Anda di halaman 1dari 8

Submitted : 21 Maret 2014 p-ISSN : 2088-8139

Accepted : 25 Juni 2014 e-ISSN : 2443-2946


Published : 30 Desember 2014 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP


KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK
PENYAKIT DALAM RSUD CILACAP PERIODE DESEMBER 2013 -
JANUARI 2014

THE EVALUATION INFLUENCE FARMASIS COUNSELLING TO LOYALTY AND THERAPY


RESULT HYPERTENSIVE PATIENTS AT AT INTERNAL MEDICINE POLYCLINIC OF THE
STATE HOSPITAL OF CILACAP PERIOD DECEMBER 2013 - JANUARY 2014

Mika Tri Kumala Swandari1), Ika Puspita Sari1), AM Wara Kusharwanti2)


1) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
2) Instalasi Farmasi RS Panti Rapih Yogyakarta

ABSTRAK
Tujuan konseling Apoteker adalah untuk meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan
yang tepat. Pemberian konseling yang tepat dan bermanfaat diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap terapi obat demi
mencapai tekanan darah yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling Apoteker terhadap
kepatuhan dan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan dan hasil terapi pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Cilacap. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan quasi eksperimental. Pengambilan data pasien secara prospektif dilakukan
selama periode Desember 2013 - Januari 2014. Pasien dikelompokkan secara random menjadi 2 kelompok subjek yang berbeda,
yaitu kelompok pasien yang mendapat konseling dari farmasis/peneliti (kelompok intervensi) dan pasien tanpa mendapat konseling
(kelompok kontrol) diikuti kurang lebih satu bulan untuk mengamati tingkat kepatuhan dan hasil terapi (penurunan tekanan darah)
pada pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Cilacap. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan
pengisian kuesioner kepatuhan MMAS sedangkan nilai tekanan darah diambil dari catatan medis. Hasil penelitian ini diperoleh 87
subjek penelitian terdiri dari 42 (48,27%) kelompok kontrol dan 45 (51,72%) kelompok intervensi. Uji t yang digunakan ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada katagori MMAS antara kelompok kontrol dengan skor kepatuhan (3,10) dan
intervensi dengan skor kepatuhan (6,76) dengan tingkat signifikansi 0,000 (P<0,05). Berdasar analisis dengan menggunakan Chi-
square untuk kepatuhan berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah baik sistolik 0,001 maupun diastolik 0,006 (P<0,05).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa konseling dapat meningkatkan kepatuhan pasien sehingga dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan atau diastolik pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

Kata kunci: konseling, kepatuhan, hipertensi

ABSTRACT

The aim is to increase the Pharmacist counseling therapy outcome by maximizing the use of appropriate drugs. The
provision of appropriate counseling and beneficial expected to improve adherence to drug therapy in order to achieve the desired
blood pressure. This study was conducted to determine the effect of pharmacist counseling on adherence and to determine the
relationship between adherence and treatment outcomes in patients with hypertension disease clinic in Cilacap General Hospital.
This study was conducted with quasi experimental design. Retrieval of patient data prospectively conducted during the period
December 2013 - January 2014. Patients were randomly divided into 2 groups of different subjects, namely the group of patients
who received counseling from the pharmacist/researcher (intervention group) and patients without receiving counseling (control
group) followed approximately one month to observe the level of compliance and therapeutic outcomes (decreased blood pressure)
in hypertensive patients in hospitals Cilacap. Data was collected by conducting interviews and questionnaires adherence MMAS
while blood pressure values were taken from medical records. The results of this study obtained 87 research subjects consisted of 42
(48.27%) controls and 45 (51.72%) intervention group. The t-test is used to show that there are significant differences between the
groups in the category of MMAS control with compliance scores (3.10) and intervention with adherence score (6.76) with a
significance level of 0.000 (P <0.05). Based on analysis using Chi-square test for compliance effect on blood pressure reduction in
both systolic and diastolic 0.001 0.006 (P <0.05). This study concluded that counseling can improve patient compliance and
therefore reduces systolic blood pressure and diastolic or the intervention group than the control group.

