Sepsis Neonatorum dan Faktor yang Terkait pada Bayi Baru Lahir di
Rumah Sakit Wolaita Sodo Town, Ethiopia Selatan
Oleh :
Suci Rahmadhani
1840312270
Preseptor :
2019
1
Sepsis Neonatorum dan Faktor yang Terkait pada Bayi Baru Lahir Di
Rumah Sakit Wolaita Sodo Town, Ethiopia Selatan
Pengantar: Sepsis neonatorum adalah salah satu alasan paling umum untuk masuk ke unit
perawatan intensif neonatal di negara berkembang. Ini juga merupakan penyebab utama
kematian dinegera berkembang dan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu,
tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai prevalensi dan faktor yang terkait
dengan sepsis neonatorum pada bayi yang baru lahir di Rumah Sakit Wolaita Sodo Town,
Ethiopia Selatan.
Material dan metode: Penelitian cross-sectional berbasis rumah sakit ini dilakukan pada
275 bayi baru lahir dari tanggal 22 April hingga 29 Juni 2018. Wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner pra-uji dan daftar pemeriksaan digunakan untuk mengumpulkan
data. Data yang terkumpul dimasukkan ke Epi Data versi 3.1 dan kemudian dipindahkan ke
SPSS versi Windows 22 untuk di analisis. Analisis Bivariat dan multivariat dilakukan
dengan menggunakan regresi logistik biner. Uji kelayakan menggunakan uji satisik
Hosmer-Lemeshow dan uji Omnibus. Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui
korelasi antar variabel independen dengan menggunakan uji statistik standard error dan
kolinear . Variabel dengan P<0.25 dalam analisis bivariat dimasukkan kedalam model
akhir,dengan signifikansi statistik dinyatakan di P<0.05.
Hasil: Studi ini menemukan bahwa 33,8% (95% CI: 28% -39%) dari neonatus memiliki
sepsis neonatorum. Faktor-faktor seperti usia ibu, pemeriksaan digital per vaginam multipel,
ASI eksklusif dan segera dalam waktu satu jam, meggunakan Kangaroo Mother Care
(KMC) dalam waktu 1 jam, dan usia neonatus, secara signifikan berhubungan dengan
sepsis neonatorum.
Kesimpulan dan rekomendasi: Penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian sepsis
neonatal saat ini masih tinggi. Dengan demikian, penguatan penyediaan informasi
kesehatan tentang menyusui ekslusif dan menyusui segera serta KMC di postnatal dan
layanan perawatan antenatal dan penurunan beberapa pemeriksaan per vaginam digital
yang tidak ada indikasi nya harus lebih dipromosikan lebih baik lagi.
Kata kunci: sepsis neonatal , sepsis neonatorum, infeksi neonatal, unit perawatan intensif
neonatal, persalinan yang aman, Ethiopia.
2
Pengantar
Sepsis neonatorum adalah suatu kondisi didefinisikan sebagai sindrom klinis yang
ditandai dengan tanda-tanda dan gejala infeksi pada bayi usia 28 hari kehidupan atau
lebih muda. Hal ini menimbulkan tanda-tanda infeksi sistemik dan isolasi bakteri patogen
atau lainnya pada hasil pemeriksaan darah dari 750.000 kematian per tahun di
dunia.Secara umum, sepsis masih salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada neonatus, meskipun sudah ada kemajuan di unit pelayanan kesehatan. Beban global
yang diperkirakan untuk sepsis neonatorum adalah 2,202 (95% CI: 1,099-4,360) per
100.000 kelahiran hidup, dengan angka kematian antara 11% dan 19% .4,5 Lebih dari
40% dari kematian balita terjadi pada periode neonatal, mengakibatkan 3,1 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahunya.
Menurut Global Sepsis Alliance, infeksi yang menjadi sepsis bertanggung jawab
untuk sekitar seperlima dari 2,7 juta kematian neonatus di dunia setiap tahunnya, dan di
Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika, itu sekitar 25% dari semua kematian. Insidens Sepsis
Neonatorum 40 kali lebih tinggi dan tingkat kematian dua kali lebih tinggi pada negara
berpendapatan menengah daripada di negara berpendapatan tinggi. Sepsis neonatorum
menimbulkan beban kesehatan masyarakat besar-besaran untuk sub-Sahara Afrika, dengan
konsekuensi ekonomi yang signifikan.Di sisi lain, para pasien sepsis neonatal rentan
terhadap morbiditas perkembangan neurologis yang didapat dalam jangka pendek ataupun
jangka panjang.
