4178 14469 1 SM PDF
4178 14469 1 SM PDF
Kemungkinan Peralihan Penggunaan Moda Angkutan Pribadi Ke Moda Angkutan Umum Perjalanan Depok-Jakarta
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No. 3, Desember 2009, hlm 183 - 198
Ronando Ferdiansyah
Abstrak
Posisi Propinsi DKI Jakarta sebagai pusat dalam metropolitan Jabodetabek menyebabkan
terjadinya pergerakan penduduk perhari yang sangat besar dari wilayah sekitar Jakarta ke
pusat kota Jakarta. Penyebab utama kemacetan adalah dominasi moda angkutan pribadi
pada jaringan jalan tersebut. Adapun alternatif cara mengurangi volume kendaraan yang
besar dan menampung jumlah pergerakan yang tinggi tersebut adalah dengan pengoptimalan
penggunaan angkutan umum (public transport). Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk
menjajaki terjadinya peralihan penggunaan moda dari angkutan pribadi ke moda angkutan
umum (bus dan KRL) untuk perjalanan Depok – Jakarta. Dari hasil analisis diketahui bahwa
pelaku perjalanan yang menggunakan angkutan pribadi baik mobil pribadi maupun sepeda
motor pada umumnya mempunyai minat yang besar untuk beralih menggunakan angkutan
umum. Untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum yang bisa
dilakukan adalah penetapan standar pelayanan minimal (SPM), keandalan pelayanan, dan
penguatan sistem integrasi jaringan antar moda angkutan (feeder and transfer) perjalanan
Depok – Jakarta. Serta, diperlukan adanya hubungan antara pemerintah kota Depok dengan
propinsi DKI Jakarta dalam merumuskan kebijakan untuk menyelesaikan masalah
transportasi Depok – Jakarta.
Abstract
Position of DKI Jakarta Province as the center of Jabodetabek metropolitan resulted a very
large population movements per day from area around Jakarta to downtown Jakarta. The
main cause of traffic jams is the dominance of private transport modes on the road network.
There are alternative ways of reducing the volume of vehicles and accommodate a high
amount of movement is by optimizing the use of public transport (public transport). Therefore,
this study aims to explore the use of the transition mode of personal transportation to the
public transport modes (buses and electric trains) to travel Depok - Jakarta. From the
analysis note that travelers who use private transport both private cars and motorcycles in
general have a great interest to switch to using public transport. To support improvment the
quality of public transport services, things that can be done is by the establishment of
minimum service standards (SPM), reliability of service, systems integration and
strengthening of inter-modal transport network (feeder and transfer) trip Depok - Jakarta.
And, required a link between the city government of Depok with provincial of DKI Jakarta in
formulating policies to solve Depok – Jakarta transportation problems
183
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
Salah satu cara untuk mengurangi kemacetan 2. Perilaku Pelaku Perjalanan Dalam
tersebut adalah dengan menambah atau Menetapkan Suatu Pilihan Moda
melebarkan jaringan jalan, akan tetapi hal ini
tidak dapat dilakukan dikarenakan terbatasnya Faktor terpenting dari proses keputusan untuk
lahan untuk jaringan transportasi. Disamping melakukan perjalanan adalah proses memilih.
itu, penambahan jaringan jalan justru akan Pelaku perjalanan selalu dihadapkan pada
mendorong penggunaan kendaraan pribadi suatu keadaan untuk menentukan pilihan dari
184
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
beberapa set alternatif pilihan. Keadaan ini terhadap kondisi penyediaan sarana dan
dapat terjadi pada setiap waktu dan setiap prasarana angkutan. (dalam studi ini adalah
keadaan. Misalnya dalam menentukan lokasi angkutan perjalanan Depok – Jakarta)
tempat tinggal, menentukan moda angkutan
yang akan digunakan dalam kegiatan bekerja, 2. Tahap Pembentukan Kesan Terhadap
berbelanja, ke sekolah, dan lain-lain. Ada Pelayanan Moda Angkutan.
beberapa tingkatan perilaku individu dalam Kesan pelaku perjalanan terhadap suatu moda
pemilihan moda (Manheim, 1979:61), yaitu angkutan dapat terbentuk dari perasaan suka
aspirasi berdasarkan gaya hidup (life-style atau tidak suka pelaku perjalanan terhadap
aspirations), pola kegiatan yang diinginkan suatu moda angkutan berdasarkan pengalaman
(desired activity patterns), pemilihan lokasi pelaku perjalanan setelah menggunakan moda
kegiatan(locational choices), dan keputusan angkutan tersebut atau berdasarkan
perjalanan (travel choices). pengalaman orang lain.
3. Tahap Penentuan Urutan Kepentingan
Pada tingkat tertinggi, pola kegiatan yang Moda Angkutan Alternatif.
diinginkan individu tergantung pada aspirasi Pelaku perjalanan melakukan penilaian
dari gaya hidupnya. Kemudian untuk terhadap alternatif pilihan yang telah
mendukung kegiatannya, individu harus berada disusunnya, sehingga terbentuk suatu tingkatan
pada suatu lokasi tertentu pada waktu tertentu, tertentu dalam alternatif tersebut.
inilah yang disebut sebagai pemilihan lokasi
kegiatan. Terakhir, untuk mendukung kegiatan 4. Tahap Pemilihan Moda Angkutan.
pada lokasi yang telah dipilih, keputusan Pemilihan moda angkutan yang akan
perjalanan akan diambil berkenaan dengan digunakan pada umumnya jatuh pada alternatif
dimana, bilamana, dan bagaimana perjalanan pilihan moda dengan nilai tertinggi. Tidak
tersebut akan dilakukan. jarang pemilihan moda angkutan tidak jatuh
pada alternatif pilihan dengan nilai yang
Pemilihan moda angkutan dipengaruhi oleh tertinggi, tapi pada alternatif pilihan moda
tahapan pelaku perjalanan dalam memutuskan yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh
pilihan terhadap suatu moda angkutan adanya kendala situasi seperti kepemilikan
(variabel perilaku).Tahapan pelaku perjalanan kendaraan, banyaknya lokasi tujuan
dalam memutuskan pilihan terakhir moda perjalanan, keterbatasan biaya perjalanan, dan
angkutan yang akan dipakai dapat dibedakan lain-lain.
menjadi beberapa tahap (Rosmiati, 1990 ;
Koppelman and Pas, 1980), yaitu : Identifikasi Variabel-Variabel Pemilihan
Moda Transportasi Alternatif
1. Tahap Penyusunan Persepsi Pelayanan
Moda Angkutan. Beberapa penelitian tentang atribut-atribut
Penyusunan persepsi merupakan tahap pelaku pelayanan moda transportasi yang berpengaruh
perjalanan dalam menyusun gambaran moda- terhadap keputusan pelaku perjalanan dalam
moda angkutan yang tersedia berdasarkan memilih moda transportasi dapat dilihat pada
informasi-informasi yang dapat diperolehnya. Tabel I di bawah ini.
Gambaran terhadap moda angkutan ini
merupakan gambaran pelaku perjalanan Tabel I
185
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
188
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
189
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
190
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
untuk mencapai tujuan tidak sering ganti penghubung Depok – Jakarta yang mengalami
kendaraan. kemacetan terutama pada jam-jam sibuk (peak
Tabel VIII hours), dikarenakan sepeda motor akan tetap
Persepsi Pengguna Mobil Pribadi Terhadap bisa berjalan dengan bentuk sepeda motor
Pelayanan KRL
Alasan Pengguna Mobil yang kecil dan tidak membutuhkan ruang yang
Prioritas Peningkatan
Pribadi Tidak Menggunakan cukup besar pada jalan raya. Kondisi
Pelayanan KRL
KRL
1. Ketidaknyamanan selama 1. Kenyamanan selama ketidaknyamanan dan keamanan yang tidak
perjalanan (67 %) perjalanan (86 %)
2. Susah mendapatkan 2. Keamanan selama terjamin jika menggunakan bus merupakan
tempat duduk (67 %) perjalanan terjamin (75 alasan lain mengapa pengguna sepeda motor
3. Keamanan selama %)
perjalanan tidak terjamin 3. Mudah mendapatkan tidak menggunakan bus, kondisi ini ditunjang
(61 %) tempat duduk (61 %)
4. Penumpang berdesakan 4. Untuk mencapai
dengan susahnya mendapatkan tempat duduk,
waktu naik dan turun (52 tempat tujuan tidak penumpang berdesakan waktu naik/turun, dan
