Anda di halaman 1dari 16

Ronando Ferdiansyah

Kemungkinan Peralihan Penggunaan Moda Angkutan Pribadi Ke Moda Angkutan Umum Perjalanan Depok-Jakarta
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No. 3, Desember 2009, hlm 183 - 198

KEMUNGKINAN PERALIHAN PENGGUNAAN MODA ANGKUTAN PRIBADI KE


MODA ANGKUTAN UMUM PERJALANAN DEPOK – JAKARTA

Ronando Ferdiansyah

Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota


Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
Labtek IX A, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132

Abstrak

Posisi Propinsi DKI Jakarta sebagai pusat dalam metropolitan Jabodetabek menyebabkan
terjadinya pergerakan penduduk perhari yang sangat besar dari wilayah sekitar Jakarta ke
pusat kota Jakarta. Penyebab utama kemacetan adalah dominasi moda angkutan pribadi
pada jaringan jalan tersebut. Adapun alternatif cara mengurangi volume kendaraan yang
besar dan menampung jumlah pergerakan yang tinggi tersebut adalah dengan pengoptimalan
penggunaan angkutan umum (public transport). Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk
menjajaki terjadinya peralihan penggunaan moda dari angkutan pribadi ke moda angkutan
umum (bus dan KRL) untuk perjalanan Depok – Jakarta. Dari hasil analisis diketahui bahwa
pelaku perjalanan yang menggunakan angkutan pribadi baik mobil pribadi maupun sepeda
motor pada umumnya mempunyai minat yang besar untuk beralih menggunakan angkutan
umum. Untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum yang bisa
dilakukan adalah penetapan standar pelayanan minimal (SPM), keandalan pelayanan, dan
penguatan sistem integrasi jaringan antar moda angkutan (feeder and transfer) perjalanan
Depok – Jakarta. Serta, diperlukan adanya hubungan antara pemerintah kota Depok dengan
propinsi DKI Jakarta dalam merumuskan kebijakan untuk menyelesaikan masalah
transportasi Depok – Jakarta.

Kata kunci: moda transportasi, angkutan umum, angkutan pribadi

Abstract

Position of DKI Jakarta Province as the center of Jabodetabek metropolitan resulted a very
large population movements per day from area around Jakarta to downtown Jakarta. The
main cause of traffic jams is the dominance of private transport modes on the road network.
There are alternative ways of reducing the volume of vehicles and accommodate a high
amount of movement is by optimizing the use of public transport (public transport). Therefore,
this study aims to explore the use of the transition mode of personal transportation to the
public transport modes (buses and electric trains) to travel Depok - Jakarta. From the
analysis note that travelers who use private transport both private cars and motorcycles in
general have a great interest to switch to using public transport. To support improvment the
quality of public transport services, things that can be done is by the establishment of
minimum service standards (SPM), reliability of service, systems integration and
strengthening of inter-modal transport network (feeder and transfer) trip Depok - Jakarta.
And, required a link between the city government of Depok with provincial of DKI Jakarta in
formulating policies to solve Depok – Jakarta transportation problems

Keywords: mode of transport, public transport, private transport

183
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

1. Pendahuluan yang pada akhirnya akan menambah lebih


banyak kemacetan pada masa mendatang.
Kota Depok sebagai bagian dari Jabodetabek
merupakan pusat pertumbuhan baru yang Dengan terbatasnya kapasitas jalan maka yang
berfungsi sebagai penyedia lahan perumahan dimungkinkan adalah dengan mengurangi
dan permukiman penduduk yang bekerja di volume kendaraan yang melalui jalur tersebut.
DKI Jakarta. Kondisi tersebut menyebabkan Adapun alternatif cara mengurangi volume
terjadinya arus commuting Depok – Jakarta. kendaraan dan menampung jumlah pergerakan
Pergerakan commuting ini menyebabkan yang tinggi tersebut adalah dengan
volume pergerakan baik kendaraan maupun pengoptimalan penggunaan angkutan umum
orang yang keluar - masuk ke Jakarta dari (public transport). Jenis angkutan umum yang
Depok akan semakin besar setiap harinya. perlu untuk dioptimalkan adalah yang
Tingginya volume pergerakan baik orang mempunyai load factor yang cukup besar
maupun kendaraan inilah yang dapat menjadi seperti bus dan Kereta Rel Listrik (KRL).
salah satu penyebab kemacetan di Jakarta,
selain dari kondisi transportasi internal Jakarta Pengoptimalan penggunaan angkutan umum
sendiri. ini dilakukan dengan mengalihkan pelaku
perjalanan yang mempergunakan angkutan
Tingginya pergerakan penduduk perharinya pribadi agar menggunakan angkutan umum.
jalur Depok – Jakarta harus diikuti oleh Peralihan penggunaan moda transportasi dari
penggunaan jenis moda transportasi yang dapat angkutan pribadi ke angkutan umum akan
menampung pergerakan tersebut. Akan tetapi, mengurangi beban atau volume lalu lintas jalan
moda transportasi yang sering digunakan justru raya terutama di jaringan jalan penghubung
yang kurang bisa menampung volume Jakarta – Depok sehingga kemacetan akan
pergerakan tersebut yakni moda angkutan berkurang, dikarenakan volume kendaraan
pribadi (mobil pribadi dan sepeda motor). pribadi menjadi berkurang.
Penggunaan angkutan pribadi dirasakan
kurang efektif dikarenakan jenis moda ini Oleh karena itu, perlu adanya kajian terhadap
mempunyai daya tampung penumpang (load kemungkinan terjadinya peralihan dari moda
factor) yang kecil yakni sekitar 1 – 5 angkutan pribadi ke angkutan umum untuk
orang/kendaraan dan juga memakai ruas jalan perjalanan Depok – Jakarta. Kajian ini
yang cukup besar. Dengan kondisi tersebut diperlukan untuk mengetahui tinggi rendahnya
menyebabkan jaringan jalan penghubung kemungkinan peralihan yang terjadi dan
Jakarta – Depok sering terjadi kemacetan lalu faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
lintas terutama pada saat jam sibuk/peak hours. terjadinya peralihan.

Salah satu cara untuk mengurangi kemacetan 2. Perilaku Pelaku Perjalanan Dalam
tersebut adalah dengan menambah atau Menetapkan Suatu Pilihan Moda
melebarkan jaringan jalan, akan tetapi hal ini
tidak dapat dilakukan dikarenakan terbatasnya Faktor terpenting dari proses keputusan untuk
lahan untuk jaringan transportasi. Disamping melakukan perjalanan adalah proses memilih.
itu, penambahan jaringan jalan justru akan Pelaku perjalanan selalu dihadapkan pada
mendorong penggunaan kendaraan pribadi suatu keadaan untuk menentukan pilihan dari

