Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi sebagai ilmu berbeda dari ilmu lain secara umum pada
keterkaitanya erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti
farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia dan ilmu
kedokteran klinik. Jadi , ilmu ini adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu
kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik dan klinik. Farmakologi
mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi yaitu, ilmu cara membuat,
menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat. Peranan hewan percobaan
dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun lalu. Bahkan
sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional dalam
rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya deklarasi heisensi yang
berisi tentang segi teknik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara
lain dikatakan perlunya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga
dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission dalam keikutsertaan
menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis.
Pada uji farmakologi suatu sediaan dilakukan uji praklinik dan uji klinik dimana
uji praklinik dilakukan pada hewan coba seperti Mencit (Mus musculus), Tikus
(Rattus Novergikus), Kelinci (Oryctolagus Cuniculus), dan uji klinik dilakukan
pada manusia. Pemanfaatan hewan percobaan demi pengembangan ilmu dan
teknologi semakin meningkat, baik dalam penggandaan jumlah, ras maupun aneka
kondisi hewan. Sejalan dengan hal tersebut terjadi pula pengembangbiakan, serta
cara-cara perlakuan dan penanganan terhadap hewan percobaan. Pada praktikum
ini cara penanganan hewan coba, mulai dari cara penaganan, cara pemberian
sediaan/rute pemberian secara enteral dan parental.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penanganan hewan yang digunakan
dilaboratorium.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui cara-cara pemberian obat kepada hewan coba yaitu : Kelinci
(Oryctolagus
cuniculus), Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Keanekaragaman jenis hayati (hewan percobaan) yang dimiliki ataupun
yang dipakai sebagai animal model dari suatu laboratorium medis, baik di bidang
farmasi, psikologi, ekologi, mikrobiologi, virologi, radiologi, kanker biologi dan
sebagainya. Di negara manapun merupakan model dasar hidup yang mutlak
dalam berbagai kegiatan penelitian, secara definisi hewan percobaan yang
digunakan sebagai alat penilai atau merupakan model hidup dari suatu penelitian
atau pemeriksaan laboratorium baik medis maupun non medis secara individual.
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak
puluhan tahun lalu. Bahkan sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional
bahkan internasional dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah
adanya deklarasi heisensi yang berisi tentang segi teknik percobaan yang
menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya dilakukan atau
diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan
percobaan mempunyai mission dalam keikutsertaan menunjang program
keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis. Maka dari itu
penanganan hewan coba hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang
dan perikemanusiaan. Penggunaan hewan hidup sebagai hewan percobaan baik
untuk penelitian maupun diagnostic sejak dulu sampai sekarang mengandung dua
pendapat pro dan kontra, kelompok pro jelas dating dari pada ilmuwan pemakai
hewan percobaan, sedangkan kelompok kontra ialah orang-orang penyayang
binatang. Pemanfaatan hewan percobaan menurut pengertian secara umum ialah
untuk penelitian yang berdasarkan pada pengamatan aktifitas biologi.
(Marjono,2011:76).
Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak dilakukan dibidang
fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, komperatif zoology dan ekologi dalam
arti luas. Dibidang ilmu kedokteran selain untuk penelitian, hewan juga sering
digunakan untuk keperluan diagnostic, sedangkan dibidang pendidikan dan
psikologi, hewan laboratorium digunakan untuk tingkah laku hewan, yaitu
ditingkatkan pendidikan dasar, menengah dan menengah atas, serta pendidikan
tinggi. Dikelompok umur balita hewan laboratorium ini digunakan untuk
menguji tingkat kecerdasan anak. (Tjay,2007:172).
Mencit laboratorium (mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat
dengan mencit liar atau mencit rumah. Mencit tersebar di seluruh dunia dan
sering digunakan didekat gedung ataupun di tempat lain asalkan ada makanan
dan tempat untuk berlindung. Semua galur mencit laboratorium yang ada
merupakan keturunan dari mencit liar sesudah melalui peternakan selektif.
Mencit laboratorium memiliki berat badan hamper sama dengan menci liar.
Tetapi setelah diternakkan secara selektif selama 80 tahun yang lalu, sekarang
