Anda di halaman 1dari 64

BAHAN OSCE

STROKE HEMORAGIK
❖ Skenario
Perempuan usia 50 tahun, datang ke IGD dengan penurunan kesadaran tiba tiba sat pasien
mencuci baju. Pasien tidak menyahut dan tidak membuka mata saat dipanggil. Sebelumnya
diawal dengan nyeri kepala dan muntah sebanyak 2 kali. Tidak disertai dengan kejang.
Tampak oleh keluarga anggota gerak kanan tidak bergerak dan mulut mencong kearah kiri.
Tekanan darah didapatkan 220/140 mmHg

❖ Pemeriksaan neurologis
• Glasgow Coma Scale (GCS)
Eye (E) : Membuka mata
o Spontan 4
o Terhadap bicara 3
(Suruh pasien membuka mata)
o Dengan rangsangan nyeri 2
(tekan pada saraf supraorbital atau kuku jari)
o Tidak ada reaksi 1
(dengan rangsangan nyeri pasien tidak buka mata)
Verbal (V) : Respon verbal
o Baik dan tak ada disorientasi 5
(dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan tahu dimana ia berada,
tahu waktu, hari, bulan)
o Kacau (confused) 4
(dapat berbicara dalam kalimat, namun ada disorientasi waktu dan
tempat)
o Tidak tepat 3
(dapat mengungkapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan tidak
tepat)
2
o Mengerang
(tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang)
1
o Tidak ada jawaban
Motorik (M) : Respon motorik (gerakan)
o Menurut perintah 6
(misalnya, suruh: “Angkat tangan!”)
o Mengetahui lokasi nyeri 5
(Berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan dengan jari pada
supraorbital. Bila oleh rasa nyeri pasien mengangkat tangannya sampai
melewati dagu untuk menapis rangsangan tersebut berarti ia dapat
mengetahui lokasi nyeri )
o Reaksi menghindar 4
o Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
{Berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan dengan objek keras
seperti ballpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi,
terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi pada pergelangan tangan
mungkin ada atau tidak ada)}
o Reaksi ekstensi (deserebrasi) 2
(dengan rangsang nyeri tersebut di atas terjadi ekstensi pada siku. Ini
selalu disertai fleksi spastik pada pergelangan tangan)
o Tidak ada reaksi 1
(Sebelum memutuskan bahwa tidak ada reaksi, harus diyakinkan
bahwa rangsang nyeri memang cukup adekuat diberikan

• Pemeriksaan nervus kranialis


- N VII : plica nasolabialis kanan mendatar
- N XII : Kedudukan lidah dalam lidah deviasi ke kiri, saat dijulurkan lidah deviasi
ke kanan
• Pemeriksaan motorik
o Pasien Sadar
▪ Cara pemeriksaan
- Periksa dulu kekuatan lengan dan tungkai
- Pasien disuruh angkat kedua lengan → apakah bisa diangkat atau tidak
- Pasien disuruh angkat kedua kaki → apakah bisa diangkat atau tidak
- Pemeriksa memeriksa memulai dari proksimal, medial, distal
-
▪ Interpretasi
Distal / Medial / Proksimal Proksimal / Medial / Distal
- Nilai kekuatan
Distal / Medial / Proksimal Proksimal / Medial / Distal
- Pada pasien ini 5/5/5 1/ 1/1

5/5/5 1/ 1/1

o Pasien Tidak Sadar → Fallen test


▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa mengangkat kedua ekstremitas atas pasien → lihat lengan mana
yang jatuh duluan (kiri atau kanan)
- Pemeriksa menekuk (fleksi) kedua ekstremitas bawah pasien → lihat kaki
mana yang jatuh duluan
▪ Interpretasi
- lateralisasi ke kiri atau kekanan
- Pada pasien ini lateralisasi ke kanan
• Refleks fisiologis :
- Biceps kanan, Triceps kanan, KPR kanan, APR kanan meningkat
• Refleks patologis
- Babinsky positif pada ekstremitas kanan (ipsilateral)

❖ Skor stroke
• Algoritma Skor Gajah Mada (ASGM)
- Kriteria yang dinilai:
o Penurunan kesadaran
o Nyeri Kepala
o Refleks Babinski
- Interpretasi
o Jika terdapat 2 dari 3 kriteria tersebut, → diagnosis Stroke Hemoragik
o Jika ditemukan 1 kriteria (Penurunan kesadaran atau Nyeri kepala) → diagnosis
Stroke Hemoragik
o Jika hanya ditemukan Refleks Babinski positif → diagnosis Stroke Iskemik
o Jika tidak terpenuhi ketiga kriteria tersebut → diagnosis Stroke Iskemik

- Pada pasien ditemukan penurunan kesadaran dan nyeri kepala → Stroke Hemoragik
• SIRIRAJ STROKE SCORE (SSS)
(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0.1 x Tekanan darah
diastolik) – (3 x atheroma markers) - 12
- Keterangan:
o Derajat kesadaran:
▪ Sadar penuh =0
▪ Somnolen =1
▪ Koma =2
o Muntah
▪ Tidak ada =0
▪ Ada =1
o Nyeri kepala
▪ Tidak ada =0
▪ Ada =1
o Atheroma marker
▪ Tidak ada penyakit jantung, DM = 0
▪ Ada penyakit jantung, DM =1
- Interpretasi:
o SSS > 1 = Stroke Hemoragik
o -1 > SSS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (Brain CT-scan)
o SSS < -1 = Stroke Iskemik

- Pada pasien: Koma (2), muntah ada (1), nyeri kepala ada (1), penyakit jantung dan
DM tidak ada (0).
(2.5 x 2) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0.1 x 140) – (3 x 0) – 12
= 11 → Stroke Hemoragik

❖ Pemeriksaan penunjang
• CT-Scan: ditemukan daerah hiperdens di subkorteks hemisfer sinistra

❖ Diagnosis
• Diagnosa Klinis : Penurunan kesadaran + hemiparese dextra + parese N VII dextra
tipe sentral dan N XII dextra tipe sentral
• Diagnosa Topik : Subkorteks hemisfer serebri sinistra
• Diagnosa Etiologi : Perdarahan Intraserebral
• Diagnosis sekunder : Hipertensi emergensi
Catatan:
Perbedaan lesi di Korteks dan Subkorteks pada Stroke

Korteks Subkorteks
- Kelemahan ekstremitas atas dan bawah - Kelemahan ekstremitas atas dan bawah
tidak sama sama
- Afasia (+) - Afasia (-)
- Hemihipestesia (-) - Hemihipestesia (+)
- Spastik lebih lama - Spastik lebih cepat
- Kejang (+) - Kejang (-)
- Deviasi conjugate berlawanan dengan - Deviasi conjugate sama dengan
kelemahan kelemahan

❖ Terapi
• Umum
Prinsip 6B
- Brain : elevasi kepala 30O
- Blood : IVFD RL 12 tetes/menit
- Breathing : O2 2-3 liter/menit
- Bladder : Kateter
- Bowel : NGT
- Burn : Demam → Paracetamol
• Khusus
- Anti edema : Manitol
o Dosis Inisial : 0,5 – 1 gram/kgBB/ kali pemberian
1
o Dosis Maintenance : 2 dosis inisial
o Syarat pemberian manitol
▪ Tidak ada gangguan fungsi ginjal
▪ Nilai osmolaritas normal → 280 – 320 mOsm/L
Ureum Gula Darah
Nilai Osmolaritas = 2 Natrium + +
2,8 18

- Asam Traneksamat dosis 6 x 1 gram i.v selama 14 hari


- Neuroprotektor
o Citicolin 2 x 500 mg i.v → jika disubkorteks
o Piracetam → jika di korteks
- Vitamin B6 : Alinamin F dosis 1 x 25 mg i.v
- Tekanan darah diturunkan SEGERA
- Diberikan antihipertensi jika Tekanan Darah Sistol > 180 mmHg atau TD ≥
140/90 mmHg
• Antihipertensi → Nicardipin
Syarat pemberian Nicardipin:
o MAP > 130 mmHg
o Tekanan Darah Sistol > 180 mmHg
- Target MAP (Mean Arteri Preasure) = 110 mmHg

STROKE HEMORAGIK (Hemiparese Alternan)


❖ Kata Kunci
• Lesi di batang otak
• Parese nervus VII ipsilateral
• Parese nervus XII kontralateral
• Hemiparese kontralateral
• Contoh
- Lesi di pons kiri
- Parese nervus VII kiri tipe sentral
- Parese nervus XII kanan tipe sentral
- Hemiparese dekstra

PERDARAHAN SUBARAKHNOID
❖ Kata Kunci
• Thunderclap Headache → nyeri seperti disengat listrik
• Kaku kuduk

❖ Skenario
Laki-laki usia 45 tahun datang ke iGD dengan keadaan gelisah. Sebelumnya pasien
mengeluhkan nyeri kepala hebat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, muntah diikuti
penglhatan seperti kilat. Pasien masih menyahut dan membuka mata saat diperiksa.

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk Positif

▪ Kaku kuduk
o Cara pemeriksaan
- Pemeriksa berdiri dikanan pasien
- Pasien berbaring tanpa bantal
- Tangan kiri pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring
datar (tanpa bantal), tangan kanan pemeriksa berada di manubrium sternum
- Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan dagu mencapai tangan
kanan pemeriksa yang berada di manubrium sternum
- Selama kepala fleksi, diperhatikan adanya tahanan
o Interpretasi
- Positif: Terdapat tahanan saat kepala difleksikan atau kepala tidak dapat
mencapai manubrium sternum

▪ Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)


o Cara pemeriksaan
- Sama dengan pemeriksaan Kaku kuduk (dapat dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan kaku kuduk)
- Ketika kepala di fleksikan, pemeriksa memperhatikan kedua tungkai pasien

o Interpretasi
- Positif: jika salah satu atau kedua tungkai fleksi ketika kepala difleksikan

▪ Kernig sign
o Cara pemeriksaan
- Pemeriksa berada di samping kanan pasien
- Pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul
sampai membentuk sudut 90 derajat
- Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
Normal: dapat melakukan ekstensi sampai sudut 135 derajat antara tungkai
bawah dan tungkai atas

o Interpretasi
- Positif: Terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai sudut 135 derajat
▪ Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
o Cara pemeriksaan
- Pemeriksa berada disamping kanan pasien
- Pasien yang sedang berbaring, satu tungkai di fleksikan pada persendian
panggul (sama seperti pemeriksaan kernig), sedangkan tungkai yang satu lagi
(kontralateral) berada dalam keadaan ekstensi (lurus).

o Interpretasi
- Positif: Jika tungkai yang satu lagi (kontralateral) ikut fleksi saat tungkai yang
lain di fleksikan pada persendian panggul.

