Pemahaman
Pemahaman
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya
a. Pengertian Pemahaman
Taksonomi Bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam
kategori. Keenam kategori itu mencakup keterampilan intelektual dari
tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi. Dimulai dari tingkat terendah
adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Pemahaman masuk dalam tingkatan kedua setelah
mengingat. Menurut Winkel (2005: 274), pemahaman mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dari suatu bacaan, mengubah data yang
disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lain, misalnya membuat perkiraan
tentang kecenderungan yang tampak dalam data tertentu, seperti grafik.
Pendapat lain diungkapkan oleh Daryanto (2012: 106) yang
menyatakan bahwa pemahaman yaitu memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudjana (2009: 24) mengartikan
pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna atau arti dari
sesuatu konsep. Untuk itu perlu adanya hubungan atau pertautan antara
konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Tipe hasil belajar
pemahaman ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil pengetahuan hafalan.
Hal ini sesuai dengan Dellsen (2016: 76) dalam Studies in History and
Philosophy of Science menyatakan: understanding involves a holistic
cognitive state that goes beyond having knowledge of individual
propositions, yang dapat diartikan pemahaman melibatkan keadaan proses
9
10
kognitif yang menyeluruh dan saling terkait yang melebihi pada tingkat
pengetahuan proposisi individu
Menyempurnakan uraian di atas, Sudjana (2009: 24) membedakan
pemahaman menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna
yang terkandung di dalamnya. Misalnya mengartikan lambang
Pramuka, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, dan lain-lain
2) Pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dan yang bukan pokok, dan lain-lain.
3) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat di balik yang
tertulis, tersirat, dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas
wawasan.
Berdasarkan jenis-jenis pemahaman yang diuraikan Sudjana, maka
pemahaman dalam penelitian ini termasuk dalam kategori pemahaman
terjemahan karena memahami makna yang terkandung di dalamnya, yakni
mengenai konsep sifat-sifat cahaya.
Indikator/
Kategori Proses Definisi
Proses kognitif
Pemahaman Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar
oleh guru.
1. Menafsirkan a. Mengklarifikasi Mengubah satu bentuk
b. Memparafrasakan gambaran (misalnya, angka)
c. Merepresentasi jadi bentuk lain (Misalnya,
d. Menerjemahkan kata-kata).
2. Mencontohkan a. Mengilustrasikan Menemukan contoh atau
b. Memberi contoh ilustrasi tentang konsep atau
prinsip
3. Mengklasifika a. Mengategorikan Menentukan sesuatu dalam
sikan b. Mengelompokkan satu kategori
4. Merangkum a. Mengabstraksi Mengabstraksikan tema
b. Menggeneralisasi umum atau poin-poin pokok.
Misalnya menulis ringkasan
pendek tentang peristiwa-
peristiwa pelangi yang
ditayangkan dalam video.
5.Menyimpulkan a. Menyarikan Membuat kesimpulan yang
b. Mengekstrapolasi logis dari informasi yang
c. Menginterpolasi diterima.
d. Memprediksi
6. Membanding a. Mengontraskan Menentukan hubungan
kan b. Memetakan antara dua ide, dua objek dan
c. Mencocokkan semacamnya.
7. Menjelaskan a. Membuat model Membuat model sebab
akibat dalam sebuah sistem
12
berjumlah tak terbatas. Jumlah objek yang demikian banyak dan bervariasi
itu, ditempatkan dalam golongan-golongan tertentu, sehingga jumlah objek
dan aneka macam variasi dikurangi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Rosser dalam Dahar
(2011: 62) pengertian konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu
kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut
yang sama. Walaupun kita dapat memberikan suatu definisi verbal suatu
konsep, suatu definisi tidak mengungkapkan semua hubungan antara
konsep itu dengan konsep-konsep yang lain.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
konsep adalah kategori stimuli berupa objek atau orang yang bersifat umum
dan merupakan abstraksi mental yang menyajikan usaha manusia untuk
mengklasifikasi pengalaman dan berguna untuk membantu proses
mengingat menjadi lebih efisien.
Pemahaman konsep diperoleh peserta didik dengan cara mengenal,
memahami, dan merumuskan data yang menjadi ciri dari suatu konsep.