terdapat mencit dengan berbagai warna bulu dan timbul banyak galur dengan
berat badan berbeda-beda. Adapun cara perlakuan mencit, yaitu sebagai berikut :
untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat maupun
pengembalian darah) maka diperlakuan cara-cara yang khusus sehingga
mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah mencit cenderung menggigit
bila mendapat sedikit perlakuan kasar. (Sulaksono,1992:318).
Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya
kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit
bagian belakang kepala dan jepit ekornya. Tikus adalah mamalia yang termasuk
dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit. Tikus liar,
tikus Norwegia dan tikus coklat adalah hewan semarga dengan tikus
laboratorium (Rattus Novergicus). Akan tetapi, nama ilmiah tikus liar (tikus
hitam) berbeda yaitu Rattus rattus. Tikus ini mirip dengan tikus Norwegia dan
sering terdapat di kota-kota di seluruh dunia tetapi jarang dipakai sebagai hewan
laboratorium.(8) Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan
lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak
lazim ditempat esophagus bermuara ke dalam lambung, dan tikus tidak
mempunyai kantung empedu.(8) Kelinici adalah hewan mamalia dari family
Leporidae, yang dapt ditemukan da banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini
adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga kedaratan Eropa. Pada
perkembangannya, tahhun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo
Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua family, yakni Ochtonidae (jenis
pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk didalamnya jenis kelinci dan
terwelu). Asal kata kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu
Konijntje yang berarti “anak kelinci”. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat
Nusantara mula mengenali kelinci saat masa colonial, padahal di Pulau Sumatera
ada satu spesies asli kelinci Sumatera (Nesolagus Netscheri) yang baru
ditemukan pada tahun 1972.(9) (Malole,1989:475)
2.1.1 Rute-rute pemberian
1. Handling
Ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, lalu
Leher dipegang dengan tangan kanan, dan jangan terlalu
menggencet.Telunjuk dan ibu jari memegang kulit leher, jari kelingking
menjepit ekor.
2. Per oral
Mencit atau tikus diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik.
Jarum suntik yang sudah disolder dimasukkan ke dalam mulut mencit
namun harus diperhatikan proses masuknya jarum agar tidak melukai
organ dalam mencit. Setelah selesai, tarik kembali jarum tersebut secara
perlahan.
3. Intramuskular
Pembantu memegang paha, penyuntik memegang paha kiri dari
depan dengan tangan kiri.Jarum ditusukkan dari balik dengan sudut
tegak lurus terhadap permukaan kulit kira-kira ditengah paha sehingga
tusukan sampai ke otot bicep femoris.Lalu suntikkan bahan perlakuan,
tarik jarum, tempat suntikan dipijat pelan-pelan.
4. Intraperitoneal
Mencit dihandling dengan benarTusukkan jarum disisi dekat
umbilicus / kira-kira 5mm disamping garis tengah antara 2 puting susu
paling belakangTarik jarum lalu lepaskan mencit.
5. Subkutan
Obat/bahan disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung, terasa
longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar.
(Gunawan, Sulistia. 1995).
Tabel 2.1.2 Konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia.
Hewan Menci Tiku Marmu Kelinc Kucin Ker Anjin Manusi
Percobaa t s t i g a g a
n 20 g 200 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
g
Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
200 g
Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,2
2 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia 0,002 0,01 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
70 kg 6 8
(Harmita,2008: 66)
Tabel 2.1.3 Volume maksimum larutan/padatan yang dapat diberikan pada hewan
Volume maksimum (ml) sesuai jalur pemberian
Hewan
IV IM IP SC PO
Mencit 20-30 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
g)
Tikus (100 g) 1,0 0,1 2-5,0 0,5-5,0 5,0
Hamster (50 - 0,1 1-2,0 2,5 2,5
g)
Marmut (250 - 0,25 2-5,0 5,0 10,0
g)
Merpati (300 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
g)
Kelinci (2,5 5-10,0 0,5 10-20,0 5-10,0 20,0
kg)
Kucing (3 kg) 5-10,0 1,0 10-20,0 5-10,0 50,0
Anjing (5 kg) 10-20,0 5,0 20-50,0 10,0 100,0
(Harmita,2008: 67)
2.2 Uraian Hewan
2.2.1 Klasifikasi Hewan Coba
Mencit ( Mus Musculus )
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus Musculus
2.2.2 Karakteristik Hewan Coba
Mencit merupakan salah satu hewan pengerat dan mudah berkembang
biak yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Mencit (Mus musculus ).
Lama Hidup : 1- 2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama Bunting : 19 - 21 hari
Umur Disapih : 21 hari
Umur Dewasa : 35 hari
Siklus Kelamin : poliestrus
Siklus Estrus : 4-5 hari
Lama Estrus : 12-24 jam
Berat Dewasa : 20-40 g jantan;18-35 g betina
Berat Lahir : 0,5-1,0 gram
Jumlah anak : rata-rata 6, bisa 15
Suhu ( rektal ) : 35-39˚C( rata-rata 37,4˚C )
Perkawinan Kelompok : 4 betina dengan 1 jantan
Aktivitas : Nokturnal (malam)
b. Sifat– sifat mencit :
1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi
akan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon).
2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat melihat
warna.
3. Sistem sosial: berkelompok
4. Tingkah laku:
* jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi
* Betina dewasa + jantan dewasa damai
* Betina dewasa + betina dewasa damai
2.3.1 Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
2.3.1 Klasifikasi Hewan Coba
Kelinci ( Oryctolagus cuniculus )
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Family : Leporidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
2.3.2 Karakteristik Hewan Coba
Masa hidup : 5 - 10 tahun
Masa produksi : 1 - 3 tahun
Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
Masa penyapihan : 6-8 minggu
Umur dewasa : 4-10 bulan
Umur dikawinkan : 6-12 bulan
Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun 5 kali hamil
Siklus berahi : Sekitar 2 minggu
Ovulasi : Terjadi kawin (9 - 13 jam kemudian)
Fertilitas : 1 - 2 jam sesudah kawin
Jumlah kelahiran : 4 - 10 ekor (rata-rata 6 - 8)
Volume darah : 40 ml/kg berat badan
Bobot dewasa : tergantung pada ras, jenis kelamin.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu :
1. Air suling/Na CMC
2. Alkohol
3. Kapas
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :
1. NGT
2. Spoit Injeksi 1 ml
3. Gelas Ukur
4. Gelas Kimia
5. Penangas
3.2 Cara kerja
1. Penanganan hewan coba
Cara perlakuan Mencit (Mus musculus)
1. Membuka Kandang dengan hati-hati, kira-kira cukup untuk masuk tangan saja
2. Diangkat mencit dengan cara mengangkat ekor 3-4 cm dari pangkalnya.
3. Diletakkan pada kawat atau permukaan kasar.
4. Lalu tangan kiri menjepit tengkuk di antara telunjuk dan ibu jari dan
dipindahkan ekor dari tangan ke antara jari manis dan jari kelingking dan
mencit siap diperlakuan.
2. Pemberian Oral (Mus musculus)
1. Pada mencit pemberian obat secara oral dilakukan dengan menggunakan jarum
oral dengan cara menyelipkan ekor diantara jari tengah dan jari manis.
2. Lalu dimasukkan obat melalui mulut dengan cara memasukkan jarum sampai
lidah keluar lalu disuntikkan obat.
4.2 PEMBAHASAN
Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang
khusus diternakkan untuk keperluan laboratorium, salah satu hewan coba di
laboratorium adalah mencit. Mencit yang telah disiapkan terlebih dahulu
dikarantina selama beberapa hari untuk penjinakkan hewan tersebut, untuk
selanjutnya siap dimasukkan dalam laboratorium untuk dijadikan hewan coba.
Pada percobaan ini mencit akan diberikan obat dengan cara oral. Terlebih dahulu
Di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, diambil spoit injeksi yang telah
disiapkan kemudian masukkan air sebanyak dosis yang telah dihitung untuk
pemberian kepada mencit, setelah air masuk kedalam spoit injeksi tekan ujung
spoit injeksi sehingga tidak ada udara pada ujung spoit injeksi, pasangkan kanula
oral pada ujungnya. Cara memasukkan obat melalui oral pada mencit, pertama
kali mencit diposisikan dengan memegang ekor mencit kemudian pegang bagian
atas kepala mencit dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, cara
memegang jangan terlalu kuat karena akan mengakibatkan mencit sulit bernafas,
kemudian pada ekor mencit dijepit menggunakan jari kelingking, posisikan
mencit dengan kepala mengarah tepat kedepan. Jika posisi mencit telah siap
untuk diberikan obat, masukkan ujung kanula kedalam mulut mencit melalui
samping karena gigi mencit berada tepat ditengah, kanula dimasukkan 20-25cm
kedalam mulut mencit, setelah masuk tekan ujung spoit injeksi untuk
memasukan obat kedalam mulut mencit, tekan secara perlahan agar cairan masuk
sempurna, tekan hingga cairan dalam spoit injeksi habis. Selanjutnya setelah obat
masuk lepaskan mencit kembali, untuk pemberian obat pada mencit selanjutnya
dilakukan hal yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Amori, 1996. Tikus. Klasifikasi hewan coba. Pengenalan hewan-hewan coba di


laboratorium.

Gunawan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI.

Harmita.2008. Hewan coba. http://upikke.staff.ipb.ac.id/tag/hewan-coba/25/03/2012

Malole,1989.Tikus dan pengendaliannya. http://tohanyusuf.wordpress.com, diakses 25


Maret 2012
Marjono, 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI Sulaksono,1992.
Biologi kelas 2 SMA. Jakarta: Yudistira
(http://www.scrib.com/farmakologi dan toksikologi/farmasetika)

Tjay,2007. Pengenalan hewan-hewan coba di laboratorium.


DepDikBud ITB: Bandung
Priyanto. 2008. Hewan coba. http://upikke.staff.ipb.ac.id/tag/hewan-coba/25/03/2012

Anda mungkin juga menyukai