Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN LATIHAN OSCE FORENSIK

UNISSULA – UNTAR – UNSWAGATI

Jawaban Soal No.1

1. Memeriksa keresmian SPV yang terdiri dari :


- Kop surat
- Tanggal surat
- Nomor surat
- Identitas pemohon
- Identitas korban
- Perihal permintaan
- Tanggal, tanda tangan, dan cap
- Jika ada data yang kurang, dapat menghubungi pihak Kepolisian yang mengeluarkan SPV

2. Terdapat sebuah luka terbuka pada punggung sisi kiri, dengan ujung pertama tiga belas
sentimeter sebelah kiri garis tengah tubuh dan lima belas sentimeter dibawah garis yang
melewati kedua ujung bawah tulang belikat, ujung kedua enam belas sentimeter sebelah kiri
garis tengah tubuh dan enam sentimeter dibawah garis yang melewati kedua ujung bawah
tulang belikat, bentuk menyerupai celah, panjang tujuh sentimeter, lebar satu koma lima
sentimeter, dalam empat sentimeter, tepi luka teratur, batas tegas, tidak terdapat jembatan
jaringan, tebing luka terdiri dari jaringan kulit, lemak, dan otot, dasar luka otot, di sekitar luka
terdapat bekas jahitan dan memar berwarna merah kebiruan, pada luka terdapat cairan
berwarna merah.

3. Berdasarkan fakta-fakta yang saya temukan dari pemeriksaan di atas, maka dapat saya
simpulkantelah diperiksa seorang laki-laki berusia antara tujuh belas tahun sampai dua puluh
lima tahun, dengan ciri khusus tato abstrak di punggung. Dari pemeriksaan luar didapatkan
luka akibat kekerasan tajam, berupa luka bacok di punggung sisi kiri. Luka tersebut dapat
menimbulkan halangan pekerjaan selama sementara waktu.
Jawaban Soal No.2
1. Terdapat sebuah luka memar di permukaan bagian dalam bibir bawah sebelah kiri,
pusat luka terletak 1 cm dari garis tengah tubuh , bentuk tidak teratur, ukuran dengan
panjang luka 1,5 cm dan lebar luka 1 cm batasnya tidak tegas , berwarna merah
keunguan, dan disekitar luka memar tidak ditemukan kelainan.
2. Derajat luka adalah luka ringan karena lukanya tidak menimbulkan halangan dalam
melakukan aktifitas sehari hari sebagai ibu rumah tangga dan luka tersebut dapat
sembuh sempurna.
3. Pasien diperiksa dahulu oleh dokter dan dibuat dicatatan medis. Kemudian, pasien
diminta untuk melapor kepada polisi di daerah setempat terlebih dahulu dan meminta
untuk dibuatkan surat permohonan visum et repertum. Setelah surat dikeluarkan,
pasien didampingi dengan penyidik kembali ke rumah sakit untuk dibuatkan visum et
repertum berdasarkan catatan medis.

Jawaban Soal No.3

1. Terdapat sebuah jejas di bagian leher yang melingkar secara tidak penuh mengarah ke atas,
pada sisi depan jejas terletak satu koma lima sentimeter di atas jakun, dan pada kedua sisi
samping kanan dan kiri mengarah miring ke atas, kedua ujung melewati garis batas bawah
tumbuhnya rambut, panjang tiga puluh empat sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dan
dalam nol koma tiga sentimeter, garis batas luka teratur, dasar jejas berupa kulit berwarna
kuning kecoklatan, perabaan kasar dan keras.

2. Interval postmortem pada kasus tersebut yaitu diatas 36 – 48 jam, karena lebam mayat
menetap, kaku mayat positif sulit dilawan, dan sudah terdapat tanda awal pembusukkan.