Sepsis neonatorum adalah pembunuh utama bayi yang baru lahir di Ethiopia, yang
menyumbang lebih dari sepertiga (33%) dari kematian neonatus. Populasi Ethiopia tumbuh
pada tingkat 2,6% per tahun dan sebagian besar orang (84%) tinggal di area pedesaan
Menurut Ethiopia Survei Demografi dan Kesehatan 2016, kematian neonatus menurun dari
49 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 29 per 1.000 kelahiran
pada tahun 2016, pengurangan 41% selama 16 tahun terakhir. Meskipun penyebab
kematian neonatus tidak terdokumentasi dengan baik di Ethiopia, laporan dari studi
sebelumnya diidentifikasi bahwa sepsis neonatorum, asfiksia, cedera lahir, tetanus,
kelahiran prematur, malformasi kongenital, dan “penyebab yang tidak diketahui” sebagai
alasan utama untuk kematian neonatus. Bukti dari studi yang berbeda yang dilakukan di
berbagai negara berspekulasi bahwa neonatus yang didiagnosis dengan dugaan sepsis
berkisar antara 4,3% sampai 75,1% di antara neonatus yang dirawat di Neonatal Intensive
Care Unit (NICU).
3
Meskipun sistem kesehatan di Ethiopia sudah mulai maju, penerimaan neonatus ke
NICU dengan infeksi, paling sering sepsis, telah meningkat. Tapi, ada studi terbatas di
Ethiopia, pada daerah studi menunjukkan status terbaru dari sepsis neonatorum dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
prevalensi sepsis neonatorum dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada bayi yang baru
lahir di Rumah Sakit Wolaita Sodo, Ethiopia Selatan.
Desain Penelitian
Penelitian menggunakan Desain Studi cross-sectional berbasis Lembaga (rumah sakit)
Populasi
Semua neonatus yang dirawat di NICU rumah sakit selama masa studi di Wolaita
Sodo adalah populasi penelitian untuk penelitian ini.
Kriteria inklusi
Semua neonatus yang dirawat di unit perawatan intensif dilibatkan dalam penelitian
ini, sedangkan neonatus yang pulang lebih awal sebelum pengumpulan data selesai tetapi
hanya kartu yang tersedia, informasi grafik pasien yang tidak lengkap, dan meninggal pada
4
saat kedatangan (neonatus berakhir tanpa dilakukan penyelidikan dan pengobatan pada saat
kedatangan) dikeluarkan dari penelitian ini.
Variabel Penelitian
Prevalensi sepsis neonatorum adalah variable dependen, dan karakteristik
sosiodemografi ibu, karakteristik sosiodemografi neonatus, dan karakteristik kebidanan ibu
adalah variabel independen untuk penelitian ini.
5
Manajemen Data Dan Analisis
Data yang terkumpul diberi kode dan dimasukkan ke Epi Data versi 3.1 untuk
meminimalkan kesalahan logis dan pola melompat-lompat. Kemudian, data dipindahkan ke
SPSS versi Windows 22 untuk membersihkan, mengedit, dan analisis. Analisis deskriptif
dilakukan dengan proporsi dan rangkuman statistik terkomputerisasi. Maka informasi
disajikan dengan menggunakan frekuensi sederhana ringkasan terukur, tabel, dan gambar.
Analisis Bivariat dan multivariat digunakan untuk menilai hubungan antara masing-masing
variabel independen dan variabel hasil dengan menggunakan regresi logistik biner. Hosmer-
Lemeshow sta- tistic dan Omnibus tes dilakukan untuk model kelayakan. Semua variabel
dengan P<0.25 pada analisis bivariat dimasukkan dalam model akhir analisis multivariat
untuk mengontrol semua variabel yang mungkin. Kami mengikuti metode Mersha bahwa
variabel yang signifikan dalam penelitian sebelumnya dan dari konteks sudut pandang
dimasukkan dalam model akhir bahkan jika kriteria di atas tidak memenuhi. Statistik kolinear
dilakukan untuk menentukan hubungan antara variabel independen. Arah dan kekuatan
asosiasi statistik diukur dengan OR dengan 95% CI. OR bersama dengan 95% CI
diperkirakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor terkait untuk sepsis neonatorum. Dalam
penelitian ini, P-value < 0.05 dianggap umenyatakan hasilnya sebagai sebuah hubungan yang
signifikan secara statistik.
Pertimbangan Etis
Penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip etika penelitian yang diadopsi oleh WMA
Majelis Umum ke-64, Fortaleza, Brasil, Oktober 2013 dan amandemen termasuk persetujuan
oleh Institutional Review Board (AMU-IRB) dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Arba Minch. Semua responden penelitian diberitahu tentang tujuan penelitian,
hak mereka untuk menolak berpartisipasi, dan persetujuan sukarela tertulis serta tanda tangan
diperoleh dari semua responden penelitian sebelum wawancara. Para responden juga
menginformasikan bahwa informasi yang diperoleh dari mereka akan dirahasikan.
Hasil
Karakteristik Sosiodemografi Dari Para Ibu
Sebanyak 275 neonatus dilibatkan dalam penelitian ini dengan tingkat respon 100%.
Usia rata-rata ibu dari neonatus adalah 27,39 tahun (+- 6.51 SD). Dari responden, responden
yang sudah menikah 199 orang (72,4%) dan yang tinggal di lokasi pedesaan terdiri 172 orang
(62,5%). Protestan adalah agama yang terbanyak (165 [60%]) (Tabel 1).
