Pembimbing :
dr. Meilliana Lindawati, SpKJ
Disusun Oleh:
Inesa Unika Sakaria
1
Pendahuluan
Kecemasan hampir dialami oleh hampir setiap individu. Kecemasan ditandai dengan rasa
takut yang menetap, perasaan tidak menyenangkan, dan seringkali disertai dengan gejaa
otonom seperti sakit kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, gelisah dan sebagainya.
Kumpulan gejala yang ditemui pada setiap individu yang mengalami kecemasan biasanya
berbeda-beda. Cemas merupakan perasaan takut dan tidak didukung oleh situasi.1 Cemas
biasanya dapat terjadi kepada setiap individu dimanapun dan kapanpun. Rasa cemas
sebenarnya merupakan merupakan proses alami yang wajar terjadi pada diri setiap orang.
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran yang berlebih dan tidak rasional terhadap berbagai peristiwa sehari-hari.
Obat Dosis
Alprazolam 3x0,25 mg/hari
Oral 2x5 mg/hari
Diazepam
Injeksi 5-10 mh/hari
Lorazepam 3x1 mg/hari
Non Farmakologi
Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioural Theraphy)
Penatalaksanaan non farmakologi adalah dilakukan psikoterapi. Psikoterapi yang terpilih
adalah terapi kognitif perilaku (Cognitive Behavioural Theraphy/CBT). Cognitive
Behavioural Theraphy (CBT) mengajarkan pasien untuk memahami cara berpikir dan
bereaksi dalam keadaan yang membuat mereka merasa cemas.12 Terapi kognitif perilaku
berhasil menurunkan tingkat kecemasan individu dengan mengubah pemikiran negatif
menjadi alternatif pemikiran yang lebih positif dan rasional.11 Pemikiran positif dan rasional
dapat membuat individu merasa lebih nyaman dan tidak cemas, akibatnya tidak lagi
melakukan perilaku negatif atau perilaku aman.
6
banyak varian chamomile, tetapi Matricaria recutita adalah yang paling banyak digunakan.
Matricaria recutita digunakan untuk menghilangkan gejala depresi dan kecemasan. Studi
yang telah dilakukan oleh Amsterdam et al pada tahun 2012 didapatkan bahwa chamomile
memiliki efek terhadap perubahan suasana perasaan dan didapatkan penurunan yang
signifikan dalam tingkat gejala kecemasan pasien gangguan cemas menyeluruh yang
diberikan chamomile dibandingkan dengan plasebo.12 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Amsterdam et al pada tahun 2009, efek chamomile yang terlihat pada uji coba terkontrol
secara acak, menunjukkan hasil yang signifikan pada pasien gangguan cemas menyeluruh
ringan sampai sedang, sedangkan untuk pasien yang lebih berat tidak ada perubahan gejala
gangguan cemas menyeluruh. Selain itu, pada penelitian tersebut terdapat pengurangan yang
jauh lebih besar dalam skor gejala kecemasan dibandingkan plasebo setelah 8 minggu terapi.12
Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah efek jangka
panjang penggunaan chamomile serta potensi chamomile dalam mencegah kekambuhan
gejala gangguan cemas menyeluruh. Sehingga disarankan pemberian chamomile sebagai
terapi selingan selain terap farmakologi. Menurut penelitian Nakamura et al pada tahun 2002
teh chamomile juga memberikan efek pada sistem saraf otonom dengan menurunkan denyut
jantung, peningkatan suhu kulit, dan perbaikan suasana hati serta emosi.12
Kesimpulan
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran yang berlebih dan tidak rasional terhadap berbagai peristiwa sehari-hari.
prognosis gangguan cemas menyeluruh adalah at bonam bila mendapat penatalaksanaan yang
sesuai. Sekitar 50% pasien mendapat perbaikan dalam tiga minggu pertama pengobatan.
Benzodiazepine merupakan obat pilihan pertama untuk gangguan kecemasan menyeluruh.
Penatalaksanaan non farmakologi seperti terapi kognitif perilaku dan mengkonsumsi teh
7
Chamomile (Matricaria recutita) merupakan terapi psikoterapi yang dianjurkan pada
gangguan cemas menyeluruh.
8
Daftar Pustaka
1. Diferinsyah O, Septa T, Lisiswanti R. Gangguan cemas menyeluruh. J Medula Unila
2016; 5(2): 63-7
2. Hersen, Michel., Beidel, Deborah C. 2012. Adult Psychopathology and Diagnosis, Sixth
Edition. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
3. Elvira SD, Gitayanti H. Buku ajar psikiatri FKUI edisi kedua. Jakarta: Balai penerbit
FKUI. 2014
4. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-Unika atmajaya. 2013
5. Duckworth, K., 2013. Mental Illness Facts and Numbers. [diakses 06 Februari 2018]
Tersedia dari : www.nami.org.
6. Donner, N.C., Lowry, C.A., ,2013. Sex Differences in Anxiety and Emotional Behavior.
Pubmed. 5:601-602
7. Departemen Kesehatan RI 2014. Stop Stigma dan Diskriminasi Terhadap Orang dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ). [diakses 07 Februari 2018] Tersedia dari : www.depkes.go.id.
8. Sadock B & Sadock V. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke-2. EGC : Jakarta.
9. Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.
10. Vildayanti H, Puspitasari M, Sinuraya RK. Review: Farmakoterapi gangguan anxietas.
Universitas padjajaran. 2018; 16(1): 196-212
11. Asrori A. Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial. Fakultas
psikologi Unversitas Muhammadiyah Malang. JIPT 2015; 3(1): 89-105
12. Putra IL, Septa T. Efek pemberian teh chamomile (matricaria recucita) terhadap pasien
GAD (Generalize Anxiety Disorders). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Majority 2018; 7(3); 296-3
9
10