkan kota yang sehat dan berwawasan lingkungan. “Kota pariwisata
yang berbudaya” mengandung makna bahwa pembangunan di Kota Malang diarahkan untuk
mewujudkan Kota Malang sebagai kota tujuan wisata dengan tetap melestarikan budaya khas
Malangan. “Menuju masyarakat yang maju dan mandiri” mengandung makna bahwa tujuan
pembangunan adalah untuk mewujudkan masyarakat Kota Malang yang maju dan mandiri.

Untuk mewujudkan Visi Kota Malang, maka dirumuskan upaya – upaya yang akan dilaksanakan
ke dalam Misi Kota Malang 2009 – 2013 yaitu:

1. Mewujudkan dan mengembangkan pendidikan yang berkualitas.


2. Mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat.
3. Mewujudkan penyelenggaraan pembangunan yang ramah lingkungan.
4. Mewujudkan pemerataan perekonomian dan pusat pertumbuhan wilayah sekitarnya.
5. Mewujudkan dan mengembangkan pariwisata yang berbudaya.
6. Mewujudkan pelayananan publik yang prima.

Dengan adanya Visi dan Misi Kota Malang, arah tujuan pembangunan serta hal – hal yang harus
dilaksanakan dapat menjadi jelas dan terarah. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah
pembangunan harus dimulai dari sektor apa? Atau dengan kata lain sektor apa yang perlu
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

mendapat prioritas pembangunan? Hal ini perlu dipikirkan karena sangat jelas bahwa pemerintah
tidak akan mampu bisa melaksanakan pembangunan untuk seluruh sektor perekonomian secara
bersama – sama. Harus ada salah satu sektor yang dipilih untuk menjadi motor penggerak
perekonomian.

Trickle down effect merupakan strategi pembangunan yang lazim dipakai oleh negara – negara
sedang berkembang. Dalam perekonomian, harus ada satu sektor yang menjadi sektor prioritas.
Sektor inilah yang akan menjadi unggulan. Sektor unggulan ini akan maju sangat cepat karena
mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Setelah mengalami kemajuan, maka sektor unggulan
ini akan dapat memberi efek yang positif bagi sektor lainnya. Tabel 1 menunjukkan kontribusi
masing – masing sektor dalam perekonomian di Kota Malang.

Tabel 1. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Malang, 2005 - 2008

Sektor 2005 2006 2007 2008


Pertanian 0.58 0.56 0.552 0.48
Pertambangan dan Penggalian 0.09 0.07 0.06 0.06
Industri Pengolahan 35.39 34.22 34.04 32.91
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.53 0.41 0.40 0.40
Konstruksi 2.90 2.32 2.33 2.47
Perdagangan, Hotel dan Restoran 32.65 36.64 36.88 37.69
Pengangkutan dan Komunikasi 7.50 4.66 4.57 4.77
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8.55 8.45 8.54 8.66
Perusahaan
Jasa-jasa 11.81 12.67 12.65 12.56
Total 100 100 100 100
Sumber: BPS

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan dua sektor yang berperan besar dalam perekonomian Kota Malang. Kedua sektor
tersebut memiliki kontribusi sekitar 70 persen terhadap perekonomian. Sektor industri perlu
mendapat perhatian karena sektor ini memiliki multiplier effect yang besar. Dengan mengambil
bahan baku dari daerah sekitar atau daerah lain, industri menghasilkan barang yang lebih bernilai
tinggi. Adanya industri akan menarik para pekerja untuk bertempat tinggal di sekitar lokasi
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

industri. Kemudian akan menarik masyarakat lain membuka warung, toko, rumah makan, dan
sebagainya. Untuk itulah perlunya memperhatikan sektor industri untuk kemajuan ekonomi.

Perkembangan Sektor Industri di Kota Malang

Industri yang berkembang di Kota Malang adalah rokok, kripik tempe, keramik, gerabah, mebel,
rotan, emping jagung, saniter, raket, shuttle cock, dan kompor. Perusahaan yang tergolong
industri besar (yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang) dan industri sedang (yakni yang
memiliki tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang) berjumlah 197 perusahaan pada tahun 2007.
Dari jumlah itu, 156 perusahaan adalah industri sedang dan 41 perusahaan adalah industri besar.
Sebagian besar perusahaan besar dan sedang di Kota Malang bergerak di pengolahan tembakau.
Bila dilihat menurut lokasi, sebagian besar perusahaan besar dan sedang berada di Kecamatan
Sukun yakni 66 perusahaan. Kemudian di Kecamatan Blimbing sebanyak 56 perusahaan dan
sisanya tersebar di tiga kecamatan lainnya.

Industri kecil dan rumah tangga merupakan tulang punggung industri di Kota Malang. Jumlah
industri kecil (yang memiliki tenaga kerja 5 sampai 19 orang) dan industri rumah tangga (yang
memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang) berjumlah sekitar 63 ribu unit. Jumlah ini adalah
sekitar 99,9 persen dari seluruh unit usaha yang ada di Kota Malang. Tingginya jumlah usaha
kecil dan rumah tangga yang ada di Kota Malang tampaknya terkait dengan jumlah penduduk.
Penduduk adalah sebagai pencipta permintaan dan penduduk sebagai tenaga kerja. Selain itu,
keberadaan industri kecil dan rumah tangga juga terkait dengan tingginya intensitas pemakaian
bahan baku lokal. Industri kecil dan rumah tangga yang memproduksi makanan dan minuman
banyak mengunakan bahan baku pertanian sebagai komoditas utamanya. Tabel 2 menunjukkan
jumlah industri yang ada di Kota Malang.