184
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

beberapa set alternatif pilihan. Keadaan ini terhadap kondisi penyediaan sarana dan
dapat terjadi pada setiap waktu dan setiap prasarana angkutan. (dalam studi ini adalah
keadaan. Misalnya dalam menentukan lokasi angkutan perjalanan Depok – Jakarta)
tempat tinggal, menentukan moda angkutan
yang akan digunakan dalam kegiatan bekerja, 2. Tahap Pembentukan Kesan Terhadap
berbelanja, ke sekolah, dan lain-lain. Ada Pelayanan Moda Angkutan.
beberapa tingkatan perilaku individu dalam Kesan pelaku perjalanan terhadap suatu moda
pemilihan moda (Manheim, 1979:61), yaitu angkutan dapat terbentuk dari perasaan suka
aspirasi berdasarkan gaya hidup (life-style atau tidak suka pelaku perjalanan terhadap
aspirations), pola kegiatan yang diinginkan suatu moda angkutan berdasarkan pengalaman
(desired activity patterns), pemilihan lokasi pelaku perjalanan setelah menggunakan moda
kegiatan(locational choices), dan keputusan angkutan tersebut atau berdasarkan
perjalanan (travel choices). pengalaman orang lain.
3. Tahap Penentuan Urutan Kepentingan
Pada tingkat tertinggi, pola kegiatan yang Moda Angkutan Alternatif.
diinginkan individu tergantung pada aspirasi Pelaku perjalanan melakukan penilaian
dari gaya hidupnya. Kemudian untuk terhadap alternatif pilihan yang telah
mendukung kegiatannya, individu harus berada disusunnya, sehingga terbentuk suatu tingkatan
pada suatu lokasi tertentu pada waktu tertentu, tertentu dalam alternatif tersebut.
inilah yang disebut sebagai pemilihan lokasi
kegiatan. Terakhir, untuk mendukung kegiatan 4. Tahap Pemilihan Moda Angkutan.
pada lokasi yang telah dipilih, keputusan Pemilihan moda angkutan yang akan
perjalanan akan diambil berkenaan dengan digunakan pada umumnya jatuh pada alternatif
dimana, bilamana, dan bagaimana perjalanan pilihan moda dengan nilai tertinggi. Tidak
tersebut akan dilakukan. jarang pemilihan moda angkutan tidak jatuh
pada alternatif pilihan dengan nilai yang
Pemilihan moda angkutan dipengaruhi oleh tertinggi, tapi pada alternatif pilihan moda
tahapan pelaku perjalanan dalam memutuskan yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh
pilihan terhadap suatu moda angkutan adanya kendala situasi seperti kepemilikan
(variabel perilaku).Tahapan pelaku perjalanan kendaraan, banyaknya lokasi tujuan
dalam memutuskan pilihan terakhir moda perjalanan, keterbatasan biaya perjalanan, dan
angkutan yang akan dipakai dapat dibedakan lain-lain.
menjadi beberapa tahap (Rosmiati, 1990 ;
Koppelman and Pas, 1980), yaitu : Identifikasi Variabel-Variabel Pemilihan
Moda Transportasi Alternatif
1. Tahap Penyusunan Persepsi Pelayanan
Moda Angkutan. Beberapa penelitian tentang atribut-atribut
Penyusunan persepsi merupakan tahap pelaku pelayanan moda transportasi yang berpengaruh
perjalanan dalam menyusun gambaran moda- terhadap keputusan pelaku perjalanan dalam
moda angkutan yang tersedia berdasarkan memilih moda transportasi dapat dilihat pada
informasi-informasi yang dapat diperolehnya. Tabel I di bawah ini.
Gambaran terhadap moda angkutan ini
merupakan gambaran pelaku perjalanan Tabel I

185
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

Identifikasi Variabel Pemilihan Moda Peneliti Variabel Pemilihan Variabel


Keterangan
Transportasi Alternatif an Moda Terpilih
Peneliti Variabel Pemilihan Variabel pani ekonomi. Seperti
Keterangan
an Moda Terpilih (1990) besarnya √
keluarga, struktur
o total waktu √ o reliabilitas
kelamin, usia
perjalanan dan waktu
anggota keluarga,
o reliabilitas yang
proporsi
(variansi waktu - dihabiskan
angkatan kerja
perjalanan) pada titik
perempuan yang
o waktu yang transfer
kawin, dan jenis
dihabiskan pada - digeneralisa
kekayaan yang
titik transfer si ke total
dimiliki.
o frekuensi waktu
o Struktur rumah o Struktur
perjalanan √ perjalanan
tangga (pasangan rumah
o ongkos o ongkos
muda, keluarga tangga dapat
transportasi operasional
dengan anak, - dianalisis
langsung seperti : √ dan tak
pensiun, dengan
tiket, tol, bensin langsung
bujangan, dan faktor
o ongkos digeneralisa
lain-lain) sosial-
operasional : si ke ongkos
o Faktor lain ekonomi
ongkos muat, - transportasi
misalnya
dokumentasi o jarak
Man- keharusan
o ongkos tak berjalan
heim menggunakan
langsung : kaki diana
(1979) mobil ke tempat
gudang, tingkat - logikan
bekerja dan √
bunga, asuransi sebagai Tamin
keperluan
o jaminan sering ganti (2000)
mengantar anak
keamanan √ kendaraan
sekolah.
o kenyamanan √ o keramahan,
o Ketersediaan
o jarak berjalan kesenangan,
ruang dan tarif
kaki - dan estetika
parkir √
o jumlah ganti bisa
o Ciri Kota atau
kendaraan √ digolongkan
zona. Beberapa
o keramahan : dengan
ciri yang dapat
kemudahan variabel
mempengaruhi
bagasi, kenyamanan
pemilihan moda
kemudahan tiket, -
adalah jarak dari
layanan makanan
pusat kota dan √
dan minuman
kepadatan
o kesenangan -
penduduk.
perjalanan
o estetika - Sumber: Hasil Analisis, 2008
pengalaman
o tujuan/maksud √ o Panjang
perjalanan perjalanan Berdasarkan beberapa definisi dan sumber
o panjang atau bisa
jarak fisik - dianalisis yang didapat di atas maka variabel-variabel
perjalanan dengan
o ketersediaan √ variabel
yang akan digunakan dalam pemilihan moda
mobil pribadi √ ganti transportasi penelitian ini antara lain:
o pendapatan kendaraan
o struktur dan - dan lama a. Faktor sosial ekonomi pelaku perjalanan
besar rumah √ perjalanan  Usia,
tangga - o Struktur dan
Bruton
o jenis pekerjaan besar rumah  Pendidikan,
o kepadatan √ tangga
(1985)
permukiman dianalisis  Pekerjaan,
o usia dan jenis √ dengan  Pendapatan rata-rata pelaku perjalanan
kelamin faktor
o berlisensi atau sosial- perbulan (ratusan ribu rupiah),
tidak √ ekonomi
o tingkat pelayanan o Kepadatan  Pemilikan kendaraan roda pribadi roda
relatif (relative permukiman dua (sepeda motor) dan empat (jumlah
service level). bersifat
o tingkat akses √ agregat. mobil),
(kemudahan-
kemudahan) √  Maksud Perjalanan,
o ketersediaan  Seringnya menggunakan moda
angkutan umum
War- o Faktor sosial- angkutan,
186
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

