Kelompok Pra Tersier : kelompok ini mencakup masa B. Kondisi Geologi Sumteng (Cekungan Sumatera
Paleozoikum – Mesozoikum, dipisahkan menjadi Tengah)
kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange,
Tektonik Regional, Cekungan Sumatra tengah
kelompok batuan malihan; kelompok batuan gunungapi
merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil
dan kelompok batuan terobosan.
hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi
Kelompok batuan ultrabasa Pra Tersier disusun oleh tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah merupakan
batuan harzburgit, dunit, serpentinit, gabro dan basalt. cekungan belakang busur.
Kelompok Melange Pra Tersier merupakan kelompok Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang
batuan campur aduk yang disusun oleh batuhijau, Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya
graywake, tufa dan batugamping termetakan, rijang dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-
aneka warna. Kelompok batuan malihan Pra Tersier Australia dibawah lempeng Asia (gambar 1). Batas
disusun oleh batuan sekis, filit, kwarsit, batusabak, cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan
batugamping termetakan. yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah
Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara
Kelompok batuan sedimen Pra Tersier yang didominasi cekungan ini yaitu Pegunungan Tigapuluh yang
oleh batugamping hablur sedangkan kelompok batuan sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan
terobosan Pra Tersier disusun oleh granit, diorit, Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan
granodiorit, porfiri kuarsa, diabas dan basalt. sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan
Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara
Kelompok transisi Pra Tersier – Tersier Bawah yang (gambar 2).
merupakan kelompok batuan terobosan yang terdiri dari
batuan granodiorit dan granit. Faktor pengontrol utama struktur geologi
regional di cekungan Sumatra tengah adalah adanya
Kelompok Tersier dipisahkan menjadi kelompok batuan Sesar Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur.
ultrabasa; kelompok batuan melange; kelompok batuan Subduksi lempeng yang miring dari arah Barat daya
sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok pulau Sumatra mengakibatkan terjadinya strong dextral
batuan terobosan. Kelompok batuan ultrabasa Tersier wrenching stress di Cekungan Sumatra tengah (Wibowo,
disusun oleh batuan serpentinit, piroksenit dan dunit. 1995). Hal ini dicerminkan oleh bidang sesar yang curam
yang berubah sepanjang jurus perlapisan batuan, struktur
Kelompok batuan melang Tersier yang merupakan
sesar naik dan adanya flower structure yang terbentuk
batuan campur aduk disusun oleh graywake, serpih,
pada saat inversi tektonik dan pembalikan-pembalikan
konglomerat, batupasir kwarsa, arkose, serpentinit,
struktur (gambar 3). Selain itu, terbentuknya sumbu
gabro, lava basalt dan batusabak.
perlipatan yang searah jurus sesar dengan penebalan
sedimen terjadi pada bagian yang naik (inverted) (Shaw
et al., 1999).
Struktur geologi daerah cekungan Sumatra Arah sedimentasi pada Miosen akhir di Cekungan
tengah memiliki pola yang hampir sama dengan Sumatra tengah berjalan dari arah selatan menuju utara
cekungan Sumatra Selatan, dimana pola struktur utama dengan kontrol struktur-struktur berarah utara selatan.
yang berkembang berupa struktur Barat laut-Tenggara
dan Utara-Selatan (Eubank et al., 1981 dalam Wibowo, Tektonisme Plio-Pleistosen yang bersifat kompresif
1995). Walaupun demikian, struktur berarah Utara- mengakibatkan terjadinya inversi-inversi struktur
Selatan jauh lebih dominan dibandingkan struktur Barat Basement membentuk sesar-sesar naik dan lipatan yang
laut–Tenggara. berarah Barat laut-Tenggara. Tektonisme Plio-Pleistosen
ini juga menghasilkan ketidakselarasan regional antara
Elemen tektonik yang membentuk formasi Minas dan endapan alluvial kuarter terhadap
konfigurasi Cekungan Sumatra tengah dipengaruhi formasi-formasi di bawahnya.