Dengan memahami konsep yang benar maka peserta didik dapat menyerap,
memahami, menguasai, dan menyimpan materi yang dipelajarinya dalam
angka waktu yang lama. Menurut Sudjana (2009: 24), pemahaman konsep
adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami
arti dari konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk dapat
menangkap informasi yang tersaji dan memahami makna dari konsep yang
terkandung di dalam suatu objek dengan benar.
c. Jenis-Jenis Konsep
Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas. Konsep
panas sangat berbeda dengan konsep relativitas dalam beberapa dimensi.
Menurut Flavel dalam Dahar (2011: 62-63) menyarankan bahwa konsep-
konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu sebagai berikut:
14
Ada tiga macam berkas cahaya yang berasal dari sumber cahaya.
Ketiga berkas cahaya tersebut adalah:
1) Berkas cahaya divergen, yaitu berkas cahaya yang berasal dari satu
titik dan memancar ke segala arah.
2) Berkas cahaya konvergen, yaitu cahaya yang berkumpul menuju ke
satu titik.
3) Berkas cahaya paralel, yaitu berkas cahaya yang titik kumpulnya
terletak di tempat tak terhingga.
(2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat
nyata (sejati) dan terbalik.
Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada
lampu mobil dan lampu senter. Cermin cekung bersifat
mengumpulkan cahaya (konvergen). Itulah sebabnya, dinding
lengkung tersebut sering disebut reflektor lampu. Selain digunakan
pada lampu senter atau lampu kendaraan bermotor, reflektor juga
dipasang pada mikroskop sebagai kaca penerang objek.
4) Cahaya Dapat Dibiaskan
Sifat cahaya yang lainnya yaitu dapat dibiaskan. Cahaya akan
mengalami pembiasan jika merambat melalui dua media yang
kerapatannya berbeda. Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah
rambat cahaya. Pembelokan arah cahaya itu disebut dengan pembiasan
cahaya (refraksi).
Jacobson & Bergman (1980: 405) menjelaskan bahwa “Light is
bent (refracted) when it passes to a medium with a different density”.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembiasan cahaya dapat terjadi apabila
cahaya melewati medium dengan kerapatan yang berbeda.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hewitt (2010: 493) menyatakan
“Refraction occurs when the average speed of light changes in going
from one transparent medium to another.” Maksud dari pernyataan
tersebut ialah refraksi/pembelokan cahaya terjadi ketika kecepatan rata-
rata cahaya berubah dari suatu media bening ke media lainnya. Hal ini
sesuai dengan hukum Snellius yang berbunyi:
a) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak dalam satu
bidang datar.
b) Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat
dibiaskan mendekati garis normal dan sinar datang dari medium
lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis
normal. Proses pembiasan cahaya dapat dilihat pada Gambar 2.5
sebagai berikut:
22
b. Pengertian Pembelajaran
Winkel dalam Daryanto (2012: 212) menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik. Sedangkan
menurut Daryanto (2012:19) pembelajaran (instruction) merupakan
akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada
25
atau tiga gaya belajar. Dikarenakan perbedaan beberapa gaya belajar siswa,
maka sangat penting bagi guru untuk menggabungkan kegiatan dalam
kurikulum mereka terkait dengan masing-masing gaya belajar sehingga
semua siswa dapat berhasil dalam kelas mereka. Sementara kita
menggunakan semua indera kita untuk mengambil informasi, kita masing-
masing memiliki pilihan untuk menentukan mana gaya belajar yang terbaik
dan cocok untuk kita. Untuk membantu semua siswa dalam belajar, kita
perlu mengajar dengan banyak gaya belajar sehingga memudahkan siswa
dalam belajar dengan masing-masing gaya/tipe belajar yang dimilikinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) merupakan
model pembelajaran yang mementingkan pengalaman belajar secara
langsung dan menyenangkan bagi siswa dengan memperhatikan gaya
belajar multi sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu
penglihatan (visual), pendengaran (auditory), dan gerakan (kinesthetic)
untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
Sejalan dengan pengertian di atas, peneliti gaya belajar Rita Dunn, dkk
dalam Rose & Nicholl (2015: 130-131) mengidentifikasi tiga macam gaya
belajar dan komunikasi yang berbeda, yaitu:
1) Tipe Visual ( belajar dengan cara melihat)
Visual merupakan belajar dengan melihat dan mengamati,
mengaitkan yang sedang dipelajari dengan sesuatu yang kelihatan.
