1|Page
2
Kegiatan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan standar ilmiah
yang ada dapat diistilahkan dengan deteksi dini tumbuh kembang anak.
Kenapa kita perlu melakukan deteksi dini tumbuh kembang pada anak? Bukankah anak akan
tumbuh dan berkembang dengan sendirinya? Terkadang pertanyaan-pertanyaan seperti itu timbul
apabila anak-anak terlihat sudah mampu melakukan tugas tumbuh kembangnya.
Bahkan apabila anak-anak belum mampu maka orangtua akan berusaha meyakinkan dalam
dirinya bahwa suatu saat nanti anak akan mampu dengan sendirinya,Kenapa kita perlu melakukan
deteksi dini tumbuh kembang anak? Karena dengan deteksi dini tumbuh kembang anak, kita
dapat mengetahui lebih dini dan dapat mencegah anak yang mengalami gangguan tumbuh
kembang seperti tinggi badan dan berat badan yang tidak sesuai usia, stunting (tubuh pendek),
gangguan bicara, gangguan emosional, gangguan kepribadian, bahkan kita dapat mengetahui
lebih dini apakah anak memiliki gejala autis,Adanya deteksi dini akan memudahkan kita
mengenali masalah atau gangguan tumbuh kembang anak sejak awal dan penanggulangan sejak
dini memiliki peluang lebih besar untuk mencapai tumbuh kembang anak yang normal sesuai
usianya.Anak yang tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan umur, dalam artian tumbuh dan
kembang dibawah usianya disebut mengalami masalah tumbuh kembang, dapat digolongkan
dalam 2 kategori yaitu terlambat atau terganggu. Keterlambatan tumbuh kembang merupakan
masalah global yang dialami anak dengan usia kurang dari 5 tahun, khususnya di negara-negara
berkembang. Anak-anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang akan berdampak pada
gangguan intelektual, yaitu kesulitan belajar saat memasuki usia sekolah dan berdampak sampai
dewasa nanti.
B. Dasar Hukum
Permenkes Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan, Pertumbuhan, Perkembangan
dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
C. Gambaran Umum Singkat
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1.
Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak
secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan
sosial). Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin
sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang
anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti
ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah
tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
2|Page
3
6. BIAYA
Sumber Pendanaan berisi tentang menggunakan Dana APBD Murni / DAK sesuai perkiraan
total biaya untuk kegiatan sesuai dalam Rencana Anggaran Biaya/ RAB (Terlampir).
Lamandau 10 November 2019
Sebagai penanggung jawab kegiatan
4|Page
5
5|Page
6
B. Dasar Hukum
1. UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
2. UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak
3. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
4. PP No 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan SPM
5. PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
6. SKB 4 Menteri No 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
7. SK MenKes No 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pelayanan kesehatan.
b) Tujuan Kegiatan
6|Page
7
6. BIAYA
Sumber Pendanaan berisi tentang menggunakan Dana APBD Murni / DAK sesuai perkiraan
total biaya untuk kegiatan sesuai dalam Rencana Anggaran Biaya/ RAB (Terlampir).
Lamandau 10 November 2019
Sebagai penanggung jawab kegiatan
7|Page
8
8|Page
9
9|Page
10
Keluaran/output yang di harapkan dari kegiatan DAK non fisik adalah dalam rangka
meningkatkan pelayanana kesehatan anak dan balita di kabupaten lamandau tahun
anggaran 2020,sebagai pelaksana kegiatan ini dan yang bertanggung jawab adalah
pemegang program Upaya perbaikan Gizi Masyarakat dan kader posyandu
b) Penerima manfaat
a) Balita
6. BIAYA
Sumber Pendanaan berisi tentang menggunakan Dana APBD Murni / DAK sesuai
perkiraan total biaya untuk kegiatan sesuai dalam Rencana Anggaran Biaya/ RAB
(Terlampir).
Lamandau 10 November 2019
Sebagai penanggung jawab kegiatan
10 | P a g e
11
11 | P a g e
12
Para Ibu Juga Bisa Berkonsultasi Langsung Dengan Kader Kesehatan Dan/Atau Petugas
Kesehatan, Sehingga Berbagai Permasalahan Kesehatan Anak Dapat Segera
Terselesaikan Dengan Benar. Lebih Dari Itu, Para Ibu Bisa Berbagi Pengalaman Dengan
Ibu Lainnya Selama Berada Di Posyandu. Hal Ini Tentu Akan Berdampak Sangat Positif
Pada Tumbuh Kembang Anak.
Sejak Awal Tahun 2000an Pemerintah Merevitalisasi Posyandu, Dengan
Menggalakkan Kembali Program Posyandu Demi Mengurangi Angka Gizi Buruk Di
Indonesia. (Kenapa Disebut Revitalisasi Posyandu, Karena Posyandu Sudah Ada Sejak
Tahun 1984, Namun Kemudian Ada Yang Kondisinya ‘Mati’, Sehingga Perlu
Direvitalisasi). Seharusnya Hal Ini Mendapat Dukungan Positif Dari Masyarakat. Oleh
Karena Itu, Para Ibu Sebaiknya Meningkatkan Kesadaran Dan Menyadari Betapa
Pentingnya Rutin Membawa Balita Ke Posyandu
B. Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
12 | P a g e
13
Keluaran/output yang di harapkan dari kegiatan DAK non fisik adalah dalam
rangka meningkatkan pelayanana kesehatan anak dan balita di kabupaten lamandau
tahun anggaran 2020,sebagai pelaksana kegiatan ini dan yang bertanggung jawab adalah
pemegang program Upaya perbaikan Gizi Masyarakat dan kader posyandu
b) Penerima manfaat
Masyarakat dan balita
6. BIAYA
Sumber Pendanaan berisi tentang menggunakan Dana APBD Murni / DAK sesuai
perkiraan total biaya untuk kegiatan sesuai dalam Rencana Anggaran Biaya/ RAB
(Terlampir).
Lamandau 10 November 2019
Sebagai penanggung jawab kegiatan
13 | P a g e