Keywords: counselling, compliance, hypertension

PENDAHULUAN Sebagai konsekuensinya, hipertensi menjadi


Hipertensi merupakan penyakit sistem penyebab utama stroke, yang dapat
kardiovaskuler yang umum terjadi. menyebabkan penyakit arteri koroner disertai
infark miokardial dan kematian jantung
Korespondensi: mendadak, dan merupakan kontributor utama
Mika Tri Kumala Swandari, S.Farm., Apt.
gagal jantung, insufisiensi ginjal, serta
Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada

219
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

aneurisma diseksi pada aorta (Hardman dan meliputi penurunan berat badan, pembatasan
Limbird, 2008). asupan garam, diet kolesteroldan lemak jenuh,
Penderita hipertensi yang periksa di olahraga, pembatasan konsumsi alkohol dan
Puskesmas Di Indonesia dilaporkan teratur kopi, relaksasiuntuk meredakan stress dan
sebanyak 22,8%, sedangkan tidak teratur menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu
sebanyak 77,2%. Dari pasien hipertensi penderitahipertensi juga harus mempunyai
dengan riwayat kontrol tidak teratur, tekanan pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk
darah yang belum terkontrol mencapai 91,7%, dapatmenyesuaikan penatalaksanaan
sedangkan yang mengaku kontrol teratur hipertensi dalam kehidupan sehari-hari
dalam tiga bulan terakhir malah dilaporkan (Depkes, 2007).
100% masih mengidap hipertensi (Anwar, Berdasarkan hasil wawancara pada
2006). Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD observasi awal terhadap pasien hipertensi
Cilacap, pada tahun 2012 penyakit hipertensi yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik
termasuk dalam sepuluh besar kasus penyakit Penyakit Dalam RSUD Cilacap, diketahui
pada pasien rawat jalan. (Murwiningsih, 2013) bahwa sebagian pasien hipertensi tidak patuh
Healthy people 2010 for Hipertention terhadap pengobatan yang diberikan.
menganjurkan perlunya pendekatan yang Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu
lebih komprehensif dan intensif guna dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh
mencapai pengontrolan tekanan darah secara konseling farmasis terhadap kepatuhan dan
optimal.Tujuan tersebut dapat tercapai hasil terapi berupa perbaikan penurunan
dengan partisipasi aktif para sejawat apoteker tekanan darah pasien yang berobat jalan di
yang melaksanakan praktek profesinya pada RSUD Cilacap.
setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker Penelitian ini bertujuan untuk
dapat bekerjasama dengan dokter dalam mengetahui pengaruh konseling farmasis
memberikan edukasi ke pasien mengenai terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi di
hipertensi, memonitor respon pasien melalui RSUD Cilacap selama bulan Desember 2013 -
farmasi komunitas, adherence terhadap terapi Januari 2014, dan mengetahui hubungan
obat dan non – obat, mendeteksi dan kepatuhan terhadap hasil terapi pada pasien
mengenali secara dini reaksi efek samping, hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
serta mencegah dan atau memecahkan Cilacap selama periode Desember 2013 -
masalah yang berkaitan dengan pemberian Januari 2014.
obat (Departemen Kesehatan, 2007).
Adanya kejadian atau peristiwa yang METODE
disebut drug misadventure (misalnya efek Subjek Penelitian
merugikan, efek samping, interaksi obat, Pasien ASKES berusia ≥18 tahun dan ≥
kesalahan dalam menggunakan obat) dan 65 tahun yang menderita hipertensi atas
ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan diagnosa dokter dengan atau tanpa
membutuhkan intervensi farmasis. Adanya displipdidemia dan diabetes mellitus serta
kebutuhan intervensi farmasis dibuktikan dari melakukan rawat jalan di Poliklinik Penyakit
penelitian tentang penggunaan obat pada Dalam RSUD Cilacap selama periode
pasien rawat jalan yang menunjukkan bahwa Desember 2013 – Januari 2014.
50% pasien menggunakan obatnya secara Alat Ukur Penelitian
tidak benar. Terkait dengan hal tersebut, Lembar penilaian kesehatan,
penting sekali menilai kepatuhan pasien dipergunakan untuk mendapatkan data
secara teratur dan mengenali adanya primer dari responden tentang recall riwayat
ketidakpatuhan pasien dengan memberi pengobatan, riwayat terdahulu dan status
konseling dan edukasi secara tepat (Okoro sosial ekonomi. Kuesioner MMAS digunakan
dan Ngong, 2012). untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien
Penanganan hipertensi pada tahap yang terdiri dari 8 (delapan) pertanyaan. Pada
awal dilakukan dengan modifikasi gayahidup penelitian ini uji validitas dan reliabilitas