adanya morfologi High – Low pre-Tersier. Pada gambar
4 dapat dilihat pengaruh struktur dan morfologi High – Stratigrafi Regional , Proses sedimentasi di Cekungan
Low terhadap konfigurasi basin di Cekungan Sumatra Sumatra tengah dimulai pada awal tersier (Paleogen),
tengah (kawasan Bengkalis Graben), termasuk mengikuti proses pembentukan cekungan half graben
penyebaran depocenter dari graben dan half graben. yang sudah berlangsung sejak zaman Kapur hingga awal
Lineasi Basement Barat laut-Tenggara sangat terlihat tersier.
pada daerah ini dan dapat ditelusuri di sepanjang
1. Batuan Dasar (Basement)
cekungan Sumatra tengah. Liniasi ini telah dibentuk dan
tereaktivasi oleh pergerakan tektonik paling muda
(tektonisme Plio-Pleistosen). Akan tetapi liniasi
basement ini masih dapat diamati sebagai suatu Batuan dasar (basement) berumur Pra Tersier berfungsi
komponen yang mempengaruhi pembentukan formasi sebagai landasan Cekungan Sumatra Tengah. Eubank
dari cekungan Paleogen di daerah Cekungan Sumatra dan Makki (1981) serta Heidrick dan Aulia (1993)
tengah. menyebutkan bahwa batuan dasar Cekungan Sumatra
Tengah terdiri dari batuan berumur Mesozoikum dan
Sejarah tektonik cekungan Sumatra tengah secara umum batuan metamorf karbonat berumur Paleozoikum-
dapat disimpulkan menjadi beberapa tahap, yaitu : Mesozoikum. Batuan tersebut dari timur ke barat terbagi
dalam 3 (tiga) satuan litologi, yaitu Mallaca Terrane,
Konsolidasi Basement pada zaman Yura, terdiri dari
Mutus Assemblage, dan Greywacke Terrane. Ketiganya
sutur yang berarah Barat laut-Tenggara.
hampir paralel berarah NNW-NW.
Basement terkena aktivitas magmatisme dan erosi selama
1. Mallaca Terrane
zaman Yura akhir dan zaman Kapur.
Ciri: litologinya terdiri dari kuarsit, argilit, batugamping
Tektonik ekstensional selama Tersier awal dan Tersier
kristalin serta intrusi pluton granodioritik dan granitik
tengah (Paleogen) menghasilkan sistem graben berarah
yang berumur Jura. Mallaca Terrane disebut juga
Utara-Selatan dan Barat laut-Tenggara. Kaitan aktivitas
Quartzite Terrane, Kelompok ini dijumpai pada Coastal
tektonik ini terhadap paleogeomorfologi di Cekungan
Plain, yaitu pada bagian timur dan timur laut Cekungan
Sumatra tengah adalah terjadinya perubahan lingkungan
Sumatra Tengah.
pengendapan dari longkungan darat, rawa hingga
lingkungan lakustrin, dan ditutup oleh kondisi 2. Mutus Assemblage
lingkungan fluvial-delta pada akhir fase rifting.
Mutus Assemblage atau Kelompok Mutus merupakan
Selama deposisi berlangsung di Oligosen akhir sampai zona sutura yang memisahkan antara Mallaca Terrane
awal Miosen awal yang mengendapkan batuan reservoar dan Greywacke Terrane. Kelompok Mutus ini terletak di
utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra relatif sebelah barat daya coastal plain. Litologinya terdiri dari
tenang. Sedimen klastik diendapkan, terutama bersumber baturijang radiolaria, meta-argilit, serpih merah, lapisan
dari daratan Sunda dan dari arah Timur laut meliputi tipis batugamping dan batuan beku basalt serta sedimen
Semenanjung Malaya. Proses akumulasi sedimen dari laut dalam lainnya.
arah timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan,
diakomodir oleh adanya struktur-struktur berarah Utara- 3. Greywacke Terrane
Selatan. Kondisi sedimentasi pada pertengahan Tersier
Greywacke Terrane disebut juga Deep Water Mutus
ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi muka air laut global
Assemblage. Kelompok ini tersusun oleh litologi
(eustasi) yang menghasilkan episode sedimentasi
greywacke, pebbly mudstone dan kuarsit. Kelompok ini
transgresif dari kelompok Sihapas dan Formasi Telisa,
terletak di bagian barat dan barat daya Kelompok Mutus
ditutup oleh episode sedimentasi regresif yang
yang dapat dikorelasikan dengan pebbly mudstone
menghasilkan Formasi Petani.