Tabel 2. Jumlah Perusahaan Industri di Kota Malang Menurut Kategori dan Kecamatan,
2006

Kategori
Kecamatan Total Persentase
Industri Sedang Industri Besar
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Kedungkandang 14 6 20 10,64
Sukun 45 26 71 37,76
Klojen 14 4 18 9,57
Blimbing 47 13 60 31,91
Lowokwaru 19 - 19 10,10
Jumlah 139 49 188 100
Sumber: BPS. 2007

Dari tabel 2 dapat terlihat bahwa sekitar 37 persen industri berlokasi di Kecamatan Sukun.
Kemudian sekitar 31 persen industri berlokasi di Kecamatan Blimbing. Sisanya, dibagi secara
merata untuk Kecamatan Kedungkandang, Klojen, dan Lowokwaru masing – masing sekitar 10
persen.

Terdapat tiga lokasi kawasan industri di Kota Malang dan 1 lokasi industri yang berbentuk
koridor yang letaknya menyebar yaitu :

1. Kawasan industri terletak di Jalan Karya Timur yang berkembang ke arah timur sampai Jalan
Simp. Laksda Adi Sucipto,

2. Kawasan industri yang terletak di Jalan Raya Bandulan,

3. Kawasan industri yang terletak di sebelah selatan yaitu di Kelurahan Ciptomulyo dimana pada
masa mendatang akan dipindahkan.

Sementara industri keramik yang terletak di Dinoyo, letaknya terpencar-pencar dan cenderung
berbentuk linier. Selain itu, di Kota Malang banyak terdapat industri rumahan yang tersebar
secara merata di penjuru kota.

Tata Ruang Kota Malang

Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang pada hakekatnya merupakan
suatu paket kebijakan umum pengembangan daerah. Rencana tata ruang merupakan hasil
perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Bagi wilayah Kota Malang,
kebijakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan spasial,
baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci, maupun rencana
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan, industri, permukiman, serta fasilitas umum dan
sosial.

Penetapan fungsi dan peran wilayah ini diperlukan untuk menetapkan skala dan spesifikasi
kegiatan yang menonjol/ dominan untuk dikembangkan di Kota Malang dan dalam lingkup yang
lebih luas yakni dalam skala regional yakni di Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Malang -
Pasuruan. Untuk mencapai hasil pembangunan yang lebih efisien dan efektif, maka tentunya
setiap wilayah memiliki spesifikasi kegiatan yang saling menunjang dan saling melengkapi.
Sesuai dengan lokasi, orientasi dan perannya dalam lingkup regional, maupun internal Kota
Malang, maka fungsi dan peran Kota Malang adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pemerintahan Kota dan Pembantu Gubernur. Kota Malang sebagai yang dahulu
merupakan pusat pemerintahan residen (sekarang pembantu gebenur), memiliki pusat
pemerintahan fasilitas perkantoran yang lengkap dan memadai. Oleh sebab itu keberadaan
pusat perkantoran yang ada sebaiknya tetap dipertahankan, dan pengembangan berikutnya
disarankan mengikuti bentuk (desain) kantor yang sudah ada saat ini. Hal ini akan
memberikan ciri khusus tentang bentuk dan penampilan perkantoran di Kota Malang.
2. Sebagai pusat perdagangan skala regional. Kinerja sektor perdagangan di Kota Malang dapat
ditingkatkan, akan tetapi perlu ditunjang oleh keberadaan pusat perdagangan baru, supaya
kegiatan yang sudah ada tidak bertumpu pada satu pusat pelayanan.
3. Sebagai pusat pelayanan umum skala regional. Dalam kapasitasnya sebagai pusat SWP,
maka fasilitas yang ada di Kota Malang, secara keseluruhan akan mampu memberikan
pelayananan pada tingkat regional. Hal ini perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan
mengingat peran Kota Malang pada masa yang akan datang akan lebih penting lagi dalam
meningkatkan dan menumbuhkan wilayah sekitarnya.
4. Sebagai pusat pendidikan skala nasional. Sesuai dengan konsep Tri Bina Cita, dimana salah
satunya adalah sebagai pusat pendidikan, maka keberadaan pendidikan tinggi dan menengah
di Kota Malang ternyata sudah mempunyai tingkat pelayanan sampai tingkat nasional.
Dengan demikian maka Tri Bina Cita Kota Malang sebagai kota pendidikan tinggi perlu
disediakan lokasi khusus terutama pada wilayah yang diprioritaskan untuk pengembangan
pendidikan.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

5. Sebagai pusat pengolahan bahan baku dan kegiatan industri. Lokasi Kota Malang yang relatif
sentris terhadap wilayah sekitarnya menjadikan Malang sebagai pusat pelayanan jasa
distribusi untuk mengelola lebih lanjut dari berbagai bahan baku yang ada. Dengan demikian
maka peran sektor industri ini pada masa mendatang akan lebih dominan. Untuk itu juga perlu
disediakan lokasi khusus untuk pengembangan industri ini.
6. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya. Sebagai pusat pelayanan sosial
ekonomi, maka Kota Malang diharapkan juga akan mampu untuk terus berperan dalam
menumbuhkan potensi ekonomi melalui sistem pusat pelayanan dan pengolahan bagi berbagai
bahan baku untuk wilayah sekitarnya.
7. Sebagai pusat pelayanan kesehatan skala regional. Kota Malang ternyata juga memiliki
berbagai fasilitas kesehatan yang memadai sehingga mampu melayani berbagai keperluan
masyarakat Kota Malang dan sekitarnya. Hal ini juga ditunjang oleh keberadaan Universitas
Brawijaya dan Universitas Muhamadiyah yang memiliki Fakultas Kedokteran sehingga dapat
dicapai kondisi yang saling menguntungkan dengan program pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
8. Sebagai pusat transportasi dalam skala regional. Kota Malang sebagai kota orde ke II, sudah
tentu akan menjadi asal dan tujuan pergerakan reional, sehingga peran pelayanan transportasi
akan sangat menunjang perkembangan Kota Malang akan sangat membantu dalam
perkembangan Kota Malang.
9. Sebagai pusat militer. Di Kota Malang juga terdapat pusat militer yang sangat berperan
dalam peningkatan stabilitas pertahanan keamanan regional maupun nasional.
10. Sebagai pusat pelayanan pariwisata. Kota Malang memiliki beberapa objek wisata, akan
tetapi perkembangan wisatanya sendiri lebih ditunjang oleh lokasi geografis Kota Malang
yang terletak diantara pegunungan dan pantai, menjadikan Kota Malang sebagai kawasan
yang sentris terhadap pelayanan pariwisata. Kota Malang sendiri lebih banyak menyediakan
prasarana penunjang pariwisata, sedangkan lokasi obyek wisatanya sendiri sebagian besar
berada di luar wilayah kota seperti di Batu, Selorejo, Balekambang, Sendang Biru dan
sebagainya.