6
Tabel 1 Karakteristik Sosiodemografi Ibu Di Rumah Sakit Wolaita Sodo, Ethiopia Selatan,
2018 (N= 275)
7
(89,1%) dari ibu dibantu oleh profesional kesehatan (dokter, pemberi pelayanan
kesehatan, bidan, dan perawat). Selama persalinan, 212 (77,1%) ibu memiliki ≤4
pemeriksaan vagina digital dan 92 (33,5%) memiliki cairan ketuban yang berbau busuk.
Tujuh puluh lima (27,3%) ibu memiliki riwayat hipertensi akibat kehamilan, 46 (16,7%)
memiliki infeksi saluran kemih / infeksi menular seksual dan 41 (14,9%) memiliki riwayat
korioamionitis (Tabel 2).
Dua ratus lima (74,5%) neonatus dilahirkan di rumah sakit dan 2,5% memiliki pos
kesehatan. 36,7% ibu dengan lama proses persalinan 12-24 jam dan 16,7% kurang dari 6
jam (Gambar 1 dan 2).
Tabel 2 Karakteristik Kebidanan Ibu Di Rumah Sakit Wolaita Sodo, Ethiopia Selatan, 2018
(N=275)
8
singkatan: APH, antepartum haemorrhage; HEW, health extension worker; PROM,
premature rupture of membrane; STI, sexually transmitted infection; TTBA, trained
traditional birth attendant ; UTI, urinary tract infection.
Karakteristik Neonatus
Lebih dari setengah (61,5%) dari neonatus adalah laki-laki dan 183 (66,5%) berada
pada kelompok usia 0-7 hari (awal periode neonatal) dan sisanya 92 (33,5%) adalah 8-28
hari (akhir periode neonatal ). Mengenai usia kehamilan, 196 (71,3%) dengan usia (37-42
minggu), dan 69 (25,1%) dan 10 (3,6%) memiliki prematur (< 37 minggu) dan postterm (>
42 minggu). Sebagian besar dari neonatus (88,4%) memiliki skor APGAR dari ≥7, dan 199
(72,4%) adalah makrosomia atau berat saat lahir > 4 kg. dua ratus sembilan (76%) dari
neonatus menangis saat lahir dan 92 (33,5%) dari neonatus telah diresusitasi saat lahir.
Hampir setengah (50,2%) menggunakan NGT dan 229 (83,3%) telah menggunakan
Kagaroo Mother Care (KMC) dalam waktu 1 jam setelah melahirkan (Tabel 3).
9
segera dalam waktu satu jam sebanyak 86% dan mereka yang telah di KMC dalam waktu 1
jam adalah 94% lebih kecil kemungkinannya untuk memperoleh sepsis. Neonatus dengan
usia yang berkisar antara 0 sampai 7 hari dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan
sepsis dibandingkan dengan mereka yang usianya berkisar 8-28 hari (OR = 2,19, 95% CI:
1,01-4,79) (Tabel 4).
Gambar 1. Tempat persalinan ibu di rumah sakit dari Wolaita sodo, ethiopia selatan,
2018 (n=275).
Gambar 2. Durasi kerja ibu di rumah sakit Wolaita sodo, ethiopia selatan, 2018 (n=275).
10
Diskusi
Status keseluruhan sepsis neonatal adalah 33,8% (95% CI: 28% -39%).Usia ibu dari
20-34 tahun adalah 4,33 kali sedangkan usia neonatus dari 0-7 hari adalah 2,19 kali lebih
mungkin untuk menjadi sepsis atau positif berhubungan dengan sepsis neonatorum.
Neonatus dari ibu dengan pemeriksaan digital per vaginam yang jarang ( ≤4 kali), ASI
eksklusif dan segera dalam waktu 1 jam, dan mendapatkan KMC dalam waktu 1 jam negatif
berhubungan (preventif) dengan sepsis neonatorum dengan peluang masing-masing 0,1, 0,14,
dan 0,06,.
Prevalensi sepsis neonatorum dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan di Mesir (45,9%) dan Ethiopia (75,1%) dan lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Sinai Selatan, Mesir (8,6%), Tenggara
Mexico (4,3% ), dan Dar es Salaam, Tanzania (24%). Tetapi, temuan ini sesuai dengan tiga
penelitian yang dilakukan di Tanzania (29%, 31,4%, dan38,9%). Alasan untuk perbedaan ini
adalah karena majunya sistem kesehatan saat ini yang memberikan menanamkan kesehatan
bayi baru lahir dimulai dari kehidupan intrauterin (pelatihan pada penyedia layanan kesehatan
dalam pencegahan infeksi pada kamar bersalin dan NICU, praktek persalinan yang aman,
pelayanan dasar kebidanan darurat, dan pelayanan obstetrik darurat komprehensif),
meningkatkan perilaku mencari kesehatan , dan status sosial ekonomi masyarakat.
Dalam penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan ibu secara signifikan berkaitan
dengan sepsis neonatorum. Usia ibu dan pemeriksaan digital per vaginam multipel memiliki
faktor risiko yang mendukung terjadinya sepsis pada bayi yang baru lahir. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan di Tanzania dan Ghana.Tapi, itu tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di Northern Ethiopia. Ini mungkin karena metodologi, perbedaan
dalam sistem pelayanan persalinan, sosial ekonomi, dan faktor budaya.
11
Tabel 3 Karakteristik Neonatus Di Rumah Sakit Wolaita Sodo, Ethiopia Selatan, 2018
(N=275)
Suhu (° C)
<36,5 80 29.1
36,5-37,5 154 56
>37,5 41 14,9
Neonatus Menangis Saat Lahir
Iya 209 76
Tidak 66 24
Asfiksia Prenatal
Iya 11 4
Tidak 264 96
NGT Feeding
Iya 138 50.2
Tidak 137 49,8
Asi Eksklusif Dan Segera Dalam Waktu 1
Jam
Iya 137 49,8
Tidak 138 50.2
Melndapatkan Kmc Dalam Waktu 1 Jam
Iya 229 83.3
Tidak 46 16.7
Cara KMC
Baik 183 79,9
Buruk 46 20.1
Diresusitasi Saat Lahir
Iya 92 33,5
Tidak 183 66,5
Aspirasi Mekonium
Iya 92 33,5
Tidak 183 66,5
12
Seperti yang dikemukakan dalam penelitian ini, KMC kontak (kulit ke kulit ) dan
menyusui langsung dan eksklusif dalam 1jam setelah persalinan secara signifikan berkaitan
dengan sepsis neonatorum. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Zimba-
BWE, meta-analisis yang dilakukan dengan meninjau literatur yang berbeda, dan studi yang
dilakukan di berbagai belahan world. Alasan untuk ini adalah karena fakta bahwa KMC
meningkatkan ikatan ibu ke bayi, menyusui, dan perlindungan suhu tubuh bayi lebih baik
daripada perawatan konvensional dan memberikan kesempatan lebih sedikit untuk timbulnya
infeksi. Selain itu, ASI segera dan eksklusif berfungsi sebagai titik awal untuk sebuah
perawatan berkelanjutan untuk ibu dan bayi baru lahir yang dapat memiliki efek jangka
panjang pada kesehatan dan perkembangan bayi. Inisiasi menyusui dini memberikan nutrisi
yang cukup pada saat yang tepat, Imunologis dari susu pertama (kolostrum), yang mencegah
hipotermia dan hipoglikemia. Usia neonatus adalah efek signifikan lainnya untuk terjadinya
sepsis neonatorum seperti yang dilansir penelitian ini. Alasan utama untuk ini mungkin
kebanyakan bayi baru lahir yang menerima agen infeksi yang berbeda selama hidup di
intrauterin, intra-partum, dan segera setelah melahirkan memunculkan tanda dan gejala
selama periode awal (0-7 hari). Neonatus sangat sensitif terhadap agen infeksi yang berbeda
selama periode awal yang berhubungan dengan kekebalan melemah dibandingkan dengan
orang dewasa.
Dalam analisis multivariat, infeksi saluran kemih pada ibu atau infeksi menular
seksual, skor APGAR <7 di menit kelima, menangis segera setelah lahir, KPD lama, dan
tempat persalinan tidak bermakna jika dikaitkan dengan sepsis neonatorum. Temuan ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ghana, Mesir, Tenggara Meksiko, Northern
Ethiopia, dan Mwanza Tanzani. Hasil yang tidak sesuai ini mungkin karena fakta bahwa bayi
yang baru lahir lebih rentan jika di rumah sakit serta infeksi yang didapat dari komunitas
juga mendukung faktor ibu dan bayi. Selain itu, perbedaan juga mungkin karena pengaturan
penelitian, sosial budaya, sosial ekonomi, dan perbedaan waktu penelitian.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah bahwa data mungkin subjekif dan
menimbulkan bias. Studi ini mungkin tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat karena
desain penelitian adalah cross-sectional.
13
Tabel 4 Analisi Bivariat dan multivariat faktor yang terkait dengan sepsis neonatorum di
Kabupaten Chencha, ethiopia selatan, 2018 (n=275)
Catatan: ahome delivery and on the way to health facility. *P=0.048, **P=0.047, and
***P<0.001.
Singkatan: KMc, kangaroo mother care; PROM, premature rupture of membrane; sTi,
sexually transmitted infection; UTi, urinary tract infection.
14
Kesimpulan dan rekomendasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi sepsis neonatal masih tinggi. Secara
umum, penelitian ini mengidentifikasi bahwa usia ibu, pemeriksaan digital per vaginam ,
ASI eksklusif dan segera dalam waktu satu jam setelah persalinan, melakukan KMC dalam
waktu 1 jam, dan usia neonatus merupakan faktor yang mempengaruhi atau predisposisi
untuk sepsis neonatorum. Berdasarkan ini kami ingin memberikan rekomendasi berikut:
memperkuat penyediaan informasi kesehatan tentang ASI eksklusif dan segara, KMC untuk
ibu selama postnatal dan layanan perawatan antenatal. Menggunakan Komunikasi Informasi
Edukasi / alat komunikasi merubah perilaku (poster, flip chart, lukisan dinding, manual,
dan pamflet) difokuskan pada pemberian ASI dan KMC untuk memobilisasi dan
menyadarkan masyarakat. Selain itu, direkomendasikan untuk mempromosikan pada
penyedia layanan kesehatan untuk sebaiknya menurunkan penggunaan pemeriksaan digital
per vaginam yang tidak ada indikasinya. Para peneliti lainnya sebaiknya melakukan
penyelidikan lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain dengan menggunakan
alat-alat lain dan desain studi lainnya.