Formasi Bahorok (Kelompok Tapanuli) yang berumur
Akhir Miosen akhir volkanisme meningkat dan Perm - Karbon.
tektonisme kembali intensif dengan rejim kompresi
Secara tidak selaras diatas batuan dasar diendapkan
mengangkat pegunungan Barisan di arah Barat daya
suksesi batuan-batuan sedimen Tersier. Stratigrafi
cekungan. Pegunungan Barisan ini menjadi sumber
Tersier di Cekungan Sumatra Tengah dari yang tua ke
sedimen pengisi cekungan selanjutnya (later basin fill).
yang paling muda adalah Kelompok Pematang, terjadi bersifat setempat yang ditandai dengan
Kelompok Sihapas (Formasi Menggala, Bangko, pembentukan sesar dan lipatan pada tahap inversi yang
Bekasap, dan Duri), Formasi Telisa, Formasi Petani dan terjadi bersamaan dengan penurunan muka air laut
diakhiri oleh Formasi Minas. global. Proses geologi yang terjadi pada saat itu adalah
pembentukan morfologi hampir rata (peneplain) yang
terjadi pada Kelompok Pematang dan basement yang
tersingkap. Periode ini diikuti oleh terjadinya subsiden
2. Kelompok Pematang (Pematang Group)
kembali dan transgresi ke dalam cekungan
Kelompok Pematang merupakan lapisan sedimen tertua tersebut.Kelompok Sihapas ini terdiri dari Formasi
berumur Eosen-Oligosen yang diendapkan secara tidak Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi
selaras di atas batuan dasar. Sedimen Kelompok Duri dan Formasi Telisa.
Pematang disebut sebagai Syn Rift Deposits. Kelompok
1. Formasi Menggala
ini diendapkan pada lingkungan fluvial dan danau
dengan sedimen yang berasal dari tinggian sekelilingnya. Formasi Menggala merupakan bagian terbawah dari
Pada lingkungan fluvial litologinya terdiri dari Kelompok Sihapas yang berhubungan secara tidak
konglomerat, batupasir kasar, dan batulempung aneka selaras dengan Kelompok Pematang yang dicirikan oleh
warna. Sedangkan pada lingkungan danau litologinya kontak berupa hiatus. Litologinya tersusun atas batupasir
terdiri dari batulempung dan batupasir halus berselingan konglomeratan berselang-seling dengan batupasir halus
dengan serpih danau yang kaya material ornagik. Serpih sampai sedang. Diendapkan pada saat Miosen Awal pada
organik dari Kelompok Pematang merupakan batuan lingkungan Fluvial Channel dengan ketebalan pada
induk (source rock) bagi hidrokarbon yang ada di tengah cekungan sekitar 900 kaki, sedangkan pada
Cekungan Sumatra Tengah Kelompok ini tersusun oleh daerah yang tinggi ketebalannya tidak lebih dari 300
Formasi Lower Red Bed, Formasi Brown Shale, dan kaki. Sedimen klastik diendapkan pada Fluvial Braided
Formasi Upper Red Bed. Stream dan secara lateral berubah menjadi Marine
Deltaic ke arah utara.
1. Formasi Lower Red Bed
Formasi Menggala onlap terhadap basement dan struktur
Formasi Lower Red Bed tersusun atas litologi
yang dihasilkan oleh inversi Oligosen dan jarang
batulumpur (mudstone), batulanau, batupasir, dan sedikit
dijumpai pengendapan di atas tinggian. Formasi ini
konglomerat. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
berubah secara lateral dan vertikal ke arah barat menjadi
darat dengan sistem pengendapan kipas alluvial dan
Marine Shale yang termasuk Formasi Bangko dan
berubah secara lateral menjadi lingkungan fluviatil dan
menjadi lingkungan transisi dan laut terbuka ke arah
lakustrin.
timur yang merupakan Formasi Bekasap. Batupasir
2. Formasi Brown Shale formasi ini merupakan reservoir yang penting pada
Cekungan Sumatra Tengah.