• Refleks patologis : Babinsky positif

❖ Pemeriksaan Penunjang
• CT-scan
- ditemukan adanya perdarahan pada ruang subarachnoid
• Lumpal Punksi
- jika tidak tersedia dan tidak dapat ditentukan dengan CT-scan
- terdapat tekanan yang meningkat dan cairan serebrospinal yang berdarah
- terdapat pleositosis sel polimorfonuklear dalam 24 jam kemudian muncul sel
mononuklear
• Angiografi
- Untuk mengidentifikasi penyebab perdarahan subarachnoid: aneurisma atau
malformasi arteriovenosus

❖ Diagnosa
• Diagnosa klinis : Perdarahan subarachnoid
• Diagnosa Topik : Ruang subarakhnoid
• Diagnosa Etiologi : Ruptur aneurima berry atau malformasi arteriovenosus
• Diagnosa sekunder : -
❖ Terapi
• Umum
- Bedrest
- Balance cairan
• Khusus
- Asam Traneksamat 4 x 1 gram i.v selama 21 hari
- Analgetik kuat:
o Kodein dosis 6 x 15 – 60 mg p.o (sediaan tab 10mg, 15 mg, 20mg)
o Kodein dosis 6 x 30 - 60 mg i.v
- Antagonis kalsium
o Nimodipin dosis awal 5 ml/jam i.v selama 2 jam pertama kemudian ditingkatkan
sampai 10 ml/jam i.v selama 7 – 10 hari→ untuk mengurangi vasospasme dan
mengontrol tekanan darah

STROKE ISKEMIK
❖ Skenario
Laki-laki usia 55 tahun datang ke IGD dengan keluhan kelemahan lengan dan tungkai kiri
sejak 3 jam yang lalu. Tekanan darah 170/100 mmHg

❖ Anamnesis
• Onset : 3 jam yang lalu
• Lokasi : Lengan dan tungkai kiri
• Kronologis : saat pasien beraktivitas
• Severitas : Jalan menyeret (tidak bias mengancingkan baju dengan tangan kiri)
• Gejala yang menyertai : Bicara pelo dan mulut mencong ke kanan
• Gejala yang memperberat : Gejalan peningkatan TIK (Muntah tidak ada, nyeri kepala
hebat tidak ada)
• Faktor resiko : Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
• Riwayat penyakit keluarga : Ayah pasien menderita hipertensi
• Riwayat pekerjaan : Buruh

❖ Pemeriksaan Neurologis → Pemeriksaan Nervus Kranialis


• N VII : plica nasolabialis kiri lebih datar
• N XII : Kedudukan lidah dalam lidah deviasi ke kanan, saat dijulurkan lidah deviasi ke
kiri
❖ Skor Stroke
• Algoritma Skor Gajah Mada (ASGM)
- Pada pasien tidk ditemukan ketiga kriteria ASGM → Stroke Iskemik
• Siriraj Stroke Score (SSS)
- Pada pasien: sadar penuh (0), muntah tidak ada (0), nyeri kepala tidak ada (0),
penyakit jantung dan DM tidak ada (0).
(2.5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0.1 x 100) – (3 x 0) – 12
= -2 → Stroke Iskemik

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium darah rutin
• EKG Untuk mengetahui semua faktor resiko

• Rontgen thoraks
• CT-scan → Untuk menentukan Stroke hemoragik (Hiperdens) atau Stroke Iskemik
(Hipodens)
• Funduskopi

❖ Diagnosis
• Diagnosa Klinis : Hemiparese sinistra + parese N VII dan XII sinistra tipe sentral
• Diagnosa topik : Subkorteks serebri hemisfer dekstra
• Diagnosa Etiologi : Emboli serebri
• Diagnosa Sekunder : Hipertensi grade II

❖ Terapi
• Antiplatelet: Aspilet 2 x 80 mg p.o
• Neuroprotektor
o Citicolin 2 x 500 mg i.v → jika disubkorteks
o Piracetam → jika di korteks

• rTPA (Trombolitik)

• Tekanan darah tidak diturunkan dengan obat antihipertensi


Diberikan Antihipertensi jika:
o Tekanan darah Sistolik > 220 mmHg
o Tekanan darah Diastolik > 120 mmHg
Tekanan darah diturunkan perlahan-lahan

SPACE OCCUPAYING LESSION


Kasus 1
❖ Kata Kunci
• Nyeri kepala hebat yang progresif
• Awalnya nyeri kepala bias berkurang dengan obat sakit kepala biasa → semakin lama
nyeri kepala semakin berat
• Disertai muntah, pandangan ganda dan gangguan pendengaran
• Riwayat tumor payudara

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Pupil anisokor
- Funduskopi → papil edema
- Tekanan darah meningkat, bradikardi → Cushing sign
• Pemeriksaan Nervus Kranialis (N III, IV, VI)
N III
- M. Levator palpebral → untuk mengangkat kelopak mata
- M. Rektus Superior → melihat ke atas
- M. Rektus Inferior → melihat ke bawah
- M. Rektus Medialis → melihat ke medial
- M. Oblig Inferior → melihat ke atas medial
- M. Sfingter pupile → kontraksi pupil

N IV
- M. Oblig superior → melihat ke bawah medial
N VI
- M. Rektus Eksternus → melihat ke lateral
o Pasien sadar
▪ Perhatikan kelopak mata
- Apakah ada ptosis atau tidak
▪ Gerakan bola mata
- Pemeriksa menggunakan objek (pena)
- Pasien diminta untuk mengikuti gerakan pena
- Kepala pasien tidak boleh bergerak
- Pemeriksa menanyakan jumlah objek setiap arah gerakan → untuk
menilai diplopia (pandangan ganda)
- Arah gerakan objek

▪ Refleks cahaya → dengan menggunakan penlight


- Langsung → mata kanan pasien disinari dengan penlight → kontriksi pupil
mata kanan
- Tidak langsung → mata kanan pasien disinari dengan penlight → kontriksi
pupil mata kiri
Pada pasien → tumor sering mengenai N VI karena nervus ini paling panjang →
pandangan ganda jika melihat samping kiri atau kanan
o Pasien tidak sadar
▪ Doll eye movement
➢ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa menggerakkan kepala pasien ke kiri dan kekanan dengan mata
pasien terbuka
- Pemeriksa melihat gerakan bola mata pasien
➢ Interpretasi
- Positif → jika kepala di gerakkan ke kanan, bola mata ke kiri, sebaliknya
• Pemeriksaan Motorik
o Pasien Sadar
- Tonus
- Trofi
- Kekuatan motoric
Pada pasien tidak terdapat kelemahan
o Pasien tidak sadar
- Fallen test
• Refleks Fisiologis
• Refleks Patologis

❖ Diagnosis dan Diagnosis banding


• Diagnosa klinis : Space Occupaying Lession (SOL)
• Diagnosa Topik : Intraserebral
• Diagnosa Etiologi : Tumor serebri
• Diagnosa Banding : Abses serebri

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Foto schedel → rontgen kepala untuk melihat sella turcica
• Brain CT-scan dengan kontras
• MRI

❖ Terapi
• Kortikosteroid → Dexamethasone selama 10 hari, tapering off , dosis:
- 4 x 10 mg selama 3 hari
- 3 x 10 mg selama 3 hari
- 2 x 10 mg selama 3 hari
- 1 x 10 mg selama 1 hari

Kasus 2
❖ Kata Kunci
• Nyeri kepala hebat yang progresif
• Riwayat demam, keluar cairan telinga kanan benjola pada telinga kanan pecah serta
infeksi telinga sejak kecil yang tidak diobati→ OMSK
• Disertai muntah, pandangan ganda

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
- Pupil anisokor
- Funduskopi → papil edema
- Tekanan darah meningkat, bradikardi → Cushing sign
• Pemeriksaan Nervus Kranialis (N III, IV, VI)
- Paresis N VI bilateral
• Pemeriksaan Motorik
- Tidak terdapat kelemahan

❖ Diagnosis dan Diagnosis banding


• Diagnosa klinis : Space Occupaying Lession (SOL)
• Diagnosa Topik : IHemisfer kanan
• Diagnosa Etiologi : Abses serebri
• Diagnosa Banding : Tumor serebri

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Foto rontgen schedel → rontgen kepala untuk melihat sella turcica
• Foto rontgen mastoid
• Brain CT-scan dengan kontras
• MRI

SUBDURAL HAEMATOM
❖ Kata Kunci
• Perdarahan pada bridging vein
• Timbul gejala bertahap dan kronik
• Terdapat riwayat trauma kepala minimal beberapa tahun yang lalu
• CT –scan → konveks (bulan sabit)

❖ Diagnosis
• Diagnosa klinis : Subdural Hematom
• Diagnosa Topik : Ruang subdural (antara duramater dan arachnoid)
• Diagnosa Etiologi : Trauma kepala

EPIDURAL HAEMATOM
❖ Kata Kunci
• Perdarahan pada arteri meningea media
• Timbul gejala akut, cepat dan biasanya lebih parah
• Terdapat lucid interval → tidak sadar – sadar – tidak sadar
• CT –scan → bikonkaf
❖ Diagnosis
• Diagnosa klinis : Epidural Hematom
• Diagnosa Topik : Ruang epidural
• Diagnosa Etiologi : Trauma kepala