3. Tipe luka akibat jejas gantung. Perkiraan cara kematian adalah bunuh diri atau dibunuh
lalu digantung, harus dibuktikan dengan pemeriksaan tanda-tanda intravital jejas (retraksi
jaringan, reaksi vaskuler, reaksi mikroorganisme, reaksi biokimia).
Jawaban Soal No. 4

1. izin untuk pemeriksaa dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah seorang
anka dari orang tua atau wali. Menurut KUHUP pasal 87 ayat 1 wanita yang belum genap 15
tahun secara hukum belum diperbolehkan memberikan izin sendiri, jadi waita tersebut masih
dianggap dibawah asuhan dari orang tua. Menurut PERMENKES no. 68 tahun 2013 tentang
kewajiban memberikan informasi adanya dugaan kekerasan terhadap anak oleh pemberi
layanan kesehatan. Melakukan tata cara pemeriksaan yaitu : memberikan informed consent
untuk menjelaskan kepada anak maupun kepada orang tuanya serta mendapatkan persetujuan
dari anak yang diduga sebagai korban maupun orang tua.

2. Menurut PERMENKES no. 68 tahun 2013 tentang kewajiban memberikan informasi


adanya dugaan kekerasan terhadap anak oleh pemberi layanan kesehatan. Melakukan tata
cara pemeriksaan yaitu : meberikan informed consent untuk menjelaskan kepada anak
maupun kepada orang tuanya, tentang maksud, tujuan, proses dan lama pemeriksaan serta
mendapatkan persetujuan dari anak yang diduga sebagai korban maupun orang tua. Dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan akan disampaikan ke pengadilan

3. data yang perlu dicantumkan dalam bagian pemdahulun visum et repertum delik kesusilaan
adalah :

1. intansi polisi yang meminta pemeriksaan, nama dan pangkat polisi yang mengantar korban,
nama, umur, alamat dan pekerjaan kobran seperti tertulis daam surat permintaan, nama dokter
yang memeriksa, tempat, tangal dan jam pemeriksaan dilakukan serta nama perawat yang
menyaksikan pemeriksaan.

2. anamnesis

Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tanggal dan tempat lahir, status
perkawinan. Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian; tanggal dan jam,
tanyakan dimana tempat terjadinya?, apakah korban melawan?, apakah korban pingsan?,
apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi?, apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi dan
menganti pakaian?
3. pemeriksaan pakaian

Pakaian diteliti helai demi helai, apakah terdapat : robekan lama atau baru sepanjang jahitan
atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, lumpur
dsb. Yang berasal dari tempat kejadian.

4. pemeriksaan tubuh korban

a. Meliputi pemeriksaan umum : gambaran penampilan (rambut dan wajah), rapih atau kusut,
keadaan emosional, tenang atau sedih atau gelisah dsb. Adakah tanda-tanda bekas kehilangan
kesadaran atau diberikan obat tidur. Apakah ada needle marks. Adakah tanda-tanda bekas
kekerasan, memar, atau luka lecet pada daerah mulut, leher, pergelangan tangan, lengan ,
paha bagian dalam dan pinggang. Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflek
cahaya, pupil pint point, tinggi dan berat badan, tekanan darah, keadaan jantung, paru,
abdomen.

b. pemeriksaan bagian khusus (daerah genitalia) meliputi ada tidaknya rambut kemaluan yang
melekat menjadi satu karena air mani yang mengeras, apabila ada gunting untuk pemeriksaan
lab laboratorium. Cari pula bercak air mani disekitar alat kelamin, apabila ada swab dengan
kapas lidi yang dibasahi dengan larutan garam fisiologis. Pemeriksaan vulva : ada tidaknya
tanda-tanda bekas kekerasan, seperti hiperemis, edema, memar dan luka lecet ( goresan
kuku). Introitus vagina apakah hiperemi atau edema?. Pemeriksaan jenis selaput daraadakah
ruptur atau tidak. Bila ada, tentuka ruptur baru atau lama dan catat lokasi ruptur tersebut.
Tentukan besar orficium. Periksa pu;a apakah frenulum labiorum pudendi dan commisura
labiorum posterior utuh atau tidak. Perisa vagina dan serviks dengan spekulum bila alat
genital mengijinkan. Lakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan lab.