Untuk menjalankan fungsi tersebut, Kota Malang dibagi menjadi enam Bagian Wilayah Kota
(BWK) yang menjadi pusat pelayanan dan pengembangan Kota Malang. Keenam BWK tersebut
adalah:
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

1. BWK Malang Tengah, meliputi wilayah Kecamatan Klojen. Ini adalah pusat Kota Malang,
yaitu di Kawasan Alun-alun dan sekitarnya. Fungsi utama yaitu pemerintahan, perkantoran,
perdagangan dan jasa, sarana olahraga, pendidikan dan peribadatan.
2. BWK Malang Utara, meliputi wilayah Kecamatan Lowokwaru yaitu di sekitar Universitas
Islam Malang (Unisma), Pasar Dinoyo, dan sekitarnya. Fungsi utama yaitu pendidikan,
perdagangan dan jasa, industri besar/menengah dan kecil serta wisata budaya.
3. BWK Malang Timur Laut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Blimbing yaitu di Kawasan
sekitar Pasar Blimbing dan sekitarnya. Fungsi utama yaitu terminal, industri, perdagangan dan
jasa, pendidikan dan sarana olah raga.
4. BWK Malang Timur, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Kedungkandang yaitu di
Kawasan sekitar Perumahan Sawojajar dan sekitarnya. Fungsi utama yaitu perkantoran,
terminal, industri dan sarana olahraga.
5. BWK Malang Tenggara, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Sukun dan sebagian
Kecamatan Kedungkandang yaitu di Kawasan sekitar Pasar Gadang dan sekitarnya. Fungsi
utama yaitu perdagangan dan jasa, Sport Centre (GOR Ken Arok), Gedung Convention
Center, industri, dan perumahan.
6. BWK Malang Barat, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Sukun yaitu di Kawasan sekitar
Universitas Merdeka, Plaza Dieng, dan sekitarnya. Fungsi utama yaitu perdagangan dan jasa
dan pendidikan.

Gambar 1. Struktur Pembagian Wilayah Kota Malang.


Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Sumber: Pemkot Malang. 2009

Pada gambar 1 terlihat pusat pembangunan Kota Malang terdapat di Kawasa Alun – alun.
Pembangunan kemudian menyebar ke empat arah. Utara ke arah Blimbing, Timur ke Kawasan
Sawojajar. Selatan ke arah Pasar Gadang, dan barat ke arah Plaza Dieng dan Pasar Dinoyo.
Keseluruhan pusat BWK tersebut memiliki karakteristik kegiatan masing – masing. Terlihat juga
beberapa sub pusat BWK yang merupakan daerah pendukung pertumbuhan BWK. Pusat kota,
BWK, sub BWK dan daerah lain dihubungkan oleh berbagai akses jalan seperti terlihat pada
garis berwarna hitam.

Potensi Perkembangan Ekonomi di Kota Malang


Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Potensi yang dimiliki Kota Malang berkaitan dengan perkembangan sektor industri adalah
sebagai berikut:

1. Potensi kependudukan
Jumlah penduduk yang besar merupakan pangsa pasar yang ideal dan sekaligus juga sumber
tenaga kerja. Dilihat dari sisi jumlah angkatan kerja yang belum tersalurkan pada tahun 2008
terdapat 45.808 jiwa atau sekitar 10% dari angkatan kerja yang ada di Kota Malang yang
belum tersalurkan, yang berarti di Kota Malang terdapat potensi penduduk sekitar 45.808 jiwa
yang dapat digunakan sebagai salah satu modal untuk pelaksanaan pembangunan di wilayah
Kota Malang. Apabila dilihat per-kecamatan maka kecamatan yang mempunyai potensi
jumlah tenaga kerja yang belum tersalurkan terbanyak adalah Kecamatan Klojen sebanyak
10.113 jiwa atau 22,08% dari total jumlah angkatan kerja yang belum tersalurkan, diikuti oleh
Kecamatan Sukun sebanyak 9.680 jiwa atau 21,13% , kemudian Kecamatan Blimbing
sebanyak 9.393 jiwa atau 20,51% dan Kecamatan Lowokwaru sebanyak 9.238 jiwa atau
20,17%. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah angkatan kerja yang belum tersalurkan
paling kecil adalah Kecamatan Kedungkandang sebanyak 7.384 jiwa atau 16,12%.
Bila dilihat dari kualitas sumber daya manusia, dengan adanya berbagai perguruan tinggi
ternama dan sekolah – sekolah yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang memiliki
daya saing tinggi di dunia kerja. Hal ini membuat perusahaan – perusahaan di Kota Malang
tidak perlu bersusah payah mencari tenaga kerja berkualitas ke luar daerah.
2. Potensi tanah, air, dan udara
Kota Malang terletak di pegunungan, memiliki kontur berbukit. Terdapat pula bagian lain
kota yang relatif datar. Kondisi tanah di Kota Malang bagian selatan yang merupakan dataran
tinggi yang cukup luas sehingga cocok untuk digunakan untuk kawasan terbangun. Bagian
tengah yang merupakan pusat kota yang telah berkembang sejak jaman kolonial Belanda,
dimana mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi. Karena mempunyai nilai ekonomi
tinggi, maka menyebabkan adanya kecenderungan peralihan fungsi dari perumahan menjadi
perdagangan. Bagian utara yang juga merupakan kawasan yang relatif kosong, sehingga
potensial untuk perkembangan peruntukan fasilitas. Bagian barat yang juga merupakan
kawasan yang relatif kosong, dimana pada saat ini cenderung mengalami perkembangan
penggunaan tanah untuk perumahan karena adanya beberapa kawasan pendidikan khususnya
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

