GAGAL JANTUNG
Dosen Pembimbing:
Nur Hidayati, S.Kep. Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 10 (7A Keperawatan)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Serta mengucap puji syukur atas
curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG”. Makalah ini
disusun sebagai tugas mata kuliah “KEPERAWATAN KRITIS”.
Segala upaya telah kami lakukan dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Diantaranya :
1. Arifal Aris, S.Kep.,Ns.,M.kes. Selaku Dekan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
2. Suratmi, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku ketua prodi studi S-1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Nur Hidayati, S.Kep., Ns.,M.Kep. Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Kritis yang telah
memberi petunjuk makalah ini.
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materi demi terselesainya Makalah
ini.
Dengan segala kerendahan hati merasa bahwa dalam penyusununan makalah ini kurang
sempurna, walaupun makalah ini telah diseleseikan dengan segenap kemampuan, pemikiran dan
usahanya, dan kiranya sangatlah membantu penyempurnaan makalah ini jika pembaca yang
budiman bersedia memberi masukan, saran serta kritikan yang jelasnya mendukung bagi karya
penulis.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas. Akhir-
akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi
menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului dan menyertai gagal jantung.
Kondisi tersebut dinamakan faktor resiko. Faktor resiko yang ada dapat dimodifikasi
artinya dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi dan faktor
resiko yang non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat
dikontrol, contohnya ras, dan jenis kelamin. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi
dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama definisi
gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal
ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. (Brunner & Suddarth, 2002)
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa
negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan diagnosis
dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau
diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/ gejala
sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. Berdasarkan diagnosis dokter,
estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 54.826 orang (0,19%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki
jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 144 orang (0,02%). Berdasarkan
diagnosis/ gejala, estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang (0,3%), sedangkan jumlah penderita paling
sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu sebanyak 945 orang (0,1%).
Peningkatan insiden penyakit jantung koroner berkaitan dengan perubahan gaya hidup
masyarakat yang turut berperan dalam meningkatkan faktor risiko penyakit ini seperti
kadar kolesterol lebih dari 200mg%, HDL kurang dari 35mg%, perokok aktif dan
hipertensi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit
sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-fight. Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari
pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (noreprinefrin) dari kelenjar adrenal ke
dalam aliran darah, noredrenalin juga dilepaskan ke saraf. Adrenalin dan noredrenalin
adalah sistem pertahanan tubuh pertama muncul setiap kali terjadi stres mendadak. Pada
gagal jantung, adrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu
meningkatkan curang jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat
tertentu. (Brunner & Suddarth, 2002)
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Gagal jantung adalah keadaan patifisiologik di mana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting
dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan
metabolisme tubuh, dan kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa
jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi
miokardium; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah
perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya. (Carpenito & Juall, 2006)
Ada beberapa definsi gagak jantung, namun tidak ada satupun yang benar-benar
memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung. Gagal
jantung adalah suatu keadaan ketik jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang
cukup bagi kebtuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-
definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang tebatas pada
satu system organ, malainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang di tandai
dengan respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal, serta suatu keadaan patologis
dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya data memenuhinya dengan meningkatkan
yekanan pengisian. (Muttaqin & Arif, 2010)
Gagal jantung di kenal dengan beberapa istilah, yaitu:
Gagal jantung bisanya digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala seperti
klasifikasi menurut New York Heart Asscsiation (NYHA). Klasifikasi tersebut digunakan
secara luas di dunia internasional untuk mengelompokkan gagal jantung. Gagal jantung
ringan, sedang, dan berat ditentukan berdasarkan beratnya gejala, khusnya sesak nafas
(dispnea). Meskipun klasifikasi ini berguna untuk menentukan tingkat kemampuan fisik
dan beratnya gejala, namun pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan
lain.
2.3 ETIOLOGI
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi. (Muttaqin & Arif, 2009)
2. Aterosklerosis koroner
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. (Muttaqin & Arif, 2009)
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau
stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load. (Muttaqin & Arif, 2009)
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (misal : demam, tirotoksikosis ), hipoksia
dan anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung (Muttaqin & Arif, 2009)
Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion Terbagi menjadi 4 kelainan
fungsional :
Gagal Jantung Kiri Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena
adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri
menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir
diastolic dalam ventrikel kiri meningkat. (Muttaqin & Arif, 2009)
GEJALA :
Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya gagal
jantung kiri.
GEJALA :
Bila gangguan jantung kiri dan jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal
jantung kongestif, curah jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan
sistemik bersama dengan bendungan paru. (Carpenito & Juall, 2006)
GEJALA :
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal
atau bersamaan yaitu : · Beban tekanan
1) Beban volume
2) Tamponade jantung atau konstriski perikard, jantung tidak dapat diastole
3) Obstruksi pengisian ventrikel
4) Aneurisma ventrikel · Disinergi ventrikel
5) Restriksi endokardial atu miokardial
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu : · Beban tekanan
- Beban volume
- Tamponade jantung atau konstriski perikard, jantung tidak dapat diastole
- Obstruksi pengisian ventrikel
- Aneurisma ventrikel
- Disinergi ventrikel
- Restriksi endokardial atu miokardial
2.5 PATOFISIOLOGI
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta
suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. (Juni & Wajan, 2010)
Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan
darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui
hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload,
peninggian preload dan hipertrofi/ dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung
sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi. (Juni & Wajan, 2010)
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
memperthankan curah jantung bila mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
perfusi jaringan yang memadai, maka
Preload adalah sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimblukan oleh panjangnya regangan serabut jantung. ·
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena
meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda tergantung
pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi . (Juni & Wajan, 2010)
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
1. Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.Dapat
terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang
dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
2. Batuk
3. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
karena distress pernafasan dan batuk.
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada bayi, gejala Gagal jantung biasanya berpusat pada keluhan orang tuanya
bahwa bayinya tidak kuat minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat dan
berat badannya sulit naik. Pasien defek septum ventrikel atau duktus arteriosus persisten
yang besar seringkali tidak menunjukkan gejala pada hari-hari pertama, karena pirau
yang terjadi masih minimal akibat tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang
masih tinggi setelah beberapa minggu (2-12 minggu), biasanya pada bulan kedua atau
ketiga, gejala gagal jantung baru nyata. (Juni & Wajan, 2010)
Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak kurang aktif,
toleransi berkurang, batuk, mengi, sesak napas dari yang ringan (setelah aktivitas fisis
tertentu), sampai sangat berat (sesak napas pada waktu istirahat). (Juni & Wajan, 2010)
Pasien dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karea pemberian obat
gagal jantung, dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada
stress, misalnya penyakit infeksi akut. (Juni & Wajan, 2010)
Pada gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri yang terjadi karena
adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri, biasanya ditemukan keluhan
berupa perasaan badan lemah, berdebar-debar, sesak, batuk, anoreksia, keringat dingin.
(Juni & Wajan, 2010)
Tanda obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian
basal, bunyi jantung III, pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi
karena gangguan atau hambatan daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup
ventrikel kanan menurun, tanpa didahului oleh adanya Gagal jantung kiri, biasanya gejala
yang ditemukan berupa edema tumit dan tungkai bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri
tekan; bendungan pada vena perifer (vena jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites.
Keluhan yang timbul berat badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki
bengkak, perut membuncit, perasaan tidak enak di epigastrium. (Juni & Wajan, 2010)
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi :
dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang
hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta
gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris
pada infark miokard akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi ventrikel yang berat,
maka dapat ditemukn pulsus alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok
kardiogenik. (Juni & Wajan, 2010)
Bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami
gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Tanda yang
penting adalah takikardi (150x/mnt atau lebih saat istirahat), serta takipne (50x/mnt atau
lebih saat istirahat). Pada prekordium dapat teraba aktivitas jantung yang meningkat.