 Waktu perjalanan (dalam menit), penghematan energi, dan pengembangan


 Biaya/tarif/ongkos rata-rata perhari wilayah.
(dalam ratusan rupiah),
Kecenderungan perjalanan orang dengan
b. Atribut pelayanan moda angkutan angkutan pribadi di daerah perkotaan akan
 Waktu menunggu, meningkat terus bila kondisi sistem
 Ketepatan waktu berangkat dan tiba, transportasi tidak diperbaiki secara lebih
 Kesediaan tempat parkir, mendasar. Adapun peningkatan kecenderungan
 Biaya untuk bahan bakar minyak perjalanan dengan angkutan pribadi
(BBM), diakibatkan oleh (Tamin, 2000):
 Biaya perawatan kendaraan pribadi,  Meningkatnya aktivitas ekonomi kurang
 Pajak kendaraan, terlayani oleh angkutan umum yang
 Ketersedian tempat duduk, memadai,
 Kemudahan mendapatkan moda  Semakin meningkatnya daya beli dan
angkutan, tingkat privacy yang tidak bisa dilayani
 Kemudahan masuk dan keluar moda oleh angkutan umum,
angkutan,  Meningkatnya harga tanah sehingga
 Kemudahan untuk pertukaran moda, penambahan jalan raya kurang,
 Keamanan selama perjalanan, dan  Dibukanya jalan baru semakin merangsang
 Kenyamanan selama perjalanan. penggunaan angkutan pribadi karena
biasanya di jalan baru tersebut belum
Variabel-variabel tersebut akan digunakan terdapat jaringan layanan angkutan umum
untuk menentukan faktor sosial ekonomi pada saat itu,
pengguna angkutan pribadi manasaja yang  Tidak tersedianya angkutan lingkungan
dapat mempengaruhi kesediaan untuk beralih atau angkutan pengumpan yang
menggunakan angkutan umum dan persepsi menjembatani perjalanan sampai ke jalur
pelaku perjalanan terhadap kualitas pelayanan utama layanan angkutan umum, dan
moda transportasi yang dapat mempengaruhi  Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa
pemilihan moda angkutan. aman, kebutuhan akan tepat waktu,
kebutuhan akan lama perjalanan yang
3. Angkutan Umum Sebagai Alternatif dialami dalam pelayanan angkutan umum.
Penyelesaian Masalah Transportasi
Kereta Api dapat menjadi menjadi salah satu
Peranan utama angkutan umum adalah alternatif dalam mengantisipasi pergerakan
melayani kepentingan mobilitas masyarakat penduduk maupun barang disebabkan moda
dalam melakukan kegiatannya baik kegiatan angkutan kereta api memiliki beberapa
sehari-hari yang berjalan pendek (angkutan kelebihan yakni sebagai berikut (Johnson,
perkotaan/ perdesaan, dan angkutan antar kota 1987 ; Pintoko dan Benneri, 1999):
dalam propinsi) maupun kegiatan sewaktu-
 Angkutan kereta api merupakan angkutan
waktu antar propinsi (angkutan antar kota yang dapat mengangkut penumpang dalam
dalam propinsi dan antar kota antar propinsi). jumlah besar.
Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah
 Kereta api dapat bergerak dengan cepat
peranannya dalam pengendalian lalu lintas,
dan bebas hambatan di tengah-tengah arus
187
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

lalu lintas yang cukup padat, hal ini


disebabkan kereta api memiliki jalur 4. Analisis Kemungkinan Peralihan
khusus. Penggunaan Moda Angkutan Pribadi
 Waktu keberangkatan, kedatangan, dan Ke Angkutan Umum Perjalanan Depok
lama perjalanan relatif lebih terjadwal – Jakarta
dibandingkan moda angkutan lain. Untuk mengetahui kemungkinan peralihan
 Kereta api sebagai moda angkutan yang penggunaan moda angkutan pribadi
paling kecil menimbulkan polusi. keangkutan umum, analisis yang
 Prasarana angkutan kereta api dilakukanmeliputikesediaan pengguna
membutuhkan lahan yang relatif lebih angkutan pribadi untuk berpindah ke angkutan
sedikit dibandingkan kebutuhan lahan umum, tingkat pelayanan moda angkutan
untuk prasarana angkutan jalan raya. perjalanan Depok – Jakarta, dan persepsi
pengguna angkutan pribadi terhadap pelayanan
Permasalahan transportasi umum massal yang angkutan umum.
umumnya dihadapi oleh perkotaan di
Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga Pembahasan mengenai kesediaan pengguna
yakni tingkat aksesibilitas rendah, tingkat angkutan pribadi untuk berpindah ke angkutan
pelayanan rendah, dan biaya (Ditjen.Hubdat. umum perjalanan Depok – Jakarta akan dibagi
Transportasi Umum di Perkotaan. 2004). ke dalam dua bagian utama berdasarkan moda
angkutan pribadi yakni mobil pribadi dan
a. Tingkat Aksesibilitas Rendah sepeda motor.Angkutan umum yang akan
Salah satu indikator tingkat aksesibilitas digunakan dibedakan menjadi dua yakni bus
masyarakat terhadap angkutan umum adalah dan kereta rel listrik (KRL).Karakteristik
rasio antara panjang jalan yang dilayani trayek pengguna mobil pribadi dansepeda motor yang
dengan total panjang jalan (semakin tinggi digunakan terdiri dari pendapatan rata-rata
angka rasio maka semakin tinggi tingkat perbulan, pekerjaan, pendidikan, maksud
aksesibilitas terhadap angkutan umum). perjalanan, usia, dan konsistensi penggunaan
mobil pribadi.
b. Tingkat Pelayanan Rendah
Rendahnya tingkat pelayanan angkutan umum Kesediaan Pengguna Mobil Pribadi
diindikasikan dengan waktu tunggu tinggi,
lamanya waktu perjalanan, dan Berdasarkan hasil survey lapangan dari
ketidaknyamanan di dalam angkutan umum. sebanyak 52 responden, dapat diketahui bahwa
jumlah pengguna mobil pribadi yang bersedia
c. Biaya untuk menggunakan bus pada perjalanan
Rendahnya aksesibilitas dan tidak tertatanya Depok – Jakarta sebanyak 75 % (39
jaringan pelayanan angkutan umum dengan responden). Sedangkan sebanyak 25 % (13
baik mengakibatkan masyarakat harus responden) pengguna mobil pribadi tidak
melakukan beberapa kali perpindahan bersedia menggunakan bus untuk perjalanan
angkutan umum dari titik asal sampai ke Depok – Jakarta, dengan karakteristik sebagai
tujuan, mengakibatkan biaya yang harus berikut:
dikeluarkan menggunakan angkutan umum
menjadi lebih besar. Tabel II

