Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2011).
Sumber data didapatkan dari klien, keluarga klien, teman terdekat, anggota tim
perawatan kesehatan, catatan perkembangan kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium (Potter, 2015).
Penulis melakukan pengkajian kepada Tn. E pada tanggal 03 Agustus 2018 di
ruangan poli umum pada pukul 19.00 WIB dengan diagnosa keperawatan luka terbuka
tibia sinistra. Saat dilakukan pengkajian terdapat luka lecet pada pinggang bagian kanan
dan hematom pada area frontal dexstra, pasien mengatakan ia mengalami peristiwa
terjatuh dari motor. Dari hasil pengkajian secara objektif pertama kali didapatkan tekanan
darah pasien 110/80 mmHg nadi 82 x/menit pernapasan 22 x/menit suhu 37˚C, lebar
luka1 cm panjang luka 6 cm kedalaman 3 cm Leokusit 6.800 ml, Hb(hemoglobin) 13
g/dl, Ht(hematokrit) 32%, eritrosit 4,3 jt/ml trombosit 2.10.000/ml. Secara subjektif
pasien mengatakan bahwa kaki kirinya terasa sakit dan nyeri saat bergerak. Pasien
mengatakan bahwa ia hanya bisa berdiam diri untuk mengurangi rasa nyeri yang
dideritanya.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya (Potter, 2015). Berdasarkan pengkajian yang dilakukan kepada Tn. E
didapatkan 4 diagnosa yang dapat ditegakan dan dilakukan intervensi secara menyeluruh
kepada Tn .E yaitu nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma jaringan
tulang). Resiko infeksi berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma jaringan
tulang). Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan trauma jaingan
tulang. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan trauma muskuloskeletal.
Semua diagnosa yang ada di teori dapat diaplikasikan dengan baik, akan tetapi ada
dua diagnosa yang tidak dapat di aplikasikan karena kurangnya data penunjang yang
menunjukan bahwa diagnosa tersebut berada dalam tahap aktual atau pun potensial.
Adapun diantaranya yaitu defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubunngan dengan intake yang tidak adekuat.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil
berdasarkan nursing intervension classification (NIC) dan nursing outcome calasification
(NIC). Intervensi merupakan bagian dari proses keperawatan yang meliputi tujuan
perawatan, penetapan, kriteria hasil, penetapan rencana keperawatan, akan diberikan
kepada klien untuk memecahkan masalah yang dialami klien sertarasional dari masing-
masing rencana tindakan yang akan diberikan, untuk setiap diagnosa keperawatan yang
telah diidentifikasi, perawatan mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan
klien (potter, 2016).
Rencana tindakan untuk diagnosa pertama untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien dengan memonitor tanda-tanda vital, melakukan pengkajian secara komperhensif
yang meliputi (P,Q,R,S,T), ajarkan tentang tekhnik non farmakologi (tarik napas dalam,
lakukan kompres hangat) kurangi faktor presipitasi nyeri, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi kenyamanan klien dengan cara membatasi jumlah pengunjung, matikan
lampu bila perlu, cukup pencahayaan, kolaborasi pemberian analgesik serta anjurkan
klien untuk istirahat.
Perencanaan keperawatan pada diagnosa kedua yaitu resiko tinggi inveksi penulis
melakukan tindakan komperhensiv dan pasien diberikan tindakan keperawatan luka
secara terus menerus guna mencegah terjadianya infeksi pada luka terbuka klien mulai
dari membatasi pengunjung guna mencegah infeksi nosokomial, mengganti perban
pembalutn luka dengan prinsip steril hingga memberikan antibiotik dengan dosis yang
telah ditentukan oleh dokter guna mencegah terjadinya infeksi pada luka akibat fraktur.
Pada diagnosa ketiga penulis melakukan perawatan yang berfokus pada luka untuk
mencegah terjadinya pelebaran luka serta terjadinya infeksi akibat ketidak bersihan
lingkun pasien serta kurangnya perawatan luka.
Pada diagnosa keempat penulis menlakukan intervensi secara bertahap karena
melihat kondisi pasien yang kesulitan melakukan tindakan ROM aktif dan pasif, yang
dapat dilihat dari ekspresi wajah serta keluhan klien yang nyeri saat menggerakan
ekstremitas terlebih lagi pada bagian bawah tubuh yang merupakan masalah utama dalam
keperawatan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yang merupakan
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dari hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
(Potter, 2006).
Implementasi pada Tn. E dapat dilakukan penulis sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan, dan ditunjang dengan melakukan tindakan keperawatan penulis tidak
mengalami kesulitan karena klien koperatif, tidak ada rencana keperawatan yang
dilakukan penulis di luar rencana tindakan keperawatan yang ada diteori, penulis
melakukan implementasi dengan rencana yang telah direncanakan sebelumnya untuk
memenuhi kriteria hasil. Implementasi dilakukan kepada klien selawa 4 hari dan pada
hari keempat keluarga membuat surat keputusan untuk merujuk pasien ke RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan sudah
berhasil dicapai (Hutahaean, 2010).
Pada hari ke 4 diagnosa yang diemukan pada Tn. E menunjukan bahwa nyeri
masih dirasakan oleh pasien serta pasien masih dibantu dalam beraktifitas oleh keluarga,
namun luka tidak manunjukan adanya tanda tanda infeksi dan pasien dirujuk oleh
keluarga yang diputuskan secara musyawara oleh keluarga.

Anda mungkin juga menyukai