perguruan tinggi. Bagian timur yang juga merupakan dataran tinggi dengan kondisi tanah
yang kurang subur, sehingga potensial untuk perumahan.
Potensi yang dimiliki oleh Kota Malang dilihat dari segi udara yakni bahwa Kota Malang
mempunyai udara yang sejuk kering sepanjang tahun sehingga memungkinkan untuk
dijadikan tempat peristirahatan, berwisata, konferensi/ resepsi/ seminar, ataupun sebagai
tempat pengembangan pendidikan dan latihan. Ketersediaan ruang terbuka hijau mampu
mempertahankan suhu Kota Malang tetap sejuk.
Dari sisi air maka potensi yang dimiliki yaitu di Kota Malang dialiri/ dilewati oleh tiga buah
sungai yaitu Sungai Brantas, Sungai Amprong dan Sungai Bango, sehingga sungai-sungai ini
dapat digunakan sebagai saluran irigasi, drainase kota, pendukung penyediaan air bersih/
minum, serta wisata dan olah raga air. Selain itu Kota Malang dekat dengan sumber air
(sumber air Wendit), sehingga mudah didalam pelayanan air bersih. Pada kawasan tertentu
yang tidak terlayani PDAM, bisa menggunakan sumur (air permukaan relatif dangkal). Untuk
sistem drainase yang ada di Kota Malang relatif bagus. Hal ini disebabkan karena faktor
topografi yang relatif berbukit, sehingga memudahkan dalam hal pembuangan.
3. Potensi Ekonomi
Sebagai daerah yang mempunyai peran sebagai pengatur arus barang dan jasa, Kota Malang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kota
Malang secara ekonomi mempunyai potensi di sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor
industri pengolahan dan sektor jasa. Hal itu perlu didukung oleh keberadaan produk unggulan.
Produk unggulan disini adalah industri kecil dan industri rumah tangga yang memiliki
prospek untuk berkembang yang ada di suatu kawasan, bisa berupa desa atau kelurahan.
Produk unggulan ini juga bisa menjadi ciri khas tersendiri pada setiap kawasan itu. Produk
unggulan yang ada di Kota Malang berdasarkan desa atau kelurahan adalah sebagai berikut:
a. Kecamatan Blimbing
Kelurahan Pandanwangi : Marning jagung
Kelurahan Purwantoro : Tempe
b. Kecamatan Kedungkandang
Kelurahan Cemorokandang : Kripik Singkong
Kelurahan Mergosono : Sangkar Burung
c. Kecamatan Sukun
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Kelurahan Sukun : Fiberglass


Kelurahan Karangbesuki : Jahe Instan
d. Kecamatan Klojen
Kelurahan Sukoharjo : Garmen
Kelurahan Kiduldalem : Sepatu
e. Kecamatan Lowokwaru
Kelurahan Tulusrejo : Rajutan
Kelurahan Dinoyo : Keramik

4. Transportasi

Kota Malang terletak hanya 90 km dari Surabaya. Hal ini menyebabkan mobilitas barang dan
penumpang sangat tinggi, sebagai imbas dari pertumbuhan Kota Surabaya. Sebagian besar
barang dan penumpang bergerak melalui moda transportasi darat. Mobil penumpang, bus dan
truk masuk ke Kota Malang, baik memang bertujuan akhir di kota ini maupun sebagai lintasan
ke daerah lain seperti Kota Batu, Kepanjen, maupun ke kabupaten lain seperti Blitar dan
Lumajang.

Terdapat beberapa terminal bus di Malang. Terminal Arjosari yang terletak di Kecamatan
Blimbing melayani rute antar kota dan antar provinsi. Sementara Terminal Landungsari di
Kecamatan Lowokwaru dan Terminal Gadang di Kecamatan Sukun berfungsi melayani rute
antar kota dalam provinsi. Pembangunan Terminal Hamid Rusdi di Kecamatan
Kedungkandang yang akan menggantikan Terminal Gadang akan dapat meningkatkan
pelayanan kepada penumpang dan memacu perekonomian di sektar kawasan tersebut.

Kota Malang juga dilayani oleh jalur kereta api. Kereta penumpang jarak menengah seperti
Kediri, Blitar, Jember dan Surabaya serta jarak jauh seperti ke Jakarta, Bandung dan
Yogyakarta memperbesar peluang akses transportasi warga dan wisatawan. Selain itu
tersedianya bandara udara—meski terletak di luar Kota Malang—juga membawa akses
transportasi yang lebih baik.

Jaringan jalan raya di Kota Malang berbentuk ring-radial. Terdapat jalan poros yang
menghubungkan pusat kota dengan daerah pinggiran. Selain itu terdapat jalur lintasan bagi
kendaraan barang. Di kawasan pusat kota, jalan – jalan adalah warisan jaman kolonial yang
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

saat ini sudah mengalami peningkatan kualitas. Taman – taman dan jalur hijau yang banyak
ditemukan di kota ini turut menambah keunikan Kota Malang. Kelancaran transportasi di kota
ini akan lenih baik saat pembangunan jalan ringroad yang berada di sisi barat dan timur kota.
Selain itu mega proyek ruas tol Surabaya – Malang akan memperlancar mobilitas antar kota.
Sistem transportasi umum dalam kota juga terlayani dengan baik. Angkutan kota beroperasi
sampai larut malam. Taksi dan becak juga dapat mudah ditemui di seluruh penjuru kota.