188
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

Kesediaan Pengguna Mobil Pribadi a. pengguna mobil pribadi berusia 20 – 30


Menggunakan Bus tahun. Akan tetapi, pengguna mobil
JumlahKesediaan
(orang) pribadi berusia 41 – 50 tahun baik yang
Karakteristik Tidak menyatakan mau berpindah ke bus
Bersedia Berse
dia maupun yang tidak mau berpindah
1.Pendapatan Rata-Rata (Rp) menggunakan bus merupakan yang paling
- 800.001-1.500.000 6 0
- 1.500.001-2.500.000 3 3
besar dibandingkan dengan usia lainnya
- 2.500.001-3.500.000 10 2
- >3.500.000 20 8 b. jika dilihat dari rasio konsistensi
Chi-Square Hitung (4,635) <Chi-Square Tabel (7,82) dan
nilai probabilitas (0,201 ) > 0,05 (dengan tingkat penggunaan mobil pribadi, pengguna
kepercayaan 95 %), maka Ho diterima mobil pribadi yang tidak konsisten
2. Pekerjaan
- PNS 3 5 menggunakan mobil pribadi lebih
- Pegawai BUMN 2 0 cenderung bersedia beralih pada
- PegawaiSwasta 17 4
penggunaan bus. Akan tetapi, sebagian
- Wiraswasta 12 4
- Mahasiswa/pelajar 3 0 besar pengguna mobil pribadi adalah
- Lain-lain 2 0 pengguna yang konsisten.
Chi-Square Hitung (8,73) <Chi-Square Tabel (11,07) dan
nilai probabilitas (0,120 ) > 0,05 (dengan tingkat
kepercayaan 95 %), maka Ho diterima Sementara itu,untuk kesediaan menggunakan
3. Pendidikan
- Tamat SMA/sederajat 13 2
KRL, berdasarkan hasil survey lapangan dari
- PerguruanTinggi/akademi 26 11 52 responden, dapat diketahui bahwa jumlah
Chi-Square Hitung (1,53) <Chi-Square Tabel (3,84) dan pengguna mobil pribadi yang bersedia untuk
nilai probabilitas (0,216) > 0,05 (dengan tingkat
kepercayaan 95 %), maka Ho diterima menggunakan KRL pada perjalanan Depok –
4. Maksud perjalanan Jakarta sekitar 63 % (33 responden).
- Bekerja 27 13
- Sekolah/kuliah 3 0 Sedangkan sebanyak 37 % (19 responden)
- Rekreasi 2 0 pengguna mobil pribadi tidak bersedia
- Lain-lain 7 0 menggunakan KRL untuk perjalanan Depok –
Chi-Square Hitung (5,2) <Chi-Square Tabel (7,82) dan
nilai probabilitas (0,158) > 0,05 (dengan tingkat Jakarta, dengan karakteristik pada tabel III
kepercayaan 95 %), maka Ho diterima berikut.
5. Usia
- 20-30 6 0
- 31-40 15 2 Tabel III
- 41-50 17 8 Kesediaan Pengguna Mobil Pribadi
- >50 1 3 Menggunakan KRL
Chi-Square Hitung (9,575) >Chi-Square Tabel (7,82) dan Jumlah Kesediaan
nilai probabilitas (0,023 < 0,05 (dengan tingkat Karakteristik
(orang)
kepercayaan 95 %), maka Ho ditolak Tidak
Bersedia
6. Konsistensi Penggunaan Mobil Bersedia
Pribadi 1.Pendapatan Rata-Rata (Rp)
- 800.001-1.500.000 5 1
- Konsisten 33 6
- 1.500.001-2.500.000 1 5
- TidakKonsisten 11 2 - 2.500.001-3.500.000 7 5
Sumber: HasilAnalisis, 2008 - >3.500.000 20 8
Chi-Square Hitung (7,59) <Chi-Square Tabel (7,82) dan nilai
probabilitas (0,055 ) > 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
Berdasarkan Tabel II di atas, dapat diketahui maka Ho diterima
2. Pekerjaan
pengguna mobil pribadi yang memiliki - PNS 3 5
kesediaan beralih ke bus memiliki - Pegawai BUMN 2 0
- PegawaiSwasta 14 7
kecenderungan karakteristik: - Wiraswasta 12 4
- Mahasiswa/pelajar 0 3
- Lain-lain 2 0

189
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

Jumlah Kesediaan Karakteristik pengguna sepeda motor dan jenis


(orang)
Karakteristik angkutan umum yang digunakan sama seperti
Tidak
Bersedia
Bersedia
Chi-Square Hitung (10,851) <Chi-SquareTabel (11,07) dan nilai
pengguna mobil pribadi, yaitu pendapatan rata-
probabilitas (0,054 ) > 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %), rata perbulan, pekerjaan, pendidikan, maksud
maka Ho diterima
3. Pendidikan perjalanan, usia, dan konsistensi penggunaan
- Tamat SMA/sederajat 10 5 sepeda motor. Angkutan umum yang akan
- PerguruanTinggi/akademi 23 14
Chi-Square Hitung (0,093) <Chi-Square Tabel (3,84) dan nilai digunakan dibedakan menjadi dua yakni bus
probabilitas (0,760 ) > 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
maka Ho diterima
dan kereta rel listrik (KRL).Berdasarkan hasil
4. Maksud perjalanan survey lapangan dari 50 responden, dapat
- Bekerja 24 16
- Sekolah/kuliah 0 3 diketahui bahwa jumlah pengguna sepeda
- Rekreasi 2 0 motor yang bersedia untuk menggunakan bus
- Lain-lain 7 0
Chi-Square Hitung (10,599) >Chi-Square Tabel (7,82) dan nilai pada perjalanan Depok – Jakarta sebanyak 80
probabilitas (0,014 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %), % (40 responden). Sedangkan sebanyak 20 %
maka Ho ditolak
5. Usia (10 responden) pengguna sepeda motor tidak
- 20-30 1 5
- 31-40 16 1
bersedia menggunakan bus untuk perjalanan
- 41-50 15 10 Depok – Jakarta.
- >50 1 3
Chi-Square Hitung (15,237) >Chi-Square Tabel (7,82) dan nilai
probabilitas (0,002 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %), Tabel IV
maka Ho itolak
Kesediaan Pengguna Sepeda Motor
6. KonsistensiPenggunaan Mobil
Pribadi Menggunakan Bus
- Konsisten 27 17 Jumlah Kesediaan
- TidakKonsisten 6 2 (orang)
Karakteristik
Tidak
Sumber: Hasil Analisis, 2008 Bersedia
Bersedia
1.Pendapatan Rata-Rata (Rp)
- < 800.000 2 0
Berdasarkan Tabel III di atas, dapat diketahui - 800.001-1.500.000 11 5
pengguna mobil pribadi yang memiliki - 1.500.001-2.500.000 13 0
- 2.500.001-3.500.000 12 2
kesediaan beralih ke KRL memiliki - >3.500.000 2 3
kecenderungan karakteristik: Chi-Square Hitung (10,301) >Chi-SquareTabel (9,49) dan nilai
probabilitas (0,036 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
a. maksud perjalanan rekreasi yang maka Ho ditolak
2. Pekerjaan
seluruhnya menyatakan mau untuk beralih - PNS 2 0
ke KRL; - Pegawai BUMN 1 4
- PegawaiSwasta 12 1
b. pengguna mobil pribadi berusia 31 – 40 - Wiraswasta 21 0
tahun. - Mahasiswa/pelajar 0 5
- Lain-lain 4 0
c. Jika dilihat dari rasio konsistensi Chi-Square Hitung (39,231) >Chi-Square Tabel (11,07) dan nilai
penggunaan mobil pribadi, pengguna probabilitas (0,000 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
maka Ho ditolak
mobil pribadi yang tidak konsisten 3. Pendidikan
- Tamat SMA/sederajat 21 0
menggunakan mobil pribadi lebih - PerguruanTinggi/akademi 19 10
cenderung bersedia beralih pada KRL. Chi-Square Hitung (9,052) >Chi-Square Tabel (3,84) dan nilai
probabilitas (0,003 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
Akan tetapi, sebagian besar pengguna maka Ho ditolak
mobil pribadi adalah pengguna yang 4. Maksudperjalanan
- Bekerja 24 5
konsisten. - Sekolah /kuliah 0 5
- Rekreasi 2 0
- Lain-lain 2 0
Kesediaan Pengguna Sepeda Motor Chi-Square Hitung (24,138) >Chi-Square Tabel (9,49) dan nilai
probabilitas (0,000 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
maka Ho ditolak
5. Usia

