Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Pembimbing :
dr. Meilliana Lindawati, SpKJ

Disusun Oleh:
Inesa Unika Sakaria

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA


SMF ILMU PENYAKIT JIWA RSUD TARAKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
PERIODE 21 OKTOBER - 23 NOVEMBER 2019

1
Pendahuluan
Kecemasan hampir dialami oleh hampir setiap individu. Kecemasan ditandai dengan rasa
takut yang menetap, perasaan tidak menyenangkan, dan seringkali disertai dengan gejaa
otonom seperti sakit kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, gelisah dan sebagainya.
Kumpulan gejala yang ditemui pada setiap individu yang mengalami kecemasan biasanya
berbeda-beda. Cemas merupakan perasaan takut dan tidak didukung oleh situasi.1 Cemas
biasanya dapat terjadi kepada setiap individu dimanapun dan kapanpun. Rasa cemas
sebenarnya merupakan merupakan proses alami yang wajar terjadi pada diri setiap orang.
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran yang berlebih dan tidak rasional terhadap berbagai peristiwa sehari-hari.

Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh


Cemas merupakan perasaan takut dan tidak didukung oleh situasi.1 Cemas biasanya dapat
terjadi kepada setiap individu dimanapun dan kapanpun. Rasa cemas sebenarnya merupakan
merupakan proses alami yang wajar terjadi pada diri setiap orang. Meskipun demikian,
individu yang mengalami cemas berlebih dapat mengakibatkan kesulitan berkonsentrasi,
mudah lelah, tidak sabaran, mudah tersinggung dan otot-otot tubuh pun menjadi menegang.
Cemas yang berlebih bila terus menerus terjadi dapat menyebabkan terjadinya suatu gangguan
psikologis.2
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebih dan tidak rasional terhadap berbagai peristiwa
sehari-hari. Cemas yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-
gejala somatik seperti ketegangan otot, sulit tidur dan gelisah sehinggan menyebebkan
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.3,4

Epidemiologi Gangguan Cemas Menyeluruh


Gangguan kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang paling umum di Amerika
Serikat dan diperkirakan 40 juta orang dewasa di Amerika Serikat atau sekitar 18%
mengalami gangguan kecemasan. Sementara itu, sekitar 8% anak-anak dan remaja mengalami
gangguan kecemasan. Kebanyakan seseorang mengalami gejala sebelum usia 21 tahun.5
Sedangkan gangguan kecemasan berdasarkan jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi
2
gangguan kecemasan pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria.6 Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15
tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi.7

Faktor Penyebab Gangguan Cemas Menyeluruh


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan, diantaranya yaitu :9
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Sehingga menimbulkan kecemasan yang disertai dengan rasa takut.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan
dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Lingkungan keluarga, keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran
atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap
anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat
berada didalam rumah.
d. Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan
individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu
tersebut melakukan suatu hal yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai
penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya
kecemasan.

Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh


Berdasarkan PPDGJ-III diagnosis gangguan cemas menyeluruh sebagai berikut:4
1. Pasien harus menunjukkan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja yang sifatnya “free floating”
atau “mengambang”.
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi, dan sebagainya);
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,
tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan ansietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).

Diagnosis Banding Gangguan Cemas Menyeluruh


Gangguan Panik
Berdasarkan PPDGJ-III, gangguan panik ditegakkan apabila:4
a. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik.
b. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat
dalam masa kira-kira satu bulan :
 Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
 Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation).
 Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara
serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas
antipsikotik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).

Gangguan Obsesif Kompulsif


Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ-III:4
a. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau kompulsif, atau kedua-
duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnyadua minggu berturut-turut.
b. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
 Harus diasadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
4
 Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
 Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
ansietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.
 Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)
d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. penderita
gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya
penderita gangguan depresi berulang (F33,-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif
selama episode depresif-nya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-
gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif
pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
e. Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau
gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.

Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh


Farmakoterapi
Benzodiazepine
Benzodiazepine merupakan obat pilihan pertama untuk gangguan kecemasan
menyeluruh.1 Benzodiazepine menimbulkan efek samping yang merugikan, jika digunakan
dalam waktu yang lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan benzodiazepin
hanya terbatas untuk pengobatan jangka pendek. Pengobatan bagi kecemasan, biasanya
memulai dengan obat pada rentang rendah terapeutiknya dan meningkatkan dosis untuk
mencapai respon terapeutik. Efek samping yang biasa timbul pada individu yang
5
mengkonsumsi benzodiazepine seperti mengantuk, merasa lelah, sakit kepala, sulit tidur,
mual.10 Berikut adalah beberapa obat golongan benzodiazepine:

Tabel 1. Golongan obat benzodiazepin

Obat Dosis
Alprazolam 3x0,25 mg/hari
Oral 2x5 mg/hari
Diazepam
Injeksi 5-10 mh/hari
Lorazepam 3x1 mg/hari

Non Farmakologi
Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioural Theraphy)
Penatalaksanaan non farmakologi adalah dilakukan psikoterapi. Psikoterapi yang terpilih
adalah terapi kognitif perilaku (Cognitive Behavioural Theraphy/CBT). Cognitive
Behavioural Theraphy (CBT) mengajarkan pasien untuk memahami cara berpikir dan
bereaksi dalam keadaan yang membuat mereka merasa cemas.12 Terapi kognitif perilaku
berhasil menurunkan tingkat kecemasan individu dengan mengubah pemikiran negatif
menjadi alternatif pemikiran yang lebih positif dan rasional.11 Pemikiran positif dan rasional
dapat membuat individu merasa lebih nyaman dan tidak cemas, akibatnya tidak lagi
melakukan perilaku negatif atau perilaku aman.