5. Pelayanan

Fungsi pelayanan di Kota Malang terpusat di pusat kota yakni di kawasan alun – alun. Tidak
hanya pemerintahan, namun juga perdagangan dan jasa. Dalam perkembangannya pelayanan
mulai diarahkan ke daerah yang lebih luar. Terbentuknya BWK merupakan salah satu upaya
untuk memecah kepadatan pelayanan di pusat kota.

Fungsi pelayanan dalam hal pendidikan tinggi cenderung terkonsentrasi. Adanya Universitas
Brawijaya (UB) dan Universitas Negeri Malang (UM) yang lokasinya berdekatan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya. Universitas lain yang lebih kecil
juga terletak di kawasan yang sama. Ke arah barat laut, dapat ditemui Universitas Islam
Malang (Unisma) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang lokasinya hanya
dalam radius 3 km dari UB dan UM. Ke arah barat, ada lebih banyak universitas lagi. Begitu
pula di utara dan barat daya UB dan UM, terdapat berbagai kampus yang memiliki reputasi
baik.

Kawasan militer terletak di Ksatrian. Kawasan ini merupakan obyek vital untuk menunjang
pertahanan dan keamanan nasional. Bentuk maupun tata ruang kawasan ini masih terjaga
keasliannya. Masih banyak terdapat lahan hijau, sehingga dimanfaatkan juga sebagai lahan
resapan air. Sebagai kota pariwisata, Kota Malang lebih diarahkan sebagai penyedia prasarana
wisata seperti akomodasi, tempat makan dan tempat berbelanja.

Perdagangan juga tidak lagi terpusat di kawasan alun – alun. Perdagangan barang dalam skala
besar kini tersebar di berbagai jalan poros, seperti koridor Ahmad Yani - Letjen Sutoyo -
Basuki Rahmad, koridor Jl. Panji Suroso - Tumenggung Suryo, dan koridor Jl. RE
Martadinata – Kol. Sugiono. Sementara dalam skala yang lebih kecil, perdagangan terdapat di
sepanjang Jl. Soekarno-Hatta, JL. Borobudur, Jl. MT Haryono dan Jl. Kawi. Kawasan
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

pergudangan di kota ini tidak memiliki lokasi tertentu, namun bercampur di kawasan
perdagangan. Secara lebih spesifik, terdapat sekumpulan pergudangan di kawasan Bandulan
dan Ciptomulyo. Pembangunan pusat perbelanjaan modern juga menyebabkan tumbuhnya
pusat perekonomian baru seperti di JL. Veteran, Kawi, Dieng dan Blimbing

Permasalahan yang Dihadapi dalam Perkembangan Perekonomian di Kota Malang

Terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat perkembangan sektor industri di Kota
Malang.

1. Permasalahan Kependudukan

Jumlah tenaga kerja yang belum tersalurkan merupakan potensi yang seharusnya dapat
dimanfaatkan oleh sektor industri. Namun tentu harus dilihat terlebih dahulu kualifikasi
tenaga kerja yang belum tersalurkan tersebut. Kualitas tenaga kerja merupakan point penting
untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja yang belum tersalurkan tersebut. Bila dilihat dari
peranan sektor industri dalam menyerap tenaga kerja di Kota Malang, terlihat bahwa sektor
industri menggunakan sekitar 16 persen tenaga kerja yang tersedia. Porsi terbesar tetap pada
sektor perdagangan dan jasa yang masing – masingnya dapat menyerap hingga 30 persen
angkatan kerja di Kota Malang. Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan usaha dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama,
2008

No. Lapangan Usaha Utama Jumlah (%)


1. Pertanian 2,59
2. Pertambangan dan Penggalian 0,11
3. Industri 16,04
4. Listrik, gas dan air 0,69
5. Konstruksi 6,74
6. Perdagangan 32,50
7. Komunikasi 5,80
8. Keuangan 5,03
9. Jasa – jasa 30,38
10. Lainnya 0,11
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Total 100
Sumber: BPS. 2008

Kualitas tenaga kerja di Kota Malang juga masih rendah. Seperti terlihat pada tabel 4, sekitar
28 persen tenaga kerja berpendidikan SMA. Hal yang lebih miris lagi adalah jumlah tenaga
kerja yang berpendidikan SD sederajat mencapai lebih dari 20 persen, sementara yang
berpendidikan SMP sederajat sekitar 14 persen. Secara keseluruhan, tenaga kerja yang
berpendidikan dasar dan menengah di Kota Malang mencapai sekitar 75 persen dari seluruh
tenaga kerja yang ada.

Tabel 4. Persentase Penduduk Usia 10 tahun ke Atas


Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (%)


1. Tidak/ Belum Tamat SD & sederajat 12,17
2. SD & sederajat 21,65
3. SMP & sederajat 14,18
4. SMA & sederajat 28,72
5. SMK 7,91
6. Diploma I/ II 1,17
7. Diploma III 1,56
8. DIV / S1 11,80
9. S2 / S3 0,84
Total 100
Sumber: BPS. 2008

2. Permasalahan Lingkungan

Jumlah penduduk yang besar serta terbatasnya kemampuan yang dimiliki tenaga kerja akan
menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima. Hal ini membuat masyarakat
berpenghasilan rendah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan.
Akhirnya, muncul daerah – daerah kumuh terutama di kawasan pusat kota. Dengan kurangnya
perhatian pemerintah, maka kawasan tersebut menjadi semakin padat dan tidak terkendali.
Hal ini dapat dilihat pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di Kelurahan
Penanggungan, Samaan, Oro-oro Dowo dan Kelurahan Kiduldalem di Kecamatan Klojen,
Kelurahan Polehan di Kecamatan Blilmbing, Kelurahan Jodipan, Kotalama dan Mergosono di
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Kecamatan kedungkandang. Selain itu terdapat di sepanjang pinggiran Kali Amprong di


Kelurahan Madyopuro dan Lesanpuro di Kecamatan Kedungkandang. Selain di pinggir
sungai, kawasan kumuh juga terdapat di sepanjang rel kereta api di kelurahan Kotalama,
Ciptomulyo, Klojen, Rampal Celaket, Purwantoro, Kebonsari, Polowijen, Blimbing dan
Purwodadi.

Permasalahan lain yang mucul adalah pencemaran, baik udara maupun air. Kawasan –
kawasan kumuh akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air sungai. Dari sisi udara,
masih belum berkembangnya upaya penghijauan membuat ruang terbuka hijau di Kota
Malang mengalami perkembangan yang tidak signifikan. Ruang terbuka hijau yang ada saat
ini sebagian besar merupakan peninggalan jaman Belanda. Pembangunan kawasan
pemukiman baru di pinggir kota masih belum diimbangi dengan upaya menyediakan lahan
hijau yang labih baik. Masalah lain yang muncul adalah kurangnya kesadaran warga untuk
menjaga dan memelihara drainase. Akibatnya, setiap hujan datang, selalu timbul genangan –
genangan air, bahkan merata di seluruh penjuru kota. Ketinggian genangan air bervariasi
hingga 50 cm. Meski Kota Malang dilalui oleh beberapa sungai besar, namun aliran air ke
sungai – sungai tersebut tidak lancar. Hal ini akan menimbulkan efek berantai pada
tergerusnya lapisan tanah subur, rusaknya jalan dan trotoar serta terhambatnya arus lalu lintas.

3. Masalah Ekonomi

Berkaitan dengan ekonomi, masalah yang muncul adalah terkonsentrasinya kegiatan


perekonomian hanya pada wilayah tertentu saja. Kawasan alun – alun menjadi titik sentral
perekonomian Kota Malang. Kemudian perkembangan kota bergerak ke arah utara (yakni ke
arah Surabaya) dan barat laut (yakni ke arah Batu). Aktivitas ekonomi di kawasan – kawasan
tersebut sangat tinggi. Hal ini akan menarik masyarakat untuk bertempat tinggal, berusaha
dan mencari pengasilan di kawasan – kawasan yang bernilai ekonomi tinggi. Dampak yang
terjadi adalah adanya ketimpangan perekonomian antara wilayah pusat dengan pinggiran,
penyebaran penduduk yang tidak merata, yang bisa merembet pada masalah rendahnya
kualitas lingkungan, kemacetan bahkan sampai pada masalah sosial dan keamanan. Masih
terdapat daerah – daerah yang tergolong lambat berkembang, seperti kawasan Buring dan
Mulyorejo. Selain jarang penduduk, di kedua daerah ini tidak terdapat pusat keramaian atau
pusat pertumbuhan ekonomi.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

4. Permasalahan Transportasi

Perkembangan sektor transportasi di Kota Malang terkendala oleh panjang jalan dan kualitas
jalan yang relatif stagnan. Akibatnya terjadi titik – titik kemacetan, terutama pada jam sibuk.
Titik – titik tersebut seperti di kawasan alun – alun, persimpangan – persimpangan di Jl.
Ahmad Yani sampai Jl. Basuki Rahmad, kawasan Lapangan Rampal sampai Jalan Ranu Grati,
daerah Jl. RE Martadinata sampai perempatan Terminal Gadang, Jl. Bandulan, sepanjang Jl
MT Haryono sampai Tlogomas, sepanjang Jl. Gajayana sampai Jl. Bendungan Sutami serta
sepanjang Jl. Arif Margono sampai Jl. S. Supriyadi.

Kepadatan tersebut diperparah oleh banyaknya gang yang berada di sepanjang jalan.
Pemukiman – pemukiman yang ada memiliki terlalu banyak jalan masuk. Sehingga arus lalu
lintas terhambat karena banyaknya kendaraan warga yang keluar-masuk gang. Selain itu
masih rendahnya kesadaran tertib berlalu lintas masih perlu ditingkatkan. Pelanggaran akan
rambu dan marka masih sering terjadi, terutama di kawasan pinggiran kota.

Permasalahan lain yang muncul adalah padatnya lalu lintas di perbatasan – perbatasan kota.
Di kawasan Arjosari (ruas utama transportasi Surabaya - Malang ), kawasan Tlogomas (ruas
utama Batu - Malang), serta kawasan Gadang (poros Malang – Kepanjen – Blitar dan
Lumajang) menyebabkan terhambatnya arus kendaraan dari luar kota maupun kendaraan dari
dalam kota. Volume arus kendaraan yang besar tidak mampu diimbangi oleh lebarnya ruas
jalan.

5. Pelayanan

Terdapat kecenderungan fungsi pelayanan masih terpusat di kawasan tertentu saja. Pusat
pendidikan yang terlalu terkonsentrasi di sekitar dua universitas utama yakni Universitas
Brawijaya (UB) dan Universitas Negeri Malang (UM) menarik perguruan tinggi lain untuk
mendirikan kampus di sekitar kawasan yang sama. Hal yang terjadi adalah kepadatan
penduduk yang sangat tinggi, kawasan pemukiman yang tidak terkendali serta kepadatan lalu
lintas terutama di kawasan Tlogomas, Jl. Gajayana, Sumbersari, dan Bendungan Sutami.

Aktivitas perdagangan yang terpusat pada ruas jalan – jalan protokol menyebabkan terjadinya
konsentrasi perekonomian hanya terbatas pada jalan – jalan utama saja. Kawasan lain
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

terutama yang jauh dari jalan protokol akan berkembang dengan perlahan. Kondisi ini sangat
tidak menguntungkan bagi perkembangan kota. Mobilitas dan aktivitas warga hanya akan
bertumpuk di kawasan – kawasan tertentu saja. Daya dukung kota akan semakin terbatas dan
melemah seiring dengan pesatnya kemajuan ekonomi di kawasan tersebut.

Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan

Untuk mengatasi permasalahan yang dapat menghambat perekonomian di Kota Malang


diperlukan beberapa tindakan, yakni:

1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia merupakan hal utama yang harus diperbaiki dalam
pembangunan. Agar tidak terjadi pengangguran, diperlukan SDM yang berpendidikan dan
berkeahlian. Pemberian beasiswa kepada siswa yang layak dapat merupakan langkah awal
bagi peningkatan kualitas SDM.

2. Mengatasi Permasalahan Lingkungan Hidup

Perlunya pengendalian pertambahan penduduk di kawasan – kawasan padat. Padatnya


penduduk menimbulkan berbagai permasalahan kota. Pertambahan penduduk di kawasan
yang masih jarang penduduk (seperti kawasan Buring di Kecamatan Kedungkandang) perlu
dipacu dengan membuat pusat – pusat pelayanan baru. Termasuk di dalamnya adalah
pemindahan penduduk di kawasan kumuh di pusat kota ke rumah susun yang terletak di
daerah yang lebih pinggir. Perbaikan prasarana drainase juga harus mendapat perhatian.
Dengan berkurangnya genangan air, maka usia pakai jalan dapat bertahan lebih lama,
sehingga menghemat biaya perawatan.

3. Pemerataan Aktivitas Ekonomi

Perlu dilakukan pemerataan aktivitas ekonomi dengan cara mengarahkan pembangunan ruko
dan kawasan perbelanjaan modern ke pinggiran kota. Termasuk juga adalah pembangunan
kawasan industri baru untuk mengurangi beban di kawasan pusat kota. Di sini perlu ada
insentif bagi pengusaha untuk mendirikan industri di kawasan pinggiran maupun
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

memindahkan industri yang sudah ada dari pusat kota ke daerah pinggiran. Sentra industri
kecil dan menengah yang selama ini tersebar di seluruh penjuru kota perlu didorong,
menggantikan posisi perusahaan – perusahaan besar yang bergeser ke pinggiran kota.

4. Mengatasi Masalah Transportasi

Masalah transportasi dapat diatasi dengan peningkatan kualitas dan panjang jalan.
Pembangunan jalan lingkar luar (ring road) tampaknya menjadi kebutuhan mendesak.
Pembangunan ring road yang sejatinya adalah peningkatan kelas jalan eksisting harus
dipercepat. Kebijakan ini diiringi dengan pembatasan kendaraan berat melintas jalur padat
seperti ruas Jl. Panji Suroso sampai Kol. Sugiono. Dengan demikian pengusaha akan
memindahkan unit usahanya ke daerah – daerah yang lebih pinggir.

Kebijakan transportasi termasuk juga bekerjasama dengan pemerintah daerah yang berbatasan
dengan Kota Malang, yakni Kabupaten Malang. Perlu ada kerjasama antar daerah untuk
meningkatkan kualitas dan kelas jalan antar kota. Kepadatan kendaraan di batas – batas kota
akan dapat diatasi dengan pelebaran jalan eksisting, peningkatan kelas jalan alternatif maupun
pembangunan jalan baru.

5. Pemerataan Pusat – pusat Pelayanan

Pusat kota yang disesaki oleh pusat – pusat pelayanan harus dapat diatasi. Perlu ada ketegasan
pemerintah dalam menjalankan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang.
Perkembangan kota terlalu timpang. Pusat kota serta kawasan barat laut dan utara
berkembang terlalu cepat, meninggalkan kawasan lain di Kota Malang. Kawasan BWK lain
harus dipacu perkembangannya, sesuai dengan peruntukannya.

Arah Pertumbuhan Kota Malang sesuai RTRW 2009 - 2029

Perkembangan fisik Kota Malang memiliki lima macam kecenderungan arah perkembangan kota
berdasarkan jaringan jalan yang menghubungkan pusat kota dengan pinggirannya, serta jenis
kegiatan yang dominan seperti perumahan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya. Secara
lebih rinci akan diuraikan sebagai berikut :
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

1. Kecenderungan Perkembangan Sangat Kuat

Perkembangannya mengarah ke barat Kota Malang yaitu ke Kota Batu dengan jalan
penghubung berupa jalan kolektor primer dengan kegiatan utama adalah : perumahan,
perdagangan, jasa, industri, dan lain sebagainya.

2. Kecenderungan Perkembangan Kuat

Dimana perkembangannya mengarah ke arah utara Kota Malang yaitu ke Kecamatan


Singosari menuju ke Surabaya dengan jalan penghubung berupa jalan arteri primer. Kegiatan
utama didominasi oleh kegiatan perumahan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya

3. Kecenderungan Perkembangan Sedang

Perkembangannya mengarah ke selatan yaitu ke Kecamatan Wagir dan Kecamatan Pakisaji


dengan jalan penghubung berupa jalan kolektor primer yang didukung oleh kegiatan
utamanya berupa perumahan, perdagangan, dan industri.

4. Kecenderungan Perkembangan Lemah

Mengarah ke arah timur Kota Malang yaitu ke Kecamatan Pakis dengan jalan penghubung
berupa jalan lokal primer yang didukung dengan kegiatan perumahan, perdagangan, dan
industri.

5. Kecenderungan Perkembangan Sangat Lemah

Mengarah ke timur - selatan Kota Malang yaitu ke Kecamatan Tajinan yang dihubungkan
dengan jaringan jalan lokal primer tanpa adanya dominasi kegiatan perkotaan.