190
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

Jumlah Kesediaan Jumlah Kesediaan


(orang) (orang)
Karakteristik Karakteristik
Tidak Tidak
Bersedia Bersedia
Bersedia Bersedia
- 20-30 11 5 - Wiraswasta 16 5
- 31-40 20 5 - Mahasiswa/pelajar 0 5
- 41-50 9 0 - Lain-lain 4 0
- >50 0 0 Chi-Square Hitung (17,367) >Chi-Square Tabel (11,07) dan nilai
Chi-Square Hitung (3,516) <Chi-Square Tabel (5,99) dan nilai probabilitas (0,004 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
probabilitas (0,137 ) > 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %), maka Ho ditolak
maka Hod iterima 3. Pendidikan
6. KonsistensiPenggunaan Mobil - Tamat SMA/sederajat 13 8
Pribadi - PerguruanTinggi/akademi 23 6
- Konsisten 26 10 Chi-Square Hitung (1,83) <Chi-Square Tabel (3,84) dan nilai
- TidakKonsisten 14 0 probabilitas (0,176 ) > 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
Sumber: Hasil Analisis, 2008 maka Ho diterima
4. Maksud perjalanan
- Bekerja 27 2
- Sekolah/kuliah 0 5
Berdasarkan Tabel IV di atas, dapat diketahui - Rekreasi 7 5
pengguna sepeda yang memiliki kesediaan - Lain-lain 0 2
Chi-Square Hitung (26,296) >Chi-Square Tabel (9,49) dan nilai
beralih ke bus memiliki kecenderungan probabilitas (0,000 ) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
karakteristik: maka Ho ditolak
5. Usia
a. Berpenghasilan rata-rata <Rp. - 20-30 7 9
3.500.000,00; - 31-40 22 3
- 41-50 7 2
b. Memiliki pekerjaan sebagai PNS, pegawai - >50 0 0
Chi-Square Hitung (9,657) >Chi-Square Tabel (5,99) dan nilai
swasta, dan wiraswasta; probabilitas (0,008) < 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %),
c. Tingkat pendidikan tamatan maka Ho ditolak
6. KonsistensiPenggunaan Mobil
SMU/sederajat; Pribadi
d. Maksud perjalanan belanja dan rekreasi - Konsisten 24 12
- TidakKonsisten 12 2
seluruhnya menyatakan mau berpindah ke Sumber: Hasil Analisis, 2008
bus. Berbeda dengan pengguna sepeda
motor dengan maksud perjalanan sekolah/ Berdasarkan Tabel IV di atas, dapat diketahui
kuliah yang seluruhnya menyatakan tidak pengguna sepeda yang memiliki kesediaan
akan berpindah menggunakan bus; beralih ke bus memiliki kecenderungan
e. Tidak selalu menggunakan sepeda motor karakteristik:
untuk perjalanan Depok-Jakarta; a. Memiliki pekerjaan sebagai PNS, pegawai
BUMN, dan wiraswasta. Sedangkan
Tabel V pelajar/mahasiswa cenderung tidak
Kesediaan Pengguna Sepeda Motor
bersedia beralih ke KRL;
Menggunakan KRL
Jumlah Kesediaan b. Memiliki maksud perjalanan belanja.
(orang)
Karakteristik
Tidak
Berbeda dengan pengguna sepeda motor
Bersedia
Bersedia dengan maksud perjalanan sekolah/kuliah
1.Pendapatan Rata-Rata (Rp)
- < 800.000 2 0 dan lain-lain (mengunjungi keluarga, dll)
- 800.001-1.500.000 9 7 yang seluruhnya menyatakan tidak mau
- 1.500.001-2.500.000 10 3
- 2.500.001-3.500.000 12 2 berpindah menggunakan KRL;
- >3.500.000 3 2 c. Berusia rata-rata 31-50 tahun;
Chi-Square Hitung (4,566) <Chi-Square Tabel (9,49) dan nilai
probabilitas (0,335 ) > 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95 %), d. Pengguna sepeda motor yang kadang-
maka Ho diterima
2. Pekerjaan kadang menggunakan sepeda motor
- PNS 2 0 merupakan pengguna yang tingkat
- Pegawai BUMN 5 0
- PegawaiSwasta 9 4 peralihannya paling tinggi dibandingkan
191
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

dengan pengguna sepeda motor yang Kelebihan Kekurangan


1. Mobil Pribadi
selalu menggunakan sepeda motor;
1. Kenyamanan di dalam 1. Biaya untuk BBM besar (85
kendaraan (73 %) %)
2. Keamanan di dalam 2. Waktu perjalanan lebih
Tingkat Pelayanan Moda Angkutan kendaraan (65 %) lama karena macet (65 %)
Perjalanan Depok – Jakarta dan Persepsi 3. Waktu perjalanan lebih 3. Biaya jalan tol mahal (35
cepat (27 %) %)
Pengguna Angkutan Pribadi 4. Tidak perlu menunggu (21 4. Pajak kendaraan mahal (25
%) %)
5. Biaya perawatan mahal
Berdasarkan tinjauan teori, atribut-atribut (21%)
6. Tempat parkir sulit (21 %)
pelayanan yang akan dikaji pada tingkat 2. Sepeda Motor
pelayanan moda transportasi ini adalah sebagai 1. Waktu perjalanan lebih 1. Faktor cuaca yakni hujan,
cepat(80%) panas, dll.(56 %)
berikut: 2. Tidak perlu menunggu 2. Biaya untuk BBM besar
(24%) (46%)
 Waktu perjalanan, 3. Biaya yang dikeluarkan 3. Polusi kendaraan bermotor
 Biaya/tarif/ongkos rata-rata perhari, sedikit(20%) (24%)
4. Lebih aman (18%) 4. Tempat parkir sulit (12%)
 Waktu menunggu kendaraan, 5. Kenyamanan (8%) 5. Waktu perjalanan lebih lama
karena macet (10%)
 Ketepatan waktu berangkat dan tiba, 6. Pajak kendaraan mahal (6%)
 Kesediaan tempat parkir, 7. Biaya perawatan mahal
(4%)
 Biaya untuk bahan bakar minyak (BBM), 3. Bus
 Biaya perawatan kendaraan pribadi, 1. Biaya yang dikeluarkan 1. Waktu perjalanan lebih
sedikit(68 %) lama karena macet (71 %)
 Pajak kendaraan, 2. Kendaraan mudah didapat 2. Untuk mencapai tempat
(42 %) tujuan harus ganti
 Ketersedian tempat duduk, 3. Kenyamanan di dalam kendaraan (68 %)
 Kemudahan mendapatkan moda angkutan, kendaraan (39 %) 3. Ketidaknyamanan selama
4. Lebih aman (26 %) perjalanan (52 %)
 Kemudahan masuk dan keluar moda 5. Terminal dekat dengan 4. Susah mendapatkan tempat
angkutan, tempat tujuan (19 %) duduk (42 %)
6. Tidak perlu menunggu (13 5. Penumpang berdesakan
 Kemudahan untuk pertukaran moda, %) waktu naik dan turun (32 %)
6. Keamanan selama
 Keamanan selama perjalanan, dan perjalanan tidak terjamin
 Kenyamanan selama perjalanan. (26 %)
4. KRL
1. Waktu perjalanan lebih 1. Ketidaknyamanan selama
Tingkat pelayanan moda angkutan perjalanan cepat(90 %) perjalanan (77 %)
2. Kendaraan mudah didapat 2. Susah mendapatkan tempat
Depok – Jakarta didapatkan berdasarkan /stasiun dekat dengan duduk(73 %)
rumah (67 %) 3. Keamanan selama
pengguna masing-masing moda dengan 3. Biaya yang dikeluarkan perjalanan tidak terjamin
melihat kelebihan dan kekurangan tingkat sedikit(57 %) (70 %)
4. Tidak perlu menunggu/ 4. Untuk mencapai tempat
pelayanan masing-masing moda. Pembahasan keberangkatan tepat waktu tujuan harus ganti
(40 %) kendaraan (63 %)
mengenai tingkat pelayanan moda angkutan ini 5. Tempat tujuan dekat 5. Penumpang berdesakan
diuraikan berdasarkan masing-masing moda dengan stasiun (23 %) waktu naik dan turun (30 %)
6. Lebih nyaman (17 %) 6. Waktu menunggu
angkutan baik angkutan pribadi (mobil pribadi 7. Lebih aman (17%) lama/keberangkatan tidak
tepat waktu (20 %)
dan sepeda motor) maupun angkutan umum
Sumber: Hasil Analisis, 2008
(bus dan kereta rel listrik/KRL). Kelebihan dan
kekurangan masing-masing moda transportasi
dapat dilihat pada Tabel VI berikut. Selain mempertimbangkan tingkat pelayanan
moda transportasi, hal yang sangat penting
Tabel VI untuk mengetahui mengetahui tinggi
Kelebihan dan Kekurangan Tingkat Pelayanan rendahnya kemungkinan peralihan yang terjadi
Moda Transportasi (Mobil Pribadi, Sepeda dan faktor-faktor apa saja yang bisa
Motor, Bus, dan KRL)
mempengaruhi terjadinya peralihan adalah
192
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