%) harus ganti kendaraan
5. Untuk mencapai tempat (58 %) waktu menunggu mendapatkan kendaraan
tujuan harus ganti 5. Penumpang tidak
kendaraan (31 %) berdesakan waktu naik
yang lama. Pengguna sepeda motor akan mau
6. Waktu menunggu dan turun (54 %) beralih menggunakan bus akan menjadi
lama/keberangkatan tidak 6. Waktu menunggu tidak
tepat waktu (13 %) lama/ keberangkatan kenyataan jikalau kondisi pelayanan bus
7. Waktu perjalanan lebih tepat waktu (17 %) ditingkatkan.
lama (10 %) 7. Waktu perjalanan lebih
cepat (11 %)
Dengan peningkatan pelayanan bus, pengguna
Sumber: Hasil Analisis, 2008
sepeda motor akan mengubah persepsinya
untuk melihat moda bus sebagai salah satu
Alasan pengguna sepeda motor tidak
alternatif yang perlu untuk dicoba sebagai
menggunakan bus dalam perjalanan Depok –
moda perjalanan Depok–Jakarta. Prioritas
Jakarta yakni untuk mencapai tempat tujuan
peningkatan yang diharapkan oleh pengguna
harus ganti kendaraan, waktu perjalanan lebih
sepeda motor terhadap pelayanan bus yakni
lama karena macet, ketidaknyamanan selama
waktu perjalanan lebih cepat, untuk mencapai
perjalanan, susah mendapatkan tempat duduk,
tempat tujuan tidak harus ganti kendaraan,
keamanan selama perjalanan tidak terjamin,
kenyamanan selama perjalanan, penumpang
penumpang berdesakan waktu naik dan turun,
tidak berdesakan waktu naik dan turun,
waktu menunggu mendapatkan kendaraan
keamanan selama perjalanan terjamin, mudah
lama, dan biaya yang dikeluarkan perharinya
mendapatkan tempat duduk, waktu menunggu
banyak.
tidak lama, dan ongkos lebih murah. Dapat
diketahui bahwa prioritas utama peningkatan
Untuk mencapai tempat tujuan harus sering
pelayanan bus menurut pengguna sepeda
berganti kendaraan dengan menggunakan bus
motor adalah waktu perjalanan yang lebih
menurut pengguna sepeda motor akan
cepat.
menyebabkan waktu perjalanan akan menjadi
lebih lama dan biaya perjalanan akan cukup
Tabel IX
besar dibandingkan jika hanya sekali Persepsi Pengguna Sepeda Motor Terhadap
menggunakan bus. Pengguna sepeda motor Pelayanan KRL
beranggapan bahwa dengan menggunakan bus Alasan Pengguna Sepeda
Prioritas Peningkatan
Motor Tidak Menggunakan
Pelayanan KRL
waktu perjalanan justru akan lebih lama jika KRL
1. Ketidaknyamanan selama 1. Kenyamanan selama
dibandingkan dengan menggunakan sepeda perjalanan (62 %) perjalanan (80 %)
motor walaupun dengan kondisi jaringan jalan 2. Keamanan selama 2. Keamanan selama
perjalanan tidak terjamin perjalanan terjamin
194
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
195
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
Adapun karakteristik pengguna sepeda motor Untuk mendukung peralihan moda angkutan
yang ada hubungan atau menentukan pribadi ke angkutan umum perlu adanya
kesediaan berpindah menggunakan bus yakni peningkatan kualitas pelayanan angkutan
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan umum. Adapun peningkatan kualitas
196
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
197
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009
Benefit (Studi Kasus : Koridor Dago – Alun Syahril, Sonny.2000. Studi Pemilihan Moda
alun). Tugas Akhir. PWK ITB. Bandung. Angkutan Peti Kemas Di Koridor Bandung –
Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Jakarta.TugasAkhir.
Gramedia Pusta Utama.
Sunardi. Rajman. 2006. Perilaku Perjalanan JurusanTeknikPlanologi ITB. Bandung.
Penduduk Pinggiran Kota dan Asosiasinya Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan
Dengan Pilihan Moda Transportasi (Studi Pemodelan Transportasi. Bandung: Penerbit
Kasus : Pinggiran Kota Bandung Bagian ITB
Barat). Tesis. PWK ITB. Bandung. Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu
Sweroad, PT. Bina Karya (Persero), 1997. Manual Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung:
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari Penerbit ITB.
1997. Direktorat Jenderal Bina Marga,
Direktorat Bina Jalan Kota. Jakarta.
198