Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR PRAKTIK KEBIDANAN

TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN SEPANJANG


SIKLUS KEHIDUPAN

Dosen Pembimbing :
Yeni Utami, S.Si.T,M.Kes

Disusun oleh Kelompok 1 :


1. Anggun Puspitasari
2. Anisa Fitriani
3. Dela Safitri
4. Desnita Syakina R
5. Dewi Maharani
6. Gishela Cindy M. P
7. Madya Aprilia P
8. Nofia Citra D. R

PROGAM STUDI D-III KEBIDAAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatnya, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang tindakan pemenuhan kebutuhan dasar perempuan sepanjang siklu
kehidupan. Dan juga kami berterima kasih kepada ibu Yeni Utami selaku Dosen mata
kuliah Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan Progam Studi DIII Kebidanan Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
lain yang membacanya. Sebeumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata –
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Madiun, 25 September 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan
dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.
Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan
posisi pada rentang sehat-sakit (Potter & Perry, 1999).
Menurut teori kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow terdapat lima
tingkatan dasar kebutuhan manusia, yaitu yang pertama adalah kebutuhan
fisiologis seperti udara, air, makanan. Tingkatan kedua meliputi kebutuhan
keselamatan dan keamanan yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis.
Tingkatan ketiga adalah kebutuhan cinta dan rasa memiliki termsuk
persahabatan, hubungan social, dan cinta. Tingkat keempat meliputi kebutuhan
rasa berharga dan harga diri. Tingkatan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi
diri (Potter & Perry, 1999).
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting.
Tubuh tergntung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup.
Selain oksigen, kebutuhan nutrisi juga sangat penting dalam aktivitas sehari-hari
karena nutrisi juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam
tubuh.sebagai sumber tenaga, nutrisi dapat di peroleh dari karbohidrat sebanyak
50-55%,lemak sebanya 30-35% dn protein sebanyak 15% .
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi
tubuh manusia .kebutuhan cairan sangat di perlukan tubuh dalam mengangkut
zat makanan ke dalam sel,sisa metabolisme,sebagai pelarut elektrolit dan
nonelektrolit,memelihara suhu tubuh , mempermudh eliminasi dan membatu
pencernaan .
Tenaga medis termasuk bidan mempunyai peran penting dalam
pemenuhan kebutuhan dasar prempuan sepanjang siklus kehidupan. Oleh karena
itu bidan harus memahami konsep tentang pemenuhan kebutuhan perempuan
sepanjang siklus kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman tindakan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan mengatur
posisi tidur dan kanule/masker oksigen?
2. Bagaiaman tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan menyuap atau
melalui sonde?
3. Bagaiaman tindakan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit secara
oral dan parenteral?
4. Bagaiaman tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi?
5. Bagaiaman tindakan pemenuhan kebersihan perorangan?

C. Tujuan
1. Dapat memenuhi kebutuhan oksigen dengan mengatur posisi tidur dan
kanule/masker oksigen
2. Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan menyuap atau melalui sonde
3. Dapat memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit secara oral dan
parenteral
4. Dapat memenuhi kebutuhan eliminasi
5. Dapat memenuhi kebutuhan kebersihan perorangan