223
Volume 4 Nomor 4 – Desember 2014

kuesioner MMAS untuk meyakinkan bahwa


instrument yang digunakan valid dan reliabel Penelitian di RSUD Cilacap
sehingga dapat digunakan untuk Kelompok kontrol yang dimaksud
mendapatkan data yang akurat. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kelompok pasien
MMAS yang akan digunakan dalam penelitian yang mendapat terapi hipertensi pelayanan
ini telah diterjemahkan kedalam bahasa standar berupa penjelasan aturan pakai obat
Indonesia oleh Faustine tahun 2012 di lembaga dari farmasi di Poliklinik Penyakit Dalam
pendidikan bahasa Inggris Universitas Gadjah RSUD Cilacap tanpa memperoleh asuhan
Mada yang disesuaikan dengan bentuk kefarmasian dari farmasis (peneliti). Pada
aslinya yaitu bahasa Inggris. Form kunjungan awal, pasien yang memenuhi
pengambilan data, digunakan untuk kriteria inklusi diwawancara dan dicatat
mengumpulkan data-data sekunder yang riwayat pengobatannya.Akhir penelitian
diambil dari buku medical record atau status (kurang lebih 1 bulan) berikutnya dicatat data
pasien yang meliputi nama, umur, jenis tekanan darah yang diukur oleh
kelamin, dan data diagnosis rumah sakit dan dokter/perawat dan terapi yang diterima.
medikasi terdahulu, data-data laboratorium, Selanjutnya dilakukan pengisian lembar
serta manifestasi klinik penderita. penilaian kesehatan dan kuesioner kepatuhan
Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan MMAS.
kuesioner Kelompok intervensi yang dimaksud
Pada Penelitian ini dilakukan studi pada penelitian ini adalah kelompok pasien
pendahuluan berupa uji validasi dan yang terdiagnosa hipertensi yang memperoleh
reliabilitas kuesioner MMAS untuk asuhan kefarmasian dari farmasis (peneliti).
meyakinkan bahwa instrumen yang Pada kunjungan awal, pasien diperlakukan
digunakan valid dan reliabel sehingga dapat sama dengan pasien kelompok kontrol pada
digunakan untuk mendapatkan data yang awal penelitian, kemudian dilakukan
akurat. Studi pendahuluan dilakukan pada 30 konseling secara individual oleh
responden yang ditentukan secara acak di farmasis/peneliti pada hari pertama berobat.
tempat rumah praktek dokter Cilacap selama Konseling yang diberikan meliputi: pengertian
bulan November 2013. Uji validitas dan hipertensi, terapi non-farmakologi pada
reliabilitas menggunakan model Cronbach’s penanganan hipertensi, tujuan pengobatan
alpha dimana untuk mengukur validitasnya hipertensi, pengobatan hipertensi dan
dilihat nilai corrected item-total correlation (r permasalahan tentang obat-obatan yang
hitung) dengan semakin tinggi nilai r hitung diberikan serta membantu pasien untuk
menunjukkan bahwa korelasi variabelnya meningkatkan ketaatan terhadap terapi yang
dengan variabel lain kuat, sedangkan jika nilai diberikan. Akhir penelitian (kurang lebih 1
r hitung yang didapat rendah, maka variabel bulan) berikutnya dicatat data tekanan darah
pada alat ukur tersebut menjadi tidak valid yang diukur oleh dokter/perawat, diberi
karena mempunyai korelasi yang lemah pertanyaan oleh farmasis/peneliti untuk
dengan variabel lainnya. Validitas variabel menilai tingkat ketaatan pada perubahan gaya
penelitian menunjukkan nilai r hitung hidup yang telah direkomondasikan dan
pertanyaan pada kuesioner di atas 0,3 terapi yang diterima. Selanjutnya dilakukan
sehingga semua butir pertayaan MMAS pengisian lembar penilaian kesehatan dan
dinyatakan valid. Nilai uji Cronbach's alpha kuesioner kepatuhan menggunakan MMAS.
dari kuesioner MMAS adalah 0,731 yang Analisis Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa data primer yang Uji koefisien validasi dan reliabilitas pada
diperoleh merupakan data reliable. Hasil uji masing-masing skala dilakukan untuk menilai
validitas dan reliabilitas dari kuesioner MMAS konsistensi internal kuesioner MMAS,
diatas menyatakan bahwa kuesioner tersebut sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui
dapat digunakan sebagai instrument pengaruh pemberian konseling (variabel
kepatuhan. bebas) terhadap tingkat kepatuhan dan hasil
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

