Farmakologi sebagai ilmu berbeda dari ilmu lain secara umum pada keterkaitanya erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia dan ilmu kedokteran klinik. Jadi , ilmu ini adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi yaitu, ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun lalu. Bahkan sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya deklarasi heisensi yang berisi tentang segi teknik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission dalam keikutsertaan menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis. Pada uji farmakologi suatu sediaan dilakukan uji praklinik dan uji klinik dimana uji praklinik dilakukan pada hewan coba seperti Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus Novergikus), Kelinci (Oryctolagus Cuniculus), dan uji klinik dilakukan pada manusia. Pemanfaatan hewan percobaan demi pengembangan ilmu dan teknologi semakin meningkat, baik dalam penggandaan jumlah, ras maupun aneka kondisi hewan. Sejalan dengan hal tersebut terjadi pula pengembangbiakan, serta cara-cara perlakuan dan penanganan terhadap hewan percobaan. Pada praktikum ini cara penanganan hewan coba, mulai dari cara penaganan, cara pemberian sediaan/rute pemberian secara enteral dan parental. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara penanganan hewan yang digunakan dilaboratorium. 1.2.2 Tujuan Percobaan Mengetahui cara-cara pemberian obat kepada hewan coba yaitu : Kelinci (Oryctolagus cuniculus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus). BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Keanekaragaman jenis hayati (hewan percobaan) yang dimiliki ataupun yang dipakai sebagai animal model dari suatu laboratorium medis, baik di bidang farmasi, psikologi, ekologi, mikrobiologi, virologi, radiologi, kanker biologi dan sebagainya. Di negara manapun merupakan model dasar hidup yang mutlak dalam berbagai kegiatan penelitian, secara definisi hewan percobaan yang digunakan sebagai alat penilai atau merupakan model hidup dari suatu penelitian atau pemeriksaan laboratorium baik medis maupun non medis secara individual. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun lalu. Bahkan sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya deklarasi heisensi yang berisi tentang segi teknik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission dalam keikutsertaan menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis. Maka dari itu penanganan hewan coba hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan perikemanusiaan. Penggunaan hewan hidup sebagai hewan percobaan baik untuk penelitian maupun diagnostic sejak dulu sampai sekarang mengandung dua pendapat pro dan kontra, kelompok pro jelas dating dari pada ilmuwan pemakai hewan percobaan, sedangkan kelompok kontra ialah orang-orang penyayang binatang. Pemanfaatan hewan percobaan menurut pengertian secara umum ialah untuk penelitian yang berdasarkan pada pengamatan aktifitas biologi. (Marjono,2011:76). Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak dilakukan dibidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, komperatif zoology dan ekologi dalam arti luas. Dibidang ilmu kedokteran selain untuk penelitian, hewan juga sering digunakan untuk keperluan diagnostic, sedangkan dibidang pendidikan dan psikologi, hewan laboratorium digunakan untuk tingkah laku hewan, yaitu ditingkatkan pendidikan dasar, menengah dan menengah atas, serta pendidikan tinggi. Dikelompok umur balita hewan laboratorium ini digunakan untuk menguji tingkat kecerdasan anak. (Tjay,2007:172). Mencit laboratorium (mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan mencit liar atau mencit rumah. Mencit tersebar di seluruh dunia dan sering digunakan didekat gedung ataupun di tempat lain asalkan ada makanan dan tempat untuk berlindung. Semua galur mencit laboratorium yang ada merupakan keturunan dari mencit liar sesudah melalui peternakan selektif. Mencit laboratorium memiliki berat badan hamper sama dengan menci liar. Tetapi setelah diternakkan secara selektif selama 80 tahun yang lalu, sekarang terdapat mencit dengan berbagai warna bulu dan timbul banyak galur dengan berat badan berbeda-beda. Adapun cara perlakuan mencit, yaitu sebagai berikut : untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat maupun pengembalian darah) maka diperlakuan cara-cara yang khusus sehingga mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah mencit cenderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. (Sulaksono,1992:318). Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya. Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit. Tikus liar, tikus Norwegia dan tikus coklat adalah hewan semarga dengan tikus laboratorium (Rattus Novergicus). Akan tetapi, nama ilmiah tikus liar (tikus hitam) berbeda yaitu Rattus rattus. Tikus ini mirip dengan tikus Norwegia dan sering terdapat di kota-kota di seluruh dunia tetapi jarang dipakai sebagai hewan laboratorium.(8) Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim ditempat esophagus bermuara ke dalam lambung, dan tikus tidak mempunyai kantung empedu.(8) Kelinici adalah hewan mamalia dari family Leporidae, yang dapt ditemukan da banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga kedaratan Eropa. Pada perkembangannya, tahhun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua family, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk didalamnya jenis kelinci dan terwelu). Asal kata kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu Konijntje yang berarti “anak kelinci”. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Nusantara mula mengenali kelinci saat masa colonial, padahal di Pulau Sumatera ada satu spesies asli kelinci Sumatera (Nesolagus Netscheri) yang baru ditemukan pada tahun 1972.(9) (Malole,1989:475) 2.1.1 Rute-rute pemberian 1. Handling Ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, lalu Leher dipegang dengan tangan kanan, dan jangan terlalu menggencet.Telunjuk dan ibu jari memegang kulit leher, jari kelingking menjepit ekor. 2. Per oral Mencit atau tikus diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik. Jarum suntik yang sudah disolder dimasukkan ke dalam mulut mencit namun harus diperhatikan proses masuknya jarum agar tidak melukai organ dalam mencit. Setelah selesai, tarik kembali jarum tersebut secara perlahan. 3. Intramuskular Pembantu memegang paha, penyuntik memegang paha kiri dari depan dengan tangan kiri.Jarum ditusukkan dari balik dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit kira-kira ditengah paha sehingga tusukan sampai ke otot bicep femoris.Lalu suntikkan bahan perlakuan, tarik jarum, tempat suntikan dipijat pelan-pelan. 4. Intraperitoneal Mencit dihandling dengan benarTusukkan jarum disisi dekat umbilicus / kira-kira 5mm disamping garis tengah antara 2 puting susu paling belakangTarik jarum lalu lepaskan mencit. 5. Subkutan Obat/bahan disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung, terasa longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar. (Gunawan, Sulistia. 1995). Tabel 2.1.2 Konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia. Hewan Menci Tiku Marmu Kelinc Kucin Ker Anjin Manusi Percobaa t s t i g a g a n 20 g 200 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg g Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9 20 g Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0 200 g Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5 400 g Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2 1,5 kg Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,2 2 kg Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1 4 kg Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1 12 kg Manusia 0,002 0,01 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0 70 kg 6 8 (Harmita,2008: 66) Tabel 2.1.3 Volume maksimum larutan/padatan yang dapat diberikan pada hewan Volume maksimum (ml) sesuai jalur pemberian Hewan IV IM IP SC PO Mencit 20-30 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0 g) Tikus (100 g) 1,0 0,1 2-5,0 0,5-5,0 5,0 Hamster (50 - 0,1 1-2,0 2,5 2,5 g) Marmut (250 - 0,25 2-5,0 5,0 10,0 g) Merpati (300 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0 g) Kelinci (2,5 5-10,0 0,5 10-20,0 5-10,0 20,0 kg) Kucing (3 kg) 5-10,0 1,0 10-20,0 5-10,0 50,0 Anjing (5 kg) 10-20,0 5,0 20-50,0 10,0 100,0 (Harmita,2008: 67) 2.2 Uraian Hewan 2.2.1 Klasifikasi Hewan Coba Mencit ( Mus Musculus ) Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Sub Class : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus Spesies : Mus Musculus 2.2.2 Karakteristik Hewan Coba Mencit merupakan salah satu hewan pengerat dan mudah berkembang biak yang memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Mencit (Mus musculus ). Lama Hidup : 1- 2 tahun, bisa sampai 3 tahun Lama Bunting : 19 - 21 hari Umur Disapih : 21 hari Umur Dewasa : 35 hari Siklus Kelamin : poliestrus Siklus Estrus : 4-5 hari Lama Estrus : 12-24 jam Berat Dewasa : 20-40 g jantan;18-35 g betina Berat Lahir : 0,5-1,0 gram Jumlah anak : rata-rata 6, bisa 15 Suhu ( rektal ) : 35-39˚C( rata-rata 37,4˚C ) Perkawinan Kelompok : 4 betina dengan 1 jantan Aktivitas : Nokturnal (malam) b. Sifat– sifat mencit : 1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi akan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon). 2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna. 3. Sistem sosial: berkelompok 4. Tingkah laku: * jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi * Betina dewasa + jantan dewasa damai * Betina dewasa + betina dewasa damai 2.3.1 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) 2.3.1 Klasifikasi Hewan Coba Kelinci ( Oryctolagus cuniculus ) Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Lagomorpha Family : Leporidae Genus : Oryctolagus Spesies : Oryctolagus cuniculus 2.3.2 Karakteristik Hewan Coba Masa hidup : 5 - 10 tahun Masa produksi : 1 - 3 tahun Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari) Masa penyapihan : 6-8 minggu Umur dewasa : 4-10 bulan Umur dikawinkan : 6-12 bulan Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun 5 kali hamil Siklus berahi : Sekitar 2 minggu Ovulasi : Terjadi kawin (9 - 13 jam kemudian) Fertilitas : 1 - 2 jam sesudah kawin Jumlah kelahiran : 4 - 10 ekor (rata-rata 6 - 8) Volume darah : 40 ml/kg berat badan Bobot dewasa : tergantung pada ras, jenis kelamin. BAB III METODE KERJA 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Adapun alat-alat yang digunakan yaitu : 1. Air suling/Na CMC 2. Alkohol 3. Kapas 3.1.2 Bahan-bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu : 1. NGT 2. Spoit Injeksi 1 ml 3. Gelas Ukur 4. Gelas Kimia 5. Penangas 3.2 Cara kerja 1. Penanganan hewan coba Cara perlakuan Mencit (Mus musculus) 1. Membuka Kandang dengan hati-hati, kira-kira cukup untuk masuk tangan saja 2. Diangkat mencit dengan cara mengangkat ekor 3-4 cm dari pangkalnya. 3. Diletakkan pada kawat atau permukaan kasar. 4. Lalu tangan kiri menjepit tengkuk di antara telunjuk dan ibu jari dan dipindahkan ekor dari tangan ke antara jari manis dan jari kelingking dan mencit siap diperlakuan. 2. Pemberian Oral (Mus musculus) 1. Pada mencit pemberian obat secara oral dilakukan dengan menggunakan jarum oral dengan cara menyelipkan ekor diantara jari tengah dan jari manis. 2. Lalu dimasukkan obat melalui mulut dengan cara memasukkan jarum sampai lidah keluar lalu disuntikkan obat. 4.2 PEMBAHASAN Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan laboratorium, salah satu hewan coba di laboratorium adalah mencit. Mencit yang telah disiapkan terlebih dahulu dikarantina selama beberapa hari untuk penjinakkan hewan tersebut, untuk selanjutnya siap dimasukkan dalam laboratorium untuk dijadikan hewan coba. Pada percobaan ini mencit akan diberikan obat dengan cara oral. Terlebih dahulu Di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, diambil spoit injeksi yang telah disiapkan kemudian masukkan air sebanyak dosis yang telah dihitung untuk pemberian kepada mencit, setelah air masuk kedalam spoit injeksi tekan ujung spoit injeksi sehingga tidak ada udara pada ujung spoit injeksi, pasangkan kanula oral pada ujungnya. Cara memasukkan obat melalui oral pada mencit, pertama kali mencit diposisikan dengan memegang ekor mencit kemudian pegang bagian atas kepala mencit dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, cara memegang jangan terlalu kuat karena akan mengakibatkan mencit sulit bernafas, kemudian pada ekor mencit dijepit menggunakan jari kelingking, posisikan mencit dengan kepala mengarah tepat kedepan. Jika posisi mencit telah siap untuk diberikan obat, masukkan ujung kanula kedalam mulut mencit melalui samping karena gigi mencit berada tepat ditengah, kanula dimasukkan 20-25cm kedalam mulut mencit, setelah masuk tekan ujung spoit injeksi untuk memasukan obat kedalam mulut mencit, tekan secara perlahan agar cairan masuk sempurna, tekan hingga cairan dalam spoit injeksi habis. Selanjutnya setelah obat masuk lepaskan mencit kembali, untuk pemberian obat pada mencit selanjutnya dilakukan hal yang sama. DAFTAR PUSTAKA
Amori, 1996. Tikus. Klasifikasi hewan coba. Pengenalan hewan-hewan coba di
laboratorium.
Gunawan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI.
Harmita.2008. Hewan coba. http://upikke.staff.ipb.ac.id/tag/hewan-coba/25/03/2012
Malole,1989.Tikus dan pengendaliannya. http://tohanyusuf.wordpress.com, diakses 25
Maret 2012 Marjono, 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI Sulaksono,1992. Biologi kelas 2 SMA. Jakarta: Yudistira (http://www.scrib.com/farmakologi dan toksikologi/farmasetika)
Tjay,2007. Pengenalan hewan-hewan coba di laboratorium.
DepDikBud ITB: Bandung Priyanto. 2008. Hewan coba. http://upikke.staff.ipb.ac.id/tag/hewan-coba/25/03/2012