mengetahui persepsi pengguna angkutan Pengguna mobil pribadi beranggapan bahwa


pribadi terhadap pelayanan angkutan umum. baik menggunakan mobil pribadi maupun bus,
Persepsi ini juga dapat dijadikan pertimbangan waktu perjalanan akan lama dan relatif tidak
dalam menentukan, tingkat pelayanan berbeda dikarenakan kondisi jaringan jalan
angkutan umum mana saja yang diprioritaskan penghubung Depok – Jakarta yang mengalami
untuk ditingkatkan menurut pengguna kemacetan terutama pada jam-jam sibuk (peak
angkutan pribadi. Dengan demikian dapat hours). Untuk mencapai tempat tujuan harus
mengubah keputusan pengguna angkutan sering berganti kendaraan dengan
pribadi untuk mau berpindah menggunakan menggunakan bus menurut pengguna mobil
angkutan umum pada perjalanan Depok - pribadi akan menyebabkan waktu perjalanan
Jakarta.Persepsi pengguna angkutan pribadi akan menjadi lebih lama dan biaya perjalanan
dibedakan berdasarkan moda angkutan pribadi akan cukup besar dibandingkan jika hanya
yakni mobil pribadi dan sepeda motor. sekali menggunakan bus.

Tabel VII Kondisi ketidaknyamanan dan keamanan yang


Persepsi Pengguna Mobil Pribadi Terhadap tidak terjamin jika menggunakan bus
Pelayanan Bus
Alasan Pengguna Mobil merupakan alasan lain mengapa pengguna
Prioritas Peningkatan
Pribadi Tidak Menggunakan mobil pribadi tidak menggunakan bus
Pelayanan Bus
Bus
1. Waktu perjalanan lebih 1. Untuk mencapai ditunjang dengan susahnya mendapatkan
lama karena macet (71 tempat tujuan tidak
%) harus ganti kendaraan tempat duduk, penumpang berdesakan waktu
2. Untuk mencapai tempat (79 %) naik/turun, dan waktu menunggu mendapatkan
tujuan harus ganti 2. Kenyamanan selama
kendaraan (69 %) perjalanan (69 %) kendaraan yang lama.
3. Keamanan selama 3. Keamanan selama
perjalanan tidak terjamin perjalanan terjamin
(60 %) (63 %) Pengguna mobil pribadi akan mau untuk
4. Ketidaknyamanan selama 4. Waktu perjalanan
perjalanan (48 %) lebih cepat (52 %) beralih menggunakan bus akan menjadi
5. Susah mendapatkan 5. Penumpang tidak
tempat duduk (31 %) berdesakan waktu
kenyataan jikalau kondisi pelayanan bus
6. Penumpang berdesakan naik dan turun (31 %) ditingkatkan. Dengan peningkatan pelayanan
waktu naik dan turun (25 6. Mudah mendapatkan
%) tempat duduk (21 bus, pengguna mobil pribadi akan mengubah
7. Waktu menunggu %) persepsinya untuk melihat moda bus sebagai
mendapatkan kendaraan 7. Waktu menunggu
lama (23 %) tidak lama (15 %) salah satu alternatif yang perlu untuk dicoba
sebagai moda perjalanan Depok – Jakarta.
Sumber: Hasil Analisis, 2008

Prioritas peningkatan yang diharapkan oleh


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
pengguna mobil pribadi terhadap pelayanan
bahwa beberapa alasan pengguna mobil
bus yakni untuk mencapai tempat tujuan tidak
pribadi tidak menggunakan bus dalam
harus ganti kendaraan, kenyamanan selama
perjalanan Depok – Jakarta yakni waktu
perjalanan, keamanan selama perjalanan
perjalanan lebih lama karena macet, untuk
terjamin, waktu perjalanan lebih cepat,
mencapai tempat tujuan harus ganti kendaraan,
penumpang tidak berdesakan waktu naik dan
keamanan selama perjalanan tidak terjamin,
turun, mudah mendapatkan tempat duduk, dan
ketidaknyamanan selama perjalanan, susah
waktu menunggu tidak lama. Dapat diketahui
mendapatkan tempat duduk, penumpang
bahwa prioritas utama peningkatan pelayanan
berdesakan waktu naik dan turun, dan waktu
bus menurut pengguna mobil pribadi adalah
menunggu mendapatkan kendaraan lama.
193
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

untuk mencapai tujuan tidak sering ganti penghubung Depok – Jakarta yang mengalami
kendaraan. kemacetan terutama pada jam-jam sibuk (peak
Tabel VIII hours), dikarenakan sepeda motor akan tetap
Persepsi Pengguna Mobil Pribadi Terhadap bisa berjalan dengan bentuk sepeda motor
Pelayanan KRL
Alasan Pengguna Mobil yang kecil dan tidak membutuhkan ruang yang
Prioritas Peningkatan
Pribadi Tidak Menggunakan cukup besar pada jalan raya. Kondisi
Pelayanan KRL
KRL
1. Ketidaknyamanan selama 1. Kenyamanan selama ketidaknyamanan dan keamanan yang tidak
perjalanan (67 %) perjalanan (86 %)
2. Susah mendapatkan 2. Keamanan selama terjamin jika menggunakan bus merupakan
tempat duduk (67 %) perjalanan terjamin (75 alasan lain mengapa pengguna sepeda motor
3. Keamanan selama %)
perjalanan tidak terjamin 3. Mudah mendapatkan tidak menggunakan bus, kondisi ini ditunjang
(61 %) tempat duduk (61 %)
4. Penumpang berdesakan 4. Untuk mencapai
dengan susahnya mendapatkan tempat duduk,
waktu naik dan turun (52 tempat tujuan tidak penumpang berdesakan waktu naik/turun, dan
%) harus ganti kendaraan
5. Untuk mencapai tempat (58 %) waktu menunggu mendapatkan kendaraan
tujuan harus ganti 5. Penumpang tidak
kendaraan (31 %) berdesakan waktu naik
yang lama. Pengguna sepeda motor akan mau
6. Waktu menunggu dan turun (54 %) beralih menggunakan bus akan menjadi
lama/keberangkatan tidak 6. Waktu menunggu tidak
tepat waktu (13 %) lama/ keberangkatan kenyataan jikalau kondisi pelayanan bus
7. Waktu perjalanan lebih tepat waktu (17 %) ditingkatkan.
lama (10 %) 7. Waktu perjalanan lebih
cepat (11 %)
Dengan peningkatan pelayanan bus, pengguna
Sumber: Hasil Analisis, 2008
sepeda motor akan mengubah persepsinya
untuk melihat moda bus sebagai salah satu
Alasan pengguna sepeda motor tidak
alternatif yang perlu untuk dicoba sebagai
menggunakan bus dalam perjalanan Depok –
moda perjalanan Depok–Jakarta. Prioritas
Jakarta yakni untuk mencapai tempat tujuan
peningkatan yang diharapkan oleh pengguna
harus ganti kendaraan, waktu perjalanan lebih
sepeda motor terhadap pelayanan bus yakni
lama karena macet, ketidaknyamanan selama
waktu perjalanan lebih cepat, untuk mencapai
perjalanan, susah mendapatkan tempat duduk,
tempat tujuan tidak harus ganti kendaraan,
keamanan selama perjalanan tidak terjamin,
kenyamanan selama perjalanan, penumpang
penumpang berdesakan waktu naik dan turun,
tidak berdesakan waktu naik dan turun,
waktu menunggu mendapatkan kendaraan
keamanan selama perjalanan terjamin, mudah
lama, dan biaya yang dikeluarkan perharinya
mendapatkan tempat duduk, waktu menunggu
banyak.
tidak lama, dan ongkos lebih murah. Dapat
diketahui bahwa prioritas utama peningkatan
Untuk mencapai tempat tujuan harus sering
pelayanan bus menurut pengguna sepeda
berganti kendaraan dengan menggunakan bus
motor adalah waktu perjalanan yang lebih
menurut pengguna sepeda motor akan
cepat.
menyebabkan waktu perjalanan akan menjadi
lebih lama dan biaya perjalanan akan cukup
Tabel IX
besar dibandingkan jika hanya sekali Persepsi Pengguna Sepeda Motor Terhadap
menggunakan bus. Pengguna sepeda motor Pelayanan KRL
beranggapan bahwa dengan menggunakan bus Alasan Pengguna Sepeda
Prioritas Peningkatan
Motor Tidak Menggunakan
Pelayanan KRL
waktu perjalanan justru akan lebih lama jika KRL
1. Ketidaknyamanan selama 1. Kenyamanan selama
dibandingkan dengan menggunakan sepeda perjalanan (62 %) perjalanan (80 %)
motor walaupun dengan kondisi jaringan jalan 2. Keamanan selama 2. Keamanan selama
perjalanan tidak terjamin perjalanan terjamin
194
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