terapi (variabel tergantung). Analisis yang intervensi dilakukan secara random, yakni
digunakan yaitu Chi-Square untuk subjek yang memenuhi kriteria penelitian
mengetahui pengaruh kepatuhan terhadap dibagi menjadi 2 kelompok dengan cara
penurunan tekanan darah sistolik dan subjek dengan urutan ganjil dimasukkan ke
diastolik. Untuk mengetahui Pengaruh dalam kelompok kontrol dan subjek dengan
konsumsi garam, gangguan tidur, stress dan urutan genap dimasukkan kelompok
jumlah obat terhadap penurunan tekanan perlakuan. Penelitian ini tidak dilakukan
darah sistolik dan diastolik. Analisis uji t proses matching (pensejajaran). Pemantauan
digunakan untuk melihat pengaruh konseling dan hasil terapi (tekanan darah) pada pasien
terhadap kepatuhan dan tekanan darah dan dilakukan selama dua bulan.
juga di gunakan untuk melihat pengaruh Pengambilan data pasien di bulan
konseling terhadap kepatuhan pasien. Desember 2013 adalah peserta ASKES, namun
karena sejak 1 Januari 2014 ada pergantian
HASIL DAN PEMBAHASAN jaminan kesehatan dari ASKES menjadi Badan
Penelitian ini dilakukan selama kurun Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)
waktu Desember 2013 sampai dengan Januari maka sesuai prosedur yang dikeluarkan oleh
2014 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD BPJS mengenai alur pelayanannya untuk
Cilacap, dilakukan secara prospektif terhadap pemeriksaan dikembalikan ke puskesmas,
pasien hipertensi rawat jalan. Penelitian ini dokter keluarga atau PROLANIS. Hasil
melibatkan 102 subjek penelitian yang pemantauan dan tekanan darah pada
memenuhi kriteria inklusi. Seratus dua subjek penelitian ini menjadi selama satu bulan.
penelitian tersebut, subjek yang mengikuti Kendala yang dialami selama
penelitian dari awal sampai akhir sebanyak 87 penelitian berlangsung antara lain peneliti
subjek, terdiri dari 45 pasien hipertensi yang tidak dapat memaksa pasien untuk kembali
berobat ke poli penyakit dalam RSUD Cilacap.
Tabel I . Pengaruh Konseling terhadap
Ada 15 orang subjek yang memenuhi kriteria
Kepatuhan
inklusi namun tidak mengikuti penelitian
Kelompok Nilai Mean hingga selesai. Hal ini diketahui setelah
peneliti melakukan konfirmasi jadwal berobat
Kontrol 3,10 bagi pasien tersebut melalui telepon dengan
alasan paling banyak yaitu pasien merasa
sudah sehat sebanyak 6 orang, kemudian
Intervensi 6,76*
tidak ada yang mengantar 4 orang, tidak ada
Keterangan : waktu untuk control 3 orang, dan sisanya 2
orang karena pergi ke puskesmas dan ke
* = Terdapat perbedaan bermakna terhadap dokter keluarga.
kelompok kontrol (p<0,05) Hubungan berbagai karakteristik
mendapat intervensi/perlakuan berupa subjek dengan kelompok intervensi dan
konseling dari apoteker/peneliti dan 42 pasien kontrol menunjukkan bahwa tampak tidak
hipertensi tanpa diberikan konseling oleh terdapat perbedaan pada jumlah subjek, baik
apoteker/peneliti. Pengambilan sampel laki-laki maupun perempuan menunjukkan
dilakukan dengan metode consecutiv tidak terdapat perbedaan yang bermakna,
sampling yaitu peneliti memilih subjek begitu pula dengan umur, pendidikan, IMT,
penelitian berdasarkan pada pertimbangan DM, Dislipidemia, dan Tekanan Darah
kriteria inklusi dan ekslusi penelitian, bahwa (mmHg), sehingga karakteristik diasumsikan
subjek tersebut akan memberikan informasi homogen dan tidak berpengaruh terhadap
yang memadai untuk menjawab pertanyaan hasil penelitian seperti kepatuhan dan hasil
penelitian. Penentuan subjek penelitian terapi. Pasien yang berjenis kelamin
dimasukkan kedalam kelompok kontrol atau perempuan perempuan lebih dominant yaitu
51,7%. Persesntase usia dominen pada usia