TRAUMA MEDULA SPINALIS


❖ Lesi Medula spinalis
• Hemilesi → mengenai setengah segmen medulla spinalis
• Transversal → mengenai permukaan medulla spinalis
• Difusa → megenai semua segmen medulla spinalis secara merata
• Diseminata → tidak mengenai semua segmen dan tidak merata

Kasus 1 (Fase Syok Spinal)


❖ Skenario
Laki-laki usia 20 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengenai vertebrae. Kemudian
pasien mengalami kelumpuhan pada kedua kaki dan hilangnya rasa raba mulai dari
daerah di bawah ulu hati, reflex fisiologis menurun, hipotonus, refleks patologis negatif.
❖ Kata Kunci Fase Syok Spinal
• Hilang rasa raba di bawah ulu hati (dermatom di thorakal VI) → segmen medulla spinalis
yang terkena thorakal IV –V
• Refleks dinding perut menurun
• Gejalan awal lesi UMN kemudia setelah beberapa hari atau minggu berubah menjadi lesi
LMN (Refleks fisiologis menurun, refleks patologis negatif)

❖ Pemeriksaan Neurologis
• GCS
• Pemeriksaan motorik
- Tonus
- Trofi
- Kekuatan motorik
• Pemeriksaan sensorik (sensibilitas) → pemeriksaan dilakukan sampai diatas lesi (bagian
yang normal) → dimulai dari distal bandingkan antara yang normal dan lesi kemudian
bandingkan antara kiri dan kanan → untuk menentukan lokasi lesi
o Eskteroseptif
▪ Raba → Hilang rasa raba di bawah ulu hati (dermatom di thorakal VI)
- Kasar
- Halus → dengan kapas atau tisu
▪ Nyeri
- Tajam → jarum
- Tumpul → kepala jarum yang tumpul
▪ Suhu : dengan tabung reaksi
- Dingin → suhu 20O C
- Panas → suhu 40O C
o Propioseptif
▪ Posisi
- Pasien menutup mata
- Pemeriksa memegang jari dan menanyakan ke pasien jari mana yang
dipegang
▪ Arah
- Pasien menutup mata
- Pemeriksa memegang jari dan mengarahkan ke atas/bawah/kiri/kanan
- Pasien menyebutkan arah jari yang digerakkan
▪ Getar
- Pasien memejamkan mata
- Pemeriksa meletakkan garputala 128 Hz yang sedang bergetar pada ibu jari
kaki, malleolus lateral dan medial kaki, prosesus stiloideus radius dan ulna
serta jari-jari
- Pasien ditanya apakah merasakan getarannya dan memberitahukan jika
getaran sudah hilang
- Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan kiri dan kanan
• Refleks fisiologis → menurun
• Refleks Patologis → negatif

❖ Diagnosis
• Diagnosis Klinis : Paraplegi inferior tipe UMN fase syok spinal
• Diagnosis Topik : Segmen medulla spinalis setinggi thorakal IV-V
• Diagnosis etiologik : Lesi Hemilesi / Transversal / Difusa / Diseminata segmen
Cervical / Thorakal / Lumbal / Sakral medula spinalis

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen Vertebrae thorakalumbal sentrasi di thorakal IV dan V

• CT-scan Thorakalumbal
• MRI
❖ Terapi
• Pada trauma medulla spinalis → Golden time : 8 jam – 12 jam
• Kortikosteroid → Dexamethasone selama 10 hari, tapering off , dosis:
- 4 x 10 mg selama 3 hari
- 3 x 10 mg selama 3 hari
- 2 x 10 mg selama 3 hari
- 1 x 10 mg selama 1 hari
Atau
Metilprednisolon dosis 4 x 250 mg i.v
• Ranitidin 2 x 50 mg i.v

Kasus 2
❖ Skenario
Laki-laki usia 25 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengenai vertebranya. Pasien
mengalami kelumpuhan keempat anggota geraknya. Awalnya merasa kesemutan pada daerah
lengan dan tungkai, beberapa saat kemudian tidak bisa menggerakkan lengan dan tungkai.
Kurangnya rasa raba pada daerah dibawah puting susu. Pasien juga mengeluhkan buang
air kecilnya keluar sendiri.

❖ Kata Kunci Lesi Medula spinalis


• Lesi UMN (Refleks fisiologis meningkat, refleks patologis positif)
• Kurang rasa raba di bawah putting susu → (dermatom di thorakal IV) → segmen medulla
spinalis yang terkena thorakal III

❖ Pemeriksaan Neurologis
• GCS
• Pemeriksaan Motorik
o Tonus → hipertonus
o Trofi → eutrofi
o Kekuatan motorik → keempat ekstremitas 0/0/0
• Pemeriksaan Sensorik
o Eskteroseptif
▪ Raba → hilangnya rasa raba dibawah puting susu (dermatom thorakal IV)
• Pemeriksaan Otonom
o Inkontinensia urin
• Refleks fisiologis → meningkat
• Refleks Patologis → positif

❖ Diagnosis
• Diagnosis Klinis : Tetraplegi tipe UMN
• Diagnosis Topik : Segmen medulla spinalis setinggi thorakal III
• Diagnosis etiologik : Trauma medulla spinalis

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen Vertebrae thorakalumbal sentrasi di thorakal III
• CT-scan Thorakalumbal
• MRI

❖ Terapi
• Pada trauma medulla spinalis → Golden time : 8 jam – 12 jam
• Kortikosteroid → Dexamethasone selama 10 hari, tapering off , dosis:
- 4 x 10 mg selama 3 hari
- 3 x 10 mg selama 3 hari
- 2 x 10 mg selama 3 hari
- 1 x 10 mg selama 1 hari
Atau
Metilprednisolon dosis 4 x 250 mg i.v
• Ranitidin 2 x 50 mg i.v
SEFALGIA
❖ Kata Kunci
• Anamnesis Nyeri Kepala
1. Mula timbul dan lama serangan nyeri
2. Bentuk serangan
3. Lokalisasi nyeri
4. Sifat nyeri
5. Prodroma gejala dan gejala penyerta
6. Faktor pencetus
7. Faktor yang mengurangi nyeri
8. Faktor yang berpengaruh terhadap nyeri
9. Riwayat keluarga
10. Riwayat penyakit dahulu

MIGREN
❖ Kata Kunci
1. Mula timbul dan lama serangan nyeri : 4 – 72 jam
2. Bentuk serangan : Kronik, Berulang
3. Lokalisasi nyeri : Unilateral, di dahi, sekeliling mata, bagian kepala belakang
4. Sifat nyeri : Berdenyut / Seperti rasa diikat
5. Prodroma gejala : Feeling ‘high’, mudah marah, depresi, membaui bau aneh
Gejala penyerta : mual, muntah, dingin pada tangan, wajah pucat,
6. Faktor pencetus : stress fisik dan psikis, makanan tertentu (coklat, keju, kacang),
obat pencegah kehamilan (estrogen), merokok, tidak makan
7. Faktor yang mengurangi nyeri : tidur, obat penghilang nyeri
8. Faktor yang berpengaruh terhadap nyeri : aktivitas harian seperti naik tangga
9. Riwayat keluarga : terdapat riwayat migren pada keluarga
10. Riwayat penyakit dahulu : pernah mengalami nyeri kepala seperti ini sebelumnya
MIGREN TANPA AURA
❖ Kata Kunci
• Lama serangan nyeri
- 4 – 72 jam
• Bentuk serangan
- Kronik, Berulang minimal terjadi 5 kali serangan
• Lokalisasi nyeri
- Unilateral, di dahi, sekeliling mata, bagian kepala belakang
- Seluruh kepala, paling sering temporal atau oksipital
• Sifat nyeri
- Berdenyut, Intensitas nyeri sedang atau berat
• Prodroma gejala
- Hiperaktif, hipoaktif, depresi, gerakan mengunyah.
• Gejala penyerta
- mual, muntah, fotofobia, fonofobia
• Faktor pencetus
- stress fisik dan psikis, makanan tertentu (coklat, keju, kacang), obat pencegah
kehamilan (estrogen), merokok, tidak makan, menstruasi, cuaca dingin atau panas
• Faktor yang mengurangi nyeri
- Tidur, obat penghilang nyeri
• Faktor yang berpengaruh terhadap nyeri
- Aktivitas harian seperti naik tangga

❖ Diagnosa
• Diagnosa Klinis : Migren Tanpa Aura
• Diagnosa Topik : Intraserebral
• Diagnosa Etiologi : Idiopatik

❖ Terapi
• Umum:
- Istirahat ditempat yang sunyi dan gelap
• Khusus
Serangan akut
- Nyeri ringan : Analgetik: Ibuprofen 3 x 400 mg (sediaan tab 200 mg, 400mg)
- Jika muntah → diatasi muntah : Metoklopramid 3 x 10 mg (sediaan tab 10 mg)
kemudian obat analgetik
- Jika tidak bisa dengan analgetik ringan (intensitas sedang – berat) diberikan:
o Ergotamin
Dosis : 0,5 mg – 1mg per oral (sediaan tab 1 mg) dapat diulang 30 menit
kemudian jika nyeri belum hilang
o Sumatriptan (jika serangan > 2-3 kali tiap bulan)
Dosis : 50 – 100 mg (sediaan tab 25 mg, 50 mg) dapat diulang 2 jam kemudian
jika nyeri belum hilang

MIGREN DENGAN AURA


❖ Kata Kunci
• Lama serangan nyeri
- 4 – 72 jam
• Bentuk serangan
- Kronik, Berulang minimal terjadi 2 kali serangan,
• Lokalisasi nyeri
- Unilateral, di dahi, sekeliling mata, bagian kepala belakang
- Seluruh kepala, paling sering temporal atau oksipital
• Sifat nyeri
- Berdenyut, Intensitas nyeri sedang atau berat
• Prodroma gejala
- Hiperaktif, hipoaktif, depresi, gerakan mengunyah.
• Gejala penyerta
- Disertai Aura → gangguan visual (skotoma atau halusinasi), gangguan sensorik,
motorik, bahasa) selama beberapa menit – 60 menit, kemudian mual, muntah,
fotofobia, fonofobia
• Faktor pencetus
- stress fisik dan psikis, makanan tertentu (coklat, keju, kacang), obat pencegah
kehamilan (estrogen), merokok, tidak makan, menstruasi, cuaca dingin atau panas
• Faktor yang mengurangi nyeri
- Tidur, obat penghilang nyeri
• Faktor yang berpengaruh terhadap nyeri
- Aktivitas harian seperti naik tangga

❖ Diagnosa
• Diagnosa Klinis : Migren dengan Aura
• Diagnosa Topik : Intraserebral
• Diagnosa Etiologi : Idiopatik

❖ Terapi
• Umum:
- Istirahat ditempat yang sunyi dan gelap
• Khusus
Serangan akut
- Nyeri ringan : Analgetik: Ibuprofen 3 x 400 mg (sediaan tab 200 mg, 400mg)
- Jika muntah → diatasi muntah : Metoklopramid 3 x 10 mg (sediaan tab 10 mg)
kemudian obat analgetik
- Jika tidak bisa dengan analgetik ringan (intensitas sedang – berat) diberikan:
o Ergotamin
Dosis : 0,5 mg – 1mg per oral (sediaan tab 1 mg) dapat diulang 30 menit
kemudian jika nyeri belum hilang
o Sumatriptan (jika serangan > 2-3 kali tiap bulan)
Dosis : 50 – 100 mg (sediaan tab 25 mg, 50 mg) dapat diulang 2 jam kemudian
jika nyeri belum hilang

TENSION TYPE HEADACHE


❖ Kata Kunci
• Lama serangan nyeri
- 30 menit – beberapa minggu
• Bentuk serangan
- Kronik, terus menerus hampir setiap hari (> 15 hari dalam sebulan)
- Episodik (serangan nyeri selama beberapa menit sampai hari)
• Lokalisasi nyeri
- Bilateral, Sukar menentukan lokasi, di beberapa tempat
- Oksipital, frontal, temporal.
• Sifat nyeri
- Seperti rasa diikat, kencang atau rasa ada beban, Intensitas nyeri ringan -
sedang
• Gejala penyerta
- mual, muntah, fotofobia, fonofobia → jarang
• Faktor pencetus
- Stress
- Depresi, ansietas
- Kurang tidur, atau perubahan pola tidur dai biasanya
- Postur tubuh yang salah, kurangnya aktivitas fisik
- Bekerja dengan posisi salah
- Menstruasi, kehamilan
- Pemakaian obat nyeri kepala yang berlebihan
• Faktor yang mengurangi nyeri
- obat penghilang nyeri
• Faktor yang berpengaruh terhadap nyeri
- Masa pubertas, masuk kerja, masalah pekerjaan.

❖ Pemeriksaan fisik
• Pericranial tenderness
- Cara pemeriksaan
o dilakukan penekanan pada daerah tertentu (frontal, temporal,
sternokleidomastoideus, trapezius) dengan 2 jari
- Interpretasi
o Positif → Nyeri di daerah yang dilakukan penekanan
• Armchair sign
- Cara pemeriksaan
o pasien meletakkan tangannya fleksi dan pemeriksa menopang tangan pasien
sampai santai.
- Interpretasi
o Positif → saat tangan pemeriksa diturunkan perlahan, maka lengan pasien tetap
pada posisi menngantung karena tidak mampu melemaskan ototnya
• Invisible pillow
- Cara pemeriksaan
o Penderita berbaring kemudian letakkan tangan pemeriksa di bawah kepala pasien,
suruh pasien santai.
- Interpretasi
o Positif → kepala pasien masih tetap di posisinya semula saat tangan pemeriksa
dilepaskan dari bawah kepala pasien karena kekakuan otot

❖ Diagnosa
• Diagnosa Klinis : Tention Type Headache
• Diagnosa Topik : Ekstrakranial
• Diagnosa Etiologi : spasme otot

❖ Terapi
• Umum:
- Edukasi mengenai pencegahan timbulnya nyeri kepala dengan mengatasi faktor
risiko: Mengatasi stress, Latihan relaksasi otot, Postur badan yang benar saat bekerja,
membaca serta Istirahat yang cukup.

• Khusus
- Analgetik OTC (Over The Counter) → Aspirin, Acetaminofen, Ibuprofen
Contoh: Ibuprofen 3 x 400 mg (sediaan 200 mg, 400 mg)
- Antidepresan: Amitriptilin 3 x 25 mg ( Sediaan tab 10 mg , 25 mg)
- Muscle relaxan : Diazepam 3 x 2 mg (sediaan tab 2 mg, 5 mg)
CLUSTER HEADACHE
❖ Kata Kunci
• Lama serangan nyeri
- 30 menit – 120 menit, pada dini hari
• Bentuk serangan
- Episodik
- Serangan bisa berulang (berturut-turut setiap hari) selama beberapa minggu
dan beberapa bulan, kemudian terdapat periode remisi (nyeri hilang) selama
beberapa bulan atau tahun, tapi datang lagi setelah itu
• Lokalisasi nyeri
- Unilateral (sesisi), selalu ditempat yang sama
- Di sekitar mata, supraorbital, temporal.
• Sifat nyeri
- Intensitas nyeri berat/ hebat, sampai pasien terbangun dari tidurnya dan
sangat gelisah.
- Timbul sekali sehari, bisa juga beberapa kali dalam sehari
• Gejala penyerta
- Gejala otonom pada sisi yang sama : injeksi konjungtiva, lakrimasi, hidung
tersumbat, rinore, muka merah, keringat pada kening dan wajah.
• Faktor pencetus
- -
• Faktor yang mengurangi nyeri
- -
• Faktor yang berpengaruh terhadap nyeri
- -

❖ Diagnosa
• Diagnosa Klinis : Cluster Headache
• Diagnosa Topik : Intraserebral
• Diagnosa Etiologi : dilatasi arteri karotis eksterna dan interna

❖ Terapi saat serangan


• Umum:
Serangan akut
- Oksigen inhalasi (10 L/menit melalui Non Rebreathing Mask)
• Khusus
- Lidokain intranasal
- Sumatriptan 50 – 100 mg (sediaan tab 25 mg, 50 mg)
- Untuk mencegah bertambahnya nyeri selama serangan diberikan:
o Prednison: mulai 40 mg sehari selama 5 hari kemudian diturunkan secara
bertahap, atau
o Ergotamin: dosis 1-2 mg sehari (sediaan tab 1 mg)
NEURALGIA TRIGEMINAL
❖ Kata kunci
• Nyeri pada satu sisi wajah (lebih sering didaerah kanan), terasa disentrum seperti aliran
listrik, rasa disayat atau ditusuk dengan intensitas hebat sehingga pasien tampak
kesakitan dan tidak dapat beraktivitas
• Lebih sering di cabang kedua dan ketiga nervus trigeminus
• Pencetus: sewaktu makan, menggosok gigi, berkumur-kumur, berbicara, atau mengusap
muka
• Ciri khas nyeri trigeminal → nyeri akan hilang jika pasien tetap memaksakan makan,
bicara bahkan mengusap-usap muka dengan keras.
• Tidak disertai kelemahan anggota gerak
❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan motorik
▪ Merapatkan gigi sekuat mungkin kemudian raba M. maseter dan M. temporalis →
perhatikan besar, tonus, dan kontur (bentuk).
▪ Membuka mulut → perhatikan apakah ada deviasi rahang (patokan garis antara
kedua gigi seri)
▪ Menutup mulut dan menggigit suatu benda (tongue spatel) kemudian ditarik →
dinilai kekuatan gigitan
▪ Menggerakkan rahang bawah ke kanan dan kekiri → menilai M. pterigodeus
lateralis
▪ Pemeriksaan Refleks Maseter (Refleks rahang)
o Cara pemeriksaan
- Pemeriksa meletakkan satu jari melintang di dagu pasien
- Pasien disuruh membukakan mulutnya sedikit
- Jari pemeriksa diketok dengan refleks hammer
o Interpretasi
- Normal → sedikit saja gerakan atau tidak ada gerakan mulut pasien
- Refleks meninggi → mulut menutup (kontrkasi M. maseter, M. temporalis,
M. pterigoideus medialis)
• Pemeriksaan sensorik (sensibilitas)
o Pemeriksaan Refleks Kornea → N V cabang N. Oftalmika
▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa menyentuh kornea dengan kapas yang ujungnya dibuat runcing.
- Diusahakan agar arah datangnya kapas tidak dilihat oleh pasien
▪ Interpretasi
- Positif → mata pasien mengedip (M. Orbikularis Okuli)
- Ngeatif → mata pasien tidak mengedip
o Cabang – cabang Nervus V → dibandingkan kiri dan kanan
▪ N. Oftalmika
- Memeriksa sensibilitas pada daerah dahi, mata, hidung, kening, sinus
paranasal, sebagian mukosa hidung
▪ N. Maksilaris
- Memeriksa sensibilitas pada rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum
durum, sinus maksilaris, mukosa hidung
▪ N. Mandibularis
- Memeriksa sensibilitas pada rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa
pipi, dua-pertiga bagian depan lidah, sebagian dari telinga (eksternal), meatus
❖ Diagnosis
• Diagnosis Klinis : Neuralgia trigeminal
• Diagnosis Topik : Percabangan Nervus V Desktra / sinistra
• Diagnosis etiologik : Idiopatik

❖ Terapi
• Carbamazepin dosis 3 x 100 – 200 mg → obat dipertahankan beberapa saat, kemudian
dikurangi dan dihentikan
• Tambahan
o Fenitoin 3 x 25 – 100 mg atau,
o Antidepresan trisiklik (Amitriptilin) 3 x 25 mg
SINDROMA GUILLAIN BARRE
❖ Kata kunci:
• Kelemahan keempat anggota gerak
• Awalnya kelemahan dimulai dari kedua tungkai dimulai dari ujung jari dan sampai ke
paha
• Kemudian kelemahan mulai dirasakan pada lengan dengan pola yang sama
• Tipe LMN (asenden)
• Tidak disertai dengan keluhan sensibilitas dan buang air kecil
• Dari riwayat penyakit dahulu pernah menderita infeksi (batuk pilek, sesak nafas)

❖ Pemeriksaan fisik pada pasien


• Pemeriksaan motorik :
- Tonus : Hipotonus (flaksid)
- Trofi : hipotrofi, atrofi jika lama tidak digunakan
- Kekuataan otot : nilai < 5
• Pemeriksaan Sensorik
- Parestesia : Stocking and Gloves
Lesi UMN : batas tegas sesuai dermatom
Lesi LMN : batas tidak tegas
• Refleks Fisiologis : Normal atau menurun
• Refleks Patologis : negatif

❖ Diagnosa
• Diagnosa Klinis : Sindroma Guillain Barre
• Diagnosa Topik : radiks anterior
• Diagnosa Etiologi : Autoimun

❖ Diagnosa Banding
• Polineuritis
Sensorik lebih berat dari motorik
• Polineuropati
❖ Pemeriksan penunjang
• Laboratorium darah dan urin → biasanya Normal
• Lumbal Pungsi → disosiasi sitoalbumin (sel normal, protein meningkat)
• Eletromiografi (EMG) → blok impuls yang perlahan diikuti penurunan potensial aksi
• Kecepatan Hantaran Saraf (KHS) → menurun

❖ Terapi
• Intravena Imunoglobulin (IVIG) : 0,4 gram/kgBB/hari selama 5 hari
• Plasmapheresis : plasma exchange 40 – 50 mg.kgBB dalam 7 – 10 hari
• Steroid

MIASTENIA GRAVIS
❖ Kata kunci
• Bangun tidur segar, makin lama makin lemah
• Pandangan ganda
• Ptosis
• Disfonia (suara serak)
• Disfagia (susah menelan)
• Gangguan mengunyah
• Membaik dengan istirahat

❖ Pemeriksaan fisik Neurologis


• Waternberg test
- Cara pemeriksaan
Pasien disuruh melihat keatas selama 30 detik, kemudian perhatikan kelopak mata
pasien
- Interpretasi
Positif : kelopak mata jatuh jika disuruh melihat keatas selama 30 detik
• Tes Ucap (Counting test)
- Cara pemeriksaan
Pasien berhitung dari angka 1- 25, kemudian perhatikan suara nya
- Interpretasi
Makin lama suara pasien, makin pelan dan menghilang.

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Tes prostigmin (IM) + sulfas atropine
- Interpretasi
Positif : kekuatan otot bertambah
• Tes tensilon (asetilkolinesterase)
- Interpretasi
Positif : perbaikan pada kekuatan otot
• Antibodi : anti reseptor asetilkolin
- Interpretasi
Positif: titer antibodi meningkat
• Foto toraks
- Untuk melihat timus
• EMG

❖ Klasifikasi
• Grade I
- Miastenia okuler → Kelumpuhan otot okuler : ptosis, diplopia unilateral
• Grade II
o Grade IIA
- Miastenia Gravis Ringan → progress lambat
- mengenai mata dan oto rangka
- Respon terapi baik
o Grade IIB
- Miastenia Gravis Sedang → progress bertahap
- Gejala okuler berlanjut, gangguan bicara, disfagia (susah menelan), susah
mengunyah
- Respon terapi kurang
• Grade III
- Miastenia Gravis Berat → muncul cepat
- Mengenai otot pernafasan
• Grade IV
- Krisis Miastenia → kelemahan otot menyeluruh, paralisis otot pernafasan
- tidak respon terhadap terapi

❖ Diagnosis
• Diagnosa Klinis : Myasthenia Gravis grade I/IIA/IIB/III/IV
• Diagnosa Topik : Post sinap neuromuscular junction
• Diagnosa Etiologi : Autoimun

❖ Diagnosa Banding
• Sindroma Guilain Barre
• Polineuropati
• Lambert-Eaton Myasthenic Syndrome→ topik di pre sinap

❖ Patofisiologi
Adanya autoantibodi yang berikatan dengan reseptor asetilkolin di post sinap → semakin
lama reseptor semakin berkurang (karena beraktifitas)→ celah sinap melebar

❖ Terapi
• Umum
- Bed rest
- Awasi jalan nafas
- Tidak boleh terkena panas
• Khusus
- Asetilkolin esterase :
o Mestinon tab 3 x 60 mg, atau
o Neostigmin 15 – 45 mg, atau
o Prostigmin 3 x 60 mg
- Intravena Immunoglobulin (IVIG), Plasmapharesis
- Timektomi

NEUROPATI DIABETIKUM
❖ Kata Kunci
• Trias Diabetes : Poliuri, polidipsi, polifagia
• Kurang berasa di ujung-ujung anggota gerak
• Awalnya merasa kesemutan dan semakin lama semakin berat
• Nyeri seperti terbakar pada saat berjalan dan saat duduk dalam waktu yang lama
• Lama kelamaan kesemutan muncul ditangan seperti memakai sarung tangan (mirip SGB)
• Tidak ada kelemahan pada tungkai dan lengan

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan motorik
- Tonus, trofi, kekuatan otot → normal
• Pemeriksaan sensorik
▪ Eksteroseptif (raba, nyeri, suhu)
o Raba → berkurang

• Pemeriksaan reflex fisiologis


- Bisep, trisep, KPR, APR → menurun
• Pemeriksaan reflex patologis
- Refleks babinsky → negatif

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Gula darah sewaktu, Gula darah 2 jam Post prandial
• EMG
• Kecepatan Hantaran Saraf (KHS)
❖ Diagnosis Diagnosa Banding
• Diagnosa klinis : Neuropati Diabetikum
• Diagnosa Topik : Saraf perifer
• Diagnosa Etiologi : Diabetes mellitus

❖ Diagnosa Banding
• Sindroma Guillain Barre

❖ Terapi
• Umum
▪ Kontrol gula darah dengan Sliding scale / 4 jam dengan Insulin
• Khusus
▪ Metformin 3 x 500 mg
▪ Mecobalamin 3 x 250 ug

PERIODIK PARALISIS
❖ Kata Kunci
• Tiba-tiba tidak bisa menggerakkan keempat anggota gerak
• Sebelumnya aktivitas diluar rumah saat panas sampai berkeringat banyak → kemudian
anggota gerak sulit digerakkan dan leher terkulai
• Gangguan sensorik dan otonom tidak ada
• Riwayat pernah seperti ini sebelumnya ketika demam tinggi
• Riwayat penyakit gondok

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan motorik
- Kekuatan keempat anggota gerak menurun
• Pemeriksaan sensorik
- Eksteroseptif dan propioseptif normal
• Pemeriksaan reflex fisiologis
- Bisep, trisep, KPR, APR → menurun
• Pemeriksaan reflex patologis
- Refleks babinsky → negatif

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium Kalium serum
- Hipokalemia
• EMG

❖ Diagnosis
• Diagnosa klinis : Periodik paralisis
• Diagnosa Topik : Saraf tepi (Ion channel K)
• Diagnosa Etiologi : Hipokalemia

❖ Faktor pencetus
• Banyak keringat
• Intake tinggi karbohidrat pada malam hari (Karbohidrat tinggi → kalium mengurus
karbohidrat → kalium untuk kontraksi otot berkurang)
• Hipertiroid

❖ Terapi
• Umum
- Diet tinggi kalium → makan pisang, air kelapa, kurma
- Istirahat dan tidak aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat
• Khusus
- Koreksi Kalium
-
Koreksi Kalium = (K Normal –K pasien) x BB x 0,3
-
o Nilai Normal Kalium = 4,5 mmol/L
o Sediaan Kalium = 1 Flacon = 25 cc = 25 mEq
o Pemberian : paling cepat 10 mEq/jam

ISCHIALGIA
❖ Kata kunci
• Nyeri pinggang kiri hebat yang menjalar ke tungkai bawah.
• Nyeri dirasakan makin lama makin hebat dan tidak berkurang dengan minum obat
penghilang nyeri
❖ Pemeriksaan Neurologis
• Tes Laseque
o Cara pemeriksaan
- Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya
- Satu tungkai diangkat lurus, difleksikan pada persendian panggul
- Tungkai satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus)

o Interpretasi
- Normal → mencapai sudut 70 O
- Positif → timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai sudut 70 O

pada tungkai yang dilakukan pemeriksaan (ipsilateral)


• Tes Kontra Laseque
o Cara pemeriksaan
- Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya
- Satu tungkai (yang sakit) diangkat lurus, difleksikan pada persendian panggul
- Tungkai satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus)
o Interpretasi
- Positif → timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai sudut 70 O pada
tungkai kontralateral (tungkai yang sehat)
• Tes Patrick
o Cara pemeriksaan
- Tempatkan tumit atau malleolus eksterna tungkai pasien yang sakit pada lutut
tungkai lainnya
- Lakukan penekanan pada lutut yang difleksikan.

o Interpretasi
- timbul nyeri pada sendi panggul ipsilateral pada saat dilakukan penekanan pada
lutut yang difleksikan tersebut

• Tes Kontra Patrick


o Cara pemeriksaan
- Fleksikan tungkai pasien yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan.
- Lakukan penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut
o Interpretasi
- timbul rasa nyeri pada garis sendi sakroiliaka → nyeri yang menjalar sepanjang
tungkai maupun yang terbatas pada daerah bluteal atau sacral saja

• Tes Valsava
o Cara pemeriksaan
- Pasien diminta duduk dan pemeriksa berada disamping kanan pasien
- Pasien diminta untuk menahan nafas
- Pasien diminta untuk mengejan sewaktu menahan nafasnya
o Interpretasi
- Positif → timbul nyeri radikuler mulai di tingkat leher menjalar ke lengan

• Tes Naffziger
o Cara pemeriksaan
- Pasien diminta duduk atau berbaring dan pemeriksa berada disamping kanan
pasien
- Pemeriksa menekan kedua vena jugularis dengan kedua tangan selama 2 menit
sampai pasien merasa kepalanya penuh
- Pasien diminta untuk mengejan saat dilakukan penekanan vena jugularis tadi
o Interpretasi
- Positif → timbul nyeri radikuler (menjalar) sesuai dermatom

• Refleks Fisiologis
Jika KPR negatif → lesi di L4-L5
Jika APR negatif → lesi di L5-S1
Jika KPR dan APR negatif → lesi di L4-S1
❖ Pemeriksaan Penunjang
• Foto Vertebrae lumbosacral AP Lateral sentrasi di L5-S1
• Mielografi
• EMG
• MRI → Gold Standar

❖ Diagnosis
• Diagnosis Klinis : Ischialgia sinistra
• Diagnosis Topik : Radiks L4-L5 / L5-S1 / L4-S1
• Diagnosis etiologik : HNP

❖ Terapi
• Umum
- Tirah baring di tempat datar dan keras
• Khusus
- Analgetik : ibuprofen dosis 3 x 400 mg atau Natrium diklofenat 2 x 50 mg
- Antidepresan : amitriptilin 3 x 25 mg

BELLS PALSY
❖ Kata Kunci
• Mulut mencong tiba-tiba
• Unilateral
• Lagoftalmus (mata malas) di sisi yang kena
• Kerutan dahi (-) di sisi yang kena
• Plika nasolabialis datar di sisi yang kena
• Mata kering di sisi yang kena → lesi di cabang Nervus VII (N. Petrosus Mayor) untuk
sekresi air mata
• Hiperakusis di sisi yang kena → lesi di cabang Nervus VII (N. Stapedius) untuk
pendengaran
• Gangguan rasa kecap 2/3 anterior → lesi di cabang Nervus VII (N. Korda Timpani) untuk
pengecapan 2/3 anterior
• Nyeri mastoid

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan nervus kranialis
o N VII
Pemeriksaan Motorik
- Pemeriksa mengamati wajah pasien kiri dan kanan apakah simteris atau tidak
- Pemeriksa mengamati kerutan dahi, alis, lebar celah mata, plika nasolabialis, dan
sudut mulut
- Meminta pasien menggerakkan wajahnya dengan cara:
▪ Mengerutkan dahi
▪ Mengangkat alis
▪ Menutup mata dengan rapat kemudian pemeriksa mencoba membuka dengan
tangan
▪ Senyum (melihat gigi)
▪ Mencucu atau memoncongkan bibir
▪ Mengembungkan pipi kemudian pemeriksa menekan pipi kiri dan kanan untuk
mengamati apakah kekuatannya sama
Pemeriksaan Sensorik
- Meminta pasien menjulurkan lidah
- Meletakkan gula, asam, garam, sesuatu yang pahit di kiri dan kanan pada 2/3
anterior lidah → untuk menilai pengecapan 2/3 anterior lidah
- Meminta pasien menuliskan apa yang dirasakan

❖ Pemeriksaan Penunjang
• EMG
❖ Diagnosis
❖ Diagnosis Klinis : Bells palsy
❖ Diagnosis Topik : Nervus VII perifer sinistra/dekstra
❖ Diagnosis etiologik : Idiopatik

❖ Terapi
• Prednison dosis 4 x 20 mg tapering off (sediaan tab 5 mg)
• Asiklovir dosis 5 x 800 mg (sediaan tab 200 mg, 400 mg)
• Vitamin B 12 : Mecobalamin 3 x 250 mcg (Sediaan Kap 500 mcg)
• Fisioterapi → hari ke-5

PARKINSON DISEASE
❖ Kata Kunci
• Tremor saat istirahat (Resting tremor)
• Rigiditas : Kekakuan otot
• Akinesia / Bradikinesia
• Postural disability
❖ Pemeriksaan Neurologis
• Pasien disuruh memegang sesuatu (pensil atau pena)
Interpretasi: resting tremor (+) → jika tremor hilang saat memegang benda dan timbul
saat istirahat.
• Tangan pasien fleksi kemudian diekstensikan
Interpretasi : Rigiditas (+) → Adanya Cogwheel phenomenon (fenomena yang timbul
akibat adanya rigiditas) → tangan pasien kelihatan kaku atau pemeriksa merasakan
adanya tahanan
• Pasien disuruh menulis kalimat dan perhatikan suara pasien saat berbicara
Interpretasi: Bradikinesia (+) → tulisan pasien makin lama makin kecil (mikrografia) dan
suara pasien makin lama makin pelan.
• Perhatikan cara jalan pasien dan ekspresi muka pasien
Interpretasi : Bradikinesia (+) → Jalan pasien lambat dan ekspresi muka berkurang
• Perhatikan postur tubuh pasien
Interpretasi: Postural disability (+) → postur tubuh lebih membungkuk ke depan
• Pasien dijatuhkan ke belakang oleh pemeriksa yang berada di belakang pasien
Interpretasi : Postural disability (+) → tubuh pasien jatuh ke belakang

❖ Stadium
• Stadium I
- Unilateral (tremor 1 anggota gerak)
- Gejala ringan
• Stadium II
- Bilateral
- Gangguan postural (-)
• Stadium III
- Bilateral
- Gangguan postural (+)
• Stadium IV
- Masih bisa berjalan tapi dibantu
• Stadium V
- Tidak bisa berjalan

❖ Diagnosa
• Diagnosis Klinis : Parkinson disease Stadium I/II/III/IV/V
• Diagnosis Topik : Substansia nigra pars kompakta
• Diagnosis etiologik : Post trauma kepala / degeneratif / trauma kepala

❖ Patofisiologi
• Dopamin yang berkurang karena sel sel neuron degenerasi
❖ Terapi
• Umum
- Edukasi mengenai penyakit Parkinson tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan
karena bersifat kronik progresif, pengobatan yang diberikan hanya mengurangi
gejala
• Khusus
- Dopaminergik
o Levodopa 3 x 100 mg, atau
o Madopar tab 2 x 1 (Levodopa 100 mg + Benserazide 25 mg)
- Antikolinergik
o Triheksil phenidil (THP) 2 x 2 mg

DEMENSIA
❖ Kata Kunci
• Demensia Alzheimer
- Timbul gejala: Berangsur-angsur / perlahan
- Idiopatik → degeneratif
• Demensia Vaskuler
- Timbul gejala: Mendadak
- Adanya riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus, Stroke (infark serebri), Dislipidemia

❖ Pemeriksaan Neurologis
• Refleks Regresi
o Refleks Glabela
▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa mengetuk dengan jari di daerah glabella pasien
- Pemeriksa harus berada di belakang pasien dan mengetuk nya dari arah
belakang pasien
- Pemeriksa mengetuk harus > 3 ketuk
▪ Interprestasi
- Positif → Jika pasien mengedip > 3 kali
o Snout reflex
▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa mengetuk dengan jari atau reflex hammer di tengah bibir atas
pasien
▪ Interpretasi
- Positif → mulut pasien mencucu
o Sucking reflex
▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa meletakkan jari atau reflex hammer di sudut bibir pasien (kiri atau
kanan)
▪ Interpretasi
- Positif → Mulut pasien seperti menyusu ke arah sudut bibir yang dilakukan
pemeriksaan (kiri atau kanan)
o Refleks Palmomental
▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa menggores dengan ujung reflex hammer bagian tenar telapak
tangan pasien (kiri atau kanan)
- Pemeriksa melihat daerah mental pasien
▪ Interpretasi
- Positif → terjadi kontraksi pada mental ipsilateral (kiri atau kanan)
o Grasping Reflex (Refleks Genggam)
▪ Cara pemeriksaan
- Pemeriksa meletakkan benda (pensil, reflex hammer) di telapak tangan pasien
▪ Interpretasi
- Positif → telapak tangan pasien menggenggam benda tersebut
❖ Pemeriksaan Skrining
• MMSE (Mini Mental State Examination) → maksimal skor = 30
▪ Interpretasi
- > 23 : Normal
- 18 – 23 : MCI (Mild Cognitive Impairment)
- < 18 : Demensia
• MoCA INA (Montreal Cognitif Assessment versi Indonesia)
▪ Interpretasi
- ≥ 26 : Normal
• Activity Daily Living (kebiasaan sehari hari)
• Instrumental Daily Living (alat yang dipakai sehari-hari)

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap → untuk melihat faktor resiko penyebab Demesnia vaskuler
• EEG → gelombang lambat secara difus disemua lobus
• CT –scan → untuk melilhat adanya brain atrofi
• MRI → Gold standard → plak amiloid

❖ Diagnosa
• Diagnosis Klinis : Mild Cognitif Impairment (MCI)
• Diagnosis Topik : Hipokampus
• Diagnosis etiologik : brain atrofi

Atau

• Diagnosis Klinis : Demensia Alzheimer


• Diagnosis Topik : Korteks hemisfer serebri
• Diagnosis etiologik : degeneratif

Atau
• Diagnosis Klinis : Demensia Vaskuler
• Diagnosis Topik : Subkorteks hemisfer serebri
• Diagnosis etiologik : post stroke infark

❖ Terapi
• Umum
- Membuat jadwal kegiatan sehari hari pasien yan teratur dan sistematis
- Latih, Ulang, Perhatikan, Asosiasi
• Khusus
- Asetilkolinesterase inhibitor : Donepezil 1 x 10 mg
- Amitriptilin 1 x 25 mg
- Neurotropik : Neurodex tab 2 x 1

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV)


❖ Kata Kunci
• Terjadi tiba-tiba
• Gejala hebat dan singkat
• Gejala berputar
• Dipengaruhi posisi kepala
• Disertai mual dan muntah, keringat (+), tinnitus (+), tuli (+)

❖ Skenario
• Pusing berputar → merasakan sekelilingnya berputar hebat
• Terjadi saat pasien bangun tidur → perubahan posisi
• Jalan sempoyongan
❖ Anamnesis
• Onset : 1 jam yang lalu
• Lokasi :-
• Kronologis : saat pasien bangun
• Severitas : menggangu aktivitas
• Kualitas : Pusing berputar
• Faktor yang mempengaruhi : perubahan posisi
• Faktor yang berhubungan :-
• Gejala yang menyertai : mual, muntah, tidak ada kebas disekitar mulut

❖ Pemeriksaan Neurologi
• Pemeriksaan Manuver Hallpike → untuk menimbulkan nistagmus
▪ Cara pemeriksaan
- Pasien disuruh duduk di tempat tidur
- Pasien direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut sekitar
30O dibawah bidang horizontal.
- Selanjutnya kepala dimirigkan ke kiri.
- Tes diulagi dengan kepala melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh
ke kanan
- Pasien disuruh tetap membuka mata agar pemeriksa dapat melihat muncul
nistagmus
- Pemeriksa memperhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama
berlangsung dan jenis nistagmus
- Pemeriksa menanyakan apakah ada vertigo dan apakah vertigo yang dialaminya
pada tes ini sama dengan vertigo yang pernah dialaminya.
• Pemeriksaan keseimbangan
o Romberg test
▪ Cara pemeriksaan
- Pasien melepaskan alas kaki
- Pasien berdiri dengan kedua kaki dirapatkan
- Lengan pasien dilipat pada dada dan kemudian pasien menutup mata, Kepala
pasien menunduk
- Pemeriksa berada di samping kanan pasien
- Pasien dibiarkan dengan posisi tersebut selama 30 detik
▪ Interpretasi
- Normal → mampu berdiri selama 30 detik atau lebih
- Abnormal
▪ Jatuh kesamping (kiri atau kanan) → Gangguan vestibular (Perifer)
▪ Jatuh kedepan atau kebelakang → Gangguan serebelum (Sentral)

o Romberg test dipertajam


▪ Cara pemeriksaan
- Pasien melepaskan alas kaki
- Pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lainnya, tumit
kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya
- Lengan pasien dilipat pada dada dan kemudian pasien menutup mata, Kepala
pasien menunduk
- Pemeriksa berada di samping kanan pasien
- Pasien dibiarkan dengan posisi tersebut selama 30 detik
▪ Interpretasi
- Normal → mampu berdiri selama 30 detik atau lebih
- Abnormal
▪ Jatuh kesamping (kiri atau kanan) → Gangguan vestibular (Perifer)
▪ Jatuh kedepan atau kebelakang → Gangguan serebelum (Sentral)

o Stepping test
▪ Cara pemeriksaan
- Pasien melepaskan alas kaki
- Pasien disuruh berjalan ditempat dengan mata ditutup sebanyak 50 kali
dengan kecepatan seperti berjalan biasa, tangan pasien lurus kedepan
- Sebelumnya dikatakan ke pasien bahwa harus berusaha agar tetap di tempat,
dan tidak beranjak dari tempatnya selama tes.
▪ Interpretasi
- Abnormal → Gangguan vestibular (Perifer)
▪ Pasien beranjak lebih dari 1 meter dari tempat semula , atau
▪ Badan berputar/deviasi > 45O

o Tandem gait
▪ Cara pemeriksaan
- Pasien berjalan di garis lurus dengan jarak 1meter
▪ Interpretasi
- Normal → dapat berjalan lurus
- Abnormal → Gangguan vestibular (Perifer)
▪ Pasien beranjak / deviasi > 45O dalam jarak 1 meter

• Pemeriksaan koordinasi
o Finger to finger test
▪ Cara pemeriksaan
- Pasien merentangkan kedua lengan nya kesamping
- Pasien diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuk saling bertemu
tepat di tengah-tengah diatas kepala, kemudian kembali keposisi semula
- Awalnya dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat
- Mata pasien dibuka dan ditutup.
▪ Interpretasi
- Normal : dapat mempertemukan kedua ujung jari telunjuk
- Abnormal → Gangguan vestibular (perifer)
▪ Pasien tidak dapat mempertemukan kedua ujung jari telunjuk
dengan tepat atau ada deviasi

o Finger to nose test


▪ Cara pemeriksaan
- Pasien dalam posisi duduk
- Pasien diminta untuk menyentuh hidung dengan jari telunjuknya kemudian
menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya.
- Awalnya dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat
- Mata pasien dibuka dan ditutup
- Jari pemeriksa dapati diubah jarak dan posisinya.
▪ Interpretasi
- Normal : pasien dapat menyentuh ujung jari telunjuk pemeriksa
- Abnormal → Gangguan vestibular (perifer)
▪ Pasien tidak dapat menyentuh ujung jari telunjuk pemeriksa dengan
tepat atau ada deviasi

o Tes tumit lutut (knee to toe)


▪ Cara pemeriksaan
- Pasien posisi berbaring
- Pasien diminta untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut kontralateral
kemudian diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus ke jari-jari
kakinya.

▪ Interpretasi
- Normal → pasien dapat menyentuh tumit ke lutut kontralateral dengan tepat
dan meneruskan ke jari jari kakinya
- Abnormal → Pasien tidak dapat menyentuh tumit ke lutut kontralateral
dengan tepat atau ada deviasi

o Tes pronasi supinasi (Diadokokinesis)


▪ Cara pemeriksaan
- Pasien dalam posisi duduk
- Pasien diminta untuk menggerakkan kedua tangannya bergantian pronasi dan
supinasi dengan posisi siku diam
- Pasien diminta melakukan gerakan tersebut secepat mungkin dengan mata
terbuka dan tertutup
▪ Interpretasi
- Normal → pasien dapat melakukan gerakan pronasi dan supinasi dengan
cepat
- Abnormal → Pasien tidak melakukan gerakan pronasi dan supinasi
dengan cepat

• Pemeriksaan Pendengaran → dengan garputala


o Rinne test → Membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu
telinga
▪ Cara pemeriksaan
- Garpu tala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid. Setelah
tidak terdengar, garpu tala dipindahkan dan dipegang kira-kira 2,5 cm di
depan liang telinga yang di periksa
▪ Interpretasi
- Rinne (+) : Masih terdengar → Normal atau Tuli Sensorineural
- Rinne (-) : tidak terdengar → Tuli Konduktif

o Webber test → Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan penderita
▪ Cara pemeriksaan
- Garpu tala digetarkan di linea mediana, dahi atau di gigi insisivus atas
kemudian tentukan bunyi terdengar di mana ?
o sama keras di kedua telinga
o terdengar lebih keras di salah satu telinga
- Penilaiannya ada atau tidak ada lateralisasi
▪ Interpretasi
- Normal → sama keras di kedua telinga
- Abnormal
o Lateralisasi ke telinga sakit ( tuli konduktif yang sakit)
o Lateralisasi ke telinga sehat ( tuli saraf yang sakit)

o Schwabach test→ Membandingkan hantaran tulang yang diperiksa dengan


pemeriksa, dimana pemeriksa harus normal
▪ Cara pemeriksaan
- Garputala digetarkan, di letakkan di prosesus mastoid yang diperiksa, setelah
tidak terdengar bunyi garputala dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
dan sebaliknya.
▪ Interpretasi
- Normal → Schwabach sama
- Abnormal
o Schwabach memanjang → gangguan konduksi
o Schwabach memendek → gangguan sensorineural

❖ Diagnosis
• Diagnosis Klinis : BPPV
• Diagnosis Topik : Aparatus vestibular
• Diagnosis etiologic : idiopatik

❖ Terapi
• Analog histamine → Betahistin mesilat 3 x 6 mg
• Antagonis kalsium → Flunarizine 2 x 5 mg
• Anti emetic → Domperidone 3 x 10 mg
VERTIGO SENTRAL
❖ Kata Kunci
• Terjadi perlahan
• Gejala tidak hebat dan kronik
• Gejala melayang
• Tidak dipengaruhi posisi kepala
• Mual dan muntah (-)
• Gejala Sentral:
▪ Kebas disekitar mulut
▪ Bicara pelo
▪ Parese ekstremitas
▪ diplopia
• Terdapat faktor resiko: Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF

❖ Pemeriksaan Neurologi
• Pemeriksaan Manuver Hallpike → untuk menimbulkan nistagmus
• Pemeriksaan Keseimbangan
o Romberg test
o Romberg test dipertajam
o Stepping test
o Tandem gait
• Pemeriksaan Koordinasi
o Finger to finger test
o Finger to nose test
o Tes tumit lutut (knee to toe)
o Tes pronasi supinasi (Diadokokinesis)
• Pemeriksaan Pendengaran
o Rinne test
o Webber test
o Schwabach test
❖ Diagnosis
• Diagnosis Klinis : Vertigo tipe sentral
• Diagnosis Topik : Serebelum
• Diagnosis etiologic : trombosis

❖ Terapi
• Dirujuk dan Dirawat
• Analog histamine → Betahistin mesilat 3 x 6 mg
• Antagonis kalsium → Flunarizine 2 x 5 mg
• Anti emetic → Domperidone 3 x 10 mg

MENINGITIS
• Meningitis Bakterialis Akut → (Haemophillus Influenza, Streptococcus pneumonia)
• Meningitis Viral akut → Enterovirus Non polio (Varisella zoster virus)
• Meningitis Subakut (Meningitis Tuberkulosa)