Alasan Pengguna Sepeda


Prioritas Peningkatan kenyataan jikalau kondisi pelayanan KRL
Motor Tidak Menggunakan
Pelayanan KRL ditingkatkan. Dengan peningkatan pelayanan
KRL
(58 %) (68 %) KRL, pengguna sepeda motor akan mengubah
3. Penumpang berdesakan 3. Untuk mencapai
waktu naik dan turun (46 tempat tujuan tidak persepsinya untuk melihat moda KRL sebagai
%) harus ganti kendaraan
4. Untuk mencapai tempat (64 %) salah satu alternatifyang perlu untuk dicoba
tujuan harus ganti 4. Mudah mendapatkan sebagai moda perjalanan Depok–Jakarta.
kendaraan (40 %) tempat duduk (52 %)
5. Susah mendapatkan 5. Waktu menunggu
tempat duduk (36 %) tidak lama
6. Waktu menunggu /keberangkatan tepat Prioritas peningkatan yang diharapkan oleh
lama/keberangkatan tidak waktu (28 %) pengguna sepeda motor terhadap pelayanan
tepat waktu (20 %) 6. Penumpang tidak
7. Waktu perjalanan lebih berdesakan waktu naik KRL yakni kenyamanan selama perjalanan,
lama (20 %) dan turun (24 %)
8. Biaya yang dikeluarkan 7. Waktu perjalanan keamanan selama perjalanan terjamin, untuk
perharinya banyak (4 %) lebih cepat (10 %) mencapai tempat tujuan tidak harus ganti
Sumber: Hasil Analisis, 2008 kendaraan, mudah mendapatkan tempat duduk,
waktu menunggu tidak lama/keberangkatan
Alasan pengguna sepeda motor tidak tepat waktu, penumpang tidak berdesakan
menggunakan KRL dalam perjalanan Depok– waktu naik dan turun, dan waktu perjalanan
Jakarta yakni ketidaknyamanan selama lebih cepat. Dapat diketahui bahwa prioritas
perjalanan, keamanan selama perjalanan tidak utama peningkatan pelayanan KRL menurut
terjamin, penumpang berdesakan waktu naik pengguna sepeda motor adalah kondisi
dan turun, untuk mencapai tempat tujuan harus kenyamanan dan keamanan selama perjalanan.
ganti kendaraan, susah mendapatkan tempat
duduk, waktu menunggu lama/keberangkatan 5. Penutup
tidak tepat waktu, waktu perjalanan lebih lama,
dan biaya yang dikeluarkan perharinya banyak. Pelaku perjalanan yang menggunakan moda
angkutan pribadi baik mobil pribadi maupun
Kondisi ketidaknyamanan dan keamanan yang sepeda motor untuk perjalanan Depok –
tidak terjamin jika menggunakan KRL Jakarta pada umumnya mempunyai minat yang
merupakan alasan utama mengapa pengguna besar untuk beralih menggunakan angkutan
sepeda motor tidak menggunakan KRL, umum, akan tetapi dengan syarat perlu
kondisi ini ditunjang dengan susahnya didukung oleh peningkatan dalam hal tingkat
mendapatkan tempat duduk, penumpang pelayanan yang diberikan oleh angkutan
berdesakan waktu naik/turun, dan waktu umum. Ini terlihat dengan kesediaan pengguna
menunggu mendapatkan kendaraan yang lama. moda angkutan pribadi untuk beralih
Untuk mencapai tempat tujuan harus sering menggunakan angkutan umum yang cukup
berganti kendaraan dengan menggunakan KRL besar yakni peralihan dari mobil pribadi ke bus
menurut pengguna sepeda motor akan sebesar 75 %, mobil pribadi ke KRL sebesar
menyebabkan waktu perjalanan akan menjadi 63 %, sepeda motor ke bus sebesar 80 %, dan
lebih lama dan biaya perjalanan akan cukup sepeda motor ke KRL sebesar 72 %.
besar dibandingkan jika hanya sekali
menggunakan KRL. Adapun karakteristik dari pengguna mobil
pribadi yang berpeluang besar untuk beralih
Pengguna sepeda motor akan mau untuk menggunakan angkutan umum (baik bus
beralih menggunakan KRL akan menjadi maupun KRL) yakni berpendapatan di atas Rp

195
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

3.500.000,00, pekerjaan (pegawai swasta dan maksud perjalanan, sedangkan dengan


wiraswasta), tingkat pendidikan perguruan kesediaan berpindah menggunakan KRL yakni
tinggi/akademi, maksud perjalanan bekerja, pekerjaan, maksud perjalanan, dan usia.
dan yang selalu menggunakan mobil pribadi. Angkutan umum bus lebih diminati pengguna
angkutan pribadi untuk dipergunakan dalam
Yang membedakan antara karakteristik perjalanan Depok–Jakarta dibandingkan
pengguna mobil pribadi yang beralih ke bus dengan KRL. Hal tersebut dikarenakan
dengan yang ke KRL adalah usia, untuk pelayanan bus lebih baik jika dibandingkan
pengguna mobil pribadi yang mau beralih dengan KRL menurut pengguna angkutan
menggunakan bus berusia antara 41 – 50 pribadi. Padahal, KRL merupakan moda
tahun, sedangkan untuk pengguna mobil angkutan yang paling cepat dan murah jika
pribadi yang beralih menggunakan KRL dibandingkan dengan moda angkutan lainnya.
berusia antara 31 – 40 tahun. Adapun
karakteristik pengguna mobil pribadi yang ada Tingkat kenyamanan yang buruk dan
hubungan atau yang menentukan kesediaan keamanan yang tidak terjamin selama
berpindah menggunakan bus yakni usia, perjalanan merupakan faktor utama KRL tidak
sedangkan dengan kesediaan berpindah menjadi pilihan utama moda angkutan.
menggunakan KRL yakni maksud perjalanan Bahkan, cukup banyak pengguna angkutan
dan usia. pribadi yang menganggap pelayanan KRL
sangat buruk. Walaupun begitu, baik
Karakteristik pengguna sepeda motor yang pelayanan bus maupun KRL menurut
mau untuk beralih menggunakan angkutan pengguna angkutan pribadi masih kurang baik.
umum (baik ke bus maupun KRL) yakni Maka dari itu, perlu adanya peningkatan
dengan maksud perjalanan bekerja, pekerjaan pelayanan angkutan umum baik untuk bus
wiraswasta, selalu menggunakan sepeda motor maupun KRL untuk mendukung terjadinya
pada perjalanan Depok–Jakarta, dan berusia peralihan tersebut.
antara 31 – 40 tahun. Yang membedakan
antara karakteristik pengguna sepeda motor Adapun prioritas peningkatan pelayanan moda
yang beralih ke bus dengan yang ke KRL angkutan umum agar pengguna angkutan
adalah tingkat pendapatan dan pendidikan, pribadi mengubah keputusannya untuk beralih
untuk pengguna sepeda motor yang beralih ke menggunakan angkutan umum yakni
bus berpendapatan antara Rp 1.500.001,00 kenyamanan dan keamanan selama perjalanan,
sampai Rp 2.500.000,00 dan tingkat tidak sering berganti kendaraan dari tempat
pendidikan tamatan SMU/sederajat sedangkan asal ke tempat tujuan, waktu perjalanan yang
untuk pengguna sepeda motor yang beralih ke lebih cepat, ketersediaan tempat duduk atau
KRL berpendapatan antara Rp 2.500.001,00 jumlah penumpang tidak melebihi kapasitas,
sampai Rp 3.500.000,00 dan tingkat dan tidak berdesakan waktu naik/turun
pendidikan perguruan tinggi/akademi. kendaraan.

Adapun karakteristik pengguna sepeda motor Untuk mendukung peralihan moda angkutan
yang ada hubungan atau menentukan pribadi ke angkutan umum perlu adanya
kesediaan berpindah menggunakan bus yakni peningkatan kualitas pelayanan angkutan
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan umum. Adapun peningkatan kualitas

196
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

pelayanan angkutan umum yang bisa Perjalanan Ulang Alik Bekasi-Jakarta).


dilakukan adalah sebagai berikut : Tugas Akhir. Bandung: Jurusan Teknik
Planologi.ITB
1. Kenyamanan dan keamanan di kendaraan, Brutton, Michael J.. 1985. Introduction to
antara lain kesesuaian terhadap standar Transportation Planning.3rd
pelayanan minimal (SPM) baik untuk bus Edition.Hutchinson &Co.. London.
Budiono. Sugeng. 2006. Indentifikasi Perilaku
maupun KRL. Perjalanan Penduduk Pinggiran Kota
2. Keandalan pelayanan, antara lain : Bandung Dalam Penggunaan Fasilitas
o Kepastian untuk mendapatkan Perkotaan. Tesis. PWK ITB. Bandung.
Budiyantini, Yanti.1991. Penggunaan Model Logit
angkutan tanpa harus menunggu lama/ Multinomial Untuk Menentukan Faktor
keteraturan jadwal. Utama Pemilihan Moda Angkutan (Studi
o Kepastian untuk mencapai tujuan Kasus: Perjalanan Bogor – Jakarta). Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Planologi. ITB.
dengan lancar tanpa terhambat Bandung.
kemacetan. Fadiah. 2003. Kajian Persepsi dan Tingkat
o Kemudahan mendapatkan tempat Kesediaan Pelaku Pergerakan terhadap
Rencana Pengembangan Moda LRT (Light
duduk. Rail Transit), Studi Kasus: Koridor Utara –
o Tidak berdesakan waktu naik/turun. Selatan Kota Surabaya. Tugas Akhir.
o Tarif yang terjangkau. DepartemenTeknikPlanologi ITB. Bandung.
JICA dan BAPPENAS. 2001. The Study on
3. Penguatan Sistem Integrasi Jaringan antar Integrated Transportation Master Plan
moda angkutan (feeder and transfer) (SITRAMP) for the Jabodetabek Phase 1.
perjalanan Depok – Jakarta. Final Report. Jakarta.
JICA dan BAPPENAS. 2004. The Study on
Integrated Transportation Master Plan
Dengan adanya jaringan yang terpadu terhadap (SITRAMP) for the Jabodetabek Phase 2.
moda angkutan akan memudahkan alur Final Report. Jakarta.
Manheim, Marvin L. 1979. Fundamental of
perjalanan Depok – Jakarta sehingga
Transportation System Analysis, Volume 1:
pergantian moda menjadi lebih sedikit dan Basic Concepts. The MIT Press. Cambridge.
efektif. Berbagai jenis kendaraan umum yang Massachussett, and London, England.
menunjang perjalanan Depok – Jakarta seperti Marvilano Mochtar, 2005. “Studi Perbandingan
Moda Transportasi Untuk Mengatasi
bus, KRL, monorail, subway, angkot, dll harus Dampak Negatif Pergerakan Ulang-Alik
saling terintegrasi sehingga penggunaan Kota Cimahi-Kota Bandung”. Tugas Akhir.
angkutan umum menjadi lebih efektif dalam Teknik Planologi Institut Teknologi
Bandung.
pergantian kendaraan. Sistem integrasi Murdwiani. Ani Mellani. 1993. Studi Kemungkinan
jaringan antar moda ini harus didukung dengan Pengalihan Permintaan Moda Angkutan Bis
fasilitas yang memadai bagi pengguna ke Kereta Api Untuk Mengatasi
Keterbatasan Pengembangan Prasarana
angkutan umum. Jalan Raya. Tugas Akhir. PWK ITB.
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok 2000 –
2010.
Rosmiati. Risma. 1990. Perilaku Pelaku
Ben-Akiva. M.E. and Lerman. S.R.. 1985. Discrete Perjalanan Bisnis dan Dinas Antar Kota
Choice Analysis: Theory and Aplication to Jakarta dan Bandung. Tugas Akhir. PWK
Travel Demand. MIT Press. Combridge. ITB. Bandung.
Benneri dan Pintoko, Agung. 1999. Studi Sevilla, dkk,. 1993. Pengantar Metode Penelitian.
Kemungkinan Pergeseran Permintaan Jakarta: UI Press.
Penggunaan Moda Angkutan Kereta Api Siregar. Kahfi dan Hari Parulian. Studi Perilaku
Dengan Menggunakan Pendekatan Model Pemilihan Moda Dengan Pendekatan User
Perilaku Disagregate (Studi Kasus :

197
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol .20/No.3 Desember 2009

Benefit (Studi Kasus : Koridor Dago – Alun Syahril, Sonny.2000. Studi Pemilihan Moda
alun). Tugas Akhir. PWK ITB. Bandung. Angkutan Peti Kemas Di Koridor Bandung –
Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Jakarta.TugasAkhir.
Gramedia Pusta Utama.
Sunardi. Rajman. 2006. Perilaku Perjalanan JurusanTeknikPlanologi ITB. Bandung.
Penduduk Pinggiran Kota dan Asosiasinya Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan
Dengan Pilihan Moda Transportasi (Studi Pemodelan Transportasi. Bandung: Penerbit
Kasus : Pinggiran Kota Bandung Bagian ITB
Barat). Tesis. PWK ITB. Bandung. Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu
Sweroad, PT. Bina Karya (Persero), 1997. Manual Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung:
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari Penerbit ITB.
1997. Direktorat Jenderal Bina Marga,
Direktorat Bina Jalan Kota. Jakarta.

198

Anda mungkin juga menyukai