Dari kecenderungan yang ada maka perlu adanya pengendalian khusus perkembangan kota ke
arah barat. Hal itu disebabkan adanya fungsi penyanggah pada kawasan sebelah barat dan
merupakan daerah resapan dan cadangan air bagi daerah dibawahnya yaitu Kota Malang.
Kecenderungan perkembangan ke arah utara relatif kuat, tetapi hanya sepanjang koridor yang
menghubungkan Malang - Surabaya. Perlu memacu perkembangan ke arah timur, dimana pada
kondisi sekarang kawasan tersebut relatif kurang berkembang. Hal ini disebabkan tidak adanya
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

faktor pemacu dan kawasan sebelah timur yang berbatasan antara kota dan kabupaten merupakan
kawasan yang relatif terisolasi, maka perlu pembukaan akses ke daerah tersebut.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang pada gambar 1 mencantumkan
pusat – pusat pertumbuhan Kota Malang yang dibagi menjadi 6 Bagian Wilayah Kota (BWK)
dan beberapa sub-BWK. Berikut ini adalah skenario perkembangan Kota Malang menurut
masing – masing BWK:

1. Perkembangan fisik di BWK Malang Tengah (Kecamatan Klojen) pada kurun waktu 10 tahun
yang akan datang diperkirakan sudah tidak ada lagi karena lahan kosong sudah habis sehingga
tidak ada lagi lahan untuk kegiatan yang berkaitan dengan ruang. Yang diperkirakan mungkin
terjadi adalah pengalihfungsian kawasan pemukiman yang ada menjadi kawasan komersial
sehingga nantinya kawasan pemukiman akan berkurang dan penduduk tidak lagi tinggal di
pusat kota melainkan ke daerah pinggiran kota. Langkah yang diambil untuk pengembangan
di wilayah pusat kota antara lain redevelopment dan renewal.

2. Untuk memacu perkembangan BWK MalangTimur maka pengembangan kota diarahkan pada
wilayah Kecamatan Kedungkandang terutama di Kawasan Buring dan sekitarnya mengingat
adanya rencana jalan arteri primer yang merupakan perpanjangan jalan tol Gempol - Malang
dengan pintu tol di Kecamatan Singosari, yang kemudian masuk ke arah selatan Kota Malang
melalui sebelah barat Perumahan Sawojajar yang kemudian masuk ke Terminal Gadang.
Dengan adanya rencana jaringan jalan tersebut dan sekaligus mengembangkan kawasan ini
maka Kawasan Buring akan dikembangkan menjadi pusat pembangunan permukiman dalam
skala besar berikut fasilitas penunjangnya dan sebagai daerah sub pusat perdagangan di
wilayah bagian Timur Kota Malang.

3. Untuk memacu perkembangan BWK Malang Utara dan BWK Malang Timur Laut antara lain
adalah membuka jalan tembus ke terusan Jalan Soekarno - Hatta ke Tasikmadu dan jalan
lingkar barat melalui Desa Tunggulwulung. Hal ini dapat memecah kepadatan di kawasan
Pasar Blimbing.

4. Untuk memacu perkembangan di BWK Malang Barat dan BWK Malang Selatan antara lain
membuka jalan lingkar barat, menetapkan pusat di Mulyorejo sebagai perdagangan, dibatasi
untuk pengembangan industri, dan mempermudah perijinan di sebelah selatan. Penggunaan
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Vol. 3, Nomor 1, 2011

Terminal Hamid Rusdi lebih dioptimalkan, sementara pembangunan kantor terpadu Pemkot
Malang perlu diperluas agar kelak semua fungsi pemerintahan tidak berada di pusat kota.

Kesimpulan

Dengan memperhatikan RTRW Kota Malang, pertumbuhan ekonomi tidak boleh terpusat di
pusat kota. Kota Malang dibagi menjadi enam Bagian Wilayah Kota, yang masing – masingnya
memiliki kekhasan tersendiri. Terdapat pula potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
perkembangan kota, seperti potensi kependudukan, potensi ekonomi, potensi tanah, air dan
udara, potensi ekonomi, potensi transportasi dan potensi pelayanan. Terdapat pula berbagai
masalah yang berkaitan erat dengan potensi tersebut. Masalah – masalah tersebut adalah
berkaitan dengan kependudukan, berkaitan dengan pencemaran lingkungan, berkaitan dengan
terkonsentrasinya kegiatan perekonomian, permasalahan berkaitan dengan masalah transportasi
dan permasalahan yang berkaitan dengan terkonsentrasinya pusat – pusat pelayanan.

Referensi

Booth, Anne. 2000. Poverty and Inequality in the Soeharto Era: An Assessment. Bulletin of
Indonesia Economic Studies. 36(1). 73-104

BPS. 2006. Kota Malang dalam Angka

Cameron, Lisa. 2000. Poverty and Inequality in Java: Examining the Impact of Changing Age,
Educational and Industrial Structure. Journal of Development Economics. Vol. 62. 149-180

Koncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,


Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Indonesia: Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Keempat.
Togyakarta: UPP STIM YKPN

Pemkot Malang. 2009. RTRW Kota Malang 2009-2019


View publication stats

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan,


Vol. 3, Nomor 1, 2011

Saleh, Samsubar. 2002. Faktor – faktor Penentu Tingkat Kemiskinan Regional di Indonesia.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. 7(2). 87-101

Suryadarma, Daniel, dkk. 2005. A Reassesment of Inequality and its Role in Poverty Reduction
in Indonesia. Working Paper. Jakarta: SMERU Research Institute

Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia
Indonesia

Thomas, Morgan J. 1972. Growth Pole Theory: An Examination of Some of its Basic Concepts
in Growth Centers. Dalam Niles M. Hansen (Ed). Regional Economic Development (halaman
50-81). The Free Press Collier-Mcmillan Ltd

Todaro, Michael P. and Stephen C Smith. 2006. Economic Development. Ninth Edition. Pearson
Addison Wesley

Van den Berg, Hendrik. 2005. Economic Growth and Development. McGraw-Hill

Wahyuni, Heni. 2004. Inequality of Distribution and Poverty Incidence in the Adjusment Period
and Analysis of Economic Crisis Impact in Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
19(3). 207-223

http://one-geo.blogspot.com/2010/01/rtrw-kota-malang-permasalahan.html diakses tanggal 7


Februari 2011

Anda mungkin juga menyukai