D. Manfaat
Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam
tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam
anatomi & fisiologi dalam sistem kardiovaskuler sehingga berpengaruh besar
terhadap kehidupan klien.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting.
Tubuh tergntung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup.
1. Proses pemenuhan kebutuhan oksigensi
a. Fentilasi
Fentilasi aalah proses keluar masuknya uara dari paru-paru
jumlahnya sekitr 500ml .fentilasi membutuhkan koordinasi otot
paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh
keptenan fentilasi tergantung pada factor :
1) Kebersihan jalan nafas, adanya smbatan atau obstruksi
jaan nafas aan menghalangi masuk dan keuarnya udara
dari dank e patu-paru
2) Adekuatnya system syaraf pusat dan pusat oernafasn .
3) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru .
4) Kemampan otot-otot pernafasan seperti
diafragma,eksternal interkosa ,internal interkosa, otot
obdominal.
b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan arah melewati sirkulasi paru untk di
oksigenasi,dimana pada sirulsi paru adalah darah dioksigenasi
yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari fentrikelkana jantung.
Darah ini memperfus paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksign dan karbon dioksda di kapiler dan
alfeous .
c. Difusi
Difusi adalah prgerakan molekul dari area dengan konsentrasi
tinggi ke area konsentrasi enah difusi udara respirasi terjadi
antara alveolus dengan membran kapiler. Oksigen terus menerus
berdifusi dari udra dalam alveoli k dalam aliran darah dan karbon
dioksida terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli .
2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
1) Saraf otonomik.
Ketika simpatis dan parasimptis dari saraf otonom terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter karena
pada saluran pernafasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor
kolinergik .
2) Hormonal dan obat
Semua horman dapat melebarkn saluran pernafasan obat yang
tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran pernafasan .
3) Alergi pada saluran nafas
Debu yang terdapat di dalam pernafasan , bulu
binatang,kapas,makanan dapt mengganggu pernafasan serta kebtuhan
oksigen .
4) Faktor perkembangan
Tahap perkembangn anak dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia
perkembangan anak , misalnya pada bayi pematur, yaitu adanya
kecenderungan kurang pembentukn surfaktan.
5) Factor lingkungan
Kondisi lingkungan seperti lingkungan yang banyak debu,
ketinggian, suhu dapat mempengaruhi adaptasi.
6) Factor perilaku
Missal orang obesitas dapat mempengaruhi proses pengembangan
paru, kebiasaan merokok menyebabkan proses penyempitan pada
pmbuluh darah .
3. Metode pemberian oksigen
a. Posisi tidur
b. Nasal Canul/ masker wajah
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan
dengan nasal kanule tujuannya untuk memberikan oksigen
dengan konsentrasi relative rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.selain itu untuk memberikan oksigen yang tidak terptus
saat klien makan / minum.
1) Persiapan alat
a) Tabung oksigen dengan flometer
b) Bumidifier dengan cairan steril,air distilasi/air matang sesuai
dengan peraturan rumah sakit.
c) Nasalkanul dan selang
d) Kassa (jika di perlukan)
e) Plaster
f) Bengkok
2) Prosedur
a) Kaji kebtuhan oksigen dan priksa kembali perintah pengobatan .
b) Siapkan klien dan keluarga .
c) Atur peralatan oksigen dan bumidifaer.
d) Putar oksigen sesuai terapi dan pastkan alat dapat berfungsi.
e) Letakkan kanul pada wajah klien,dalam lubang kanul masuk ke
hidung dan elastic band melingkar ke kepala .
f) Jika kanul ingin tetap berada di tempatnya, plaster pada wajah .
g) Alasi selang denan kassa pada elastic band pada telingan dan
tulang pipi (jika di butuhkan )
h) Inspeksi peralatan secara teratur.
i) Dokumentasikan