Teh Chamomile (Matricaria recutita)


Matricaria recutita (chamomile) adalah salah satu obat herbal yang paling banyak digunakan
di dunia. Chamomile berasal dari Eropa dan Asia Barat. Sejak kehadirannya di Mexico pada
abad ke-16, spesies ini telah digunakan terutama untuk mengobati penyakit yang berhubungan
dengan sistem gastrointestinal seperti diare.12 Di negara lain, bunga dari spesies ini sering
digunakan dalam bentuk teh sebagai obat penenang. Bunga yang dimiliki oleh spesies ini baik
bunga segar maupun kering memiliki sifat aromatik, penyedap dan pewarna. Keduanya
digunakan dalam sejumlah produk komersial termasuk sabun, deterjen, parfum, lotion, salep,
produk untuk rambut, minuman alkohol dan teh herbal.13,14 Penggunaan chamomile sebagai
obat herbal berasal dari zaman Yunani dan Romawi kuno. Chamomile telah digunakan
sebagai obat herbal tradisional karena memiliki yang efek menenangkan. Meskipun terdapat

6
banyak varian chamomile, tetapi Matricaria recutita adalah yang paling banyak digunakan.
Matricaria recutita digunakan untuk menghilangkan gejala depresi dan kecemasan. Studi
yang telah dilakukan oleh Amsterdam et al pada tahun 2012 didapatkan bahwa chamomile
memiliki efek terhadap perubahan suasana perasaan dan didapatkan penurunan yang
signifikan dalam tingkat gejala kecemasan pasien gangguan cemas menyeluruh yang
diberikan chamomile dibandingkan dengan plasebo.12 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Amsterdam et al pada tahun 2009, efek chamomile yang terlihat pada uji coba terkontrol
secara acak, menunjukkan hasil yang signifikan pada pasien gangguan cemas menyeluruh
ringan sampai sedang, sedangkan untuk pasien yang lebih berat tidak ada perubahan gejala
gangguan cemas menyeluruh. Selain itu, pada penelitian tersebut terdapat pengurangan yang
jauh lebih besar dalam skor gejala kecemasan dibandingkan plasebo setelah 8 minggu terapi.12
Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah efek jangka
panjang penggunaan chamomile serta potensi chamomile dalam mencegah kekambuhan
gejala gangguan cemas menyeluruh. Sehingga disarankan pemberian chamomile sebagai
terapi selingan selain terap farmakologi. Menurut penelitian Nakamura et al pada tahun 2002
teh chamomile juga memberikan efek pada sistem saraf otonom dengan menurunkan denyut
jantung, peningkatan suhu kulit, dan perbaikan suasana hati serta emosi.12

Prognosis Gangguan Cemas Menyeluruh


Pada umumnya prognosis gangguan cemas menyeluruh adalah pada ad vitam adalah bonam,
ad functionam adalah ad bonam, dan ad sanationam adalah ad bonam bila mendapat
penatalaksanaan yang sesuai. Sekitar 50% pasien mendapat perbaikan dalam tiga minggu
pertama pengobatan. Sekitar 77% membaik dalam sembilan bulan pengobatan.8

Kesimpulan
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran yang berlebih dan tidak rasional terhadap berbagai peristiwa sehari-hari.
prognosis gangguan cemas menyeluruh adalah at bonam bila mendapat penatalaksanaan yang
sesuai. Sekitar 50% pasien mendapat perbaikan dalam tiga minggu pertama pengobatan.
Benzodiazepine merupakan obat pilihan pertama untuk gangguan kecemasan menyeluruh.
Penatalaksanaan non farmakologi seperti terapi kognitif perilaku dan mengkonsumsi teh
7
Chamomile (Matricaria recutita) merupakan terapi psikoterapi yang dianjurkan pada
gangguan cemas menyeluruh.

8
Daftar Pustaka
1. Diferinsyah O, Septa T, Lisiswanti R. Gangguan cemas menyeluruh. J Medula Unila
2016; 5(2): 63-7
2. Hersen, Michel., Beidel, Deborah C. 2012. Adult Psychopathology and Diagnosis, Sixth
Edition. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
3. Elvira SD, Gitayanti H. Buku ajar psikiatri FKUI edisi kedua. Jakarta: Balai penerbit
FKUI. 2014
4. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-Unika atmajaya. 2013
5. Duckworth, K., 2013. Mental Illness Facts and Numbers. [diakses 06 Februari 2018]
Tersedia dari : www.nami.org.
6. Donner, N.C., Lowry, C.A., ,2013. Sex Differences in Anxiety and Emotional Behavior.
Pubmed. 5:601-602
7. Departemen Kesehatan RI 2014. Stop Stigma dan Diskriminasi Terhadap Orang dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ). [diakses 07 Februari 2018] Tersedia dari : www.depkes.go.id.
8. Sadock B & Sadock V. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke-2. EGC : Jakarta.
9. Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.
10. Vildayanti H, Puspitasari M, Sinuraya RK. Review: Farmakoterapi gangguan anxietas.
Universitas padjajaran. 2018; 16(1): 196-212
11. Asrori A. Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial. Fakultas
psikologi Unversitas Muhammadiyah Malang. JIPT 2015; 3(1): 89-105
12. Putra IL, Septa T. Efek pemberian teh chamomile (matricaria recucita) terhadap pasien
GAD (Generalize Anxiety Disorders). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Majority 2018; 7(3); 296-3

9
10

Anda mungkin juga menyukai