SHALE HYDROCARBON
PROPOSAL
KOMPREHENSIF
DISUSUN OLEH:
PANDU ARIEF
113160013
PROPOSAL
KOMPREHENSIF
Disusun Oleh:
PANDU ARIEF
113150013
IV.1.2. Karakteristik Shale Oil dan Shale Gas serta Batuan Induk
Batuan induk (Source Rock) sebagai sumber akumulasi hidrokarbon pada umumnya
didefinisikan sebagai batuan karbonat yang berasal dari za-zat organic yang
terendapkan oleh proses sedimentasi. Batuan induk inilah yang merupakan batuan
sedimen yang sedang, akan dan atau telah menghasilkan hidrokarbon. Oleh karena
itu, berbicara mengenai shale and tight hydrocarbons memang tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan batuan induk.Parameternya dapat dilihat seperti dibawah ini:
PERMEABILITAS
Permeabilitas adalah salah satu parameter petrofisik yang berupa kemampuan
batuan untuk dapat meloloskan fluida. Skala permeabilitas di lapangan dapat juga
dilakukan klasifikasi sebagai berikut;
Ketat (Tight), Kurang dari 5 Md
Cukup (Fair), antara 5 sampai 10 Md
Baik (Good),antara 10-100 Md)
Baik Sekali (Very Good),antara 100-1000 Md
Untuk Reservoir hidrokarbon non konvensional mempunyai permeabilitas yang
rendah berkisar antara 1-100 Nanodarcy.
TEKANAN PORI
Terdapat tiga jenis tekanan bawah permukaan bumi. Yang pertama adalah
tekanan overburden yang merupakan tekanan pada kedalaman tertentu yang
diakibatkan oleh beban sedimen diatasnya. Yang kedua adalah tekanan pori yang
merupakan tekanan yang disebabkan oleh fluida yang berasal dari dalam pori-pori
batuan. Yang ketiga adalah tekanan efektif yang merupakan tekanan yang diakibatkan
oleh jarak antar butir suatu batuan. Tekanan overburden akan ditanggung bersama-
sama oleh tekanan pori dan tekanan efektif. Terdapat dua jenis tekanan pori, yaitu
tekanan overpressure dan tekanan underpressure. Tekanan Overpressure merupakan
tekanan pori yang bernilai melebihi tekanan hidrostatik, sedangkan tekanan
underpressure adalah tekanan pori yang bernilai kurang dari tekanan hidrostatik.
Prediksi tekanan pori merupakan analisis fundamental yang digunakan untuk
berbagai tujuan, seperti: Penentuan batuan induk yang telah matang, penentuan
migrasi fluida. Penentuan struktur dan patahan. Selain itu, memprediksi tekanan pori
juga sangat berguna pada proses pemboran untuk menentukan berat jenis lumpur
yang digunakan agar pemboran dapat berjalan dengan lancar.
BRITTLENES
Brittlenes sangat penting untuk menentukan sweetspot. Sweetspot adalah zona
yang kaya akan kandungan organic total (TOC) dan memiliki litologi yang retas.
Atribut geomekanik seperti Modulus Young (E) dan rasio Poisson (v) adalah contoh
atribut yang dapat menentukan keretasan suatu batuan untuk mendesain fracturing.
Modulus Young didefinisikan sebagai parameter yang dapat menentukan kekakuan
suatu material,Sedangkan Rasio Poisson merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu material untuk merenggah pada arah longitudinal dan transversal.
Dengan menggabungkan kedua nilai retas dari kajian geomekanik,kemudian dapat
diperoleh harga nilai retas (Brittlenes)
Brittleness
< 30% = Poor
30-50%= Moderate
> 50% =Good
MINERALOGY
Calcareous Claystone
Tampilan petrografi menunjukkan tekstur serpih, kebanyakan terdiri dari
lempung detrital seperti kuarsa, kalsit (Warna merah muda), siderite, dolomit, dan
pirit dicampur dengan mineral lempung. Shale dicirikan oleh tanah liat massif.
