Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KEPERAWATAN

METODE FUNGSIONAL

Dosen pembimbing:
Nurul Hikmatul Qowi S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:

Kelompok 1

Kelas 7A S1 Keperawatan

1. Ah Dandi Ramdhani (1602012119)


2. Amartha Nurmala Sari (1602012121)
3. Aminatul Lathifah (1602012122)
4. Alfiana Riska Amelia (1602012123)
5. Anggi Irma Oktafia (1602012124)
6. Intan Yuniar (16020121XX)
7. Lutfi Dwi Riza (1602012147)
8. Laely Fauziah. (16202121XX)
9. Nunuk Aizatul (16020121XX)
10. Nur Yulia Trisnaningsih. (16020121XX)
11. Susi Karlina (1602012170)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN


2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah subhahahu wa ta’alah yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Metode Fungsional” sesuai waktu yang ditentukan.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Drs. Budi Utomo, Amd. Kep. M.Kes, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan
2. Arifal Aris, S. Kep., Ns, M.Mkes. selaku Deken Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan
3. Suratmi., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan
4. Nurul Hikmatul Qowi., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen PJMK dan
pembimbing mata kuliah pendidikan dan promosi kesehatan.
5. Teman-teman anggota kelompok yang saling bekerja sama dalam penulisan
makalah
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Saran dan kritik membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan
penulisan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Lamongan, September 2019

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Metode Fungsional...........................................................3
2.2 Contoh Penerapan Metode Fungsional..........................................3
2.3 Keuntungan Metode Fungsional....................................................4
2.4 Kelemahan Metode Fungsional.....................................................4
2.5 Asuhan Keperawatan Metode Fungsional.....................................5
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................7
3.2 Saran...............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak


diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya
Nasional Keperawatan (1983). Sejak saat itu, berbagai upaya telah
dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan
dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan
pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta
mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya
adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di
Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan dapat
ditingkatkan.

Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang


pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan
keperawatan belum memuaskan. Layanan keperawatan masih sering
mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap dan kemampuan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga.

Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat


okupasi. Artinya, tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada
pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter.
Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta
tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan

5
keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
restrakturing, reengineering, dan redesigning system pemberian asuhan
keperawatan melalui pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari metode fungsional?

2. Bagaimana contoh penerapan dari metode fungsional?

3. Bagaimana keuntungan metode fungsional

4. Bagaimana kelemahan metode fungsional?

5. Bagaimana asuhan Keperawatan Metode Fungsional

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari metode fungsional

2. Untuk mengetahui contoh penerapan dari metode fungsional

3. Untuk mengetahui keuntungan metode fungsional

4. Untuk mengetahui kelemahan dari metode fungsional

5. Untuk mengetahui asuhan Keperawatan Metode Fungsional

6
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Metode Fungsional

Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas


dari filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab
untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan
luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan
pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan
tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien. (Gillies,1998)

Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat


senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada
model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan
tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling
murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan
tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab
mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan
metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat
dan berkembang pada saat perang dunia kedua. (Zaidin, 2001)

Metode fungsional adalah pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan


yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. (Nursalam, 2012)

7
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada saat
itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. (Nursalam, 2012)

Menurut Robbins dan Timothy (2013) metode ini dibagi menjadi


beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum,
sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan, tugasnya :


Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein,
membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
2. Perawat staf, tugasnya :
a. Melakukan askep langsung pada pasien
b. Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
3. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
4. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5. Tenaga Administrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi,
mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk
dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan
lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala
ruangan

8
2.2 Contoh Penerapan Metode Fungsional

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat Luka Pengobatan Merawat luka

Pengobatan Merawat Luka Pengobatan Merawat luka

Pasien / klien

9
Contoh:
Misalnya seorang perawat khusus menangani vita pasien, perawat
yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-
obatannya, sehingga tidak ada perawat yang han menangani kebutuhan
total pasien, setelah selesai melaksankaan tugasnya perawat banyak yang
melakukan tugas yang non keperawatan.

a) Kepala Ruangan

Merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan


pasien, membuat penugasan, melakukan supervise, menerima
instruksi dokter.

b) Perawat Staf

 Melakukan askep langsung pada klien

 Membatu supervise askep yang diberikan oleh pembantu tenaga


keperawatan

c) Perawat Pelaksana

Melaksanakan askep langsung pada klien dengan askep sedang,


klien dalam masa pemulihan kesehatan dan klien dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).

d) Pembantu Perawat

Membantu klien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk


mandi, membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.

e) Tenaga Adminstrasi Ruangan

Menjawab telepon, menyampaikan pesan, memberi informasi,


mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat klien masuk
dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat
permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas
instruksi kepala ruangan.

10
2.3 Keuntungan Metode Fungsional

Menurut Nursalam(2012) keuntungan metode fungsional ini adalah:

1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu


singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik

2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

3. Perawat senior diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien


diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman

4. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang


berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.

5. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik


yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

2.4 Kelemahan Metode Fungsional

Menurut Nursalam(2012) kelemahan metode fungsional ini adalah:

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

2. Pelayanan keperawatan terpisah pisah, tidak dapat menerapkan proses


keperawatan
3. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan

4. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan

5. Pelayanan terputus-putus

6. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas
dari filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan.

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan


keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada saat
itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

3.2 Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami metode
praktik keperawatan fungsional dan mampu mengaplikasikannya dengan
sebaik mungkin serta tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk
memberikan pelayanan yang optimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya


Medika.

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


KeperawatanProfesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Gillies. 1998. Nursing Management: A System Approach. 3th Edition.
Philadelphia: WB. Saunders.
Robbins, S., & Timothy, J. 2013. Organizational Behavior. 15th Edition. Boston:
Pearson.

13

Anda mungkin juga menyukai