B. Kebutuhan Nutrisi
1. Fisiologi Nutrisi
Fisiologi dari nutrisi melibatkan lima proses dalam penggunaan oleh
tubuh :
a) Ingesti, proses pengambilan makanan ke dalam saluran pencernaan,
umumnya melali mulut.
b) Digesti, proses mekanik dan kimia untuk merubah nutrient menjadi
bentuk yang mudah diabsorbsi.
c) Absorbi, proses dari hasil akhir pencernaan melalui usus halus dan
usus besar kedalam darah atau system getah bening.
d) Metabolism, konversi nutrient ke dalam energy.
e) Eksersi, proses pengeluaran hasil buangan dari tubuh.
2. System yang berperan dalam pemenuhan nutrisi
a) Mulut, merupakan bagian awal dari saluran pencernaan.
b) Faring dan esophagus, bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut dan laring.
c) Lambung berfungsi menampung makanan, memecah makan dan
mensekresi pepsin dan HCL.
d) Usus halus, sebagai tempat pengabsorbsian makanan.
e) Usus besar, mengabsorbsi air, elektrolit, vitamin dan sedikit
glukosa.
3. Sumber esensial nutrisi yang diperlukan tubuh
a) Air
b) Karbohidrat
c) Lemak
d) Protein
e) Vitamin
f) Mineral
4. Pemenuhan nutrisi dengan sonde / NGT
a) Definisi
b) Tujuan
c) Dilakukan pada
d) Persiapan alat
e) Prosedur
C. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Cairan tubuh
2. Factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Pergerakan cairan tubuh
4. Sumber cairan tubuh
5. Pengeluaran cairan tubuh
6. Pemenuhan cairan tubuh
a) Oral
Apat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami
kehilangan cairan dalam jumlah yang sangat besar , atau tidak
mengalami obstruksi mekanis dalm saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan pilihlan cairan yang mengandung kalori dan
elektrolit yang adekuat.
b) parenteral
D. Kebutuhan Eliminasi
1. Eliminasi uri
2. Eliminasi alvi
3. Pemasangan pispot
Membantu pasien yang hendak buang air kecil (BAB atau BAK) diatas
tempat tidur.
a) Tujuan
1) Membantu pasien dalam rangka memenuhi kebutuhan
eliminasi
2) Mengurangi pergerakan pasien
3) Mengetahui adanya kelainan feses/ urin secara langsung
4) Menjaga kebersihan pasien
b) Persiapan
1) Pispot dan tutupnya atau urinal
2) Sampiran
3) Alas bokong
4) Troly
5) Bel
6) Tissue
7) Dua Waskom berisi air
8) Sabun
9) Dua waslap
10) Sarung tangan
11) Handuk
12) Selimut mandi
c) Prosedur
1) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2) Membawa lat ke dekat pasien
3) Memasang sampiran
4) Mencuci tangan dan pakai sarung tangan
5) Memasang selimut mandi dan menurunkan selimut pasien
6) Tinggikan tepi tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh( bila
ada)
7) Membuka pakaian pasien bagian bawah
8) Memasang alas bokong
9) Anjurkan pasien untuk berpegangan atau bagian belakang
tempat tidur sambil menekukkan lutut diikuti dengan
mengngkat bokong kemudian pasang pispot perlahan- lahan
10) Jika pasien pria pasang urinal untuk BAK
11) Pastikan bahwa laken dan stik tidak terkena
12) Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika
sudah selesai beritahu perawat atau bidan
13) Kalau sudah selesai Tarik pispot dan letakkan lengkap dengan
tutupnya
14) Bersihkan daerah perianal dengan tissue (untuk pasien wanita
bersihkan dari area uretra smpai dengan anus untuk mencegah
perpindahan mikroorganisme dari rektal keseluruh urinaria)
kemudian tissue buang kedalam pispot
15) Gunakan waslap untuk membersihkan daerah perianal dengan
air sabun
16) Bilas dengan air bersih
17) Keringkan daerah perianal dengn handuk
18) Mengangkat alas bokong
19) Mengenakan kembali pakaian pasien
20) Mengembalikan klien seperti semula
21) Mengangkat selimut mandi dan sekaigus menarik selimut
pasien keatas
22) Ganti linen jika kena feses/ urin
23) Merapikan pasien
24) Membereskan alat
25) Membuka sampiran
26) Mencuci tangan
27) Dokumentasi
4. Pemasangan kateter
Memasukkan selang karet melalui uretra dan kedalam kndung kemih
yang dipasang mennetap dalam jangka waktu tertentu.
a. Tujuan
1) Mendapatkan specimen urin steril untuk pemeriksaan
2) Aliran air kemih lancer
3) Urin tidak tertimbun
4) Tidak terjadi iritasi
5) Tidak terjadi penyempitan pada uretra
b. Persiapan
1) Bak instrument steril berisi kateter sesuai ukuran, pinset anatomi
satu buah, sarung tangan satu pasang
2) Kapas DTT dalam tempatnya
3) Vaselin dalam tempatnya
4) Bengkok tiga buah
5) Perlak bokong dan alasnya
6) Plester
7) Gunting plester
8) Aquades
9) Spuit 5-10ml
10) Urin bag
11) Botol steril untuk tempat urin bila diperlukan
12) Selimut mandi
13) Sampiran
c. Prosedur
1) Pada wanita