Kerangka komponen kuarsa, Fragmen batuan sedimen, dan butiran umumnya
mengambang di tanah liat detrital
Silty Claystone
Tampilan petrografi menunjukkan tekstur serpih , kebanyakan terdiri dari
lempung detrital seperti kuarsa, siderite, dan feldspar yang dicampuir dengan mineral
lempung. Shale ditandai dengan lempung yang dilaminasi. Kerangka Komponen
kuarsa, fragmen batuan sedimen, dan butiran umumnya mengambang di tanah liat
detrital.
Dua metode yang umum digunakan dalam analisa mineral shale adalah:
XRD (X-ray Diffraction)
FTIR (Infra Red Spectometry)
Mineral yang mempengaruhi pada brittleness
BI = (Q+ Dol) / (Q + Dol +Lm + Cl + TOC
Dimana:
BI = Brittlenes Index
Q = Kuarsa
Cl = Mineral Lempung
Dol = Dolomit
Lm = Batu Gamping (Kalsit)
TOC = Total Organic Carbon)
Mineral lainnya yang mempengaruhi secara minor adalah fosfat, pirit, organisme
(Kalsit, Silika, Kerang, dll)
THICKNESS
Dalam kategori Thickness (Ketebalan), Merupakan salah satu parameter
penting untuk mengetahui susah/tidaknya dalam melakukan fracturing. Dikarenakan
bila semakin tebal lapisan reservoirnya maka dalam melakukan metode fracturing
dapat berjalan sesuai prosedur yang diinginkan, Namun bila reservoirnya yang
diindikasikan mengandung hidrokarbon mempunyai/termasuk kategori reservoir yang
tipis, maka dalam melakukan fracturing sangat susah, diperlukan metode-metode
untuk menanggulangi masalah pada saat menembus lapisan yang tipis.
ORGANIC RICHNESS
Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut batuan induk
kaya kandungan unsur karbon (high TOC-Total Organic Carbon). Peter dan Cassa
(1994) membagi atas 5 jenis batuan induk, yaitu: Poor source rock 0 – 0,5 % TOC;
Fair source rock 0,5 – 1 % TOC; Good source rock 1-2 % TOC; Very good source
rock 2-4% TOC; dan Excellent >4 % TOC. Adapun syarat-syarat sebagai batuan
induk, yaitu mengandung kadar organik yang tinggi dan mempunyai jenis kerogen
yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan telah mencapai kematangan tertentu
sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon.
MATURATION
Untuk keperluan identifikasi batuan induk, maka parameter yang dinilai
dalam penginterpretasiannya ada beberapa hal. Pertama, kuantitas yang dapat
diperoleh dengan mengetahui persentase jumlah material organic di dalam batuan
sedimen. Semakin tinggi TOC maka batuan induk tersebut semakin baik dalam
menghasilkan hidrokarbon. Kedua,kualitas jenis kerogen. Kualitas/jenis diketahui
dengan indeks hydrogen yang dimiliki oleh batuan induk. Dengan mengetahui
besarnya maka tipe kerogennya dapat diketahui sehingga produk yang dihasilkan
pada puncak pemantangan dapat pula diketahui. Jenis kerogen meliputi keroge Tipe 1
Hingga Tipe IV,diantaranya:
a. Kerogen tipe I
1. Terbentuk di perairan dangkal
2. Berasal dari algae yang bersipat lipid
3. H/C > 1.5 dan O/C < 0,1
4. Menghasikan minyak
b. Kerogen tipe II
1. Terbentuk di marine sedimen
2. Berasal dari algae dan protozo
3. H/C antara 1,2 – 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3
4. Menghasilkan minyak dan gas
c. Kerogen tipe III
1. Terbentuk di daratan
2. Berasal dari tumbuhan daratan
3. H/C < 1,0 dan O/C > 0,3
4. Menghasilkan gas
d. Kerogen tipe IV
1. Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga kandungan
karbon telah terurai sebelum terendapkan
2. Tidak menghasilkan hidrokarbon
Ketiga kematangan (Maturity). Dengan mengetahui tingkat kematangan suatu
batuan induk maka dapat diperkirakan kemampuan batuan tersebut untuk
mengasilkan minyak atau gas bumi. Tingkat kematangan suatu batuan dapat diketahui
dengan pemantulan vitrinit (% Ro), Indeks alterasi thermal (TAI), dan temperature
maksimum pada pirolisis (T max)