225
Volume 4 Nomor 4 – Desember 2014

dewasa (30-64 tahun) yaitu 35,6% kelompok dari diri pasien untuk patuh dalam
kontrol, dan 32,1% kelompok intervensi. mengkonsumsi obat hipertensi, oleh karena
Persentase terbanyak tingkat pendidikan pada itu kerjasama antara petugas kesehatan
kelompok kontrol dan intervensi adalah SMA dengan pasien sangat mutlak dibutuhkan,
(Sekolah Menengah Atas) yaitu 16,1% petugas kesehatan terus memberikan
(kontrol) dan 21,8% (intervensi). Pada konseling untuk meningkatkan kepatuhan
kelompok kontrol proporsi responden dengan pasien dalam mengkonsusmi obat hingga
kategori obes lebih banyak dibandingkan pada penurunan tekanan darah tercapai. Pasien
kelompok intervensi yaitu 4,6% banding 3,4%. juga perlu memperhatikan pola makan dan
Resiko kardiovaskuler yang dimiliki pola hidup yang dapat menunjang target

Tabel 2. Pengaruh Kepatuhan terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik
Sistolik Diastolik
Kategori MMAS
Naik Turun Tetap Naik Turun Tetap
Kepatuhan
Rendah 14 21 10 14 22 9
Kepatuhan
Sedang 0 1 0 0 1 0
Kepatuhan Tinggi 1 37 3 2 35 4
p 0,001 0,006

responden yaitu DM dan dislipidemia. Hasil tercapainya penurunan tekanan darah seperti
penelitian menunjukkan subjek yang diet rendah garam, lemak, dan pola tidur yang
mengalami DM pada kelompok kontrol lebih baik.
dominan yaitu 26,4% dibandingkan dengan Hasil dari uji ini menunjukan bahwa
kelompok intervensi sebesar 20,7%. Persentase kepatuhan berpengaruh terhadap penurunan
dislipidemia kelompok kontrol lebih dominan tekanan darah sistolik dan diastolik
yaitu 14,9% dibandingkan kelompok kontrol sebagaimana tampak pada Tabel 13, hal ini
sebesar 9,1%. Tekanan darah sebagian besar berarti semakin tinggi kepatuhan maka akan
≥160 mmHg, persentase TD ≥160 kelompok semakin turun tekanan darahnya. Faktor-
kontrol lebih dominan yaitu 31% faktor yang mempengaruhi tekanan darah
dibandingkan kelompok intervensi sebesar antara lain ketepatan pemilihan obat,
29,9%. perubahan gaya hidup, dan kepatuhan dalam
Terdapat perbedaan bermakna antara terapi.
skor kepatuhan pada kelompok intervensi Pemberian konseling merupakan
terhadap kelompok kontrol. Hal ini dapat salah satu upaya untuk dapat meningkatkan
dilihat dari rata-rata skor kepatuhan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang
kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dijalaninya sehingga dapat terkontrol tekanan
kelompok kontrol (6,76 >3,10). Hal ini darahnya, namun kepatuhan merupakan
menunjukkan bahwa konseling Apoteker fenomena multidimensi yang ditentukan oleh
dapat memberikan dampak positif bagi lima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor
kepatuhan pasien pada kelompok intervensi. pasien, terapi, sistem kesehatan, lingkungan
Konseling apoteker harus terus dilakukan dan sosial ekonomi. Semua faktor tersebut
untuk memotivasi dan memberikan adalah faktor penting yang dapat
pemahaman pentingnya dalam kepatuhan mempengaruhi kepatuhan pasien. Faktor lain
mengkonsumsi obat hipertensi, hal ini Karena yang diperlukan yaitu komitmen yang kuat
keberhasilan target penurunan tekanan darah dan koordinasi yang erat dari seluruh pihak
hingga batas normal membutuhkan upaya (profesional kesehatan dan para pembuat
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

keputusan) dalam mengembangkan lebih besar dibandingkan dengan kelompok


pendekatan multidisiplin untuk kontrol, yaitu paling besardengan nilai rata-
menyelesaikan permasalahan ketidakpatuhan rata 6,8 untuk kelompok intervensi pada
pasien terhadap pengobatannya pasien HT + Diabetes Mellitus (DM), dan HT+
Pendekatan untuk menaksir Dislipidemia, pada kelompok kontrol paling
kepatuhan pengobatan bisa dengan patient self besar yaitu 3,31 pada pasien HT + Diabetes
report, pill counts, pharmacy records, drug level. Mellitus (DM).
Pengukuran dengan menggunakan patient self Konseling mempengaruhi kepatuhan
report lebih ringkas, cepat dan mudah yang selanjutnya mempengaruhi capaian
digunakan. Kelemahannya adalah penilaian tekanan darah. Hal ini dapat diketahui dari
lebih bersifat subjektif (Cook et al., 2005). perbedaan rata-rata penurunan tekanan darah
Sekarang ini telah dikembangkan cara untuk kelompok intervensi lebih besar
pengukuran yang lebih objektif untuk dibandingkan dengan penurunan tekanan
mengevaluasi kepatuhan yakni the new 8-item darah kelompok kontrol baik pada pasien
self-report Morisky Medication Adherence hipertensi dengan dan tanpa komorbid. Rata-
Scale (MMAS) Morisky et al., 2008). rata penurunan tekanan darah sistolik terbesar
Pemberian konseling merupakan pada kelompok intervensi terjadi pada pasein
salah satu upaya untuk dapat meningkatkan HT + DM yaitu 14,67 mmHg, dan penurunan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang tekanan darah sistolik terbesar pada kelompok
dijalaninya sehingga dapat terkontrol tekanan kontrol terjadi pada HT+DM+Dislipidemia
darahnya, namun kepatuhan merupakan yaitu sebesar 4,00 mmHg. Penurunan tekanan
fenomena multidimensi yang ditentukan oleh darah diastolik kelompok intervensi paling
lima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor besar terjadi pada pasien HT+ Dislipidemia
pasien, terapi, sistem kesehatan, lingkungan yaitu sebesar 16,00 mmHg, dan pada
dan sosial ekonomi. Semua faktor tersebut kelompok kontrol terjadi pada pasien
adalah faktor penting yang dapat Hipertensi (HT) sebesar 3,44 mmHg.
mempengaruhi kepatuhan pasien. Faktor lain Hasil penelitian ini sejalan dengan
yang diperlukan yaitu komitmen yang kuat hasil penelitian Mehos et al. (2000) yang
dan koordinasi yang erat dari seluruh pihak menunjukkan intervensi apoteker dapat
(profesional kesehatan dan para pembuat memperbaiki tekanan darah pada pasien
keputusan) dalam mengembangkan hipertensi. Demikian juga penelitian yang
pendekatan multidisiplin untuk dilakukan oleh Mulyasih (2010) menunjukkan
menyelesaikan permasalahan ketidakpatuhan bahwa pemberian konseling dapat
pasien terhadap pengobatannya. menurunkan tekanan darah sistolik sebesar
Pendekatan untuk menaksir 9,28 mmHg dan diastolik 5,18 mmHg. Namun,
kepatuhan pengobatan bisa dengan patient pada penelitian ini peneliti hanya memberikan
self report, pill counts, pharmacy records, konseling pada pasien sebanyak 1 kali.
drug level. Pengukuran dengan menggunakan Keterbatasan Penelitian
patient self report lebih ringkas, cepat dan Walaupun sudah diupayakan sebaik
mudah digunakan. Kelemahannya adalah mungkin, penelitian ini masih terdapat
penilaian lebih bersifat subjektif (Cook et al., banyak keterbatasan, antara lain adalah subjek
2005). Sekarang ini telah dikembangkan cara penelitian adalah pasien rawat jalan sehingga
pengukuran yang lebih objektif untuk pemeriksaan hanya dapat dilakukan pada saat
mengevaluasi kepatuhan yakni the new 8-item pasien melakukan pemeriksaan,
self-report Morisky Medication Adherence pengumpulan data menggunakan kuesioner
Scale (MMAS) Morisky et al., 2008). sehingga kebenaran sangat bergantung pada
Konseling berpengaruh pada kejujuran subjek penelitian. Untuk
kepatuhan pasien hipertensi dengan dan mengantisipasi itu maka sebelumnya peneliti
tanpa komorbid. Hal ini dapat diketahui dari menjelaskan maksud dari pengambilan data,
nilai rata-rata kepatuhan kelompok intervensi persetujuan dari responden untuk

