Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ASAM BASA

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KD 1

Dosen pembimbing : Dedep Nugraha, Skep.,Ners.,MKep

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Aditio Febryan 191FK03043

Amelia Pebe Penita 191FK03047

Putri Dewi Lestari 191FK03054

Susilawati 191FK03045

Widilah Azzahra 191FK03046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


2019 – 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta beserta
isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan
Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “ Makalah Konsep Keseimbangan Asam
Basa ” ini dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah suatu bentuk tanggung
jawab penulis untuk memenuhi mata kuliah KD 1. Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah
mahasiswa biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT, sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan dan penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan
saran dalam upaya evaluasi diri.

Disamping masih banyak ketidaksempurnaan, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Bandung, 28 Oktober 2019

Penyusun
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan,
yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang
berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu
larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator
warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi.
Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna
biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan
dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH
lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan
dengan indikator pH atau dengan pH meter.

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu dalam keadaan
tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan yaitu
pernapasan luar(eksterna)merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah
keseluruhan serta dalam pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan
pembentukan CO2 oleh sel – sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi
paru.Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara ekspirasi maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Organ yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu
hidung, pharynx, laring, trakhea, bronkus, bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.

Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa dalam tubuh sangat
penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar kimia asam basa sukar dipisahkan
dengan konsentrasi ion H+ . Konsentrasi ion H+ dalam berbagai larutan dapat berubah dan
perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.

Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari pemeliharaan
konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion hidrogen harus diatur secara ketat
karena Page 1 perubahan dari konsentrasi ion hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang
luas. Pengaturan ini (yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa) merupakan hal yang
sangat penting bagi anesthesiologist.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan
asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan
asam basa dalam tubuh. Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang gangguan
keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, beserta asuhan keperawatan yang dilakukan.
Semoga bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asam basa ?

2. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?

3. Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?

4. Apa saja ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?

5. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pasien dengan

gangguan keseimbangan asam basa ?

1.3 Tujuan Penulisan :


1. Untuk mengetahui pengertian asam basa

2. Untuk mengetahui pengertian keseimbangan asam basa

3. Untuk mengetahui pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh

4. Untuk mengetahui ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh

5. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pasien dengan

Gangguan Keseimbangan Asam Basa


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asam Basa
A. Asam

Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau lebih H+ yang dapat dilepaskan
dalam larutan ( donor proton ). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik dalam
tubuh Page 2 adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile
dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas. Asam adalah senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.

Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+)
kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari
suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam
mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.

B. Basa

Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau bersenyawa
dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium hidroksida
(NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam. Basa yang
lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian terurai dalam larutan dan
kurang bereaksi kuat dengan asam.

Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam
air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua
macam yaitu basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit,
terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam.

2.2 Keseimbangan Asam Basa


Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+ ) pada
cairancairan tubuh. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.

Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap


perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa)
berada dalam Page 3 kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan
lebih sedikit bikarbonat.

3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari


metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih
basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka
pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:

1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45

2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.

3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.

4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.

5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atauberkurangnya jumlah


komponen asam.
2.3 Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu indikator
konsentrasi ion hidrogen (H+ ) dalam rentang normal yang sempit antara 7,35-7,45.
Mekanisme ini mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH
didefinisikan sebagai konsentrasi H+ , makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu larutan
dan makin rendah pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8)
menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam
plasma.

A. Bufer Kimia

Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph cairan
tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja dengan
cepat untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion hidrogen. Sistem
bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik.

Normalnya ada 20 bagian bikarbonat(HCO3 - ) untuk satu bagian asam karbonik


(H2CO3). Jika rasio ini berubah, maka nilai pH akan berubah. Rasio inilah yang penting
dalam mempertahankan ph, bukan nilai absolutnya.

Perawat harus mengingat bahwa karbondioksida merupakan asam potensial, jika CO2
dilarutkan dalam air, ia akan berubah menjadi asam karbonik (CO2 + H2O = H2CO3).

Karena itu, ketika karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga


meningkat dan sebaliknya. Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan
ekstraseluler termasuk fosfat anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler termasuk
protein, fosfat organik dan anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.

B. Ginjal

Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu


meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus
ginjal. Dalam keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik,
ginjal mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk
membantu mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan
respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan
keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis metabolik yang
diakibatkan oleh gagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk ketidakseimbangan secara relatif
lambat (dalam beberapa jam atau hari).
C. Paru-paru

Paru-paru, dibawah kendali medula, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu


juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
(PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun
demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.

Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga


menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan
asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan
menyebabkan penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam)

2.4 Gangguan Keseimbangan Asam Basa


A. Asidosis Respiratorik

a. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan


karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.

Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam


darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak
yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

b. Penyebab

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan


karbondioksida secara adekuat.

Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:

1) Emfisema

2) Bronkitis kronis

3) Pneumonia berat

4) Edema pulmoner
5) Asma.

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi
bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.

c. Gejala

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma.

Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,
namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.

d. Manifestasi Klinik

1) Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan H2O

menyebabkan meningkatnya HCO3.

2) H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H+ dan HOO– sehingga dalam analisa gas darah
didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.

3) pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah sehingga
mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga saturasi turun.

4) PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO2 akan bereaksi dengan
H2O membentuk H2CO3.

5) Meningkatnya PaCO2 dan H+ akan menstimulasi pusat pernafasan di medulla


Oblongata sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan tampak respirasi cepat
dan dalam Analisa Gas Darah (AGD): PaCO2 turun.

6) Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penurunan CO2 dan H+ akan
mengakibatkan pembuluh darah cerebral.

7) Aliran darah cerebral meningkat sehingga terjadi oedema otak dan mendepresi
Susunan Saraf Pusat

8) Gagalnya mekanisme pernafasan dan meningkatnya PaCO2 akan menstimulasi ginjal


untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai sistem buffer mejadi lebih
asam. Hal ini urin menjadi asam dan HCO3 meningkat, pernafasan dangkal dan
lambat.

9) Meningkatnya ion H+ mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H+ masuk


intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.

10) Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi otak dan
fungsi jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO2 menurun, pH turun, hiperkalemia,
penurunan kesadaran dan aritmia. Bila PaCO2 secara kronis diatas nilai 50 mmHg,
pusat pernapasan menjadi sensitif secara relatif terhadap karbondioksida sebagai
stimulan perbapasan menyisakan hipoksemia sebagai doronganutama pernapasan.
Pemberian oksigen dapat menghilangkan stimulus hipoksemia, dan pasien
mengalami “nekrosis karbondioksida,” kecuali situasi ini diatasi dengan cepat.
Karenanya, oksigen harus diberikan dengan sangat waspada.

e. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi gas darah arteri menunjukan pH kurang dari 7,35 dan PaCO2 lebih besar
dari 42 mmHg pada asidosis akut. Bila kompensasi telah terjadi secara sempurna (retensi
bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam batasan normal lebih rendah.
Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik tindakan diagnostik lain dapat
mencakup evaluasi elektrolit serum, rontgen dada untuk menentukan segala penyakit
pernapasan, dan skrin obat jika diduga terjadi takar lajak obat. Pemeriksaan EKG untuk
mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK mungkin juga tampak.

f. Penatalaksanaan

Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti berada


sesuai dengan penyebab ketidakadekuatan ventilasi. Preparat farmakologi digunakan
sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme bronkhial,
dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan.

Tindakan hygiene pulmonari dilakukan ketika diperlukan, untuk membersihkan


saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat (2-3 1/hari) di
indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik,
yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari.

Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi


karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk
alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien
dalam posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
g. Jenis Asidosis Respiratorik

1) Asidosis Respiratorik

Akut Respon kompensasi terhadap peningkatan PaCO2 secara akut (6-12 jam)
adalah terbatas. Sistem penyangga yang berperan secara primer dilakukan oleh
hemoglobin dan pertukaran H+ ekstraseluler dengan Na+ dan K+ dari tulang dan
kompartemen cairan interstisial.

Respon ginjal untuk mempertahankan bikarbonat dalam jumlah lebih sangat terbatas
pada keadaan yang akut. Sebagai hasilnya, [HCO3 - ] plasma meningkat hanya sekitar 1
mEq/L untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2 di bawah 40 mmHg. 2) Asidosis
Respiratorik

Kronis Kompensasi ginjal yang maksimal menandakan terjadinya asidosis


respiratorik kronis.

Kompensasi ginjal dapat dinilai hanya setelah 12-24 jam dan mungkin mencapai
maksimal setelah 3-5 hari. Selama waktu itu, peningkatan PaCO2 yang bertahan sejak
lama menyebabkan kompensasi ginjal yang maksimal.

Selama asidosis respiratorik kronis, [HCO3 - ] plasma meningkat sekitar 4 mEq/L


untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2 dibawah 40 mmHg. Pemberian oksigen
harus dilakukan dengan sangat waspada pada pasien yang mengalami retensi CO2
dimana terjadi hipoksia ketimbang hiperkapnea yang mengstimulasi ventilasi.