❖ Kata Kunci
TRIAS MENINGITIS:
• Nyeri kepala
• Demam
• Kaku kuduk

❖ Pemeriksaan Neurologi
• GCS
• Tanda Rangsang Meningeal → Positif
o Kaku Kuduk → Positif
o Brudzinski I
o Kernig sign
o Brudzinski II
• Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
• Pemeriksaan Nervus kranialis (II, III, IV, VI, VII, VIII)
• Pemeriksaan motorik
o Tonus
o Trofi
o Kekuatan otot

❖ Stadium
Meningitis TB
• Stadium I (Dini)
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Gejala tidak spesifik (nyeri kepala)
- Gelisah (irritable)
• Stadium II
- Terdapat penurunan kesadaran (somnolen)
- Tanda Rangsang Meningeal positif
- Gangguan Nervus Kranialis (II, III, IV, VI, VII, VIII)
• Stadium III
- Terdapat Penurunan kesadaran (soporus- koma)
- Defisit neurologis ringan
- Kejang
- Hemiparese

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Lumbal pungsi → Gold standard
Nilai normal
▪ Makroskopis
- Warna : bening
- Kekeruhan : jernih
- Bekuan : tidak ada
- Bau : tidak ada
- pH :>7
▪ Mikroskopis
- Jumlah sel leukosit : 0-5/mm3
- Eritrosit :0
- PMN :-
- Protein : 15- 45 mg/dl
- Glukosa : 2/3 glukosa plasma atau 45-70 mg/dl
▪ Uji
- Pandy → untuk mengetahui protein dalam LCS
o Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih
o Positif : terbentuk kekeruhan putih
- Nonne → untuk mengetahui protein jenis globulin dalam LCS
Negatif : tidak terbentuk cincin putih
Positif : terbentuk cincin putih

Bakteri Tuberkulosa Virus


Makroskopis Makroskopis Makroskopis
- Warna keruh (purulenta) - Warna serous - Warna jernih
(Xantokrom)
Mikroskopis Mikroskopis Mikroskopis
- Pleositosis - Pleositosis limfositer - Pleositosis limfositer
Jumlah sel > 1000/mm3 Jumlah sel < 1000/mm3 Jumlah sel < 1000/mm3
- PMN > MN - MN > PMN - MN → PMN
- Protein ↑↑ - Protein ↑ - Protein normal
- Glukosa ↓↓ - Glukosa ↓ - Glukosa normal

❖ Diagnosis
• Diagnosa klinis : Meningitis bakterial akut
• Diagnosa Topik : leptomeningen
• Diagnosa Etiologi : Infeksi bakteri
atau,
• Diagnosa klinis : Meningitis viral akut
• Diagnosa Topik : leptomeningen
• Diagnosa Etiologi : Infeksi virus
atau,
• Diagnosa klinis : Meningitis Subakut ec Tuberkulosa stadium I/II/III
• Diagnosa Topik : leptomeningen
• Diagnosa Etiologi : Infeksi Mikrobaktrium tuberkulosa

❖ Terapi
• Meningitis Bakterialis akut
- Antibiotik sefalosporin generasi ketiga: Ceftriaxone 2 x 2 gram i.v
- Kortikosteroid → anti edema vasogenik
o Dexamethasone 4 x 10 mg tapering off
- Ranitidin 2 x 50 mg i.v

• Meningitis Viral akut


- Antivirus (jika penyebab Varisella zoster virus)
o Asiklovir 5 x 800 mg p.o selama 7 hari
- Kortikosteroid → anti edema vasogenik
o Dexamethasone 4 x 10 mg tapering off
- Ranitidin 2 x 50 mg i.v

• Meningitis Tuberkulosa
- Obat Anti Tuberkulosis (OAT) → selama 2 tahun
o INH : 5-15 mg/kgBB/hari atau 1 x 300 mg
o Rifampisin : 10-20 mg/kgBB/hari atau 1 x 600 mg
o Pirazinamid : 15-40 mg/kgBB/hari atau 1 x 1000 mg
o Etambutol : 15-25 mg/kgBB/hari atau 1 x 750 mg
- Kortikosteroid → anti edema vasogenik
o Dexamethasone 4 x 10 mg tapering off
- Ranitidin 2 x 50 mg i.v
ENSEFALITIS
❖ Kata Kunci
• TRIAS Ensefalitis
▪ Demam
▪ Penurunan kesadaran
▪ Kejang
• Kelumpuhan tipe UMN dan adanya spastisitas
• Gangguan sensibilitas

❖ Pemeriksaan Neurologi
• GCS → < 15
• Tanda Rangsang Meningeal → Negatif
o Kaku Kuduk
o Brudzinski I
o Kernig sign
o Brudzinski II
• Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
• Pemeriksaan Nervus kranialis (II, III, IV, VI, VII, VIII)
• Pemeriksaan motorik

❖ Pemeriksaan Penunjang
• Lumbal pungsi
▪ Makroskopis
- Warna : jernih
▪ Mikroskopis
- Pleositosis (10-2000 sel/mm3)
- Protein meningkat
- Glukosa normal
• EEG
• Foto Rontgen Schedel
• Foto thoraks → untuk mendeteksi adanya pneumonia
• CT-scan
• MRI

❖ Diagnosis
• Diagnosa klinis : Ensefalitis viral
• Diagnosa Topik : Ensefalon
• Diagnosa Etiologi : Infeksi virus

❖ Diagnosis Banding
• Abses otak

❖ Terapi
• Dexamethasone 4 x 10 mg i.v, tappering off
• Ranitidin 2 x 50 mg i.v
• Paracetamol 1 x 1 gram i.v → jika demam >38,5O C
• Asiklovir 5 x 800 mg (p.o) → jika penyebab virus
• Fenitoin 2 x 100 mg ( 1 ampul) → jika kejang
• Asam folat 2 x 5mg

EPILEPSI
❖ Kata Kunci
• Definisi
Status epileptikus → adanya 2 bangkitan atau lebih tanpa diprovokasi, diantara
bangkitan terdapat penurunan kesadaran dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan
kedua > 24 jam atau bangkitan yang berlangsung > 30 menit
• Klasifikasi
o Parsial
▪ Simplek (Sederhana) → sadar
- Motor sign : menjalar tangan, lengan, bahu menyebar ke sisi yang
sama → Jacksonian march
- Sensorik sign : mati rasa, terbakar, nyeri, kesemutan
- Autonomic symptom : perubahan warna kulit, tekanan darah, nadi, pupil,
mengompol
- Psychic symptom : halusinasi
- Adversif : Kepala berpaling kesisi tubuh yang kejang
▪ Kompleks → bangkitan fokal disertai penurunan kesadaran
- Aura
- Diikuti automatism streotipik : gerakan mengunyah, menelan, mengecap
bibir
▪ Umum sekunder
- Bangkitan dimulai dari bangkitan parsial berkembang menjadi bangkitan
umum (tonik klonik)
o Generalisata
▪ Absent petit mal (lena)
- Mendadak
- Mata berkedip-kedip (3kali/detik)
- Bengong / termenung selama 3-10 detik
- Pergerakan otot yang abnormal
- Amnesia
- Setelah serangan pasien melanjutkan aktivitas seperti semula
▪ Grand mal (tonik klonik)
- Fase tonik (kaku) → kontraksi otot dan pergerakan mata selama 10-30 detik
- Fase klonik (kelojotan) → mulut berbusa selama 30-60 detik
- Setelah bangkitan pasien bingung
▪ Mioklonik
- Kontraksi otot cepat dengan kedutan di wajah, lengan, tungkai
- Flying Saucer syndrome → barang ditangan pasien terlempar
▪ Atonik
- Tiba-tiba kehilangan tonus otot seperti tiba-tiba kepala terkulai
- Sedang melakukan aktivitas, tiba-tiba berhenti
❖ Pemeriksaan Neurologis
• GCS
• Tanda Rangsang Meningeal
• Pemeriksaan motorik → tonus otot

❖ Pemeriksaan Penunjang
• EEG → spike and wave
• Brain CT-scan

❖ Diagnosis
Contoh
• Diagnosa klinis : epilepsy parsial kompleks
• Diagnosa Topik : Intrakranial
• Diagnosa Etiologi : putus obat
atau
• Diagnosa klinis : Status epileptikus
• Diagnosa Topik : Batang otak
• Diagnosa Etiologi : putus obat

❖ Terapi
• Prinsip terapi
- Diberikan minimal sudah 2 x serangan
- Monoterapi
- Dimulai dari dosis kecil sampai maksimal
- Jika tidak respon → kombinasi
- Diberikan sampai 2 tahun bebas kejang
- Edukasi mengenai penyakit bahwa tidak boleh berenang dan tidak boleh
mengendarai kendaraan
• Saat serangan
▪ Umum
- Airway, Breathing, Circulation
▪ Khusus
Diazepam
0,3 – 0,5 mg/kgBB

Diazepam
0,3 – 0,5 mg/kgBB

Fenitoin
15 – 20 mg/kgBB

½ dosis fenitoin

Fenobarbital
20 mg/kgBB
ICU
Propofol 1 – 3
mg/kgbb
Midazolam 0,1 – 0,2
mg/kgBB

• OAE
▪ Parsial
- Karbamazepin 2 x 200 mg
▪ Generalisata (umum) o Absent petit mall (lena)
- Fenitoin 2 x 100 mg - Asam valproate 2 x 250
- Asam valproate 2 x 250 mg mg
- Karbamazepin 2 x 200 mg o Tonik klonik
- Asam valproate 2 x 250 mg
- Fenitoin 2 x 100 mg
- Karbamazepin 2 x 200 mg
TETANUS
❖ Kata Kunci
❖ Pemeriksaan Neurologis
❖ Pemeriksaan penunjang
❖ Diagnosa
• Diagnosa klinis : tetanus
• Diagnosa Topik : Intrakranial
• Diagnosa Etiologi : putus obat
❖ Terapi

Anda mungkin juga menyukai