227
Volume 4 Nomor 4 – Desember 2014

diwawancara sehingga tidak ada unsur


pemaksaan, tidak dapat memaksa pasien Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk
untuk berkunjung kembali ke Poliklinik Penyakit Hipertensi, Pendoman
Penyakit Dalam RSUD Cilacap, penelitian ini KonselingPelayanan Kefarmasian di Sarana
dilakukan pada pasien rawat jalan sehingga Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina
sulit mengendalikan gaya hidup pasien yang Farmasi, Jakarta.
mungkin dapat berpengaruh terhadap Fajar, N., 2002, Analisis Faktor Sosial
tekanan darah pasien. Budaya dalam Keluarga yang
Mempengaruhi Pengobatan Dini dan
KESIMPULAN Keteraturan Berobat Pada Penderita
Konseling berpengaruh signifikan Hiperetnsi, Cermin Dunia Kedokteran,
terhadap kepatuhan pasien hipertensi rawat 11(5): 12-20, http ://Cermin Dunia
jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kedokteran.com/, diakses 5 Desember
Cilacap (P<0,05), dan kepatuhan pasien dalam 2012.
mengkonsumsi obat hipertensi berpengaruh Hussar, DA., 1995, Patient Compliance, in
terhadap penurunan tekanan darah baik Remington: The Science and Practise of
sistolik maupun diastolik (P<0,05), sehingga Pharmacy, Philadelphia Collage of
dengan semakin tinggi kepatuhan pasien Pharmacy and science, USA, 1796-1807.
maka akan semakin besar penurunan tekanan Jepson, M. H., 1990, Patient Compliance and
darahnya. Counselling, London: Pharmaceutical
Practice, Churscill, Livingstone
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI, 2008, Pharaceutical Care untuk
American Society of Health-System Penyakit Hipertensi. Jakarta; Kementrian
Pharmacist, 1997, ASHP Guideline on Kesehatan Republik Indonesia.
Pharmacist-Conducted Patient Morisky, D.E., Ang A Krousel-Wood, M.A.,
Education and Conseling, American Ward. H., 2008, Predictive Validity if A
Journal Health-System Pharmacisit, 54: Medication Adherence Measure in an
162-73. Outpatient Setting, Journal Health-System
Black, M.D., J. David Curb, Jeffrey A dan Pharmacist, 10:348-54.
Cutler, 1996, Effect of Diuretic-Based Nafrialdi, 2007, Antihipertensi dalam
Antihypertensivelar Disease Risk in Farmakologi dan Terapi, 5 Ed. , EGC,
th

Older Diabetic Patient With Isolated Jakarta; Indonesia.


Systolic Hypertension, Journal of the World Health Organization, 2003, International
American Medical Association, 276(23) : Society of Hypertension WritingGroup,
1886-1892. World Health Organization-
Case Management Society of America, 2010, Internasional Society of hypertension
Case Management Adherence Guidelines, statement of Management of
version 2.0, Case Management Society of Hypertension, 108-17.
America. Yogiantoro, M., Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Chobanian, A. V., Bakris, G.L., Black , H.R., Alwi, I., et al., 2006, Buku Ajar Ilmu
Chusman, W.L., Green I.A., Izzo, J.L. et Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV, FKUI
al, 2003, JNC VII Express: The Seventh Indonesia, 1079-85.
Report of the JointNational Commite on
Preventian, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Presure, U.S.
Deparment of Health and Human
Services, 12-33.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

229

Anda mungkin juga menyukai