Jawaban Soal No.5


Pada kasus jenazah tidak dikenal masalah utama yang dihadapi penyidik adalah identifikasi
korban.
1. Dari gambar (A, B, C) di bawah ini, tentukan termasuk identifier mana menurut
tandar internasional DVI!
Jawaban:
Gambar B merupakan primary identifier, sedangkan gambar A dan C merupakan
Secondary Identifier.
Tinjauan pustaka :
- Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimanasetiap fasenya mempunyai keterkaitan
satudengan yang lainnya, yang terdiri dari ‘TheScene’, ‘The Mortuary’, ‘Ante
Mortem Information Retrieval’, ‘Reconciliation’ and‘Debriefing’.
- Interpol menentukanPrimary Indentifiers yang terdiri dariFingerprints,
Dental Records dan DNA sertaSecondary Indentifiers yang terdiri
dariMedical, Property dan Photography. Prinsip dari proses identifikasi ini
adalah denganmembandingkan data Ante Mortem dan PostMortem, semakin
banyak yang cocok maka akan semakin baik. Primary Identifiers mempunyai nilai
yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan Secondary Identifiers.

METODOLOGI IDENTIFIKASI
Prinsipnya adalah pemeriksaan identitas seseorang memerlukan berbagai metode dari yang
sederhana sampai yang rumit.
a. Metode sederhana
1) Cara visual, dapat bermanfaat bilakondisi mayat masih baik, cara inimudah karena
identitas dikenalmelalui penampakan luar baik berupaprofil tubuh atau muka. Cara ini
tidakdapat diterapkan bila mayat telahbusuk, terbakar, mutilasi serta harus
mempertimbangkan faktor psikologi keluarga korban (sedang berduka,stress, sedih, dll)
2) Melalui kepemilikan (property)
identititas cukup dapat dipercayaterutama bila kepemilikan tersebut (pakaian, perhiasan, surat
jati diri) masih melekat pada tubuh korban.
3) Dokumentasi, foto diri, foto keluarga,foto sekolah, KTP atau SIM dan lain sebagainya.
b. Metode ilmiah, antara lain:
1) Sidik jari,
2)Serologi,
3) Odontologi,
4) Antropologidan
5) Biologi.
Cara-cara ini sekarang berkembangdengan pesat berbagai disiplin ilmu ternyata dapat
dimanfaatkan untuk identifikasi korbantidak dikenal. Dengan metode ilmiah inididapatkan
akurasi yang sangat tinggi dan jugadapat dipertanggung-jawabkan secara hukum.Metode
ilmiah yang paling mutakhir saat ini adalah DNA Profiling (Sidik DNA). Cara ini
mempunyai banyak keunggulan tetapimemerlukan pengetahuan dan sarana yangcanggih dan
mahal. Dalam melakukanidentifikasi selalu diusahakan cara-cara yang mudah dan tidak
rumit. Apabila dengan cara yang mudah tidak bisa, baru meningkat kecara yang lebih
rumit.Selanjutnya dalam identifikasi tidak hanya menggunakan satu cara saja, segala cara
yang mungkin harus dilakukan, hal ini pentingoleh karena semakin banyak kesamaan yang
ditemukan akan semakin akurat. Identifikasi tersebut minimal harus menggunakan 2 cara
yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan).Prinsip dari proses
identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan data data tersangka korban dengan
data dari korban yang tak dikenal, semakin banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data
gigi, sidik jari,atau DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan
primer,sedangkan data medis, property dan ciri fisikharus dikombinasikan setidaknya dua
jenis untuk dianggap sebagai ciri identitas yang pasti.
Gigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya bila rekam dan foto
gigi pada waktu masih hidup yangpernah dibuat masih tersimpan dengan baik.Pemeriksaan
gigi ini menjadi amat pentingapabila mayat sudah dalam keadaan membusuk atau rusak,
seperti halnya kebakaran.Adapun dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita
dapatkan 2 kemungkinan:
1) Memperoleh informasi melalui data gigidan mulut untuk membatasi ataumenyempitkan
identifikasi.Informasi ini dapat diperoleh antara lainmengenai:
a. umur
b. jenis kelamin
c. ras
d. golongan darah
e. bentuk wajah
f. DNA
Dengan adanya informasi mengenai perkiraan batas-batas umur korbanmisalnya, maka
pencarian dapat dibatasipada data-data orang hilang yang berada disekitar umur korban.
Dengan demikianpenyidikan akan menjadi lebih terarah.
2) Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut.Di sini dicatat ciri-
ciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara lebihakurat dari pada sekedar
mencari informasi tentang umur atau jenis kelamin. Ciri-ciri demikian antara lain:misalnya
adanya gigi yang dibungkus logam, gigi yang ompong atau patah,lubang pada bagian depan
biasanya dapat lebih mudah dikenali oleh kenalan atau teman dekat atau keluarga korban.
Disamping ciri-ciri di atas, juga dapat dilakukan pencocokan antara tengkorak korban dengan
foto korban semasahidupnya. Metode yang digunakan dikenalsebagai Superimposed
Technique yaitu untuk membandingkan antara tengkorakkorban dengan foto semasa
hidupnya.
c. Identifikasi dengan Teknik Superimposisi
Superimposisi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk menentukan identitasseseorang dengan
membandingkan korbansemasa hidupnya dengan tengkorak yang ditemukan. Kesulitan
dalam menggunakantehnik ini adalah:
1) Korban tidak pernah membuat fotosemasa hidupnya.
2) Foto korban harus baik posisinyamaupun kwalitasnya.
3) Tengkorak yang ditemukan sudahhancur dan tidak berbentuk lagi.
4) Membutuhkan kamar gelap yang perlubiaya tersendiri.
Khusus pada korban bencana massal, telah ditentukan metode identifikasi yang dipakai yaitu:
a. Primer/utama
1) gigi geligi
2) sidik jari
3) DNA
b. Sekunder/pendukung
1) visual
2) properti
3) medik