Formasi Brown Shale menumpang di atas Lower Red
Bed namun di beberapa tempat menunjukkan adanya 2. Formasi Bangko
kesamaan lingkungan pengendapan secara lateral.
Formasi Bangko diendapkan secara selaras di atas
Litologi penyusunnya terdiri dari serpih berlaminasi baik,
Formasi Menggala. Litologinya tersusun atas
kaya akan material organik, berwarna cokelat sampai
batulempung yang diendapkan pada lingkungan laut
hitam mengindikasikan lingkungan pengendapan dengan
terbuka (Open Marine Shelf) mulai dari lingkungan
kondisi air tenang seperti lakustrin. Pada bagian
paparan (shelf) sampai delta plain dan batulempung
cekungan yang lebih dalam dijumpai perselingan
karbonatan yang berselingan dengan batupasir lanau dan
batupasir yang diperkirakan diendapkan oleh mekanisme
berubah secara lateral menjadi batugamping pada daerah
arus turbidit.
yang sedikit menerima suplai material klastik. Pengaruh
3. Formasi Upper Red Bed lingkungan laut menyebabkan pengendapan foraminifera
yang berfungsi sebagai penunjuk umur formasi ini yaitu
Formasi Upper Red Bed di beberapa tempat dijumpai Miosen Awal. Ketebalan formasi ini mencapai 300 kaki.
ekivalen secara lateral dengan Formasi Brown Shale dan Formasi ini merupakan batuan tudung (seal) bagi
di tempat lain menunjukkan menumpang di atasnya. batupasir yang ada di bawahnya.
Litologinya terdiri atas serpih, batubara, dan sedikit
batupasir yang diendapkan pada lingkungan lakustrin. 3. Formasi Bekasap
Hubungan: Formasi Minas menjemari formasi totolan Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995),
dan tidak selaras dengan formasi samosir diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang
membentuk kerangka struktur daerah Cekungan
Umur :Plistosen Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah,
tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio
Sebaran:Pematang siantar, Padang sidempuan-
– Plistosen
sibolga,dumai dan bagansiapapi,
Bengkalis,lubuksikaping Episode pertama, endapan – endapan
Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan
C. Kondisi Geologi Sumsel ( Cekungan Sumatera
terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh
Selatan)
batolit granit serta telah membentuk pola dasar struktur
cekungan. Menurut Pulunggono, 1992 (dalam Wisnu dan
Nazirman ,1997), fase ini membentuk sesar berarah barat pelapukan tersebut. Kontak antara Granit dan filit tidak
laut – tenggara yang berupa sesar – sesar geser. teramati karena selain kontak tersebut tertutupi
pelapukan yang kuat, daerah ini juga tertutup hutan yang
Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase lebat.Menurut Simanjuntak, et.al (1991) umur Granit
ekstensi menghasilkan gerak – gerak tensional yang adalah Jura. Hal ini berarti Granit mengintrusi batuan
membentuk graben dan horst dengan arah umum utara – filit.
selatan. Dikombinasikan dengan hasil orogenesa
Mesozoik dan hasil pelapukan batuan – batuan Pra – a. Gumai (Tmg)
Tersier, gerak gerak tensional ini membentuk struktur tua
yang mengontrol pembentukan Formasi Pra – Talang · Ciri: Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih
Akar. gampingan dengan sisipan batugamping, napal dan
batulanau.