B. Asidosis Metabolik

a. Pengertian

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.

Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut
bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama adalah :

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti
beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh


dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang
disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.

3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita
gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.

1) Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal

2) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

3) Ketoasidosis diabetikum

4) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

5) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,


asetazolamid atau amonium klorida

6) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,


leostomi atau kolostomi.

c. Gejala Asidosis

metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita


merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit
lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.

Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang


luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa

Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang


diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan


bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton
dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.

Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang
terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.

e. Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,


diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
mengobati overdosis atau keracunan yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan,
yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila
terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

C. Alkalosis Respiratorik

a. Pengertian

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.

b. Penyebab

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.

Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:


1) Rasa nyeri

2) Sirosis hati

3) Kadar oksigen darah yang rendah

4) Demam

5) Overdosis aspirin.

c. Gejala

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat


menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.

d. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam


darah arteri pH darah juga sering meningkat.

e. Pengobatan

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat


pernafasan.

Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan


penyakit ini.

Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan
nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan
kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak
6-10 kali.

Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,


sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.
D. Alkalosis Metabolic

a. Pengertian

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.

b. Penyebab

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan
asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:

1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau

akibat penggunaan kortikosteroid).

c. Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot


berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).

d. Diagnosa

Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit


(natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.

2.5 Penilaian Ketidakseimbangan Asam Basa


A. Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi

a. Teliti riwayat klinis dari perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan


ketidakseimbangan asam basa.

1) Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan asam


basa.

2) Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada penderita


penyakit paru obstruksi menahun.

b. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.

1) Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak jelas dan non
spesifik.

2) Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien diabetes dapat merupakan tanda


kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.

c. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang
mengarah kepada proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.

1) Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.

2) Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi ginjal dan


insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.

B. Menilai variabel-variabel asam basa untuk mengetahui tipe gangguan.

a. Pertama, periksa PH darah arteri untuk menentukan arah dan besarnya gangguan asam
basa.

1) Jika menurun, pasien mengalami asidemia dengan dua sebab yang mungkin:
asidosis metabolik atau asidosis respiratorik.

2) Jika meningkat, pasien mengalami alkalemia dengan dua sebab yangmungkin :


alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik.

3) Ingatlah bahwa kampensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan PHkembali


normal sehingga jika ditemukan PH yang normal meskipun ada perubahan dalam
PaCO2 dan HCO3 ,mungkin ada gangguan campuran ; contohnya seorang pasien
dengan asidosis respiratorik yang bercampur dengan alkalosis metabolik mungkin
akan mempunyai PH yang normal.

b. Perhatikan variabel pernafasan (PaCO2) dan metabolik HCO3 , yang berhubungan


dengan PH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik,
metabolik atau campuran.

1) Apakah PaCO2 normal (40 mmHg), meningkat atau menurun ?

2) Apakah HCO3 normal (24 mEq/L), meningkat atau menurun ?

3) Tambahan : apakah ada kelebihan atau kekurangan basa ?

4) Pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah
yang sama.

5) Penyimpangan dari PaCO2 dan HCO3 dalam darah yang berlawanan menunjukkan
adanya gangguan asam basa campuran.

6) Cobalah untuk menduga campuran primer dengan menghubungkan hasil


pemeriksaan yang ditemukan dengan keadaan klinis.

c. Perkirakan respon kompensatorik yang bakal terjadi pada gangguan asam basa primer.

1) Jika respon kompensatorik lebih berat atau ringan dari pada yang diperkirakan,
mungkin ada gangguan asam basa campuran (normogram asam basa juga dapat
digunakan untuk mengetahui gangguan asan basa campuran)

2) Hitung selisih (gap) anion plasma. Jika meningkat ( >16 mEq/l ), mungkin sekali
terjadi acidosis metabolik.

3) Bandingkan besarnya penurunan HCO3 plasma dengan peningkatan elisih anion :


seharusnya sama besar.

4) Jika peningkatan < dari selisih anion penurunan HCO3 , mungkin komponen dari
acidosis metabolik disebabkan oleh kehilangan HCO3.

5) Jika peningkatan selisih dari anion jauh lebih besar dari penurunan HCO3 berarti
ada alkalosis metabolik yang menyertainya.

d. Buat penafsiran tahap akhir.


BAB III
CONTOH KASUS

Anda mungkin juga menyukai