SETELAH KORBAN TERIDENTIFIKASI


Setelah korban teridentifikasi sedapatmungkin dilakukan perawatan jenazah yang meliputi
antara lain:
a. Perbaikan atau rekonstruksi tubuh jenazah
b. Pengawetan jenazah (bila memungkinkan)
c. Perawatan sesuai agama korban
d. Memasukkan dalam peti jenazah
Kemudian jenazah diserahkan kepada keluarganya oleh petugas khusus dari
KomisiIdentifikasi berikut surat-surat yangdiperlukan pencatatan yang penting padaproses
serah terima jenazah antara lain:
a. Tanggal dan jamnya
b. Nomor registrasi jenazah
c. Diserahkan kepada siapa, alamat lengkap penerima, hubungan keluarga dengankorban.
d. Dibawa kemana atau dimakamkan dimana
Perawatan jenazah setelah teridentifikasi dilaksanakan oleh unsur Pemerintah Daerah,dalam
hal ini Dinas Sosial dan DinasPemakaman yang dibantu oleh keluarga korban adalah sangat
penting untuk tetapmemperhatikan file record dan segalainformasi yang telah dibuat
untukdikelompokkan dan disimpan dengan baik.Dokumentasi berkas yang baik juga
berkepentingan agar pihak lain (Interpolmisalnya) dapat melihat, mereview
kasusnya,sehingga menunjukkan bahwa prosesidentifikasi ini dikerjakan dengan baik dan
penuh perhatian.
Identifikasi pada korban bencana masaladalah suatu hal yang sangat sulit mengingat
berapa hal di bawah ini:
􀂃 Jumlah korban banyak dan kondisi buruk
􀂃 Lokasi kejadian sulit dicapai
􀂃 Memerlukan sumber daya pelaksanaandan dana yang cukup besar
􀂃 Bersifat lintas sektoral sehinggamemerlukan koordinasi yang baik.
Sehingga penting pada pelaksanaan tugasidentifikasi massal ini adalah koordinasi yangbaik
antara instansi dan dukungan peralatankomunikasi dan transportasi.

Sumber
Singh, S. (2008). Penatalaksanaan Identifikasi Korban. majalah Kedokteran Nusantara Vol.
41 No.4, 254-258.

Anda mungkin juga menyukai