a) Memberi tahu dan menjelaskan kepada klien
b) Mendekatkan alat-alat
c) Memasang sampiran
d) Mencuci tangan
e) Menanggalkan pakaian bagian bawah
f) Memasang selimut mandi, Perlak dan pengalas bokong
g) Menyiapkan posisi klien dorsal rekumben
h) meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
i) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
j) Lakukan vulva hygiene
k) Mengambil kateter kemudian ujungnya diberi vaselin 3-7cm
l) Memasukan kateter perlahan –lahan kedalam uretra
m) Menampung urin kedalam bengkok/ botol steril bila
diperlukan pemeriksaan
n) Bila urin sudah keluar semua, masukkan aquades 10-15cc
atau sesuai ukuran kateter, dihubungkan dengan pipa
penyambung pada urin bag
o) Fiksasi kateter dengan menggunakan plester pada paha klien
p) Mengikat urin bag pada sisi tempat tidur
q) Lepas sarung tangan dan masukkan kedalam bengkok
bersama dengan kateter dan pinset
r) Memasng pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
s) Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
t) Membereskan alat
u) Mencuci tangan
2) Pada pria
a) Memberi tahu dan menjelaskan kepada klien
b) Mendekatkan alat-alat
c) Memasang sampiran
d) Mencuci tangan
e) Menanggalkan pakaian bagian bawah
f) Memasang selimut mandi, Perlak dan pengalas bokong
g) Menyiapkan posisi klien dorsal rekumben
h) meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
i) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
j) Memegang penis dengan tangan kiri
k) Menarik preputium sedikit ke pangkalnya, kemudian
membersihkannya dengan kapas DTT
l) mengambil kateter, ujungnya diberi vaselin 20cm
m) Memasukan kateter perlahan –lahan kedalam uretra 20cm
sambil penis diarahkan keatas, jika kateter tertahan jangan
dipaksakan. Usahakan penis lebih dikeataskan sedikit dan
pasien dianjurkan menarik napas panjang, dn memasukkan
kateter perlahan-lahan sampai urin keluar, kemudian
menampung urin kedalam bengkok/botol steril bila
diperlukan untuk pemeriksaan
n) Bila urin sudah keluar semua, masukkan aquades 10-15cc
atau sesuai ukuran kateter, dihubungkan dengan pipa
penyambung pada urin bag
o) Mengikat urin bag pada sisi tempat tidur
p) Fiksasi kateter dengan menggunakan plester pada paha klien
q) Lepas sarung tangan dan masukkan kedalam bengkok
bersama dengan kateter dan pinset
r) Memasng pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
s) Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
t) Membereskan alat
u) Mencuci tangan
E. Pemeliharaan Kebersihan (Personal Hyegine)
1. Tujuan pemeliharaan Personal Hyegine
a. Peningkatan derajat kesehatan
b. Pelihara kesehatan diri
c. Perbaikan personal hygiene
d. Mencegah penyakit
e. Meningkatkan kepercayaan diri
f. Menciptakan keindahan
2. Factor yang mempengaruhi Personal Hyegine
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya peubhan fisik sehingga
individu tudak peduli terhadap kebersihanya.
b. Praktik social
c. Status
d. social ekonomi
e. Pengetahuan
f. Budaya
g. Kebiasaan
h. Kondisi fisik
3. Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hyegine
4. Personal Hyegine pada pasien
a. Perawatan gigi dan mulut
1) Tujuan
a) Supaya mulut dan gigi tetap sehat, bersih dan tidak bau
b) Mencegah terjadinya inveksi, missal stomatitis, caries gigi
dll.
c) Memberikan perasaan segar pada klien.
d) Mempertinggi daya tahan tubuh.
2) Persipan
a) Handuk dan pengalas
b) Sikat gigi
c) Pasta gigi
d) Sedotan
e) Gelas untuk umur yang berisi air bersih
f) Bengkok atau mangkok besar untuk tempat kumur klien
g) tisue
b. memandikan pasien
1) Tujuan
a) membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan yang tidak
sedap
b) memberikan rasa nyaman dan relaksasi
c) merangsang sirkulasi darah paa kulit
d) mencegah infeksi pada kulit
e) mendidik klien dalam kebersihan perorangan
2) prosedur
a) memberi tahu dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) mendekatkan alat
c) memasang sampiran
d) memindhkan selimut dan bantal dari tempat tidur
e) mengatur posisi klien senyaman mungkin
f) mencuci tangan
g) memakai sarung tangan
h) mengganti selimut klien dengan selimut mandi
i) membuka pakaian bagian atas dan menutupnya dengan
selimut mandi
j) membasuh muka
k) membasuh lengan
l) membsuh dada dan perut
m) membasuh punggung
n) membasuh kaki
o) membasuh daerah lipat paha dan genital
p) memsang selimut mandi klien diganti dengan selimut tidur
seta bantal dikembalikan
q) pasien dirapikan kembali
r) membereskan alat
s) melepas sarung tangan
t) mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai