Anda di halaman 1dari 11

Analisis Kemampuan Keluarga dalam Penanganan Demam

pada Balita di Desa Songgalan

Theresia Trivika Millenia Agustin Rahmawati


Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
theresiatrivika@student.uns.ac.id

Abstract.
Background: Fever is a condition where the body temperature rises above normal and is the
body's response to infection. At the age of five, children are vulnerable to various diseases,
especially infections. Fever can be treated by pharmacological action in the form of
antipyretic drugs and non-phamacologic actions. In handling fever, the family is the initial
factor. This study aims to analyze how family members’ handling fever in child. Method: This
study used a qualitative descriptive method by conducting interviews with a doctor as a
resource person and five respondents, namely mothers who have children under five in Desa
Songgalan. Results: The results of the study showed that four out of five respondents had used
a thermometer as a marker of fever. All of the respondents took physical action to reduce
fever such as giving warm water compresses, putting on thin clothes, taking a warm bath,
drinking lots of water, and giving grated onions. Respondents also knew when to take the
toddlers to a doctor when they have a fever. Conclusion: Mothers have been able to handle
fever in children well by giving antypyretik and other physical actions.

Keywords: fever, toddler, family

1. PENDAHULUAN

Anak Balita (Bawah Lima Tahun) adalah anak yang telah berusia diatas satu tahun
namun kurang dari lima tahun atau usia 12 – 59 bulan. Para ahli mengatakan pada usia ini anak-
anak rentan terkena berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan
direspons oleh tubuh dengan mekanisme demam (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal atau
diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat tubuh manusia terserang penyakit
(Cahyaningrum dan Putri, 2017). Demam dapat disebabkan karena adanya kelainan pada
pengaturan suhu di otak atau karena adanya mikroba dan makrofag yang mengeluarkan pirogen
endogen yang dapat meningkatkan set-point pada thermostat di hipotalamus (Guyton,2016 dan
Sherwood,2014). Menurut Setiawati (2009) demam merupakan respon normal saat tubuh
terkena infeksi, yaitu saat mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit masuk ke
dalam tubuh. Selain disebabkan oleh infeksi, penyebab demam yang lainnya adalah terkena
panas yang berlebihan, dehidrasi, alergi, dan gangguan system imun juga (Cahyaningrum dan
Putri, 2017).

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, demam dapat menimbulkan dampak
positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu jumlah leukosit yang
bertambah dan fungsi interferon yang meningkat. Dua hal ini dapat meningkatkan kerja
leukosit dalam melawan mikroorganisme. Sedangkan dampak negatif yang muncul adalah
demam dapat menyebabkan anak mengalami dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan
neurologis, dan kejang demam/febrile convulsions. Karena dapat menimbulkan dampak
negative, demam harus ditangani dengan benar untuk meminimalisir dampak negatif yang
muncul (Cahyaningrum, dan Putri, 2017).

Demam dapat diturunkan dengan melakukan tindakan farmakologik, non


farmakologik, dan kombinasi dari keduanya. Tindakan farmakologik yaitu dengan memberikan
obat antipiretik, sedangkan tindakan non farmakologik adalah tindakan tambahan selain
pemberian obat (Wardiyah, Setiawati, dan Setiawan, 2016).

Obat antipiretik bekerja dengan cara menurunkan patokan thermostat di hipotalamus


dan bekerja dalam sistem fisiologis pegaturan suhu yaitu dengan menurunkan pembentukan
panas, vasodilatasi pembuluh darah di kulit yang menyebabkan kecepatan aliran darah
bertambah, dan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, radiasi, dan konveksi.
Pemberian antipiretik juga dapat menyebabkan efek samping seperti peningkatan spasme
bronkus, gangguan pada saluran cerna, penurunan fungsi ginjal, dan menghalangi supresi
respon antibodi serum. Menurut NICE Clinical Guidelines pada tahun 2007, antipiretik tidak
harus digunakan secara rutin dengan tujuan menurunkan suhu tubuh saat demam
(Cahyaningrum dan Putri, 2017). Tindakan non famakologik dapat dilakukan dengan perlakuan
fisik seperti memberi minum banyak, memberikan kompres, memberi obat tradisional dan
menggunakan pakaian yang tidak tebal (Wardiyah, 2016 dan Cahyaningrum, 2017).

Keluarga merupakan kumpulan orang-orang yang tinggal bersama dengan keterkaitan


secara emosional satu sama lain (Kurniawan, 2013). Keluarga memiliki lima fungsi keluarga
salah satunya dalah fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function).
Fungsi ini berkembang menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu mengenal masalah
kesehatan, membuat keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan ketika
anggota keluarga sakit, memodifikasi lingkungan dan menciptakan suasana lingkungan yang
sehat, dan mempertahakan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Mengetahui keluarga memiliki peran penting dalam kesehatan, maka peneliti
mencoba untuk mengetahui bagaiamana kemampuan keluarga dalam penanganan demam pada
balita di desa Songgalan

2. METODE

Peneitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari


wawancara dengan satu dokter di lingkungan Songgalan sebagai narasumber dan lima
responden, yaitu Ibu yang memiliki anak balita di lingkungan Songgalan. Proses wawancara
direkam lalu ditanskrpisikan menjadi tulisan. Data yang diperoleh akan diolah dengan cara
dibandingkan teori yang ada.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap lima responden
dan satu narasumber, didapatkan hasil sebagai berikut :

Dari pertanyaan pertama mengenai pengertian demam, didapatkan hasil bahwa


semua responden mengetahui pengertian demam. Responden mengetahui bahwa demam adalah
keadaan ketika suhu tubuh meningkat atau tinggi. Narasumber menjelaskan lebih lanjut bahwa
demam adalah keadaan peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,2 oC.

Pertanyaan kedua mengenai bagaimana cara ibu mengatahui bahwa anak sedang
terkena demam didapatkan hasil : empat responden menggunakan thermometer untuk
mengecek suhu tubuh anak dan satu responden menggunakan tangan yang ditempelkan di dahi
anak untuk mengetahui bahwa anak memiliki suhu yang lebih tinggi. Menurut narasumber, cara
mengecek demam yang akurat adalah menggunakan thermometer, bila hanya menggunakan
tangan yang ditempelkan di dahi maka hasil yang didapat tidak akurat karena tidak ada angka
pasti yang didapat dan suhu badan ibu tidak bisa dijadikan sebagai standard pengukuran suhu.
Narasumber juga memberi saran bahwa pengukuran thermometer sebaiknya menggunakan
thermometer air raksa, namun bila ada hanya thermometer digital maka sudah cukup.
Pengukuran yang paling mendekati suhu inti tubuh bila dilakukan di rectal, namun bila tidak
memungkinkan dapat dilakukan di aksila (ketiak) dengan perbedaan suhu 0,5 oC lebih rendah
dari pengukuran suhu di rectal.

Pertanyaan ketiga mengenai bagaimana cara keluarga menangani anak yang terkena
demam didapatkan hasil : empat responden memberikan kompres hangat kepada anak dan satu
responden memberikan kompres plester penurun panas. Lalu lima responden memberikan
pakaian yang tipis atau pakaian yang biasa anak kenakan ketika anak demam, tidak diberi
pakaian yang tebal. Lalu lima responden juga memberikan asupan cairan yang cukup kepada
anak ketika demam, bila anak tidak mau minum air maka dibujuk terus agar mau minum. Lima
responden juga tetap membiarkan anak mandi dengan air hangat ketika demam, yang mana satu
responden mengatakan anak tetap dimandikan meskipun durasi mandi dipercepat. Lalu untuk
pemberian obat, empat responden memberikan obat antipiretik (paracetamol, ibuprofen) ketika
anak demam dengan dosis yang sesuai dengan petunjuk. Satu reponden memberi jawaban tidak
memberikan obat kepada anak ketika demam, melainakan anak diberi parutan bawang merah,
maka didapatkan tiga responden yang memberikan parutan bawang di kepala, perut, dan
punggung anak ketika anak terkena demam.

Dari hasil wawancara dengan narasumber, beliau mengatakan bahwa bila anak
demam maka anak diberi kompres hangat terlebih dahulu, lalu diberi selimut bila merasa
meriang dan lepas selimut bila anak sudah merasa gerah. Untuk pemberian plester penurun
panas, narasumber belum pernah mendengar sebelumnya. Anak juga dipastikan untuk minum
air yang banyak agar tidak dehidrasi. Narasumber juga menyarankan agar anak tetap mandi
dengan air hangat saat terkena demam. Narasumber mengatakan anak dapat diberikan obat
antipiretik (paracetamol, ibuprofen) sesuai dosis yang ada pada petunjuk obat. Untuk
pemberian parutan bawang, narasumber belum membaca secara pasti mengenai efektivitas
untuk penurun panas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wowor, Katuuk, dan Kallo (2017, p.6)
kompres air hangat lebih efektif untuk menurunkan demam dibanding dengan kompres plester,
dengan hasil rata-rata kompres hangat dapat menurunkan suhu sebesar 0,8 oC dan kompres
plester dapat menurunkan suhu sebesar 0,4 oC. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Permatasari pada tahun 2013.

Menurut penelitian yang dilakukan Cahyaningrum dan Putri pada tahun 2017,
pemberian bawang merah memberikan perbedaan suhu yang cukup signifikan pada penderita
demam. Hal ini dijelaskan oleh Tusilawati (2010) dan Utami (2013) karena terdapat berbagai
kandungan pada bawang merah yang dapat menyehatkan tubuh dan mengobati demam, seperti :
floroglusin, sikloaliin, metialiin, dan kaemferol yang dapat menurunkan suhu tubuh; serta
minyak atsiri untuk memperlancar aliran darah.

Menurut Guyton (2007) penurunan suhu tubuh dapat dilakukan dengan aliran udara
yang baik, membuat tubuh berkeringat, dan mengeluarkan panas dari dalam tubuh ke tempat
lain. Pemberian selimut dapat membuat tubuh berkeringat, namun membuka pakaian yang tebal
dan selimut dapat mempercepat proses radiasi dan evaporasi untuk perpindahan panas tubuh
(Rasinta, 2017). Menurut Sodikin (2012), pakaian yang dikenakan saat demam sebaiknya
pakaian tipis agar panas mudah keluar. Namun bila anak merasa kedinginan dapat diberikan
selimut (Prasetyo, 2017)

Pertanyaan ke empat mengenai kapan anak harus dirujuk ke dokter. Responden


pertama mengatakan bila dua hingga tiga hari panas anak belum turun. Responden ke dua
mengatakan bila dua hingga tiga hari panas belum turun, bila demam terlalu tinggi, dan bila ada
gejala lain. Responden ke tiga mengatakan bila tiga hingga empat hari panas belum turun dan
bila demam anak mencapai suhu 39oC. Responden ke empat megatakan bila tiga hingga empat
hari demam belum turun dan bila ada gejala lain. Responden ke lima mengatakan bila demam
tidak turun pada hari ke tiga dan bila ada gejala lain.

Dari wawancara dengan narasumber, beliau mengatakan bila 3 hari demam belum
mengalami penurunan dan bila ada komplikasi yang timbul seperti mual muntah, BAB cair,
nyeri di belakang mata, muncul bintik-bintik merah, dan bila ada pendarahan maka anak harus
segera dibawa ke dokter.

4. SIMPULAN

Dari wawancara yang telah dilakukan dengan satu narasumber dan lima responden,
dapat disimpulkan bahwa keluarga di desa Songgalan sudah mampu melakukan penanganan
demam pada balita dengan baik, yaitu dengan pemberian obat antipiretik dengan dosis yang
sesuai dan ditambah dengan tindakan non farmakologik yang benar.

5. SARAN

Masyarakat diharapkan dapat lebih mengetahui mengenai demam dan bagaimana


pernanganan yang baik pada saat balita terkena demam. Pada saat mengecek atau ingin
mengetahui apakah balita terserang demam, masyarakat diharapkan menggunakan thermometer
untuk hasil yang akurat, tidak hanya menggunakan tangan yang ditempelkan pada dahi anak.
Bila demam belum turun berhari-hari, demam dengan suhu terlalu tinggi, dan mulai muncul
gejala atau komplikasi harap segera konsultasikan ke dokter.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem (Edisi ke 8). Jakarta : EGC.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015, 8 April).
Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Infodatin. 1.

Guyton, A. C., dan Hall, J.E. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Revisi Berwarna
Ke 12. Singapura : Elsevier.

Jurnal, Naskah Publikasi, Artikel, Skripsi

Kurniawan, A.L. (2013). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga pada An.S dengan
Demam Tifoid pada Keluarga Tn.S di Desa Tuban Kidul Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar [karya tulis ilmiah]. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada ; Surakarta.

Wardiyah, A., Setiawati., dan Setiawan, D. (2016). Perbandingan Efektivitas Pemberian


Kompres Hangat dan Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang
Mengalami Demam RSUD. Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 4 (1) : 44- 56.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017, Januari 1). Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-dengan-
pendekatan-keluarga.html

Cahyaningrum, E.T., dan Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum dan
Setelah Kompres Bawang Merah. MEDISAINS : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan.
15 (2) : 66-74.

Wowor, M., Katuuk, M., dan Kallo, V. (2017). Efektivitas Kompres Air Hangat dengan
Kompres Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia Pra-Sekolah di
Ruang RS Bethesda GMIM Tomohon. E-Journal Keperawatan (eKp). 5 (2) : 1-8.

Prasetyo, H. (2017). Upaya Penanganan Hipertermi Pada Anak dengan Typoid Abdominalis
[naskah publikasi]. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Surakarta.

Rasinta, H. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Cara
Penanganan Demam pada Balita di Desa Bedoro Kecamatan Sambungmacan Sragen
[skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
Lampiran
P : Peneliti
R : Responden
N : Narasumber

1. Wawancara dengan Responden 1


P : Apa yang ibu ketahui tentang demam?
N : Ketika suhu tubuh tinggi
P : Bagaimana ibu mengetahui bila anak ibu terserang demam?
N : Dicek pakai tangan ditempelkan di dahi
P : Tidak menggunakan thermometer?
N : Tidak
P : Bagaimana cara ibu menurunkan demam pada anak?
N : Biasanya dikompres hangat, terus dikasih obat penurun panas.
P : Apakah anak di beri asupan cairan yang cukup?
N : iya diberi air putih dan teh hangat.
P : Lalu biasanya menggunakan pakaian tipis atau pakai selimut?
N : Pakai pakaian biasa, bila kedinginan baru dikasih selimut.
P : Biasanya tetap mandi, sibin, atau tidak mandi?
N : tetap mandi pakai air hangat
P : Kapan anak harus di bawa ke dokter bila demam?
N : bila 2 hari belum turun panasnya

2. Wawancara dengan Responden 2


P : Apa yang ibu ketahui tentang demam?
N : Ketika suhu tubuh anak tinggi
P : Bagaimana ibu mengetahui bila anak ibu terserang demam?
N : Dicek pakai tangan ditempelkan di dahi dan dicek dengan thermometer.
P : Bagaimana cara ibu menurunkan demam pada anak?
N : Biasanya dikompres hangat dan diberi bawang merah dan minyak kayu putih
di badan
P : tidak di beri obat penurun panas?
N : Enggak
P : Apakah anak di beri asupan cairan yang cukup?
N : iya diberi air putih agar tdak dehidrasi
P : Lalu biasanya menggunakan pakaian tipis atau pakai selimut?
N : Pakai pakaian biasa,
P : Biasanya tetap mandi, sibin, atau tidak mandi?
N : tetap mandi pakai air hangat namun dengan durasi yang lebing singkat dari
biasanya
P : Kapan anak harus di bawa ke dokter bila demam?
N : bila 2 hingga 3 hari belum turun panasnya, terus kalau demam terlalu tinggi,
terus kalau ada gejala lain.

3. Wawancara dengan Responden 3


P : Apa yang ibu ketahui tentang demam?
N : peningkatan suhu anak biasanya karenaa kecapekan
P : Bagaimana ibu mengetahui bila anak ibu terserang demam?
N : di cek suhunya di dahi terus di cek pakai termometer
P : Bagaimana cara ibu menurunkan demam pada anak?
N : dikasih obat sanmol atau tempra terus dkasih bawang merah sama minyak.
P : dikasih kompres gitu gak bu?
N : pakai plester penurun panas kaya Bye Bye Fever
P : Apakah anak di beri asupan cairan yang cukup?
N : iya tapi kadang susah buat mau minum, terus di bujuk-bujuk biar mau minum.
P : Lalu biasanya menggunakan pakaian tipis atau pakai selimut?
N : Pakai pakaian biasa kayak singlet
P : Biasanya tetap mandi, sibin, atau tidak mandi?
N : tetap mandi pakai air hangat kalau suhunya masih 37-38 oC, kalau dah 39 oC,
biasanya udah enggak dimandiin.
P : Kapan anak harus di bawa ke dokter bila demam?
N : bila udah 3-4 hari sama kalau udang tinggi banget demamnya

4. Wawancara dengan Responden 4


P : Apa yang ibu ketahui tentang demam?
N : Ketika anak panas terus batuk pilek
P : Bagaimana ibu mengetahui bila anak ibu terserang demam?
N : dicek di dahi terus pakai thermometer.
P : Bagaimana cara ibu menurunkan demam pada anak?
N : langsng diberi obat penurun panas, kompres air hangat, diberi brambang sama
minyak kayu putih.
P : Apakah anak di beri asupan cairan yang cukup?
N : iya diberi air putih
P : Lalu biasanya menggunakan pakaian tipis atau pakai selimut?
N : Pakai pakaian biasa
P : Biasanya tetap mandi, sibin, atau tidak mandi?
N : tetap mandi pakai air hangat
P : Kapan anak harus di bawa ke dokter bila demam?
N : kalau udah 3-4 hari panasnya gak turun sama kalau ada gejala lain.