Author kontribusi
AM dirancang penelitian, terlibat dalam pengumpulan data, melakukan analisis dan
interpretasi hasil, menyusun draft, dan berpartisipasi dalam mempersiapkan semua versi
naskah. TW, SS, AB, AM, GS, GH, EA, dan TT membantu dalam desain dan usulan
pengembangan, memantau pengumpulan data, membanu selama analisis, dan merevisi draft
berikutnya dari draft. Semua penulis berkontribusi terhadap analisis data, penyusunan dan
kritis merevisi draft, memberikan persetujuan akhir dari versi yang akan di terbitkan, dan
15
setuju untuk bertanggung jawab dalam semua aspek pekerjaan.
Penyingkapan
Para penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan dalam pekerjaan ini.
16
Faktor Risiko Terkait dengan Sepsis Neonatal: Studi Kasus di Rumah Sakit Spesialis di
Ghana
Di seluruh dunia, sepsis neonatal menyumbang sekitar 26% dari kematian balita,
dengan sub-Sahara Afrika memiliki tingkat kematian tertinggi. Meskipun kematian neonatus
<< <
di seluruh dunia telah menurun lebih dari 3,6 juta per tahun sejak tahun 2000, sepsis neonatal
tetap menjadi halangan penting untuk kemajuan dalam penurunan angka kematian penyebab
spesifik terutama di sub-Sahara Afrika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor risiko sepsis neonatal di Rumah Sakit Spesialis dan Trauma, Winneba. Penelitian ini
merupakan kasus kontrol studi retrospektif yang tidak dapat dibandingkan. Kasusnya adalah
neonatus yang memiliki sepsis dengan indeks ibu mereka dan kontrol adalah neonatus yang
tidak memiliki sepsis dengan indeks ibu mereka. Catatan medis neonatus dan ibu yang
diambil dari Januari hingga Desember 2017. Abstraksi data berlangsung selama satu bulan
dan 2650 folder untuk neonatus dan ibu indeks mereka diambil. Sembilan ratus (900) folder
neonatal dianggap valid untuk penelitian dan juga untuk folder ibu. Seratus tiga (103) folder
dianggap kasus sementara 797 dianggap sebagai kontrol. Data dimasukkan menggunakan
Paket Statistik untuk Ilmu Sosial Versi22. Regresi logistik digunakan untuk menentukan
risiko sepsis neonatal. Faktor ibu yang meningkatkan risiko terjadinya sepsis adalah paritas
(P< 0,027), cara persalinan (p <0,001), perdarahan (p< 0,001), dan PROM (p<0,001. Faktor
risiko neonatus yang meningkatkan risiko terjadinya sepsis adalah skor APGAR di menit
pertama dan kelima (p<0,001), resusitasi saat lahir (p<0,004), lama rawatan (p<0,001), dan
usia neonatus saat masuk rawatan (p<0,001). Studi ini menemukan bahwa baik fakor ibu dan
fakro neonatus keduanya memiliki hubungan yang kuat dengan risiko terjadinya sepsis
neonatal. Pemanfaatan pelayanan antenatal ibu akan membantu mengidentifikasi faktor-
faktor risiko selama prenatal dan postnatal dan apa intervensi yang tepat dilaksanakan untuk
mengurangi kemungkinan neonatus berkembang menjadi sepsis.
Pengantar
Di seluruh dunia, sepsis neonatal menyumbang sekitar 26% dari kematian balita,
dengan sub-Sahara Afrika memiliki tingkat kematian tertinggi. Afrika Sub-Sahara memiliki
beban yang tidak merata untuk kematian neonatus, yang mengarah ke sekitar 49,6% dari
seluruh kematian balita pada 2013[1]. Tujuan ketiga dari SDG’s untuk kesehatan anak
bertujuan untuk mencegah kematian bayi baru lahir dan anak di bawah usia lima tahun pada
17
tahun 2030; tujuan ini tidak dapat dicapai tanpa penurunan yang signifikan dari kematian
neonatus yang berhubungan langsung dengan infeksi di negara berkembang [2].