(Juni & Wajan, 2010)
Bising jantung sering ditemukan pada auskultasi, yang tergantung dari kelainan
struktural yang ada. Terdapatnya irama derap merupakan penemuan yang berarti,
khususnya pada neonatus dan bayi kecil. Ronki juga sering ditemukan pada gagal
jantung. Bendungan vena sistemik ditandai oleh peninggian tekanan vena jugular, serta
refluks hepatojugular. (Juni & Wajan, 2010)
Kedua tanda ini sulit diperiksa pada neonatus dan bayi kecil, tampak sianosis
perifer akibat penurunan perfusi di kulit dan peningkatan ekstraksi oksigen jaringan
ekstremitas teraba dingin, pulsasi perifer melemah, tekanan darah sistemik menurun
disertai penurunan capillary refill dan gelisah. Pulsus paradoksus (pirau kiri ke kanan
yang besar), pulsus alternans (penurunan fungsi ventrikel stadium lanjut). Bising jantung
menyokong diagnosis tetapi tidak adanya bising jantung tidak dapat menyingkirkan
bahwa bukan gagal jantung. (Juni & Wajan, 2010)
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
5. Rontgen dada
6. Pemeriksaan Lab
A.Oksimetri nadi : Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
B. Analisa gas darah (AGD) : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
2.8 Komplikasi
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
3. Kerusakan hati
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung
yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan
darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke. (Carpenito
& Juall, 2006)
2.9 Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis :
2.10 PENCEGAHAN
Paa tahap awal, kondisi ini dapt dikoreksi dengan penatalaksanaan yang relatip
mudah , yang mencakup (1) memaingkanpasien dengan posisi tegak dengan kaki dan
tangan menggantung, (2) mengurangi latihan yang begitu keras dan stress emosional
untuk mengurangi beban ventrikel kiri, dan (3) memberikan morfin untuk mengurangi
kecemasan, dispnu dan preload. (Brunner & Suddarth, 2002)
Pencegahan edema paru jangka panjang harus ditunjukkan pada pencetisnya,
yaitu kongesti paru. Tindakan untuk mencegah gagal jantung kongesif, dan berbagai segi
penyuluhan pasien akan didiskusikan pada bagian berikutnya. (Brunner & Suddarth,
2002)
Untuk mencegah overload sirkulasi, yang dapat mencetuskan edema paru, maka
pemberian infuse intravena harur diberikan perlahan, dengan pasien dibaringkan tegak di
tempat tidur dan di bawah pengawasan ketat seorang perawat. (Brunner & Suddarth,
2002)
Pengatur infuse intravena harus digunakan untuk mebatasi kecepatan dan volume
yang diberikan. Tindakan pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan atau
memperkecil defek katup yang membatasi aliran darah kea tau dari ventrikel kiri, karena
defek seperti itu akan menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan pasien
mengalami kongesti dan edema paru.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data :nama, usia, jeniskelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama :Lemah saat melakukan aktivitas, sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang :
- Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system otot rangka dan
apakah disertai ketidak mampuan dalam melakukan pergerakan.
- Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan obat diuretic,
nitrat, penghambat beta serta anti hipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi
obat.
2. Riwayatpekerjaan/ kebiasaan :
- Kebiasaan merokok
1. Pengkajian
1. BREATHING
- Terlihat sesak
2. BLOOD
3. BRAIN
- Sianosis perifer
4. BLADDER
- Oliguria
- Edema ekstrimitas
5. BOWEL
- Mual
- Muntah
6. BONE
- Kelemahan
- Kelelahan
7. PSIKOSOSIAL
B. Diagnosa keperawatan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dwi Sinta H :
- Mencari materi
- Menyusun makalah
- Membuat ppt
- Menjawab pertanyaan
2. Siti Nabila Habibah
- Mencari materi
- Menyusun makalah
- Menjawab pertanyaan
- Print ketiga
3. M. Davika Nendrayana
- Mempresentasikan
- Print pertama dan kedua
PERTANYAAN PRESENTASI
1. Fitria Rosalina
Bagaimana cara mencegah atau menghindari gagal jantung?
Jawab : Siti Nabila Habibah
Cara mencegah gagal jantung adalah :
1. Mengkonsumsi makanan yang sehat
2. Membatasi asupan garam, lemak, dan gula
3. Menjaga berat badan dengan olahraga secara rutin
4. Berhenti merokok dan membatasi minuman keras
5. Menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah dalam batas normal
2. Ah. Dandi
Siapa saja orang-orang yang beresiko terkena gagal jantung dan bagaimana cara
pencegahannya?
Jawab : Siti Nabila Habibah
Orang yang beresiko terkena gagal jantung adalah
- Yang memiliki berat badan lebih
- Memiliki kebiasaan merokok
- Hobi mengkonsumsi makanan yang berlemak
- Kurang olahraga
- Mengkonsumsi alcohol secara berlebihan.
Cara mencegah gagal jantung adalah :
1. Mengkonsumsi makanan yang sehat
2. Membatasi asupan garam, lemak, dan gula
3. Menjaga berat badan dengan olahraga secara rutin
4. Berhenti merokok dan membatasi minuman keras
5. Menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah dalam batas normal
3. Juliana Nur Alifah
Bagaimana cara pemasangan katarisasi jantung dan bekerja untuk apa?
Jawab : Dwi Sinta H
Katerisasi jantung adalah tindakan medis yang dirancang untuk mengetahui kondisi
kesehatan jantung.
Cara pemasangan :
1. Di lakukan oleh dokter spesialis jantung
2. Pasien dibius agar tidak mersakan sakit
3. Pasien dipasang infus untuk memasukkan obat-obat
4. Pasien ditusuk bagian lengan atas atau tungkai. Jika kateter masuk lewat pembuluh
darah arteri di tungkai dokter akan membuat sayatan pada kulit untuk masuknya jalur
kateter
5. Katerisasi jantung berlangsung kurang dari satu jam