5. Wawancara dengan Responden 5


P : Apa yang ibu ketahui tentang demam?
N : kalau anak suhunya lebih dari suhu normal biasanya
P : Bagaimana ibu mengetahui bila anak ibu terserang demam?
N : dicek pakai termometer
P : Bagaimana cara ibu menurunkan demam pada anak?
N : biasanya dikasih obat penurun panas dulu, kalau 2-3 hari belum sembuh baru
dirujuk ke dokter.
P : diberi kompres atau enggak?
N : iya tapi gak sering soalnya anaknya jarang mau, risih katanya
P : Kompres hangat atau dingin ?
N : Kompres Hangat
P : Apakah anak di beri asupan cairan yang cukup?
N : iya diminumi air terus
P : Lalu biasanya menggunakan pakaian tipis atau pakai selimut?
N : baju biasa, pakai singletI biar panasnya turun
P : Biasanya tetap mandi, sibin, atau tidak mandi?
N : tetap mandi pakai air hangat
P : Kapan anak harus di bawa ke dokter bila demam?
N : bila 2 hingga 3 hari belum turun panasnya.

6. Wawancara dengan Narasumber


P : Apa yang dimaksud dengan demam dok?
N : Demam itu peningkatan suhu tubuh, suhu tubuh orang normal rata-rata 36,
5oC- 37,5oC, dikatakan demam bila suhu tubuh diatas 37,2 oC tapi gampangnya
diatas 37,5 oC.
P : Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengetahui bahwa anak terkena
demam? Apakah dengan penempelan tangan di dahi itu cukup?
N : sebenarnya kalau pengukurannya cuma pakai tangan bisa dikatakan tidak
akurat karena indikator demam itu bias diceknya menggunakan alat standarnya
thermometer. Termometer sendiri juga banyak jenisnya, kalau lebih bagus pakai
thermometer air raksa, tapi untuk praktisnya sekarang pakai digital. Suhu tubuh
yang diukur biasanya di aksilla (ketiak), tapi pengukuran itu untuk mencerminkan
suhu tubuh yang sebenarnya kurang juga, yang paling tepat di rectal. Untuk
pengukuran di rectal, beberapa literature mengatakan bahwa suhunya lebih tinggi
0,5 oC dari pada pengukuran di ketiak. Kalau pakai tangan belum bisa dijadikan
patokan demam karena angka pastinya tidak ada dan suhu tubuh ibu tidak bias
menjadi pembanding.
P : Untuk pemberian kompres sebaiknya air hangat atau air dingin dok?
N : Kalau untuk demam biasanya kompres air hangat, air dingin digunakan untuk
kompres karena cidera orthopedi, missal terkilir atau bengkak. Kalau demam
disarankan air hangat untuk penekanan proses inflamasi.
P : Lalu lebih baik diselimuti apa menggunakan pakaian biasa dok?
N : Kalau kondisi demam lebih bagus diselimuti ya karena beberapa pasien
mengalami meriang, namun bila sudah merasa gerah bias dilepas.
P : Bila menggunakan bawang merah, apakah efektif untuk menurunkan demam?
N : Berdasarkan yang saya baca belum ada menemukan tentang itu, dari segi
evidence base bawang lebih ke anti bakteri.
P : Bila menggunakan plester penurun panas seperti Bye Bye Fever apakah juga
lebih efektif dari penggunaan kompres hangat biasa?
N : belum pernah mendengar sebelumnya
P : Pemberian obat sebaiknya langsung diberikan obat atau ditunggu dulu?
N : Sebenarnya untuk kepentingan diagnosis haru menunggu dulu demamnya
seperti apa, namun bila sudah mengganggu bisa dikasih obat antipiretik seperti
paracetamol dan ibuprofen. Untuk pemberiannya sesuai dengan petunjuk.
P : Biasanya anak bila demam tidak mau minum dan mandi, itu bagaimana dok?
N : Sebaiknya tetap diberikan minum yang cukup agar tidak terserang dehidrasi
kalau untuk mandi diusahakan tetap mandi dengan air hangat.
P : Demam harus dirujuk ke dokter bila demamnya bagaimana dok?
N : Misal Cuma demam bias ditatalaksana dirumah dulu bila keluhan hanya
demam atau flu-flu biasa, namun bila sudah ada komplikasi seperti mual muntah,
BAB cair, bintik-bintik merah, nyeri di retroorbital di belakang kepala. Intinya
bila demam dengan komplikasi lain sebaiknya langsung ke dokter. Atau dengan
tanda-tanda pendarahan seperti BAB hitam. Terus bila 3 hari demam belum
sembuh.

Anda mungkin juga menyukai