Secara global, kematian neonatus telah menurun sejak tahun 2000 oleh lebih dari 3,6
juta per tahun mungkin karena penurunan kejadian kondisi penyakit utama (pneumonia dan
diare). Walaupun, terjadi penurunan kematian neonatus, penelitian menunjukkan bahwa
sepsis neonatal tetap menjadi halangan yang luar biasa untuk kemajuan dalam penurunan
penyebab angka kematian spesifik di dunia, khususnya Afrika[1]. Laporan sebelumnya
menunjukkan berbagai 380,000-2,000,000 kasus tahunan sepsis neonatal di SSA dan
kematian neonatal terkait tahunan 270.000 [3-5]. Ini menyoroti beban besar sepsis neonatal di
dunia, khususnya SSA. Namun, perkiraan beban yang tepat dari sepsis neonatal di SSA
dibatasi oleh ketidakpastian pada diagnosis dan estimasi dari kejadian. Meskipun beban berat
dari kematian neonatal yang berkaitan dengan sepsis neonatal, penelitian menunjukkan
bahwa sepsis neonatorum menerima investasi internasional kurang substansial sebagai
prioritas kesehatan masyarakat dibandingkan dengan kondisi utama lainnya [2].
18
Walaupun penelitian sebelumnya telah mencari agen penyebab umum terjadinya
sepsis neonatal dengan pola sensitivitas. Penelitian pada faktor-faktor risiko sepsis neonatal
di Ghana terbatas, khususnya tempat penelitian. Identifikasi awal faktor-faktor risiko sepsis
neonatal dan intervensi kelembagaan dini dapat menurunkan angka kematian neonatus dan
morbiditas di negara dan dunia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor
risiko sepsis neonatal di Rumah Sakit Spesialis dan Trauma, Winneba, Ghana.
Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit Spesialis dan Trauma, Winneba. Rumah
Sakit ini adalah rumah sakit daerah untuk daerah untuk Wilayah Tengah Ghana. Bangsal
anak merangkap sebagai Unit Neonatal Inten- sive Perawatan (NICU) dengan 4 inkubator
dan 5 mesin fototerapi. NICU memiliki dua bilik / bangsal yang ditunjuk untuk hanya kasus
neonatus, 5 tempat tidur, dan 4 tempat tidur bayi.
Abstraksi data dilakukan oleh 3 penulis penelitian ini dan 4 asisten peneliti terlatih.
Catatan medis neonatus dan ibu yang diambil dari Departemen Catatan Medis (RD) . Setiap
hari sekitar 100 folder (catatan medis) dari neonatus dengan indeks ibu mereka diambil dari
RD. Folder yang tidak memilki folder indeks neonatus atau ibu dikeluarkan dari penelitian.
Folder dengan indeks ibu atau informasi neonatus dianggap cukup untuk abstraksi data. Data
diperiksa ulang oleh penulis untuk memastikan informasi yang diperlukan. Abstraksi data
19
berlangsung selama satu bulan dan 2650 folder untuk neonatus dan indeks ibu mereka
diambil ; 900 folder neonatus dianggap valid untuk penelitian dan juga untuk folder ibu.
Data dimasukkan ke dalam Paket IBM statistik untuk Ilmu Sosial Versi 22 (SPSS ver.
22) untuk analisis. Untuk menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen, Uji chi-squared Pearson yang digunakan untuk menganalisis. Dalam menentukan
faktor risiko sepsis neonatal, analisis regresi logistik biner dan multivariat juga digunakan.
Besarnya asosiasi diukur dengan menggunakan odds ratio pada interval kepercayaan 95%.
Signifikansi statistik dinyatakan dengan p<0.05. Akhirnya, data disajikan dalam tabulasi
silang untuk menunjukkan distribusi kasus dan kontrol.
Persetujuan etik untuk studi diperoleh dari University of Allied Sciences Komite
[8] Etika
Penelitian Kesehatan sebelum dikomersialkan dengan pengumpulan data (UHAS-REC / A.3
17-18). Persetujuan kemudian diberikan oleh manajemen fasilitas untuk memmulai penelitian.
20
Tabel 1 . Karakteristik Sosiodemografi kasus dan kontrol di Rumah Sakit Spesialis dan
Trauma
3. Hasil
Dalam studi saat ini, total 103 neonatus yang memiliki sepsis (kasus) dengan indeks
ibu dan 797 neonatus yang tidak sepsis (kontrol) dengan indeks ibu mereka yang terdaftar.
Mayoritas ibu berada dalam kisaran usia 20-29 tahun sebanyak 62 (60,2%) kasus dan 460
(57,7%) dari kontrol. Sembilan puluh satu (88,3%) kasus dan 653 (81,9%) kontrol menikah.
Kristen adalah agama dominan di antara ibu-ibu dari kasus dan kontrol, 85,4% dan 85,6%,
masing-masingnya. Lima belas (14,6%) kasus dan 96 (12,0%) dari kontrol tidak
berpendidikan. Hal itu juga mendukung bahwa 24 (23,3%) kasus dan 106 (13,3%) dari
21
kontrol adalah ibu rumah tangga. Sehubungan dengan karakteristik sosiodemografi neonatus,
25 (24,3%) dari kasus dan 255 (32,0%) kontrol ditemukan dalam usia 4-7 hari (Tabel1).
