Lap 11
Lap 11
Oleh :
Kelompok 3B
Ade Yuliani I14080012
Dian Rizki Eka Rizal I14080060
Trikorian Ade Sanjaya I14080093
Ika Meilati I14080120
Asisten :
Faiz Nur Hanum
Zahra Juwita
Latar Belakang
Situasi kesehatan manusia belakangan ini semakin memburuk.
Disebabkan oleh beberapa faktor dan diantaranya yang paling penting adalah
semakin buruknya pola konsumsi makan seseorang. Seseorang tidak lagi
memperdulikan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh, tetapi hanya
memikirkan apa yang ingin mereka makan saja.
Berbagai cara belakangan ini dilakukan oleh produsen makanan dan
pihak kesehatan untuk menekan laju pertumbuhan kesehatan yang buruk ini.
Salah satunya dengan menghitung kadar indeks glikemik suatu bahan pangan.
Indeks Glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan
glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara
sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut
efeknya terhadap kadar glukosa darah ( Powell 2002).
Makanan yang memiliki IG yang tinggi berarti makanan tersebut
meninggikan gula darah dalam waktu yang lebih cepat, lebih fluktuatif, lebih
tinggi, dari makanan yang memiliki IG yang rendah. Perlu diketahui bahwa
naiknya gula darah atau glukosa darah hanya disebabkan oleh zat karbohidrat
saja sementara protein dan lemak tidak meninggikan glukosa darah setelah
konsumsi. Jadi indeks glikemik ini paling penting untuk memilih makanan yang
mengandung banyak karbohidrat sebagai sumber tenaga (Sarwono 2003).
Makanan yang sangat kurang atau tidak mengandung karbohidrat tidak
memiliki nilai IG seperti ikan, daging, telur, alpukat, minyak goreng, margarine
dan lain-lain. Badan Kesehatan Dunia WHO bersama dengan FAO
menganjurkan konsumsi makanan dengan IG rendah untuk mencegah penyakit-
penyakit degeneratif yang terkait dengan pola makan seperti penyakit jantung,
diabetes, dan obesitas. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi IG pada
pangan antara lain cara pengolahan, perbandingan amilosa dan amilopektin,
tingkat keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein,
serata kadar zat anti gizi- pangan ( Rimbawan & Siagan 2004).
Pada Praktikum ini akan dihitung kadar indeks glikemik beberapa bahan
pangan, agar dapat diketahui bahan pangan mana yang memiliki indeks glikemik
rendah dan tinggi. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsinya sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Tujuan
Praktikum pengukuran indeks glikemik bertujuan untuk mengetahui
indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yang akan diujikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Glikemik
Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap
gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG
tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat
memiliki IG rendah. Indeks glikemik bahan pangan dipengaruhi oleh kadar
amilosa, protein, lemak, serat, dan daya cerna pati. Daya cerna pati merupakan
kemampuan pati untuk dapat dicerna dan diserap dalam tubuh. Karbohidrat yang
lambat diserap menghasilkan kadar glukosa darah yang rendah dan berpotensi
mengendalikan kadar glukosa darah.
Produk Nilai indeks glikemik Golongan IG
Jagung * 59 Sedang
Tepung jagung * 68 Sedang
Beras * 69 Sedang
Gandum * 30 Rendah
Semolina * 55 Sedang
Mi jagung varietas Srikandi putih ** 57 Sedang
Mi instan (dari gandum) * 47 Rendah
Mi kacang hijau * 26 Rendah
Mi atau pasta beras * 61 Sedang
Mi sagu *** 28 Rendah
Spageti (dari semolina) * 59 Sedang
DAFTAR PUSTAKA
Berger.1962. Maize production and The Manuring of Maize. Centre d’Etude de
L’azote. 315p
Dolson L. 2006. Is the glycemic index useful?. http://lowcarbdiets.abou.com
[11 Maret 2011]
Foster-Powell K, Holt Susanna HA, Brand-Miller JC. 2002. International table of
glyemic index and glycemic load values : 2002. [Jurnal] www.ajcn.org.
Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor : The GI Solution Hodder
and Stoughton. Australia : Hodder Headine Australia Pty Limited.
Powel KF, Holt SH and Miller JC. 2002. International table of glycemic index load
values. Am J Clin Nutr 2002;76:5-56
Ragnhild, A.L., N.L. Asp, M. Axelsen, and A. Raben. 2004. Glycemic Index
:Relevance for Health, Dietary Recommendations, and Nutritional
Labelling. Scandinavian J. Nutr. 48 (2): 84-94.
Ravussin E, Lillioja S, Anderson T. 1986. Determinants of 24-hour energy
expenditure in man: methods and results using respiratory chamber. J
Clin Invest 78: 1568-1578.
Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penerbit
Swadaya
Rimbawan, Syarief H, Dalimunthe D, Siagian A. 2004. Pengaruh Indeks Glikemik,
Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Respons Glikemik
[Jurnal]. Ejournal.usu.ac.id
Sarwono W. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Syaidah Iin. 2010. Pengaruh Pengolahan beras (Oryza Sativa L) varietas
Ciherang menjadi Nasi, ketupat dan lontong terhadap nilai indeks
glikemik. [Skripsi]. FEMA : IPB.
LAMPIRAN
Grafik
Gambar 1 Grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah
mengonsumsi glukosa dan jagung
Tabel
Tabel 1 Nilai indeks glikemik glukosa, nasi, dan jagung hasil penelitian
Indeks
Pangan
Glikemik
Glukosa 100
Nasi (Beras BMW
81.7
Cianjur)
Jagung pipil merah
79.36
kukus
Perhitungan