Episode ketiga berupa fase kompresi pada Plio
– Plistosen yang menyebabkan pola pengendapan · Umur : Miosen tengah
berubah menjadi regresi dan berperan dalam
· Hub ungan : Menjemari dengan formasi air
pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga
benakat diatasnya dan formasi tualang dibawahnya
membentuk konfigurasi geologi sekarang. Pada periode
tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit · Sebaran : rengat, solok, muarabongu
Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko
yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. · Batuan : Edapan Permukaan
Pergerakan horisontal yang terjadi mulai Plistosen Awal
b. Air Banakat ( Tma)
sampai sekarang mempengaruhi kondisi Cekungan
Sumatera Selatan dan Tengah sehingga sesar – sesar · Ciri: batulempung putih kelabu dengan sisipan
yang baru terbentuk di daerah ini mempunyai batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan,
perkembangan hampir sejajar dengan sesar Semangko. glaukonitan setempat mengan dung lignit dan di bagian
Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya
pada Plio – Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah akan fosil foraminifera.
barat laut – tenggara tetapi sesar yang terbentuk berarah
timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara. Jenis · Umur : Miosen tengah hingga akhir
sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar naik,
sesar mendatar dan sesar normal. · Batuan : Endapan permukaan
Hubungan :formasi juluraye selaras dengan formasi STRUKTUR GEOLOGI PULAU SUMATERA
seureula yang ada dibawahnya
Gambaran Umum Pulau Sumatera
Umur :Plistosen
Wilayah Sumatera merupakan bagian dari busur
Sebaran :Lhokseumawe,Takengon,langsa,medan kepulauan Sunda, yang terbentang dari kepulauan
Andaman-Nicobar hingga busur Banda (Timor). Busur
5. Formasi seureula (Tps) Sunda merupakan busur kepulauan hasil dari interaksi
lempeng samudera (lempeng Indo-Australia bergerak ke
Kelompok batuan :sedimen dan metasedimen
utara dengan kecepatan 7 cm pertahun) yang menunjam
CIri-ciri :batupasir gunugapi klastika dan batulumpur dan di bawah lempeng benua (Lempeng Eurasia).
batulumpur sublitoral Penunjaman lempeng terjadi di selatan busur Sunda
berupa palung (trench). Disamping itu, Penunjaman
Hubungan :formasi seureula selaras dengan formasi lempeng tersebut membentuk jajaran gunung-gunung api
juluraye yang ada diatasnya dan perbukitan vulkanik (bukit barisan) sepanjang
daratan Sumatera dan patahan Sumatera (Sumatera Fault)
Umur :Pliosen
yang membelah daratan Sumatera (Natawidjaja, 2004).
Sebaran:Lhoksomawe,takengon,Langsa,medan
Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau
6. Formasi Keutapang(Tuk) terbesar keenam di dunia. Pulau ini membujur dari barat
laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah
Kelompok batuan :sedimen dan metasedimen membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra
belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan.
CIri-ciri :batupasir gunungapi klastika sublitoral dan Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya
delta sungai yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut,
merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan
Hubungan :formasi keutang selaras dengan formasi
sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah
baong dibawahnya
selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau
Umur:Pliosen relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke
arahSamudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang
Sebaran:lhoksomawe,langsa,medan,tebing luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke
tinggi,sidikalang arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
7. Formasi Baong (Tmb) Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut
Andaman dan di bagian selatan dengan Selat Sunda.
Kelompok batuan :sedimen dan metasedimen
Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primerdan
CIri-ciri :batulumpur gampingan hutan tropik sekunder yang lebat dengan tanah yang
subur. Gungng berapi yang tertinggi di Sumatra adalah
Hubungan :formasi baong selaras dengan formasi baong Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi
yang ada diatasnya lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di
Nanggroe Aceh Darussalam danGunung Dempo di
Umur :Miosen akhir perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau
Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumi
Sebaran:Lhoksomawe,Langsa,medan,tebing
karena dilintasi oleh patahan kerak bumidisepanjang
tinggi,sidikalang
Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan
8. Formasi Bampo (Tib) patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang
lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di
Kelompok batuan :Batuan terobosan Indonesia, Danau Toba terdapat di pulau Sumatra.