Tiga puluh lima (34,0%) kasus dan 472 (59,2%) dari kontrol memiliki persalinan
pervaginam spontan. Telah dicatat bahwa sebagian besar kasus 67 (65,0%) dilahirkan melalui
operasi caesar. Mayoritas ibu, 86 (83,5%) kasus dan 712 (89,3%) kontrol, telah menerima
pelayanan antenatal care (ANC) setidaknya sekali selama kehamilan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase ibu yang memiliki infeksi saluran kemih ataupun infeksi
menular seksual (ISK / IMS) selama kehamilan ditemukan lebih tinggi dalam kasus, 4 (3,9%),
dibandingkan kontrol, 29 (3,6%). Proporsi yang lebih tinggi dari ibu-ibu yang mengalami
perdarahan selama kehamilan berada pada bagian kontro sebanyak 166 (20,8%),
dibandingkan kasus sebanyak 3 (2,9%). Demikian pula, persentase ibu yang memiliki PROM
lebih tinggi pada kontrol, 116 (14,6%), dibandingkan kasus, 3 (2. 9%). Hal ini ditunjukkan
pada Tabel2.
22
Tabel 2. Analisis regresi logistik bivariat dan multivariat faktor risiko ibu terhadap sepsis
neonatal
Menggunakan regresi logistik bivariat dan multivariabel, hanya empat variable yang
telah menunjukkan efek yang signifikan pada risiko sepsis neonatal pada tingkat signifikansi
5%. Paritas ibu sangat berkaitan dengan risiko sepsis neonatal (< 0,027). Hal ini lebih lanjut
mencatat bahwa wanita primipara memiliki 1,89 kali kemungkinan lebih tinggi menderita
sepsis dibandingkan dengan wanita multipara (COR= 1,89; 95 % CI (1.050-4.498). Penelitian
ini menemukan cara persalinan secara statistik berhubungan dengan sepsis neonatal
23
(P<0.001). Penelitian juga menunjukkan bahwa cara persalinan dengan SC merupakan
mayoritas diantara kasus, 67 (65,0%). Gangguan perdarahan selama kehamilan berkaitan
secara signifikan terhadap risiko sepsis neonates (P<0,001). Analisis lebih lanjut
mengungkapkan bahwa neonatus yang lahir dari ibu dengan perdarahan selama kehamilan
berada 8.77 kali lebih mungkin untuk mengembangkan sepsis dibandingkan dengan neonatus
yang lahir dari ibu yang tidak mengalami perdarahan selama kehamilan (COR=8,769; 95%
CI (2.746-28.004). PROM berkaitan secara signifikan terhadap risiko sepsis neonatal ( Tabel
2 ).
Tujuh puluh empat (71,8%) kasus dan 662 (83,1%) dari kontrol yang lahir antara usia
gestasi 37-42 minggu. Mayoritas, 80 (77,7%), dari neonatus memiliki berat badan lahir yang
<
normal di atas 2,5 kg di dalam kasus dan jumlah 607 (76,2%) untuk kontrol. Proporsi
neonatus yang memiliki skor APGAR 7 pada menit pertama lebih tinggi pada kasus, 47
(45,6%), dibandingkan kontrol, 231 (29,0%). Demikian pula, 29 (28,2%) kasus dan 112
(14,1%) kontrol memiliki skor APGAR <7 pada menit kelima. Yang terendah adalah 14
(13,6%) dari kasus dan 126 (15,8%) dari kontrol, diresustasi saat lahir. Sebagian besar
neonatus memiliki durasi 1 minggu tinggal di fasilitas dengan 80 (77,7%) dari kasus dan 753
(94,5%) dari kontrol (Tabel 3).
Menerapkan baik analisis regresi logistik bivariat dan multivariat, berikut ini
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap risiko neonatus. Skor APGAR pada menit
( )
pertama (P<0,001) dan menit kelima (p<0,001) , resusitasi pada saat lahir (p<0,004), durasi
tinggal di fasilitas kesehatan (P<0,001) dan usia neonatus (P<0,001). Probabilitas dalam
mengembangkan sepsis neonatal meningkat dengan bertambahnya usia neonatus pada kedua
hasil analisis logistik regresi ataupun salah satu. Tidak ada probabilitas risiko sepsis neonatal
berdasarkan berat lahir. Perempuan lebih kecil untuk berisiko sepsis neonatal dibandingkan
laki-laki. Probabilitas risiko sepsis neonatal 2,05 kali lebih tinggi pada neonatus dengan skor
APGAR <7 pada menit pertama ( COR = 2,05; CI(1.355-3.120) daripada neonatus dengan
skor APGAR >7 pada menit pertama. Ini, bagaimanapun, berkurang secara signifikan dalam
model kedua (AOR = 1,42; 95% CI(0.790-2.551). Penemuan seruma pada neonatus dengan
skor APGAR <7 pada menit kelima . Pada kasus ini kemungkinan berkembang menjadi
24
sepsis adalah 2.39 kali lebih tinggi pada neonatus dengan skor APGAR >7. (COR = 2,39;
95% CI 1,493-3,849) (Meja 3).