Siswa yang belajar dengan menggunakan indera mata biasanya
melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, menggunakan
media/alat peraga, mengingat dengan gambar, lebih suka membaca
daripada dibacakan, dan mengingat dengan melihat. Seorang siswa
lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan
atau menyaksikan video. Ketika membaca atau mengingat-ingat
sesuatu, pelajar yang visual tak henti-hentinya membayangkan rupa
benda itu. Dalam hal ini metode pengajaran guru sebaiknya lebih
banyak dititik beratkan pada peragaan/media, ajak siswa ke objek-
29
i. Media Video
Video termasuk dalam media audio visual yang dapat memberikan
dimensi lain pada pembelajaran dan selain itu materinya akan lebih efektif
menjangkau pebelajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Video berisi
gambar hidup/bergerak yang ditayangkan pada monitor/televisi. Dengan
kemajuan teknologi, film/video sudah tidak terbatas lagi karena keduanya
dapat ditayangkan di monitor komputer, laptop, ataupun diproyeksikan
menggunakan LCD Proyektor. Program video/film biasanya disebut
sebagai alat bantu pandang dengar (audio/visual aids/audio visual media).
Umumnya program video/film telah dibuat dalam rancangan lengkap,
sehingga setiap akhir penayangan, siswa dapat menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar.
Menurut Hosnan (2014: 113), karakteristik media video atau media
audio visual yang menampilkan gerak saat ini semakin dikenal di kalangan
masyarakat. Media ini berupa rekaman pada pita magnetic melalui kamera
video. Meskipun media video hampir sama dengan media film dalam
karakteristiknya, tetapi dapat menggantikan film. Karena baik video
maupun film mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Karakteristik media
video adalah mengutamakan objek yang bergerak, berwarna, bersuara, dan
didukung oleh efek suara maupun visual, dapat menyajikannya dan tidak
memerlukan ruang gelap.
Daryanto (2013: 87) menjelaskan bahwa video menambah suatu
dimensi baru terhadap pembelajaran. Hal ini karena karakteristik teknologi
video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa, disamping suara
yang menyertainya sehingga siswa merasa seperti berada di suatu tempat
yang sama dengan program yang ditayangkan video. Seperti yang diketahui
bahwa tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi
pelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan
informasi awalnya lebih besar melalui indera pendengaran dan penglihatan.
Hal ini sesuai dengan langkah kegiatan pada penelitian ini, pada kegiatan
eksplorasi siswa melaksanakan kegiatan pengamatan video untuk
41
B. Kerangka Berpikir
Kondisi awal yang dihadapi siswa kelas V SD Negeri Bangsalan I adalah
dalam melaksanakan pembelajaran IPA, guru masih menggunakan metode
pembelajaran yang konvensional seperti ceramah, penugasan, dan mencatat,
sehingga siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan ketika pembelajaran
sedang berlangsung. Selain itu, guru kurang dalam penggunaan media
pembelajaran karena hanya menggunakan media gambar yang ada pada buku bahan
ajar siswa saja. Akibatnya pemahaman konsep materi sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SD Negeri Bangsalan I tergolong rendah, terbukti dari 19 siswa, siswa yang
memperoleh nilai di atas 65 sejumlah 5 orang (26%) dan siswa yang memperoleh
nilai di bawah 65 sejumlah 14 anak (74%) dengan nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) pada pembelajaran IPA sebesar 65.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, upaya yang dapat dilakukan guru dalam
pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya kelas V SD Negeri Bangsalan I,
Teras, Boyolali ialah dengan menerapkan model pembelajaran Visualization,
Auditory, Kinesthetic (VAK) berbasis media video. Alasan utama pemilihan model
Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) berbasis media video adalah model ini
48
Gambar2.7
Gambar 2.7.Kerangka
KerangkaBerpikir
Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah: Model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) berbasis
media video dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SD Negeri Bangsalan I Tahun Ajaran 2015/2016.