CIri-ciri :Batu lumpur gelap Sejarah Terbentuknya Struktur Geologi Pulau Sumatera
Hubungan : formasi bampo selaras dengan formasi Struktur geologi adalah segala unsure dari bentuk
bruksa yang ada dibawahnya dan formasi peutu yang arsitektur kulit bumi / gambaran geometri (bentuk dan
ada diatasnya hubungan) yang diakibatkan oleh gejala - gejala gaya
endogen.Secara umum terdapat unsur - unsur dari
Umur :oligosen
struktur geologi yaitu, Bidang perlapisan, Lipatan,
Patahan dan kekar atau joint.
Pada awal berkembangnya geologi, Pemikiran geologi tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983 dalam
dimulai oleh Leonardo da Vinci (1452-1519). Pada Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami
awalnya perkembangan geologi didominasi pemikiran kenaikan sampai sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993
klasik (fixist), yang menganggap pembentukan dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada
orogenesa dan geosinklin terjadi di tempat yang tetap. akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem
Mewakili pemikiran ini misalnya Erich Haarmann sesar sebelah timur India.
(1930), yang menyatakan bahwa orogenesa terjadi karena
kulit bumi terangkat seperti tumor, dan melengser karena Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan
gaya berat. Selanjutnya pendapat ini diterapkan oleh van penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan
Bemmelen (1933) di Indonesia sebagai Teori Undasi. busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang
terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi
Pemikiran lain, mobilist dikemukakan Antonio Snider- (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra
Pellgrini (1658) yang mencermati kesamaan bentuk menjadikan tatanan Tektonik Sumatra menunjukkan
pantai barat dan timur Atlantik, serta Alfred Lothar adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan
Wegener (1915) yang mengemukakan konsep “benua terdiri dari lempeng mikro Sumatra, yang terbentuk sejak
mengembara”. Perubahan mendasar geologi global 2 juta tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur
terjadi setelah Perang Dunia II, ketika data geofisika sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan
lantai samudera menunjukkan bahwa jalur anomali bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.
magnet mempunyai rasio yang tetap di mana-mana. Pada
250 juta tahun yang lalu benua merupakan satu kesatuan a. Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan
benua induk, atau Pangea. Perputaran bumi mendorong kenampakan pola tektonik:
benua untuk bergerak ke arah kutub, sehingga benua
1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser
terpecah-pecah sebagai kepingan benua kecil-kecil
kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di
seperti saat ini: 6 lempeng utama dengan 14 lempeng
atas penunjaman.
yang lebih kecil. Dengan demikian maka seluruh
permukaan bumi berada di dalam satu kesatuan proses 2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut
geologis yang universal: Tektonik Global. atau di dekat sesar.
Pengaruh Tektonik Regional pada Perkembangan Sesar 3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan
Sumatera, ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar
utama.
Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat
dengan pertumbukan antara lempeng India-Australia dan 4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari
Asia Tenggara, sekitar 45,6 Juta tahun lalu yang antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
mengakibatkan perubahan sistematis dari perubahan arah
dan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan 5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan
ekstrusi yang terjadi padanya. Proses tumbukan ini oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka
mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser relatif utuh.
di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan
6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
perpindahan massa secara tektonik. Selanjutnya sebagai
respon tektonik akibat dari bentuk melengkung ke dalam
dari tepi lempeng Asia Tenggara terhadap Lempeng
Indo-Australia, besarnya slip-vectorini secara geometri b. Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan
akan mengalami kenaikan ke arah barat laut sejalan kenampakan pola tektonik:
dengan semakin kecilnya sudut konvergensi antara dua
lempeng tersebut. 1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada
pada posisi 125-140 kilometer dari garis penunjaman.
Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah
barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, 2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar
sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan Sumatra.
lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme
3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer, dan
ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton, 4. Punggungan busur muka secara struktural dan
1979). Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat kedalamannya sangat beragam.
dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara
lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa
juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di
perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng- sebelah selatannya.
lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif
6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi
padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula
mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun
menjaedi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses
c. Bagian Tengah Pulau Sumatra memberikan Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur
kenampakan tektonik: bunga.