4. Diskusi
Penelitian ini menilai faktor risiko ibu dan bayi baru lahir terhadap sepsis neonatal
untuk mengatasi beban penyakit dan masalah terkait . Temuan penelitian saat ini
mengungkapkan bahwa kemungkinan neonatus mengalami sepsis meningkat seiring
bertambahnya usia neonatus. Juga disadari bahwa tiga perempat dari kasus (78,7%) memiliki
onset dini sepsis neonatal (<7 hari). Temuan penelitian ini kongruen dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gebremedhin, Berhe, dan Gebrekirstos [12] di Ethiopia dimana mereka
menemukan tiga perempat (76,9%) dari kasus yang memiliki onset dini sepsis neonatal. Juga
ada persentase yang sebanding sedikit lebih tinggi pada onset dini sepsis neonatal dalam
penelitian lain dilakukan di Ethiopia oleh Gebrehiwot et al. [13] dan Woldu et al. [14] yang
mengungkapkan masing-masing 81,8% dan 81,4%. Awal onset sepsis (EOS) dalam
penelitian ini dapat disebabkan oleh infeksi menular dari perineum ibu karena kolonisasi
bakteri atau mungkin karena kontak langsung dengan mikroorganisme ke tubuh bayi baru
lahir selama proses persalinan.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa skor APGAR pada menit pertama dan kelima
secara signifikan (p <0,001) dikaitkan dengan risiko sepsis neonatal. Temuan saat ini
konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siakwa et al [12] di mana
mereka menemukan nilai APGAR pada menit pertama sangat terkait dengan terjadinya sepsis
neonatal (p≤0.001) di Ghana. Temuan serupa juga diamati di penelitian lain sebelumnya di
Ethiopia [11, 15].
Resusitasi saat lahir dalam penelitian ini secara statistik (p <0,004) terkait dengan
risiko berkembangnya sepsis neonatal. Bukti menunjukkan bahwa resusitasi neonates
merupakan faktor risiko sepsis diantara pasien dengan imunitas rendah, termasuk pasien
rawat inap, bayi baru lahir, dan orang tua [11, 16]. Praktik yang buruk dan ketidakpatuhan
terhadap pedoman oleh profesional kesehatan selama resusitasi dapat mempengaruhi
neonatus dengan risiko yang lebih besar terhadap sepsis dan ini mungkin tidak berbeda
dengan penelitian terbaru.
Utomo pada tahun 2010 menemukan persalinan sesar sebagai variabel yang secara
statistik dikaitkan dengan risiko mengembangkan sepsis neonatal, yang konsisten dengan
25
hasil penelitian saat ini [17]. Perlu dicatat bahwa bayi yang baru lahir dengan SC tidak
terpapar vagina dan tinja bakteri, tetapi mereka sering dirawat dalam waku lama di rumah
sakit dan terlambat untuk inisiasi menyusui dini [18, 19]. Keterlambatan inisiasi menyusui
dini setelah SC dapat menyangkal kolostrum untuk neonatus sebagai efek pelindung
terhadap mikroba patogen yang berbeda memiliki efek berbahaya bagi kelangsungan hidup
bayi yang baru lahir dan kemampuannya untuk memberikan kekebalan bagi neonatus [20, 21].
Temuan penelitian ini tidak sesui dengan Siakwa et al. [11], dimana mereka menemukan
metode persalinan tidak terkait secara statistik dengan sepsis neonatal (p≤0.535).
26
Tabel 3. Analisis regresi logistik bivariat dan multivariat faktor risiko neonatus terhadap
sepsis neonatal
Batasan Studi.
Karena penelitian ini adalah retrospektif dilakukan hanya pada neonatus yang dirawat di
rumah sakit, sehingga hasilnya mungkin kurang menggambarkan populasi total kasus sepsis
yang tercatat di rumah sakit. Kekurangan dokumentasi yang tepat dengan pemberi pelayanan
27
yang berbeda membawa kelalaian dari informasi kunci tertentu dan juga menimbulkan
tentang kesalahan dalam identifikasi kasus dan kontrol dalam penelitian ini.
Kesimpulan
Studi ini menemukan kedua faktor ibu dan bayi sebagai faktor risiko independen
untuk memiliki hubungan yang kuat dengan risiko sepsis neonatal. Penelitian ini juga
mengamati bahwa sebagian besar neonatus memiliki onset awal sepsis. Oleh karena itu,
mendorong ibu-ibu untuk memanfaatkan layanan antenatal mungkin membantu
mengidentifikasi faktor risiko dan kemungkinan intervensi untuk meminimalkan faktor risiko
kelahiran yang merugikan termasuk sepsis neonatorum. Dan juga pada petugas kesehatan
meningkatkan pelayanan pada ibu dan bayi bisa menjadi faktor kunci dalam mengurangi
sepsis neonatal.
Data Ketersediaan
Data yang digunakan untuk mendukung temuan dari penelitian ini adalah tersedia dari
penulis sesuai dengan permintaan.
Konflik kepentingan
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada manajemen Rumah Sakit Spesialis
dan Trauma, Winneba, atas dukungan mereka dalam membuat Penelitian ini sukses.
28